Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANNISYA NUR

NIM : 12020723221

MATKUL : PANCASILA

PRODI : IH-F

TUGAS PANCASILA

Resume Peran Pancasila dan Agama dalam Membangun Negara yang Demokratis
Hubungan Negara dan Agama
Indonesia adalah negara yang kaya dengan nilai luhur.Banyak nilai luhur dari berbagai budaya
yang ada di Indonesia yang dikristalisasi menjadi satu kesatuan nilai, yaitu pancasila.
Pancasila sendiri merupakan dasar negara, ideologi, pandangan dan falsafah hidup yang harus
dipegang bangsa Indonesia dalam proses kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
dalam mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan.
Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya merupakan nilai yang digali dari budaya bangsa
dan memiliki nilai dasar yang diakui secara universal dan tidak akan berubah oleh waktu.
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi, dasar atau
peraturan tingkah laku yang penting dan baik.Dengan demikian, Pancasila merupakan lima dasar
yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik .
Pancasila adalah dasar falsafah Indonesia.Berdasar pengertian itu, dapat disimpulkan bahwa
Pancasila pada hakikatnya merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan
menjadi pendangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara.
Nilai dan falsafah Pancasila bagi dasar negara Indonesia tidak diragukan lagi ada di setiap agama
yang menjunjung keadilan dan kemanusiaan. Suatu dasar negara yang memuat semua hal yang
merupakan kepribadian luhur bangsa Indonesia, dijiwai semangat revolusi 17 Agustus 1945 yang
menjamin hak asasi manusia dan menjamin berlakunya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yang
menjadikan musyawarah sebagai dasar segala perundingan dan penyelesaian mengenai segala
persoalan kenegaraan, menjamin kebebasan beragama dan beribadat dan berisikan sendi-sendi
perikemanusiaan dan kebangsaan yang luas.
Nasionalisme dalam pengertian politik muncul setelah H. Samanhudi menyerahkan tampuk
pimpinan SDI (Sarekat Dagang Islam) pada Mei 1912 kepada HOS Tjokroaminoto yang
mengubah nama dan sifat organisasi dari SDI menjadi SI (Sarekat Islam) untuk memperluas
ruang geraknya.
Banyak kalangan pergerakan yang kecewa terhadap perpecahan itu. Kekecewaan itu memang
beralasan, karena untuk mencapai tujuan kemerdekaan, persatuan sangat dibutuhkan. Akan
tetapi, reaksi yang muncul bukan usaha mempersatukan dua kekuatan yang bertikai, justru
kemudian mendirikan kekuatan politik baru yang bebas dari komunisme dan Islam, di antaranya
Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 1927.
Dengan demikian, terdapat tiga kekuatan politik yang mencerminkan tiga aliran ideologi: Islam,
Komunisme, dan Nasionalis sekuler. Ketiga aliran tersebut terlibat konflik ideologis yang cukup
keras.
Islam dan Pancasila
Sebagian kecil kaum Muslim, yang memandang bahwa perubahan Pancasila dari Piagam Jakarta
dengan eksklusivitas Islamnya, menjadi seperti yang ada sekarang, secara khusus, sebagai wujud
kekalahan politik wakil-wakil Muslim, dan secara umum, sebagai simbol kekalahan kaum
Muslim di Indonesia. Padahal tidak demikian, justru Pancasila versi yang ada sekarang, adalah
wujud kemenangan kaum Muslim di Indonesia. Islam menghendaki para pengikutnya untuk
berjuang bagi kebaikan universal (rahmatan lil ‘alamin), dan kembali ke keadaan nyata
Indonesia, maka sudah jelas bahwa sistem yang menjamin kebaikan konstitusional bagi
keseluruhan bangsa ialah sistem yang telah kita sepakati bersama, yakni pokok-pokok yang
terkenal dengan Pancasila menurut semangat UUD 1945.
Kaum Muslim Indonesia seharusnya tidak perlu menolak Pancasila (dan UUD 1945) karena ia
sudah sangat Islami. Sifat Islami keduanya didasarkan pada dua pertimbangan, yakni: Pertama,
nilai-nilainya dibenarkan oleh ajaran agama Islam, dan Kedua, fungsinya sebagai noktah-noktah
kesepakatan antar berbagai golongan untuk mewujudkan kesatuan sosial-politik bersama.
Kedudukan serta fungsi Pancasila dan UUD 1945 bagi umat Islam Indonesia, sekalipun tidak
dapat disamakan, sebenarnya dapat dianalogkan dengan kedudukan serta fungsi dokumen politik
pertama dalam sejarah Islam (yang kini dikenal sebagai Piagam Madinah/Mitsaq al-Madinah)
pada masa- masa awal setelah hijrah Nabi Muhammad Saw.
Pancasila melalui slogan Bhinneka Tuggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua), mengandung
makna bahwa meski masyarakat Indonesia sangatlah plural baik dari segi agama, suku bangsa,
bahasa dan sebagainya, tetapi mereka diikat dan disatukan oleh sebuah landasan hidup bersama
(common plat form) yakni Pancasila. Secara serupa, Piagam Madinah juga merupakan rumusan
tentang prinsip-prinsip kesepakatan antara kaum Muslim Madinah di bawah pimpinan Nabi Saw.
dengan berbagai kelompok non-Muslim di kota itu untuk membangun tatanan sosial-politik
bersama.
Kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan kitabullah dan sunnah
Rasulullah Saw. Oleh karena itu, sosok pemimpin yang disyariatkan adalah pemimpin yang
beriman sehingga hukum-hukum Allah Swt. dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum
Allah harus ditegakkan agar keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang
tertindas dan terdzalimi baik dari kalangan muslim maupun non muslim, karena pada hakikatnya
Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.
Pancasila dan Islam memiliki hubungan yang harmonis. Menggugat Pancasila sebagai ideologi
negara hanya akan membawa ketidakpastian baru dan akan menimbulkan kesalahan yang
memecah belah eksistensi NKRI dan pada gilirannya Indonesia akan terbagi menjadi negara-
negara kecil yang berbasis agama dan suku.
Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat harus lebih meningkatkan pendalaman agama dan
memperkuat nilai wawasan kebangsaan untuk mencegah dan mengantisipasi pergerakan militan
dari kelompok Islam garis keras yang selama ini selalu mengaku dan merasa kelompok Islam
yang paling benar serta terus melakukan kaderisasi paham radikal dengan tujuan akhir
menggantikan Pancasila dan UUD 1945.
Akhirnya, dengan semangat Nasionalisme dan terus menerap-kan implemantasi empat pilar
kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI serta melakukan
perbaikan moral dan akhlak merupakan salah satu cara menangkal sedini mungkin dari upaya
menggantikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan Negara dan penyimpangan agama
yang tidak sesuai dengan ajaran al-Quran dan Hadits.
Peran Agama dan Pancasila dalam Membangun Masyarakat yang
Demokratis
Setiap negara harus mempunyai dasar negara. Dasar negara merupakan pondasi dari bangunan
negara. Kuatnya pondasi negara akan menguatkan berdirinya negara itu. Kerapuhan fundamen
suatu negara, berakibat lemahnya negara tersebut. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila
sering disebut sebagai dasar falsafah negara (filosofische gronslag dari negara), Staats
fundamentele norm, weltanschauung dan juga diartikan sebagai ideologi negara (staatsidee).
Dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegara ini dilandasi oleh filsafat atau ideologi
pancasila. Fundamen negara ini harus tetap kuat dan kokoh serta tidak mungkin diubah.
Mengubah fundamen, dasar, atau ideologi berarti mengubah eksistensi dan sifat negara.
Keutuhan negara dan bangsa bertolak dari sudut kuat atau lemahnya bangsa itu berpegang
kepada dasar negaranya. Demokrasi tidak datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pemerintahan demokratis membutuhkan kultur demokrasi untuk membuatnya performed (eksis
dan tegak). Kultur demokrasi berada dalam masyarakat sendiri. Sebuah pemerintahan yang baik
dapat tumbuh dan stabil bila masyarakat pada umumnya memiliki sikap positif dan proaktif
terhadap norma-norma dasar demokrasi. Sehingga harus ada keyakinan yang luas di masyarakat
bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang terbaik dibanding dengan sistem lainya.
Bangsa Indonesia menetapkan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa, merupakan
pula kepribadian bangsa yang juga memilliki keselarasan dengan nilai agama. Oleh karena itu,
pembinaan kehidupan manusia Indonesia sebagai suatu bangsa yang demokratis, harus secara
konsisten diarahkan pada sikap atau tingkah laku dan kegiatan yang mencerminkan perwujudan
ideologi bangsa.
Demokrasi merupakan isu global. Keberadaannya dinilai mampu mengentaskan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik. Kecenderungan implementasi
prinsip-prinsip demokrasi dalam segala lini kehidupan telah membawa banyak keterbukaan bagi
masyarakat. Kenyataan ini yang selanjutnysa mendorong masyarakat pada tatanan kehidupan
yang lebih beradab. Segala sesuatu telah diputuskan berdasar kebutuhan dan kepentingan banyak
orang, aspek-aspek yang menjadi kesulitan dalam hidup dapat dibicarakan di atas pondasi
demokrasi. Pendek kata, demokrasi telah menjelma sebagai pendorong dalam membentuk satu
tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, keadilan, dan kesopanan.
Pada praktiknya, masih saja terdapat beberapa kejadian yang belum menunjukkan
pengejawantahan iklim demokrasi. Oleh karena itu, agama dan Pancasila mempunyai peranan
yang penting dalam kehidupan demokrasi. Demokrasi belumlah dipahami sebagai suatu pondasi
kehidupan bermasyarakat, sehingga banyak kejadian yang justru anti-demokrasi. Maraknya
kekerasan bertendensi HAM, penipuan, ketidakjujuran, ketidak-adilan merupakan praktik anti
demokrasi.
Prinsip dalam demokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan prinsip demokrasi secara universal.
Ciri demokrasi Pancasila adalah pemerintah dijalankan berdasar konstitusi, adanya pemilu secara
berkesinambungan, adanya peran kelompok kepentingan, adanya penghargaan atas HAM serta
perlindungan hak minoritas. Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara
untuk menyelesaikan masalah. Yang paling baik akan diterima, bukan berdasar suara terbanyak.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat
dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasar konstitusi yaitu
Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi Pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai