Anda di halaman 1dari 37

HARMONI PANCASILA DALAM DINAMIKA KONTESTASI

DEMOKRASI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila

Dosen pengampu : Dr. Komarudin Kholil M, .Ag.

Disusun oleh:

Muhammad Kholid Fathurrohman 1232030143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul "Pancasila dalam Menjaga Kontestasi
Demokrasi di Indonesia." Makalah ini disusun sebagai upaya untuk menggali dan
memahami peran penting Pancasila dalam konteks demokrasi Indonesia, serta untuk
mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai luhur Pancasila dapat menjaga stabilitas dan
kemajuan demokrasi di negara kita tercinta.

Demokrasi merupakan prinsip pemerintahan yang telah menjadi landasan bagi


perkembangan bangsa Indonesia. Namun, dalam perjalanan sejarahnya, demokrasi di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kuat Pancasila, yang menjelma sebagai
ideologi dasar negara. Melalui makalah ini, kami berupaya untuk menjelaskan
bagaimana Pancasila sebagai fondasi negara telah memainkan peran utama dalam
mempertahankan dan mempromosikan demokrasi di Indonesia.

Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang peran Pancasila dalam menjaga kontestasi demokrasi di Indonesia. Kami
juga berharap makalah ini dapat menjadi bahan diskusi dan refleksi bagi semua pihak
yang peduli tentang masa depan demokrasi Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memberikan kontribusi positif dalam memahami kompleksitas demokrasi Indonesia.

Bandung, 29 Oktober 2023

Penulis

M Kholid Fathurrohman

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 4
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Demokrasi telah menjadi sistem pemerintahan yang melandasi


perkembangan Indonesia sejak merdeka pada tahun 1945. Di bawah
naungan demokrasi, rakyat Indonesia memiliki hak untuk mengambil
bagian dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi negara mereka,
serta untuk memilih pemimpin mereka melalui pemilihan umum. Namun,
dalam realitasnya, demokrasi di Indonesia tidak hanya mengandalkan
prinsip-prinsip demokrasi universal, tetapi juga diwarnai oleh nilai-nilai
yang diwariskan oleh Pancasila, yaitu dasar negara Indonesia.

Pancasila, sebagai ideologi dasar negara, telah menjadi pilar kuat


dalam menjaga stabilitas dan perkembangan demokrasi di Indonesia. Ini
mencerminkan pentingnya nilai-nilai luhur Pancasila dalam membentuk
budaya politik Indonesia yang unik. Dalam sejarahnya, Pancasila telah
memainkan peran penting dalam membawa persatuan, keadilan, dan
partisipasi dalam sistem demokrasi Indonesia.

Namun, demokrasi di Indonesia juga menghadapi berbagai


tantangan. Korupsi, ketegangan sosial, dan partisipasi pasif masih menjadi
masalah serius yang dapat merusak stabilitas demokrasi. Oleh karena itu,
pemahaman yang lebih mendalam tentang peran Pancasila dalam menjaga
kontestasi demokrasi di Indonesia menjadi sangat penting. Makalah ini
bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Pancasila sebagai fondasi negara
telah memainkan peran kunci dalam demokrasi Indonesia dan untuk
mengeksplorasi berbagai tantangan yang mungkin muncul dalam konteks
demokrasi.

1
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Pancasila
mempengaruhi demokrasi di Indonesia dan bagaimana negara mengatasi
tantangan-tantangan tersebut, kita dapat lebih baik memahami
perkembangan demokrasi di Indonesia dan upaya-upaya yang dapat
diambil untuk memperkuat peran Pancasila dalam mendukung demokrasi
yang sehat. Dengan latar belakang ini, kami memandang makalah ini
sebagai kontribusi penting dalam membahas peran Pancasila dalam
menjaga kontestasi demokrasi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Kontestasi Demokrasi?


2. Apa hubungan antara Pancasila dengan Demokrasi?
3. Apa tantangan terbesar yang dihadapi demokrasi di Indonesia, dan bagaimana
Pancasila dapat menjadi solusi?
4. Apa upaya yang dapat ditempuh untuk memperkuat peran Pancasila dalam
mendukung demokrasi yang sehat di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Memahami apa itu Kontestasi Demokrasi.


2. Untuk Memahami hubungan antara Pancasila dan Demokrasi.
3. Untuk Memahami tantangan terbesar yang dihadapi di Indonesia, dan
bagaimana Pancasila dapat menjadi Solusi.
4. Untuk Memahami upaya yang dapat ditempuuh untuk memperkuat peran
Pancasila dalam mendukung demokrasi yang sehat di Indonesia.

2
D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah dengan judul "Pancasila dalam Menjaga


Kontestasi Demokrasi di Indonesia" ini memiliki beberapa manfaat
penting :

1. Pemahaman yang mendalam: Makalah ini membantu pembaca untuk


mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara
Pancasila dan demokrasi di konteks Indonesia.

2. Panduan Kebijakan: Dengan memahami peran Pancasila dalam demokrasi,


pembuat kebijakan dapat merumuskan kebijakan yang lebih efektif untuk
memperkuat demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

3. Pendidikan dan Pengetahuan: Makalah ini dapat digunakan sebagai


sumber pengetahuan dalam pendidikan, pelatihan, dan penelitian
mengenai ideologi Pancasila dan penerapannya dalam demokrasi.

4. Inisiasi Diskusi: Makalah ini bisa menjadi basis untuk memulai diskusi
dan dialog yang lebih mendalam tentang bagaimana menerapkan prinsip-
prinsip Pancasila dalam praktik demokrasi.

5. Solusi Terhadap Tantangan: Dengan mengidentifikasi tantangan yang


mungkin dihadapi demokrasi di Indonesia, makalah ini juga mencari solusi
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

6. Peningkatan Kesadaran Publik: Makalah ini berperan dalam meningkatkan


kesadaran publik tentang peran Pancasila dalam mendukung demokrasi
yang inklusif dan berkelanjutan.

Dengan demikian, makalah ini memberikan manfaat yang penting dalam


memahami, mempertahankan, dan memperkuat demokrasi Indonesia yang berakar
pada nilai-nilai Pancasila.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar negara Republik Indonesia yang terdiri


dari lima prinsip atau asas. Kata "Pancasila" berasal dari bahasa Sanskerta, di
mana "panca" berarti lima, dan "sila" berarti prinsip atau asas. Oleh karena itu,
Pancasila mengandung arti "lima prinsip" atau "lima asas". Prinsip-prinsip ini
dianggap sebagai landasan filosofis dan moral yang membimbing negara
Indonesia dalam merumuskan kebijakan, hukum, dan tata nilai sosial.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Prinsip pertama ini menegaskan kepercayaan


kepada Tuhan yang Maha Esa. Meskipun ini mencerminkan landasan
spiritual, Indonesia mengakui keberagaman agama dan keyakinan di antara
warganya. Pancasila menekankan kebebasan beragama dan menghormati
setiap agama yang dianut oleh rakyat Indonesia.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Prinsip ini menekankan perlunya


keadilan sosial dan kemanusiaan dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Hal ini mencakup hak asasi manusia, keadilan dalam distribusi sumber daya,
serta perlindungan terhadap hak-hak warga negara.

3. Persatuan Indonesia: Prinsip persatuan menggarisbawahi pentingnya kesatuan


dan persatuan dalam menghadapi keragaman budaya, suku, agama, dan
bahasa yang ada di Indonesia. Ini mencerminkan semangat kebangsaan yang
menggabungkan keragaman menjadi kekuatan bersama dalam membangun
negara.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permua̯ yawaratan/Perwakilan: Prinsip ini menekankan prinsip demokrasi, di

4
mana kebijaksanaan rakyat menjadi dasar pengambilan keputusan. Sistem
demokrasi di Indonesia mengandung prinsip pengambilan keputusan melalui
musyawarah dan pemilihan umum, mencerminkan kehendak dan aspirasi
rakyat.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Prinsip ini menekankan


perlunya pembagian kekayaan dan sumber daya secara adil kepada seluruh
masyarakat Indonesia. Ini mencakup upaya untuk mengatasi kesenjangan
sosial dan ekonomi serta menciptakan peluang yang setara bagi semua warga
negara.

Pancasila diadopsi sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18


Agustus 1945 oleh para pendiri negara Indonesia. Sejak saat itu, Pancasila
menjadi landasan ideologis bagi sistem pemerintahan dan tatanan sosial di
Indonesia, memandu pembentukan kebijakan dan regulasi serta membentuk
budaya politik dan nilai-nilai moral di seluruh masyarakat. Pancasila
mencerminkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar negara yang inklusif dan adil
bagi semua warganya.

B. Pengertian Demokrasi

Secara etimologis demokrasi berasal dari kata Yunani yaitu “Demokratia”


yang terdiri dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat, kratos atau cratein
yang berati kedaulatan atau pemerintahan. Secara harfiah, demokrasi berarti suatu
bentuk pemerintahan dimana kekuasaan atau kedaulatan ada ditangan rakyat.
Dengan kata lain, rakyat dilibatkan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

5
Berikut ini pengertian Demokrasi menurut para ahli, yaitu:

1. Menutut Aristoteles, demokrasi adalah suatu negara kebebasan karena


melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan
di dalamnya.

2. Menurut Abraham Lincoln, Democracy is goverment of the people, by


the people, and for the people ( Demokrasi adalah pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

3. Menurut Muhammad Hatta, Demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan


penggantian kedaulatan raja menjadi kedaulatan rakyat.

a.Sejarah Demokrasi di Indonesia

Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada


tanggal 17 Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia melalui UUD 1945 (yang
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menganut paham atau ajaran demokrasi,
dimana kedaulatan berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti NKRI
tergolong sabagai negara yang menganut paham Demikrasi Perwakilan.

Penetapan paham demokrasi sebagai tatanan pengaturan hubungan antara


rakyat disatu pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara Indonesia
yang duduk di BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan
bahwa sebagian terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat, baik
mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropa Barat (khususnya Belanda),
maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia sejak
beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah cukup akrab dengan ajaran
demokrasi yang berkembang di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat.

6
b. Prinsip-Prinsip Demokrasi

Pada dasarnya prinsip demokrasi terbagi atas beberapa kelompok, yaitu


sebagai berikut :

1) Kedaulatan ditangan rakyat

Kedaulatan rakyat dimana kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Ini


berarti kehendak rakyat rakyat merupakan kehendak tertinggi. Apabila
setiap warga negara mampu memahami arti dan makna dari prinsip
demokrasi.

2) Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM

Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang


sama, dengan tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, dan budaya.
Pengakuan akan HAM di Indonesia telah tercantum dalam UUD 1945
yang sebenarnya terlebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi
Universal PBB. UUD 1945 dimuat dalam pembukaan UUD 1945 alinea
pertama dan ke empat, Batang Tubuh UUD 1945, Ketetapan MPR
menegenai HAM telah tertuang dalam ketetapan MPR No.
XVII/MPR/1998. Setelah itu, dibentuk Undang-Undang No. 39 Tahun
1999 tentang HAM, Undang- Undang yang mengatur dan menjadi HAM
di Indonesia adalah Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.4

3) Pemerintahan berdasar hukum (konstitusi)

Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak


bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem
konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan.

7
4) Peradilan yang bebas dan tidak memihak

Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk diperlakukan sama


didepan hukum, pengadilan, dan pemerintahan tanpa membedakan agama,
suku, dan ras

5) Pengambilan keputusan atas musyawarah

Dalam setiap pengambilan keputusan itu harus dilaksanakan sesuai


keputusan bersama (musyawarah) untuk mencapai mufakat.

6) Adanya partai politik dan organisasi sosial politik

Dengan adanya partai politik dan organisasi sosial politik ini berfungsi
untuk menyalurkan aspirasi rakyat

c.Landasan-landasan Demokrasi Indonesia

Adapun landasan-landasan demokrasi pancasila, yaitu:

1) Pembukaan UUD 1945

a) Alinea pertama yang berbunyi Kemerdekaan itu ialah hak segala


bangsa.

b) Alinea kedua yang berbunyi Mengantarkan rakyat Indonesia ke depan


pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur.

c) Alinea ketiga yang berbunyi Atas berkat Rahmad Allah Yang Maha
Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas.

d) Aline keempat yang berbunyi Melindungi segenap bangsa.

2) Batang Tubuh UUD 1945

a) Pasal 1 ayat 2 yaitu tentang Kedaulatan adalah ditangan rakyat.

b) Pasal 2 yautu tentang Majelis Permusyawaratan rakyat.

8
c) Pasal 6 yaitu tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

d) Pasal 24 dan 25 yaitu tentang Peradilan yang merdeka.

e) Pasal 27 ayat 1 yaitu tentang Persamaan kedudukan didepan hukum.

f) Pasal 28 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

d. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah bangsa, ada empat macam demokrasi di


bidang politik yang pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan
Indonesia, yaitu:

1) Demokrasi Parlementer (liberal)

Demokrasi ini dipraktekkan pada masa berlakunya UUD 1945 periode


pertama (1945-1949) kemudian dilanjutkan pata berlakunya Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (UUD RIS) 1949 dan UUDS 1950. Demokrasi ini secara yudiris
resmi berakhir pada tanggal 5 Juli 1959 bersamaan dengan pemberlakuan kembali
UUD 1945. Pada masa berlakunya demokrasi parlementer (1945 – 1959),
kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program dari suatu
pemerintahana tidak dapat dijalankan dengan baik dan berkesinambungan.
Timbulnya perbedaan pendapat yang sangat mendasar diantara partai politik ada
pada saat itu.6

2) Demokrasi Terpimpin

Lahirnya demokrasi terpimpin karena ada kesadaran dan keyakinan


terhadap keburukan yang diakibatkan oleh praktik demokrasi parlementer (liberal)
yang melahirkan terpecahnya masyarakat, baik dalam kehidupan politik maupun
dalam tatanan kehidupan ekonomi. Secara konsepsional, demokrasi terpimpin
memiliki kelebihan yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
masyarakat. Hal itu dapat dilihat dan ungkapan Presiden Sukarno ketika
memberikan amanat kepada konstitusi tanggal 22 April 1959 tentang pokok-
pokok demokrasi terpimpin, antara lain:

9
a) Demokrasi terpimpin bukanlah dictator.

b) Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian


dan dasar hidup bangs Indonesia.

c) Demokrasi adalah demokrasi disegala soal kenegaraan dan


kemasyarakatan yang meliputi bidang politik, ekonomi, dan sosial.

d) Inti dari pada pemimpin dalam demokrasi terpimpin adalah


permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.

e) Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang membangun

f) diharuskan dalam demokrasi terpimpin.

Berdasarkan pokok pikiran tersebut demokrasi terpimpin tidak


bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta budaya bangsa Indonesia.
Namun, dalam praktiknya, konsep-konsep tersebut tidak direalisasikan
sebagaimana mestinya, sehingga seringkali menyimpang dan nilai-nilai Pancasila,
UUD 1945, dan budaya bangsa. Penyebabnya adalah selain terletak pada Presiden
juga karena kelemahan Legislatif sebagai patner dan pengontrol eksekutif serta
situasi sosial politik yang tidak menentu saat itu.

3) Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru

Demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa dalam menggunakan hak-


hak demokrasi haruslah disertai rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha
Esa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, menjunjung tinggi nilai-
nilai kemasuaian sesuai dengan martabat dan harkat manusia, haruslah menjamin
persatuan dan kesatuan bangsa, mengutamakan musyawarah dalam
menyelesaikan masalah bangsa, dan harus dimanfatkan untuk mewujudkan
keadilan sosial. Munculnya demokrasi Pancasila adalah adanya berbagai
penyelewengan dan permasalahan yang dialami oleh bangsa indonesia pada

10
berlakunya demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin. Kedua jenis
demokrasi tersebut tidak cocok diterapkan di Indonesia yang bernapaskan
kekeluargaan dan gotong royong. Meskipun demokrasi ini tidak bertentangan
dengan prinsip demokrasi konstitusional, namun praktik demokrasi yang
dijalankan pada masa orde baru masih terdapat berbagai penyimpangan yang

tidak sejalan dengan ciri dan prinsip demokrasi Pancasila, diantaranya:

a) Penyelenggaraan PEMILU yang tidak jujur dan adil.

b) Penegakan kebebasan berpolitik bagi PNS.

c) Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat.

4) Demokrasi Pancasila pada Era Orde Reformasi

Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap


demokrasi pancasila. Namun perbedaannya terletak pada aturan pelaksanaan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan praktik pelaksanaan demokrasi,
terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi pancasila dari masa orde
baru. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde reformasi sekarang ini yaitu:

a) Pemilihan umum lebih demokratis

b) Partai politik lebih mandiri

c) Lembaga demokrasi lebih berfungsi

d) Konsep trias politica (Pilar Kekuasaan Negara) masin-masing bersifat


otonom penuh.

Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang


dibuat berdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan lebih
mudah diwujudkan. Tata cara pekalsanaan demokrasi Pancasila dilandaskan atas
mekanisme konstitusional karena penyelenggaraan pemerintah NKRI berdasarkan
konstitusi. Demokrasi Pancasila hanya akan dapat dilaksanakan dengan baik

11
apabila nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat dipahami dan dihayati
sebagai nilai-nilai budaya politik yang mempengaruhi sikap hidup politik
pendukungnya.

C. Kontestasi Demokrasi

Kontestasi Demokrasi adalah merujuk pada persaingan atau kompetisi


politik yang terjadi dalam suatu sistem demokrasi. Ini mencakup berbagai aspek
dari persaingan politik, seperti pemilihan umum, pertarungan partai politik,
kompetisi antar-kandidat, kampanye politik, serta berbagai bentuk partisipasi
masyarakat dalam proses politik.

Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan berada di


tangan rakyat, dan kontestasi atau persaingan politik adalah inti dari sistem ini.
Kontestasi demokrasi adalah salah satu elemen inti dalam sistem demokrasi yang
sehat. Ini memungkinkan warga negara untuk memilih perwakilan mereka,
mengungkapkan preferensi politik mereka, dan ikut serta dalam pembentukan
kebijakan pemerintah. Dalam konteks yang lebih luas, kontestasi demokrasi
mencerminkan hakikat kompetisi yang merupakan dasar dari sistem demokrasi, di
mana berbagai kepentingan dan pandangan bersaing secara adil untuk
mendapatkan dukungan dari rakyat dan pengaruh dalam proses pengambilan
keputusan politik.

a. Kontestasi dalam Pemilihan Umum


Pemilihan umum adalah panggung utama bagi kontestasi demokrasi. Ini
adalah momen ketika warga negara memiliki hak untuk memilih perwakilan
mereka dalam proses pengambilan keputusan politik. Pemilihan umum
memungkinkan partai politik dan calon-calon untuk bersaing secara adil dalam
memperebutkan dukungan publik. Persaingan ini mendorong partai politik untuk
menyusun program dan platform yang sesuai dengan keinginan pemilih.

12
Kontestasi dalam Pemilihan Umum merujuk pada persaingan politik yang
terjadi selama proses pemilihan umum. Ini mencakup berbagai aspek persaingan
antara partai politik, kandidat, dan kelompok politik dalam upaya untuk
memenangkan dukungan pemilih dan memperoleh posisi politik yang diincar.
Kontestasi dalam pemilihan umum adalah salah satu elemen paling krusial dalam
sistem demokrasi dan mencerminkan hakikat demokrasi sebagai sistem yang
inklusif, terbuka, dan berbasis kompetisi.

Berikut adalah beberapa poin penting yang menjelaskan kontestasi dalam


pemilihan umum:

1) Persaingan Partai Politik: Dalam pemilihan umum, partai politik bersaing


untuk memperebutkan kursi di lembaga legislatif atau posisi eksekutif, seperti
presiden atau kepala pemerintahan. Masing-masing partai politik menyusun
program dan platform politik mereka sendiri, serta calon-calon yang akan
mewakili partai tersebut dalam pemilihan.

2) Kompetisi Antar-Kandidat: Di dalam pemilihan umum, kandidat individu


juga bersaing satu sama lain untuk mendapatkan dukungan pemilih. Mereka
harus meyakinkan pemilih tentang kualifikasi mereka, visi politik, dan
komitmen untuk mewakili kepentingan pemilih di lembaga legislatif atau
posisi eksekutif yang mereka incar.

3) Pemilih Sebagai Hakim: Pemilihan umum adalah momen ketika pemilih


memiliki peran sebagai "hakim" yang menilai partai politik dan kandidat-
kandidat berdasarkan program, visi, dan rekam jejak mereka. Pemilih
memberikan suara mereka kepada partai atau kandidat yang mereka percayai
akan mewakili kepentingan mereka dengan baik.

4) Kampanye Politik: Salah satu wadah utama untuk kontestasi dalam pemilihan
umum adalah kampanye politik. Partai politik dan kandidat menggunakan

13
kampanye untuk berkomunikasi dengan pemilih, menyampaikan pesan
mereka, dan membangun dukungan. Ini melibatkan serangkaian kegiatan
seperti pidato, iklan politik, pertemuan publik, dan pameran pendukung.

5) Transparansi dan Akuntabilitas: Kontestasi dalam pemilihan umum


mendorong partai politik dan kandidat untuk berkompetisi secara terbuka dan
transparan. Mereka harus memberikan informasi yang cukup kepada pemilih
untuk memungkinkan pemilih membuat keputusan yang berdasarkan
pengetahuan.

6) Prinsip Demokrasi: Kontestasi dalam pemilihan umum adalah salah satu pilar
penting dalam sistem demokrasi. Ini menciptakan alternatif bagi pemilih dan
memungkinkan perubahan kebijakan yang terjadi melalui proses pemilihan
yang sah dan inklusif.

Kontestasi dalam pemilihan umum adalah bagian integral dari proses


demokratis dan membantu menjaga integritas dan akuntabilitas sistem demokrasi.
Ini memberikan rakyat kontrol atas pemerintah dan memberikan kesempatan bagi
partai politik dan kandidat-kandidat yang berkomitmen untuk melayani
kepentingan masyarakat untuk terpilih dan mengambil peran dalam pengambilan
keputusan politik.

b. Kontribusi Partai Politik dalam Dinamika Demokrasi


Partai politik adalah aktor utama dalam kontestasi demokrasi. Mereka
adalah agen yang mencalonkan kandidat dan menyusun agenda politik. Partai
politik bersaing untuk mendapatkan dukungan pemilih melalui pemilihan umum.
Kontestasi antar-partai menciptakan alternatif dan berkontribusi pada
pembentukan pilihan yang lebih luas bagi pemilih.

Peran Partai Politik dalam Kontestasi Demokrasi sangat penting dalam


menjaga kesehatan dan integritas sistem demokrasi. Partai politik adalah entitas

14
politik yang mengemban sejumlah peran kunci dalam proses demokratis,
termasuk pemilihan umum. Berikut adalah penjelasan tentang peran partai politik
dalam kontestasi demokrasi:

1) Pemilihan Calon: Partai politik memainkan peran kunci dalam memilih dan
mencalonkan kandidat untuk berkompetisi dalam pemilihan umum. Mereka
menyusun daftar calon, yang dapat mencakup calon presiden, anggota
parlemen, gubernur, bupati, atau kandidat untuk berbagai jabatan publik.
Partai politik memilih calon-calon yang dianggap sesuai dengan platform dan
nilai-nilai partai.

2) Mengembangkan Platform Politik: Partai politik mengembangkan platform


politik yang berisi visi, program, dan komitmen politik mereka. Platform ini
mencakup berbagai isu yang dianggap penting, termasuk ekonomi,
pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan banyak lagi. Platform ini adalah cara
partai politik berkomunikasi kepada pemilih tentang agenda mereka.

3) Kampanye Politik: Partai politik adalah motor utama dalam kampanye politik
selama pemilihan umum. Mereka mengorganisir kampanye, mengatur
pertemuan publik, debat, dan kegiatan-kegiatan kampanye lainnya untuk
mendapatkan dukungan pemilih. Kampanye politik adalah cara bagi partai
politik untuk berinteraksi dengan pemilih dan mengkomunikasikan pesan
mereka.

4) Mobilisasi Pemilih: Partai politik bertanggung jawab untuk memobilisasi


pemilih dan memotivasi mereka untuk memberikan suara pada hari
pemilihan. Mereka mengorganisir upaya-upaya lapangan, termasuk door-to-
door campaigning, pendaftaran pemilih, dan upaya pemungutan suara untuk
memastikan bahwa pendukung mereka berpartisipasi dalam pemilihan.

15
5) Kerangka Kerja Demokratis: Partai politik membantu membangun dan
menjaga kerangka kerja demokratis. Mereka harus mematuhi aturan dan
peraturan pemilihan, termasuk undang-undang pemilu dan etika kampanye.
Ini mencakup pelaporan dana kampanye, pemantauan pemilu, dan mematuhi
hasil pemilihan.

6) Pengawasan Pemerintahan: Partai politik yang menjadi bagian dari


pemerintahan atau oposisi memiliki peran penting dalam mengawasi kinerja
pemerintah. Mereka bertanggung jawab atas pengawasan, pemantauan, dan
pembuatan kebijakan pemerintah untuk memastikan bahwa pemerintah
bekerja sesuai dengan kepentingan masyarakat.

7) Alternatif Politik: Partai politik memberikan alternatif politik kepada pemilih.


Dalam demokrasi yang sehat, pemilih memiliki pilihan antara beberapa partai
politik yang mewakili berbagai pandangan politik dan ideologi. Hal ini
memungkinkan pemilih untuk memilih partai yang paling sesuai dengan nilai-
nilai dan kepentingan mereka.

Partai politik adalah elemen penting dalam sistem demokrasi karena


mereka membantu mengorganisir dan mengarahkan proses politik serta menjaga
akuntabilitas dalam pemerintahan. Mereka juga memungkinkan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses politik dengan berbagai cara, termasuk melalui
keanggotaan partai politik, kampanye, dan pemilihan umum. Dengan demikian,
peran partai politik dalam kontestasi demokrasi adalah inti dari sistem demokrasi
yang berfungsi dengan baik.

c. Kompetisi Antar-Kandidat
Di dalam pemilihan umum, kandidat-kandidat individu juga bersaing satu
sama lain. Mereka harus meyakinkan pemilih tentang kualifikasi mereka, visi, dan
komitmen untuk mewakili kepentingan masyarakat. Kontestasi antar-kandidat

16
menciptakan pilihan bagi pemilih dan memastikan bahwa yang terpilih adalah
yang paling sesuai dengan harapan pemilih.
Kompetisi Antar-Kandidat adalah aspek sentral dalam proses pemilihan
umum dalam sistem demokrasi. Ini merujuk pada persaingan antara individu yang
mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilihan, baik untuk posisi eksekutif
(seperti presiden atau gubernur) maupun legislatif (seperti anggota parlemen atau
dewan kota). Kompetisi antar-kandidat memiliki beberapa elemen kunci:

1) Persaingan Program dan Visi: Kandidat-kandidat bersaing dengan cara


mengusung program politik dan visi mereka sendiri untuk jabatan yang
mereka kejar. Ini mencakup berbagai isu seperti ekonomi, pendidikan,
lingkungan, kesehatan, dan kebijakan publik lainnya. Pemilih akan menilai
dan membandingkan program-program ini sebelum membuat keputusan.

2) Debat Publik: Kompetisi antar-kandidat sering mencakup debat publik di


mana kandidat-kandidat memiliki kesempatan untuk berdebat dan
menguraikan pandangan mereka. Ini membantu pemilih untuk memahami
perbedaan antara kandidat-kandidat dan melihat bagaimana mereka mengatasi
isu-isu penting.

3) Kampanye Pribadi: Kandidat-kandidat juga melakukan kampanye pribadi


untuk membangun basis dukungan mereka. Mereka mengadakan pertemuan-
pertemuan dengan pemilih, mengunjungi komunitas, dan berinteraksi
langsung dengan masyarakat. Kampanye ini bertujuan untuk memenangkan
hati dan dukungan pemilih.

4) Publikasi dan Iklan Kampanye: Kandidat-kandidat sering menggunakan


media cetak dan elektronik untuk mempublikasikan pesan kampanye mereka.
Ini mencakup iklan politik di televisi, radio, surat kabar, dan media sosial.
Iklan kampanye berusaha mempengaruhi pemilih dan mengkomunikasikan
pesan kandidat.

17
5) Pemungutan Suara: Puncak dari kompetisi antar-kandidat adalah pemungutan
suara dalam pemilihan umum. Pemilih memilih kandidat yang menurut
mereka paling sesuai dengan pandangan dan kepentingan mereka. Hasil
pemungutan suara menentukan siapa yang akan menduduki jabatan yang
diperebutkan.

6) Akuntabilitas dan Responsif Terhadap Pemilih: Kompetisi antar-kandidat


memberikan mekanisme akuntabilitas dalam sistem demokrasi. Kandidat
yang terpilih harus mewakili dan memenuhi janji-janjinya kepada pemilih.
Jika mereka tidak berhasil, pemilih dapat memilih untuk menggantinya dalam
pemilihan berikutnya.

7) Diversitas dan Representasi: Kompetisi antar-kandidat memungkinkan


munculnya kandidat-kandidat dari berbagai latar belakang dan pandangan
politik. Ini berkontribusi pada diversitas dalam pemerintahan dan mewakili
berbagai kepentingan dalam masyarakat.

Kompetisi antar-kandidat adalah salah satu elemen esensial dalam sistem


demokrasi yang menggambarkan hakikat demokrasi sebagai sistem yang inklusif
dan berbasis kompetisi. Hal ini memberikan pemilih kesempatan untuk memilih
kandidat yang mereka anggap paling sesuai untuk mewakili dan memimpin
mereka, serta mendorong akuntabilitas, transparansi, dan responsivitas dalam
pemerintahan.

d. Peran Media dalam Kontestasi Demokrasi


Media berperan penting dalam memfasilitasi kontestasi demokrasi.
Mereka memberikan informasi kepada publik tentang partai politik, kandidat, dan
isu-isu politik. Namun, peran media juga menghadapi tantangan, termasuk
masalah penyebaran berita palsu dan bias dalam liputan politik.

18
Peran Media dalam Kontestasi Demokrasi sangat penting dalam
memastikan proses pemilihan umum yang adil, informasi yang transparan, dan
partisipasi aktif pemilih. Media memainkan peran sentral dalam menghubungkan
pemilih dengan kandidat, memastikan akses informasi yang seimbang, dan
memfasilitasi perdebatan politik. Berikut adalah beberapa aspek dari peran media
dalam kontestasi demokrasi:

1) Penyedia Informasi: Media adalah sumber utama informasi politik bagi


pemilih. Mereka memberikan laporan tentang kandidat, platform politik, dan
isu-isu yang relevan dalam pemilihan umum. Ini membantu pemilih untuk
membuat keputusan yang berdasarkan pengetahuan.

2) Pemberi Suara: Melalui liputan pemilihan umum, media membantu pemilih


untuk memahami berbagai aspek dari proses pemilihan, termasuk cara
memilih, lokasi pemungutan suara, dan aturan pemilihan. Ini mendukung
partisipasi pemilih dan memastikan pemilihan yang adil.

3) Debat dan Diskusi: Media sering mengorganisir debat antar-kandidat, forum,


dan diskusi politik yang memungkinkan kandidat untuk berdebat dan
menguraikan visi politik mereka. Ini membantu pemilih untuk melihat
perbedaan antara kandidat dan menganalisis argumen mereka.

4) Mengawasi Akuntabilitas: Media memainkan peran penting dalam


mengawasi kandidat dan pemerintah. Mereka melaporkan tentang
pelanggaran etika, skandal, atau perilaku korup, yang memastikan
akuntabilitas dalam sistem politik. Ini juga menciptakan tekanan untuk
memastikan perilaku yang bersih dan etis.

5) Pemberitaan Independen: Media yang independen adalah penjaga demokrasi


yang kuat. Mereka tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga memeriksa
kebijakan dan tindakan pemerintah serta kandidat. Media yang independen

19
memiliki peran kritis dalam mengekspos korupsi dan mengungkap fakta yang
mungkin tersembunyi.

6) Penyebaran Ide dan Platform Politik: Media membantu kandidat untuk


mencapai pemilih potensial dengan pesan kampanye mereka. Ini termasuk
iklan politik di televisi, radio, cetak, dan media sosial. Melalui media ini,
kandidat dapat menyampaikan platform politik mereka kepada pemilih.

7) Forum Diskusi Masyarakat: Media juga memberikan ruang untuk forum


diskusi dan opini masyarakat. Surat pembaca, kolom opini, dan program
wawancara memberikan wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
diskusi politik dan menyampaikan pandangan mereka.

8) Pemantauan Pemilu: Selama pemilihan umum, media dapat berperan sebagai


pengawas pemilihan, memantau kecurangan, intimidasi pemilih, atau
pelanggaran pemilu lainnya. Ini membantu memastikan pemilu yang adil dan
bersih.

Peran media dalam kontestasi demokrasi adalah krusial dalam memastikan


bahwa pemilih memiliki akses informasi yang memadai untuk membuat
keputusan yang terinformasi. Media yang independen dan berkualitas adalah
penjaga utama integritas proses pemilihan dan akuntabilitas dalam pemerintahan.
Dalam konteks demokrasi, media merupakan "pilar keempat" yang mendukung
demokrasi yang kuat dan inklusif.

e. Masyarakat Sipil dan Kontestasi Demokrasi

Masyarakat sipil, termasuk organisasi nirlaba dan kelompok advokasi,


juga turut berperan dalam kontestasi demokrasi. Mereka dapat mempengaruhi
proses politik melalui aksi advokasi, pemantauan pemilu, dan berbagai bentuk

20
partisipasi aktif. Peran masyarakat sipil penting dalam menjaga akuntabilitas dan
transparansi dalam proses politik.

Masyarakat Sipil dan Kontestasi Demokrasi memiliki hubungan yang erat


dalam konteks sistem demokrasi yang sehat. Masyarakat sipil merujuk pada
jaringan organisasi nirlaba, kelompok advokasi, dan individu yang beroperasi di
luar pemerintah dan sektor bisnis dengan tujuan memengaruhi kebijakan publik,
memperjuangkan hak asasi manusia, dan membela kepentingan masyarakat. Peran
masyarakat sipil dalam kontestasi demokrasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengawas Demokrasi: Masyarakat sipil memiliki peran penting dalam


memantau proses pemilihan umum, termasuk pemilihan kandidat dan
prosedur pemungutan suara. Mereka dapat menyelenggarakan pemantauan
pemilu, mengawasi kepatuhan pemilu terhadap aturan, dan melaporkan
pelanggaran pemilu kepada otoritas berwenang.

2) Pengawasan Akuntabilitas: Masyarakat sipil memainkan peran dalam


mengawasi pemerintahan dan memastikan akuntabilitas. Mereka dapat
memantau kinerja pemerintah, mengungkapkan kasus korupsi, dan
mendorong transparansi dalam pengelolaan sumber daya publik.

3) Advokasi Politik: Organisasi masyarakat sipil sering berperan sebagai


advokat kepentingan masyarakat dan memperjuangkan perubahan kebijakan.
Mereka dapat memobilisasi dukungan publik untuk isu-isu tertentu dan
mempengaruhi agenda politik.

4) Pemberdayaan Pemilih: Masyarakat sipil dapat memainkan peran dalam


memberdayakan pemilih. Mereka dapat memberikan informasi kepada
pemilih tentang calon dan platform politik, mengorganisir forum diskusi
publik, dan mengkampanyekan pentingnya partisipasi aktif dalam pemilihan.

21
5) Pendukung Proses Demokratis: Masyarakat sipil memberikan dukungan
kepada lembaga-lembaga demokratis, seperti komisi pemilihan, yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemilu. Mereka dapat membantu
dalam proses pendaftaran pemilih, pelatihan penghitung suara, dan aspek
teknis lainnya dalam pemilu.

6) Forum Dialog dan Konsultasi: Masyarakat sipil dapat menyediakan forum


untuk dialog dan konsultasi antara pemilih, kandidat, dan pemerintah. Ini
membantu membangun pemahaman yang lebih baik antara semua pihak yang
terlibat dalam proses politik.

7) Perlindungan Hak Asasi Manusia: Banyak organisasi masyarakat sipil


berfokus pada perlindungan dan advokasi hak asasi manusia. Mereka dapat
memantau pelanggaran hak asasi manusia selama pemilihan dan
memperjuangkan hak-hak individu yang terancam.

Dalam konteks kontestasi demokrasi, masyarakat sipil memiliki peran


penting dalam menjaga proses politik yang bersih, adil, dan inklusif. Mereka
bertindak sebagai penjaga akuntabilitas dan transparansi, serta memastikan bahwa
suara dan aspirasi masyarakat didengar. Melalui partisipasinya, masyarakat sipil
memperkaya demokrasi dengan berbagai perspektif dan memberikan kontribusi
penting dalam menjaga sistem demokrasi yang kuat.

f. Tantangan dan Perubahan dalam Kontestasi Demokrasi

Kontestasi demokrasi tidak selalu berjalan mulus. Tantangan seperti


korupsi, uang politik, dan politik identitas dapat memengaruhi integritas proses
demokrasi. Selain itu, teknologi dan media sosial telah mengubah cara kontestasi
demokrasi berlangsung, dengan tantangan seperti disinformasi dan perpecahan
politik yang semakin nyata.

22
Tantangan dan perubahan dalam kontestasi demokrasi mencerminkan
dinamika yang terus berkembang dalam proses politik modern. Beberapa dari
tantangan ini dapat mengancam kualitas dan integritas sistem demokrasi,
sementara yang lain mungkin memengaruhi cara kontestasi demokrasi
berlangsung. Berikut adalah beberapa tantangan dan perubahan utama dalam
kontestasi demokrasi:

1) Disinformasi dan Penyebaran Berita Palsu: Perkembangan teknologi digital


telah memungkinkan penyebaran cepat informasi palsu atau disinformasi. Ini
dapat memengaruhi persepsi publik, memicu kebingungan, dan merusak
integritas pemilihan. Tantangan ini mengharuskan media, pemilih, dan pihak
berwenang untuk lebih berhati-hati dalam memverifikasi informasi.

2) Polarisasi Politik yang Meningkat: Polaritas politik yang semakin tinggi


mengakibatkan kesulitan dalam mencapai konsensus dan kompromi.
Tantangan ini dapat mengganggu kemampuan pemerintah untuk bekerja
efektif dan berdampak negatif pada kontestasi demokrasi.

3) Uang dalam Politik: Keuangan kampanye yang besar dan pengaruh uang
dalam politik dapat merongrong prinsip persaingan yang adil. Kandidat
dengan akses ke sumber daya finansial yang besar mungkin memiliki
keunggulan yang tidak adil dalam kontestasi.

4) Penekanan pada Politik Identitas: Kontestasi demokrasi sering kali


dipengaruhi oleh politik identitas, di mana pemilih lebih cenderung memilih
berdasarkan faktor-faktor seperti etnisitas, agama, atau ideologi daripada pada
isu-isu kebijakan. Hal ini dapat menghambat pemilihan yang berdasarkan
substansi dan program.

5) Ancaman Keamanan Cyber: Ancaman keamanan siber dapat mengancam


integritas pemilihan dan proses pemungutan suara. Serangan siber, baik dari

23
aktor dalam negeri maupun luar negeri, dapat mempengaruhi pemilu dengan
berbagai cara, termasuk pemalsuan hasil atau penipuan pemilih.

6) Isu-isu Keamanan Nasional: Ancaman keamanan nasional, seperti terorisme


atau krisis kesehatan global, dapat menggeser perhatian dari isu-isu dalam
negeri yang mendasar dan berdampak pada dinamika kontestasi demokrasi.

7) Partisipasi Pemilih yang Rendah: Salah satu perubahan penting adalah


tingginya tingkat ketidakpartisipasian pemilih dalam beberapa pemilihan. Ini
bisa menjadi tanda bahwa pemilih merasa cenderung putus asa atau
meragukan efektivitas sistem politik mereka.

8) Teknologi dan Media Sosial: Peran media sosial dalam kontestasi demokrasi
telah berkembang pesat. Sementara ini memungkinkan partisipasi yang lebih
besar, itu juga memunculkan tantangan baru dalam hal penyebaran berita
palsu dan disinformasi.

9) Pengaruh Eksternal: Negara-negara atau aktor asing dapat mencoba


mempengaruhi pemilihan di negara lain melalui berbagai cara, termasuk
peretasan data, kampanye disinformasi, atau pendanaan kelompok politik
tertentu.

10) Reformasi Sistem Pemilihan: Beberapa negara sedang mempertimbangkan


reformasi sistem pemilihan mereka untuk mengatasi masalah seperti
perwakilan yang tidak proporsional, gerrymandering, atau sistem pemilu yang
tidak inklusif.

Pemahaman dan penanganan tantangan ini adalah kunci dalam menjaga integritas
dan kesehatan kontestasi demokrasi. Melalui reformasi dan adaptasi, sistem
demokrasi dapat tetap relevan dan memenuhi tuntutan zaman yang terus berubah.

24
D. Korelasi antara Pancasila dan Kontestasi Demokrasi

Indonesia, sebagai negara dengan sejarah demokrasi yang relatif muda,


memiliki satu aset berharga yang membedakannya dari banyak negara demokrasi
lainnya: Pancasila. Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, bukan hanya
sebagai dokumen konstitusi formal, tetapi juga sebagai panduan moral dan etis
bagi bangsa Indonesia. Dalam konteks kontestasi demokrasi, Pancasila memegang
peran penting dalam menjaga integritas, inklusivitas, dan kualitas sistem politik
Indonesia.
Pancasila mencerminkan nilai-nilai dasar demokrasi, seperti kebebasan,
keadilan, hak asasi manusia, persatuan, dan keragaman. Dalam makalah ini, kami
akan menyelidiki hubungan erat antara Pancasila dan kontestasi demokrasi di
Indonesia. Bagaimana Pancasila berperan dalam mendukung proses pemilihan
umum yang kompetitif, mendorong partisipasi publik, dan menjaga stabilitas
politik? Bagaimana nilai-nilai Pancasila tercermin dalam dinamika politik dan
proses demokrasi Indonesia?

1) Pancasila sebagai Dasar Demokrasi


Pancasila memiliki peran kunci dalam mendukung kontestasi demokrasi di
Indonesia. Sila-sila dalam Pancasila seperti keadilan sosial, persatuan, dan
demokrasi langsung mendukung prinsip-prinsip dasar demokrasi. Misalnya, Sila
Kelima "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" mencerminkan
pentingnya kesetaraan dan distribusi yang lebih merata dalam masyarakat, yang
merupakan tujuan penting dalam sistem demokrasi.
2) Pancasila dan Isu Kepemimpinan
Pancasila juga memberikan kerangka kerja moral untuk pemilihan
pemimpin dalam kontestasi demokrasi. Prinsip-prinsip seperti gotong royong
(kerja sama) dan musyawarah mufakat (perundingan) mempromosikan pemilihan
pemimpin yang memahami kepentingan dan aspirasi masyarakat. Ini juga berarti
bahwa pemimpin yang terpilih diharapkan untuk melayani masyarakat dengan
itikad baik dan berkomitmen pada kepentingan nasional.

25
3) Kontestasi Demokrasi dan Inklusivitas
Salah satu ciri khas kontestasi demokrasi adalah inklusivitas. Pancasila
menggaris bawahi pentingnya keberagaman dalam satu kesatuan. Ini penting
dalam konteks politik, karena Indonesia memiliki keragaman etnis, agama,
budaya, dan pandangan politik. Berikut adalah beberapa cara di mana Pancasila
mendukung keberagaman dalam pemilihan dan kontestasi politik:

a) Sila Kelima - Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Sila ini
menekankan pentingnya kesetaraan dan keadilan sosial bagi semua
warga negara. Dalam konteks politik, hal ini berarti bahwa semua warga
Indonesia, terlepas dari latar belakang mereka, memiliki hak yang sama
dalam proses pemilihan. Prinsip ini mendukung perlakuan yang adil dan
setara untuk semua pemilih dan kandidat.

b) Sila Keempat - Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan: Pancasila menekankan
musyawarah (perundingan) sebagai cara penting untuk mencapai
kesepakatan dalam pengambilan keputusan politik. Ini menciptakan
kesempatan bagi berbagai kelompok dan pandangan politik untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Permusyawaratan
ini mencerminkan inklusivitas dalam kontestasi politik.

c) Sila Ketiga - Persatuan Indonesia: Prinsip persatuan menekankan


pentingnya menjaga persatuan dan kerukunan dalam masyarakat yang
beragam. Dalam konteks pemilihan, hal ini menggarisbawahi pentingnya
menghindari kampanye atau retorika yang memecah-belah masyarakat
berdasarkan perbedaan etnis, agama, atau budaya. Pancasila mendorong
pemilih dan kandidat untuk fokus pada kesatuan dan tujuan bersama.

d) Hak Asasi Manusia (HAM) dan Kepedulian Sosial: Pancasila mengakui


hak asasi manusia sebagai nilai yang mendasar. Ini mencakup hak untuk

26
berpartisipasi dalam proses politik tanpa diskriminasi. Prinsip
kepedulian sosial juga mencerminkan tanggung jawab untuk memastikan
bahwa kepentingan semua kelompok masyarakat diwakili dalam proses
pemilihan.

e) Perlindungan terhadap Diskriminasi: Pancasila melarang diskriminasi


dalam segala bentuk. Ini mencakup diskriminasi berdasarkan etnis,
agama, atau budaya. Dalam pemilihan, prinsip ini menciptakan kerangka
kerja hukum yang melindungi hak semua warga negara untuk
berpartisipasi tanpa hambatan atau diskriminasi.

f) Keragaman Identitas Politik: Pancasila mengakui hak individu dan


kelompok untuk memiliki identitas politik yang berbeda. Ini berarti
bahwa pemilih dapat mendukung kandidat atau partai politik yang
mencerminkan pandangan mereka tanpa takut represi atau diskriminasi.

g) Demokrasi Substantif: Pancasila mendorong pemerintah dan pemimpin


untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat secara merata,
terlepas dari latar belakang mereka. Ini menciptakan lingkungan yang
mendukung kesejahteraan dan keadilan bagi semua warga negara.

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memberikan kerangka kerja


moral dan etis yang mempromosikan keberagaman dalam pemilihan dan
kontestasi politik. Ini mendorong inklusivitas, persatuan, dan kesetaraan dalam
proses demokrasi, memastikan bahwa semua warga negara dapat berpartisipasi
dalam cara yang setara dan adil. Dengan memahami prinsip-prinsip Pancasila ini,
Indonesia dapat menjaga keberagaman sebagai aset penting dalam sistem
demokrasi mereka.

27
4) Pancasila dalam Mewujudkan Demokrasi Substantif
Pancasila tidak hanya menekankan demokrasi formal, tetapi juga
demokrasi substantif yang mendorong pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
dan aspirasi rakyat. Bagaimana Pancasila mendorong pemerintah dan kandidat
untuk menghasilkan hasil konkret yang menguntungkan rakyat?
5) Tantangan dan Perubahan Terkini
Tantangan seperti polarisasi politik, penyebaran disinformasi, dan isu-isu
keamanan nasional telah memengaruhi dinamika kontestasi demokrasi di
Indonesia.

E. Upaya Memperkuat Harmoni Pancasila dalam Demokrasi

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki peran kunci dalam


menjaga kontestasi demokrasi yang stabil dan harmonis di Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila seperti persatuan, keadilan, musyawarah, kerakyatan, dan ketuhanan
yang maha esa menjadi pedoman bagi pembentukan kebijakan dan tindakan
politik. Namun, untuk menjaga harmoni Pancasila dalam dinamika demokrasi,
diperlukan upaya konkret dan berkelanjutan.

1. Program Pendidikan Pancasila:


Salah satu upaya penting adalah program pendidikan Pancasila.
Pendidikan Pancasila harus dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional.
Melalui program ini, generasi muda Indonesia akan mendapatkan pemahaman
yang mendalam tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip Pancasila, serta bagaimana
mereka relevan dalam sistem demokrasi.

2. Pembangunan Kesadaran Politik yang Berbasis Pancasila:


Selain pendidikan formal, kesadaran politik yang berbasis Pancasila harus
ditingkatkan. Organisasi masyarakat sipil dan lembaga-lembaga pemerintah dapat
memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran ini. Masyarakat perlu
memahami bahwa kontestasi demokrasi adalah sarana untuk mencapai persatuan
dan kesejahteraan bersama, bukan untuk memecah belah.

28
3. Kolaborasi Lintas Sektor:
Untuk memperkuat harmoni Pancasila dalam demokrasi, kolaborasi lintas
sektor sangat penting. Pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat
sipil, dan sektor swasta harus bekerja sama dalam mengimplementasikan
program-program yang mendukung nilai-nilai Pancasila.
Upaya memperkuat harmoni Pancasila dalam demokrasi adalah tugas
bersama seluruh masyarakat Indonesia. Dengan pendidikan yang tepat, kesadaran
politik yang kuat, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat menjaga harmoni
Pancasila dalam dinamika kontestasi demokrasi.

29
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan dari Makalah tentang Harmoni Pancasila dalam Dinamika


Kontestasi Demokrasi Indonesia, yaitu :

1. Kontestasi demokrasi adalah sebuah proses dalam sistem demokrasi di mana


berbagai kelompok dan individu bersaing untuk mendapatkan kekuasaan
politik melalui pemilihan umum. Ini mencakup pemilihan kandidat, partai
politik, serta perdebatan politik yang aktif. Kontestasi demokrasi adalah inti
dari demokrasi itu sendiri, yang mengharuskan persaingan yang sehat,
partisipasi pemilih, dan perubahan kekuasaan yang damai.
2. Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki keterkaitan erat dengan
demokrasi. Nilai-nilai dalam Pancasila mencerminkan prinsip-prinsip dasar
demokrasi, seperti kebebasan, keadilan, partisipasi, dan hak asasi manusia.
Pancasila memberikan kerangka kerja moral dan etis untuk demokrasi di
Indonesia, memandu pemilihan yang inklusif, pemimpin yang bertanggung
jawab, dan persatuan dalam keragaman.
3. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi demokrasi di Indonesia adalah
peningkatan polarisasi politik, disinformasi, dan polarisasi sosial. Pancasila
dapat menjadi solusi dengan mengingatkan kita akan prinsip persatuan,
musyawarah, dan keadilan sosial. Dengan berpegang pada nilai-nilai ini,
Indonesia dapat mengatasi tantangan dengan berfokus pada kesatuan, diskusi
yang konstruktif, dan distribusi yang merata dalam masyarakat.
4. Untuk memperkuat peran Pancasila dalam mendukung demokrasi yang sehat,
langkah-langkah berikut dapat diambil:
a) Pendidikan masyarakat tentang makna dan nilai-nilai Pancasila.
b) Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses politik.
c) Mengembangkan kerangka hukum yang mencerminkan prinsip-prinsip
Pancasila.
d) Menekankan etika dan integritas dalam politik.

30
e) Mendorong dialog dan perundingan sebagai alat penyelesaian konflik.
f) Dengan langkah-langkah ini, Pancasila dapat terus memainkan peran
sentral dalam menjaga kontestasi demokrasi yang sehat di Indonesia dan
memandu negara menuju masa depan yang lebih demokratis dan inklusif.

31
DAFTAR PUSTAKA

Artis. 2014. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. (Pekan Baru: Uin Suska
Riau).

Azra. Azyumardi. 2006. Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. (Jakarta:


ICCE UIN Syarif Hidayatullah).

Mahfud. 2000. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. (Jakarta: PT Rineka


Cipta).

Miriam, Budiardjo. 1996. Demokrasi di Indonesia. (Jakarta: Gramedia).

Tim Pokja UIN Sunan Kalijaga. 2005. Pancasila dan Kewarganegaraan.


(Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga)

Azra, Azyumardi. (2004). Asal Usul Reformisme Islam di Asia Tenggara:


Jaringan Ulama Melayu-Indonesia dan Timur Tengah pada Abad Ketujuh Belas
dan Kedelapan Belas. Southeast Asian Studies, 42(3), 289-330.

Hosen, Nadirsyah. (2009). Syariah dan Reformasi Konstitusi di Indonesia. Asian


Journal of Comparative Law, 4(1), 1-45.

Huda, Qodariyah. (2006). Islam dan Negara Sekuler di Indonesia. The Muslim
World, 96(3), 447-466.

Liddle, R. William. (1996). Demokrasi Muncul di Indonesia. Jurnal Demokrasi,


7(2), 104-118.

Mietzner, Marcus. (2013). Politik Militer, Islam, dan Negara di Indonesia: Dari
Transisi Tumultu ke Konsolidasi Demokrasi. Dalam K. Steiner & A. M.
Thompson (Eds.), Transformasi Politiik Indonesia: Orde Baru dan Setelahnya
(hal. 91-113). Routledge.

Mietzner, Marcus. (2016). Pemilu Legislatif Indonesia 2014: Partai, Tokoh, dan
Kekuasaan. Contemporary Southeast Asia, 38(3), 382-409.

32
Soekarno. (1945). "Pancasila." Diambil dari
http://www.panji-masyarakat.or.id/pancasila-ir-soekarno.html

Abdurrahman, A. (2004). "Konsep Demokrasi di Indonesia: Studi Historis tentang


Negara Indonesia." Bulletin of Indonesian Economic Studies, 40(3), 329-342.

Hidayat, S. (2006). "Demokrasi di Indonesia: Tantangan, Inisiatif, dan Peluang."


Seri Working Paper Institut Penelitian Asia, 84.

Soekarno. (1945). "Pancasila." Diambil dari


http://www.panji-masyarakat.or.id/pancasila-ir-soekarno.html
Hidayat, S. (2006). "Demokrasi di Indonesia: Tantangan, Inisiatif, dan Peluang."
Seri Working Paper Institut Penelitian Asia, 84.
Liddle, R. W. (2001). "Demokrasi Indonesia: Stabilitas dan Masalah." Australian
Journal of International Affairs, 55(3), 333-345.

33
Ketentuan Penulisan Makalah:
1. Naskah ditulis menggunakan ukuran kertas standar (A4)
2. Naskah menggunakan rata kanan-kiri (justified) dengan spasi tunggal (sin
gle-spaced);
3. Makalah diketik dengan font Times New Roman ukuran 12 (untuk tulisan
latin), font Traditional Arabic ukuran 18 (untuk tulisan Arab);
4. Margin Halaman setiap sisi 4, 4,3,3 (Kiri, Atas, Bawah, Kanan);
5. Kutipan dalam naskah menggunakan Bodynote;

(Rifa’i, 73 : 2023)

Menurut Fuad Ni’mah (1987: 14) Ciri Fi’il Mudhari ada 7:

Ciri Fi’il Mudhari ada 7:

(Ni’mah, 1987:14).

34

Anda mungkin juga menyukai