Anda di halaman 1dari 6

INDONESIA, NEGARA KESATUAN ATAU NEGARA KHILAFAH?

Christopher Davinci Rettob/1323019003

PENGANTAR
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang terbentuk berdasarkan konsep
nation-state (negara-bangsa). Konsep nation state sendiri sering didefinisikan sebagai sekumpulan
orang yang memiliki kesamaan asal keturunan adat, bahasa, dan sejarah, serta memiliki
pemerintahan sendiri. Bangsa adalah kesatuan karakter, kesamaan watak yang lahir dari kesamaan
derita dan keberuntungan yang sama.

Perasaan senasib dan sepenanggungan inilah yang kemudian akan melahirkan semangat
untuk bersatu. Persatuan ini nampak dalam perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang dahulu
menginginkan tujuan yang sama dan satu, yakni kemerdekaan indonesia. Semangat inilah yang
kemudian akan membuat mereka bersatu sampai akhirnya membentuk NKRI, Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Namun, akhir-akhir ini, persatuan Indonesia diguncang dengan wacana-wacana yang


berkembang mengenai pendirian negara khilafah. Negara khilafah sendiri negara yang nantinya
akan menancapkan nilai-nilai keislaman sebagai nilai yang fundamental. Bagi kebanyakan orang
konsep nation-state yang ada saat ini telah mengancam eksistensi nilai-nilai ajaran Islam yang ada.
Maka wacana menjadikan Indonesia sebagai negara khilafah dianggap sebagai solusi yang tepat
untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lampau.

Berangkat dari keprihatinan inilah, penulis akan berusaha menguraikan sedikit


permasalahan yang berkaitan dengan konsep negara-bangsa dan negara khilafah. Hingga akhirnya
sistem mana yang cocok bagi Indonesia.

NEGARA KHILAFAH, NEGARA ISLAM?

Ungkapan “al Islam din wa dawlah” Islam adalah agama dan negara, yang diyakini
sebagai salah satu hadits, yang dijadikan sebagai pemacu dan pijakan golongan tertentu untuk
menjadikan suatu sistem negara khilafah, yaitu negara yang menerapkan syariat Islam secara
holistik. Sebagai tujuan utama dalam mendirikan negara Islam.
Semua ini tentu saja memiliki kaitan dengan ajaran-ajaran fundamentalisme Islam.
Fundamentalisme islam sendiri memiliki cita-cita untuk memgembalikan nilai-nilai islam dalam
setiap aspek kehidupan. Menurut mereka, konsep nation-state yang terpengaruh kebudayaan barat
telah menghilangkan nilai-nilai islam dan bahkan merusak nilai-nilai ini.

Persinggungan antara konsep khilafah dan negara-bangsa ini menjadi sebuah pertarungan,
baik wacana maupun politik di banyak negara, khusunya yang bercorak Islam. Di Indonesia
pertarungan ini sejak awal telah tejadi pada awal kelahiran negarabangsa Indonesia. Upaya untuk
menjadikan Indonesia, sebagai negara Islam adalah manifestasi dari gerakan ini.

Kemunculan khilafah yang diagungkan ole ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) seakan
kontraproduktif dengan model NKRI yang sudah final dan menjadi landasan bangunan kebangsaan
dan kenegaraan Indonesia. Secara khusus tujuan Khilafah adalah sebagai berikut:

• Melanjutkan kepemimpinan agama islam setelah Nabi Muhammad saw. Wafat (bukan
pengganti sebagai Nabi).
• Berupaya untuk memelihara keamanan dan ketahanan agama dan Negara.
• Mengupayakan kesejahteraann lahir batin dalam rangka memperoleh kebahgiaan di dunia
dan di akhirat.
• Mewujudkan dasar-dasar Khilafah (pemerintahan) yang adil dalam seluruh aspek
kehidupan umat islam.

INDONESIA DIBANGUN ATAS DASAR PANCASILA

Sejak dahulu, para Bapa Perintis dan pendiri bangsa telah membangun dan memikirkan
suatu landasan yang dapat dipakai oleh seluruh masyarakat Indonesia. Maka melalui BPUPKI dan
PPKI mereka sepakat yang akhirnya menghasilkan apa yang kita sebut sebagai pancasila. Yap,
pancasila yang berisi nilai-nilai yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia sampai saat ini.

Pancasila tak sekedar menjadi dasar negara semata. Pancasila memiliki beberapa fungsi
dan kedudukan bagi Bangsa Indonesia. Fungsi-fungsi ini meliputi sebagai ideologi negara, dasar
negara serta dasar etika bangsa Indonesia. Semua fungsi ini tentu saja memiliki pengertian khusus
bagi Bangsa Indonesia. Fungsi ini juga yang menentukan kedudukannya di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini.
Ideologi memiliki banyak arti. Ideologi sendiri berasal dari bahasa Inggris idea, yang
berarti gagasan, konsep, serta cita-cita. Akan tetapi ketika ideologi dikaitkan dengan Pancasila dan
negara, maka ideologi dapat dikatakan sebagai kesatuan gagasan dasar yang sistematis dan
menyeluruh tentang manusia dan kehidupan baik individual dan sosial, khusunya dalam
kehidupannya dalam negara.1 Dapat dikatakan bahwa Pancasila lahir dari pemikiran atau gagasan
para tokoh bangsa untuk mengarahkan kehidupan masyarakat Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia berarti bahwa Indonesia dibangun atas dasar
moral serta gagasan yang berakar pada kodrat manusia.2 Hal ini semakin menegaskan bahwa
sesungguhnya Indonesia sudah memiliki dasar serta gagasan akan nilai kemanusiaan yang sangat
dijunjung tinggi, khususnya dengan hadirnya Pancasila sebagai ideologi Indonesia. Saat ini,
tinggal manusianya, apakah mampu menjalankan fungsinya sesuai dengan kodrat kemanusiaan
dan norma-normanya sebagai manusia.3

Kedua, Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila sebagai dasar Negara mengandung
makna bahwa nilai nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi
masyarakat Indonesia.4 Hal ini pun semakin dipertegas dengan pernyataan yang ada dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea 4 yang berbunyi demikian,

“Kemudian dari pada itu untuk dapat membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia serta seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi serta keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang suatu Dasar Negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
serta beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta untuk mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”5

1
Bdk. Kirdi Dipoyudo, Analisa Pancasila Arti dan Penerapannya(Buku III), Jakarta : Centre For Strategic And
International Studies, 1978, hlm. 174.
2
Ibid, 176.
3
Ibid.
4
Ibid, 190
5
Teks Pembukaan UUD 1945 Alinea 4.
Para pemikir saat itu bisa saya katakan sangat jeli karena menyisipkan Pancasila pada
Pembukaan UUD 1945. Hal ini semakin menguatkan posisi pancasila sebagai pandangan sekaligus
dasar negara yang memiliki kedudukan yang tetap,kuat dan tidak berubah.

Terakhir Pancasila sebagai dasar etika bangsa. Etika sendiri kerapkali diartikan secara
keliru oleh banyak orang. Banyak orang beranggapan bahwa etika itu etiket, ajaran yang baik dan
buruk atau norma masyarakat atau adat istiadat. Kesalahpahaman ini membawa orang-orang akan
penilaian yang salah terhadap sesamanya.

Etika sendiri berasal dari Bahasa Yunani, ethos. Kata ini sendiri berarti watak atau cara
hidup seseorang. Akan tetapi etika sendiri berarti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
hidup seseorang. Selain itu, etika bisa juga diartikan sebagai refleksi filosofis tentang moralitas.
Ini berarti berisi tata cara atau aturan bertindak dalam hidup.6

Pancasila memiliki beberapa nilai etika yang terkandung dalam sila-silanya. Menurut
penulis nilai-nilai itu meliputi, religious, adat istiadat/kebudayaan, serta kenegaraan/kebangsaan.
Prinsip-prinsip ini yang kemudian menjadi ruh dalam Pancasila sampai saat ini.

Jadi sangat jelas jika pancasila menjadi tonggak kehidupan bangsa di berbagai aspek
kehidupannya.

APAKAH INDONESIA COCOK MENJADI NEGARA KHALIFAH?

Di Indonesia, hubungan Islam politik dan negara telah terjadi pertautan yang unik karena
terjadinya sebuah kompromi. Hal tersebut bisa dilihat dari upaya membenturkan Islam politik
dengan negara justru mengalami jalan buntu.

Sejak masa rezim Soekarno hingga rezim Soeharto, partai-partai politik yang berlandaskan
Islam dinilai sebagai suatu kekuatan yang potensial untuk merobohkan landasan negara yang
nasionalis. Karena alasan ini pula yang membuat pemerintah Indonesia sepanjang beberapa dekade
berupaya keras untuk “menjinakan” partai-partai Islam.

6
Bdk. Jan Hendrik Rapar. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Kanisius, 1993. hlm. 62.
Akibatnya, tidak saja para pemimpin Islam dan aktivis Islam politik yang gagal menjadikan
Islam sebagai dasar ideologi dan agama negara pada awal kemerdekaan dan pada akhir tahun 1950-
an dalam perdebatan majelis konstitusi mengenai masa depan konstitusi Indonesia. Mereka pun
harus menerima disebut sebagai kelompok minoritas atau disebut kelompok luar.

Berdasarkan hal tersebut, maka bisa dilihat bahwa gerakan HTI dan aktivis pro khilafah
yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara khilafah akan sangat sulit direalisasikan. Hal ini
dikarenakan masyarakat Indonesia yang telah mempunyai konsepsi Pancasila sebagai landasan
ideologi bangsa.

Selain itu, mereka juga akan berhadapan dengan dua sayap besar organisasi politik Islam
besar seperti NU dan Muhammadiyah yang mempunyai jasa besar di Indonesia dan bekerja keras
agar umat Islam menjadi umat yang moderat dan taat kepada Pancasila. Namun tidak bisa dielak
pula bahwa agama kerapkali menjadi sarana untuk menjinakkan masyarakat.

APA YANG DAPAT DILAKUKAN?

Perlu diingat bahwa penguatan rasa nasionalisme masyarakat perlu ditingkatkan.


Persetujuan-persetujuan mengenai wacana merubah negara ini tidak akan terjadi jika masyarakat
memiliki rasa nasionalisme dan visi yang kurang lebih sama dengan pancasila. Maka penguatan-
penguatan nilai-nilai pancasila juga dibutuhkan demi tidak terwujudnya wacana-wacana tidak jelas
ini.

Kedua, dalam upaya mencegah perpecahan akibat wacana ini, para pemimpin agama,
khususnya negara islam hendaknya juga memahami sejarah pembentukan negeri ini. Pemimpin
agama hendaknya mengetahui nilai-nilai pancasila yang terkandung di dalam ini. Hal ini penting
demi menjaga kestabilan di tengah masyarakat. Melihat penduduk masyarakat Indonesia yang
masih mendengarkan pemimpin agamanya, saya rasa sangat tepat bahwa perlu kepercayaan dari
pemimpin agama untuk menjadi teladan yang hebat.

Para pemimpin agama bisa mencontoh salah satu tokoh katolik, Soegija. Dalam riwayat
hidupnya ia selalu menekankan kepada jemaatnya untuk menjadi orang yang 100 persen patriotik
dan 100 persen beragama. Maksudnya apa? Beliau mengajak untuk senantiasa hidup 100 persen
untuk negara dan 100 persen untuk agama. Tidak baik jika hanya 100 persen untuk agama namun
tidak memerhatikan 1oo persen untuk negara juga.
DAFTAR PUSTAKA

• Mustaqim, Muhammad, Muhamad Miftah, Jurnal Ilmiah ADDIN:Tantangan Negara-


Bangsa dalam Menghadapi Fundamentalisme Islam Vol. 9, 2015, Kudus: Jawa Tengah.
• Ardiansyah, Irfan, dalam Jurnal UIR Law Review: Pergeseran dari Sistem Khalifah ke
Nation State Dunia Islam, 2017, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Persada Bunda.
• Kirdi Dipoyudo, Analisa Pancasila Arti dan Penerapannya(Buku III), Jakarta : Centre For
Strategic And International Studies, 1978.
• Jan Hendrik Rapar. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Kanisius, 1993.

Anda mungkin juga menyukai