Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada permulaan XX bangsa Indonesia mengubah caranya didalam melawan kolonialis


Belanda, Bentuk perlawanan itu ialah dengan menyadarkan bangsa Indonesia akan pentingnya
bernegara. Maka lahirklah bermacam macam organisasi politik disamping bergerak dalam
bidang pendidikan dan sosial yang dipelopori oleh Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Kita
mengenal nama nama pahlawan perintis pergerakan nasional diantara lain : H.O.S
Tjokroaminoto ( S.IO. 1912), Douwes Dekker ( Indische Partij 1912) Soewardi Soerjaningrat
atau Ki Hajjar Dewantoro Tjiptomangunkusumo dan nama nama yang lain. Sumpah Pemuda/
Persatuan Bangsa Indonesia (28 Oktober 1928)
Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peritiwa sejarah perjuangan bangsa
Indonesia didalam mencapai cita-citanya. Pada saat itu pemuda pemuda Indonesia yang
dipelopori oleh Muh. Yamen, Kuntjoro Purbopranoto, Wongsonegoro dan lain lainnya
mengumandangkan Sumpah Pemuda Indonesia yang berisi pengakuan akan adanya bangsa ,
tanah-air fan bahasa yang satu , yakni Indinesia. Dengan sumpah pemuda in makin tegaslah apa
yang diinginkan oleh bangsa Indonesia iaitu kemerdekaan tanah-air dan bangsa Indonesia.
Untuk mencapai kemerdekaan perlu adanya rasa persatuan sebagai bangsa yang merupakan
syarat mutlak.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah Kehidupan dan Perubahan Sosial di Indonesia dari Awal Kemerdekaan


sampai Awal Reformasi ?
2. Bagaimanakah Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Dan Pembentukan
Pemerintahan Indonesia ?
3. Bagaimanakah Kehidupan Bangsa Indonesia Pada Awal Kemerdekaan ?
4. Bagaimanakah Kondisi Masyarakat Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal Dan
Demokrasi Terpimpin ?
5. Bagaimanakah Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa ?
6. Bagaimanakah Perjuangan Pembebasan Irian Barat ?
7. Bagaimanakah Kerja Sama Internasional Yang Di Tempuh Indonesia ?
8. Bagaimanakah Kondisi Masyarakat Indonesia Pada Masa Orde Baru Masa Reformasi ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran IPS


2. Untuk mengetahui Kehidupan dan Perubahan Sosial di Indonesia dari Awal
Kemerdekaan sampai Awal Reformasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN PEMBENTUKAN


PEMERINTAHAN INDONESIA

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang
oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia.
Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau
"Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih
menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus
1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah
kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.

Pengibaran bendera pada 17 Agustus

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua
BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan
akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10
Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan
menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan
dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan
Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap
hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada
Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro
Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum
yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat
menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang
Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak

2
memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan
proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).

Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS
Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang
berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana,
Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-
desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru.
Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun
dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat
PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas
usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda,
di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut
kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab
ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari
Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No
2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi
Kemerdekaan.

B. KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN

Kondisi awal Indonesia pada bidang sosial, ekonomi dan politik sangat memprihatinkan
karena secara politik terjadi ketegangan, kekacauan dan berbagai insiden yang mengancam
kedaulatan indonesia. Sementara itu kondisi perekonomian negara masih sangat memprihatinkan
karena inflasi, sedangakan pada masalah sosial sebagian masyarakat Indonesia pada masa awal
kemerdekaaan hidup dibawah garis kemiskinan.

Kemerdekaan telah membawa perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat
Indonesia.

Perubahan tersebut mencakup kehidupan sosial, pendidikan, dan kebudayaan. Berikut


penjelasannya :

Kehidupan Sosial
3
Sebelum kemerdekaan, telah terjadi diskriminasi rasial yang membagi masyarakat menjadi
beberapa kelas. Saat itu, masyarakat Indonesia didominasi warga Eropa dan Jepang, sebagian
besar pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang menjadi pekerja bagi bangsawan dan
penguasa.

Setelah merdeka, segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan, dan semua warga Indonesia
dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang.

Pendidikan

Pada masa penjajahan, kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-anak Indonesia


sangat terbatas. Dari sejumlah anak, hanya sebagian kecil saja yang sempat menikmati sekolah.
Akibatnya, sebagian besar penduduk Indonesia masih buta huruf. Oleh karena itu, setelah
Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K). Ki Hajar Dewantara menjabat selama 3
bulan. Kemudian, jabatan dilimpahkan kepada Mr. T.S.G.

Kebudayaan

Kebudayaan Dalam bidang kesenian, bermunculan lagu bertemakan nasionalisme yang


diciptakan oleh para komponis seperti Cornel Simajuntak, Kusbini, dan Ismail Marzuki. Lagu
tersebut, antara lain Bagimu negeri, Halo-Halo Bandung, Selendang Sutra, dan Maju Tak
Gentar.

Dan adapun kondisi politik dan ekonomi indonesia yaitu :

Kondisi Politik Indonesia pada Awal Kemerdekaan

Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dilaksanakan dengan mendadak


membuat perubahan besar pada kondisi politik di Indonesia. Berikut ini gambaran umum
kondisi politik Indonesia di masa awal kemerdekaan, dinukil dari buku Sejarah Indonesia
Modern 1200-2004 (2011).

1.) Sistem Perhubungan yang Buruk

Proklamasi kemerdekaan yang dilangsungkan dengan mendadak memang berhasil


memanfaatkan situasi kekosongan kekuasaan. Karena itu, teks proklamasi dapat dibacakan
dalam situasi damai dan tertib pada 17 Agustus 1945. Namun, di sisi lain, mendadaknya
proklamasi itu membuat informasi atas kemerdekaan Indonesia tidak tersebar secara luas dan
merata di penjuru daerah Indonesia.

2.) Perbedaan Kesukuan

Meski Indonesia telah dinyatakan sebagai negara merdeka, tidak semua elemen masyarakat
tanah air setuju. Sebagian pihak bahkan masih bersimpati pada Pemerintah Kolonial Belanda.

4
Menurut Ricklefs, pada umumnya orang-orang itu merupakan bangsawan lokal yang pada masa
penjajahan Belanda mendapat kekayaan dan kedudukan istimewa.

3.) Lemahnya Kepemimpinan Pusat

Pemerintahan Republik Indonesia tidak lahir dengan stabilitas yang instan. Gerakan
kemerdekaan Indonesia sebenarnya merupakan kumpulan dari berbagai golongan pemikiran
yang tidaak jarang saling berseberangan.

4.) Perpecahan Internal dan Kedatangan Kembali Belanda

Gerakan kemerdekaan Indonesia sejatinya terdiri dari berbagai macam aliran ideologi yang
tidak jarang saling bertentangan. Menurut Ricklefs, gerakan kemerdekaan yang paling dominan
terdiri dari tiga kekuatan politik yakni nasionalis, komunis, dan Islam. Ketiganya tak jarang
menunjukkan ketidaksepakatannya antara satu pemikiran dengan pemikiran yang lain.

Kondisi Ekonomi Indonesia pada Awal Kemerdekaan

Berikut ini tiga kondisi yang menunjukkan gambaran kondisi ekonomi Indonesia pada masa
awal kemerdekaan, dinukil dari Modul Sejarah Indonesia Kelas XII (2020) terbitan
Kemendikbud.

1.) Terjadinya Inflasi yang Tinggi

Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi lonjakan inflasi yang tinggi. Inflasi
tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, termasuk beredarnya mata uang Jepang dalam jumlah
yang tidak terkendali. Selain itu, terdapat pula mata uang cadangan yang dikeluarkan pasukan
Sekutu dari bank-bank yang berhasil dikuasai untuk biaya operasi militer dan gaji tentara

2. Blokade Ekonomi dari Belanda

Sejak November 1945, Belanda memberlakukan blokade ekonomi ke Indonesia yang


berdampak buruk bagi perekonomian nasional waktu itu. Dampak yang sangat terasa terjadi di
sektor ekspor-impor. Barang-barang dagangan RI menjadi terlambat terkirim. Banyak barang
ekspor RI yang tak terkirim, dan banyak pula yang dihancurkan oleh Belanda. Di sektor impor,
blokade Belanda berdampak pada kekurangan barang-barang impor yang sangat dibutuhkan
Indonesia.

3.) Kekosongan Kas Negara

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, republik pernah mengalami kekosongan kas negara.
Hal tersebut dikarenakan pajak dan bea masuk yang saat itu belum ada. Ketiadaan pemasukan
saat itu diperparah dengan meningkatnya pengeluaran negara. Penghasilan pemerintah RI hanya
bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah
pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.

5
C. KONDISI MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL
DAN DEMOKRASI TERPIMPIN

DEMOKRASI LIBERAL

Kondisi masyarakat Indonesia pada masa demokrasi liberal ditandai dengan ketidakstabilan
dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan keamanan. Pada bidang ekonomi kondisinya sangat
buruk diantaranya mengalami defisit keuangan yang besar dan utang negara yang tinggi
sehingga perkembangan perekonomian Indonesia tersendat.

Masa demokrasi liberal ini ditandai dengan tumbuh suburnya partai politik dan berlakunya
kabinet parlementer. Dimana, pada masa itu Indonesia sebagai “negara baru” harus banyak
belajar dalam berbagai hal, sehingga negara semakin kuat. Salah satunya dalam bidang ekonomi,
yang akibat sering terjadinya perubahan kabinet berdampak negatif terhadap kehidupan ekonomi
Indonesia.

•Gunting Syarifudin

Gunting Syarifudin adalah kebijakan pemotongan nilai uang atau senering yang diambil
Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara. Pada 20 Maret 1950, semua uang yang bernilai
Rp.2,50 keatas dipotong nilainya hingga setengahnya.

•Program Benteng

Program Benteng adalah sistem ekonomi yang bertujuan mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional, dengan menumbuhkan pengusaha Indonesia lewat
kredit. Sayangnya, program ini gagal karena pengusaha tak mampu bersaing dan malah
berdampak negative terhadap deficit anggaran yang membengkak menjadi 3 miliar pada tahun
1952.

•Nasionalisasi De Javasche Bank

Pada tahun 1951, pemerintah menasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
Hal ini dilakukan untuk menaikan pendapatan, menurunkan biaya ekspor, dan menghemat
secara drastis. Dengan nasionalisasi bank yang semula milik Belanda ini maka pemerintah lebih
leluasa dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.

•Kebijakan Ekonomi Ali-Baba

Sistem ekonomi Ali Baba ini melibatkan pengusaha pribumi (Ali) dan pengusaha keturunan
Tionghoa (Baba). Lewat program ini, pengusaha keturuanan Tionghoa diwajibkan melatih
tenaga pribumi, dan imbalannya mereka akan mendapat bantuan kredit dan lisensi dari
pemerintah.

6
•Pemilihan Umum Pertama

Pada masa demokrasi liberal ini tahun 1955, pemerintah untuk pertama kalinya melakukan
pemilihan umum nasional. Pada bulan September rakyat memilih wakil untuk DPR dan pada
bulan Desember pemilih kembali memilih wakil-wakil yang lebih banyak lagi yang akan bekerja
di sebuah institusi yang dikenal dengan konstituante.

DEMOKRASI TERPIMPIN

Masa Demokrasi Terpimpin dimulai dengan hadirnya Partai Komunis Indonesia (PKI)
sebagai partai politik yang paling dominan dan TNI AD sebagai kekuatan Hankam dan sosial
politik. Demokrasi Terpimpin merupakan penyeimbangan kekuasaan antara kekuatan politik
militer Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia dan Presiden Soekarno sebagai
penyeimbang di antara keduanya. Pertentangan antara Presiden Soekarno, TNI AD dan partai-
partai politik dalam konteks Demokrasi Terpimpin menjadi kajian penting dalam melihat
kekuasaan Presiden dalam kurun waktu berlakunya UUD 1945 di Indonesia. Pada era
pemerintahan sistem politik Demokrasi Terpimpin ini, peranan PKI sangat menonjol dan
berkembang menjadi kekuatan politik. Sementara pihak yang gigih melawan PKI adalan Partai
Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang pada akhirnya dibubarkan oleh Presiden
Soekarno karena dianggap menjadi pendukung pemberontakan yang terjadi di daerah Sumatera
dan Sulawesi. TNI AD juga turut menjadi pihak yang anti komunis. Presiden Soekarno
bekerjasama dengan TNI AD untuk mengendalikan partai politik, namun di sisi lain Soekarno
melindungi PKI. Soekarno membutuhkan PKI karena merasa terancam akan kemungkinan
pengambil-alihan kekuasaan oleh Angkatan Darat, maka terjadilah persaingan antara tiga
kekuatan, yaitu Presiden, TNI AD dan PKI. Otoritas dan kedudukan Soekarno sebagai penentu
kebijakan-kebijakan politik menjadikannya sebagai ajang perebutan dua kekuatan politik antara
TNI dan PKI untuk saling mendekati dan mempengaruhi Presiden.

D. PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA

Belanda melancarkan serangan yang dikenal sebagai Agresi Militer. Akibatnya, kekalahan
dan persatuan bangsa terancam dan memicu adanya perlawanan di berbagai daerah. Masa-masa
ini disebut sebagai masa revolusi fisik yang cukup berat bagi bangsa Indonesia. Karena, selain
berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan, para pejuang juga berjuang untuk
mempersatukan NKRI yang terpecah belah oleh Belanda. Untuk meredam konflik antara
Indonesia dan Belanda, PBB yang diwakili oleh Tiga Negara menengahi kesulitan yang
diadakan di sebuah kapal milik Amerika Serikat bernama USS Renville . Perwakilan Indonesia
diketuai oleh Perdana Menteri Amir Sjarifuddin, sementara perwakilan Belanda diketuai oleh
Gubernur Jenderal Van Mook. Perundingan tersebut dinilai menguntungkan bagi Belanda
karena Belanda hanya mengakui keunggulan Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
Sumatera. Selain itu, kesulitan Renville menghasilkan pembentukan Republik Indonesia Serikat
dan Uni Indonesia-Belanda yang dikepalai oleh Raja Belanda. Hasil perselisihan ini mendapat
7
kecaman dari rakyat Indonesia dan menyebabkan Amir Syarifuddin mundur dari jabatannya
sebagai perdana menteri dan menjadi pihak yang menentang pemerintah. Amir Syarifuddin
kemudian mendirikan Front Demokrasi Rakyat dan bergabung dengan Partai Komunis Indonesia
(PKI). Puncak dari perlawanannya adalah pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948.

Pemberontakan tersebut memicu pemberontakan-pemberontakan di wilayah Indonesia


lainnya. Seperti pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Aceh, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan
dan Sulawesi Selatan, pemberontakan APPRA di Bandung, pemberontakan Andi Azis di
Makassar, dan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS).

E. PERJUANGAN PEMBEBASAN IRIAN BARAT

Papua adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan bagian
dari wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara.
Papua merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Sebelum nama Papua (Irian)
Barat dikenal ada banyak nama yang diberikan salah satunya Kerajaan Majapahit yang
menyebut dengan dua nama yaitu Wanin dan Sram.

Sedangkan pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda, wilayah ini dikenal sebagai
Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea), sebagai usaha untuk
memperkuat kedudukannya di Papua. Perjuangan yang dilakukan pemerintah Indonesia demi
membebaskan Irian Barat dilakukan dengan berbagai upaya, baik dalam bentuk diplomasi,
politik, ekonomi, bahkan dengan menggunakan senjata.

•Perjuangan Melalui Diplomasi

Salah satu jalan yang dianggap tidak akan memakan korban jiwa akibat pecahnya konflik
bersenjata diantara kedua belah pihak adalah melalui jalan Diplomasi. Dimana, sesuai dengan isi
kesepakatan dalam Konfrensi Meja Bundar (KMB) sebenarnya telah dinyatakan bahwa Kerajaan
Belanda akan menyerahkan kedaulatan wilayah Irian Barat kepada Republik Indonesia pada
akhir 1950 dengan tidak bersyarat dan tidak dapat dicabut.

Namun, hal tersebut tidak berjalan dengan mulus karena Belanda nampaknya tidak mematuhi isi
perjanjian Konfrensi Meja Bundar (KMB) tersebut, sehingga bangsa Indonesia berusaha keras
merebut Irian Barat dari Belanda dengan jalan membawa permasalahan ini ke Persatuan Bangsa-
bangsa (PBB).

Persoalan Irian Barat ini berulang kali dimasukan ke dalam agenda Sidang Majelis Umum PBB,
tetapi tidak memperoleh tanggapan yang positif. Hal ini tentu saja memicu pemerintah Indonesia
untuk bertindak lebih lanjut, dimana pada tanggal 17 Agustus 1960 Indonesia memutuskan
hubungan diplomatik dengan pemerintah Belanda.

8
•Perjuangan Melalui Ekonomi dan Politik

Disamping itu, jalan yang ditempuh pemerintah Indonesia untuk merebut Irian Barat lewat
bidang ekonomi. Dimana, bentuk konfrontasi yang dilakukan antara lain nasionalisasi de
Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada tahun 1951, melarang maskapai penerbangan
Belanda melakukan aktivitasnya di wilayah Indonesia, melarang beredarnya terbitan berbahasa
Belanda, pemogokan buruh pada perusahaan Belanda, semua perwakilan konsuler Belanda di
Indonesia dihentikan dan nasionalisasi secara sepihak terhadap perusahaan-perusahaan Belanda
di Indonesia. Sedangkan jalan lewat politik, Pemerintah Indonesia secara sepihak membatalkan
hasil KMB dan mengesahkan kekuasaannya atas Irian Barat. Maka pada 17 Agustus 1956
Pemerintah Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibu kotanya Soa Siu.

•Perjuangan dengan Konfrontasi Bersenjata

Perjuangan dengan jalan diplomasi, politik, maupun ekonomi ternyata belum berhasil
mengusir penjajah dari kawasan timur Indonesia ini, sehingga bangsa Indonesia mencoba
alternatif lainnya dengan konfrontasi bersenjata.

Terjadi beberapa peristiwa dalam konfrontasi bersenjata ini guna penyelesaian konflik
Indonesia-Belanda, antara lain Operasi TRIKORA, Operasi Komando Mandala, Operasi
Banteng di Kaimana Fak-fak, Operasi Serigala di Teminabuan dan juga Sorong, Operasi Naga di
Marauke dan juga Kaimana.

F. KERJA SAMA INTERNASIONAL YANG DI TEMPUH INDONESIA

Kerja Sama Luar Negeri adalah kerjasama yang dilaksanakan Pemerintah Indonesia dengan
Negara-negara sahabat maupun dengan Organisasi Internasional baik Inter-Governmental
Organization maupun Non-Governmental Organization. Dalam menjalin hubungan tersebut
Indonesia senantiasa mempromosikan bentuk kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai saling menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, penolakan
penggunaan kekerasan serta konsultasi dan mengutamakan konsensus dalam proses
pengambilan keputusan. Khususnya dalam kerjasama dalam bidang Transportasi, Pemerintah
Indonesia, secara aktif, mengikuti berbagai pertemuan dan forum untuk mencapai tujuan
bersama.

Kerja Sama Luar Negeri dibagi 3 yaitu:

•Kerja Sama Bilateral

Bilateral adalah hubungan antara dua negara dengan tujuan saling menguntungkan kedua
belah pihak. Saat ini Indonesia telah menjalin kerjasama bilateral dengan 162 negara serta satu
teritori khusus yang berupa non-self governing territory. Negara-negara mitra kerjasama
Indonesia ini terbagi dalam delapan kawasan (Afrika, Timur Tengah, Asia Timur dan Pasifik,

9
Asia Selatan dan Tengah, Amerika Utara dan Tengah, Amerika Selatan dan Karibia, Eropa
Barat, dan Eropa Tengah dan Timur).

•Kerja Sama Regiona

Kerjasama regional adalah kerjasama antara negara-negara di kawasan yang melibatkan


lebih dari 2 (dua) Negara. Kerjasama Sub Regional merupakan kerjasama yang mendukung
percepatan pertumbuhan ekonomi di kawasan Regional. Kerjasama antar negara ini dilakukan
oleh negara-negara yang berada di suatu kawasan tertentu yang biasanya berdekatan. •Kerja

Sama Multilateral

Kerja Sama Multilateral adalah kerja sama yang diselenggarakan oleh bangsa-bangsa di
dunia tanpa memandang wilayah untuk kepentingan tertentu. Beberapa contoh Kerjasama
Multilateral yang telah dilakukan oleh Indonesia diantaranya adalah Perserikatan Bangsa-bangsa
, Internasional Monetery Fund (IMF), World Trade Organization (WTO), Internasional Labour
Organization (ILO), Food and Agricultural Organization (FAO), ASEAN Free Trade Area
(AFTA), Economic and Social Council (ECOSOC), Organisasi Kerjasama Islam (OKI),
Gerakan Nonblok (GNB)

G. KONDISI MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA ORDE BARU MASA


REFORMASI

MASA ORDE BARU

Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966.[3] Orde Baru
berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia
berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela
dan pengekangan kebebasan berpendapat.

•Kehidupan sosial

Pada masa Orde Baru, pemerintah berhasil mewujudkan stabilitas politik dan menciptakan
suasana aman bagi masyarakat Indonesia. Perkembangan ekonomi berjalan dengan baik dan
hasilnya dapat terlihat secara nyata. Dua hal ini menjadi faktor pendorong keberhasilan
pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan perbaikan kesejahteraan rakyat. Keberhasilan itu
dapat dilihat dari penurunan angka kemiskinan, jumlah kematian bayi, dan peningkatan
partisipasi pendidikan dasar.

Program perbaikan kesejahteraan rakyat pada masa Orde Baru, antara lain:

-Transmigrasi

Adalah program perpindahan penduduk dari suatu daerah yang padat, ke daerah lain di
dalam wilayah NKRI.
10
-Keluarga Berencana (KB)

Merupakan program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan kebutuhan dan


jumlah penduduk.

-Puskesmas dan Posyandu

Adalah dua fasilitias kesehatan yang didirikan pemerintah untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat. Puskesmas dibangun sejak ditetapkannya konsep Puskesmas dalam Rapat
Kerja Kesehatan Nasional pada 1968. Sementara posyandu hadir sejak 1984.

•Pendidikan

Pokok penting kebijakan pada bidang pendidikan di masa Orde Baru adalah penciptaan
kesempatan belajar yang lebih luas, diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan
tinggi diarahkan pada sasaran pembinaan mahasiswa yang mampu menjawab tantangan
modernisasi.

•Kebudayaan

Pada masa Orde Baru, usaha peningkatan dan pengembangan seni serta budaya diarahkan pada
upaya memperkuat kepribadian, kebanggaan, dan kesatuan nasional. Oleh karena itu, dilakukan
pembinaan dan pengembangan seni secara luas melalui sekolah seni, kursus seni, organisasi
seni, dan wadah kegiatan seni lainnya. Selain itu, dilakukan pula upaya penyelamatan,
pemeliharaan, dan penelitian warisan sejarah budaya nasional. Upaya ini diwujudkan dengan
mencatat peninggalan purbakala yang meliputi 1165 situs purbakala, rehabilitasi, serta perluasan
museum.

MASA REFORMASI

Pengertian Masa Reformasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian masa reformasi adalah
perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu
masyarakat atau negara. Sementara itu, menurut Sedarmayanti di dalam buku Sumber Daya
Manusia dan Produktivitas Kerja (2009), pengertian masa reformasi adalah sebagai proses upaya
sistematis, terpadu, komprehensif, serta ditujukan untuk merealisasikan tata pemerintahan yang
baik (good governance).

-Penyebab Reformasi

Pemerintahan Terpusat

Penyebab reformasi yang paling utama adalah ketidakpuasan masyarakat terhadap rezim
sebelumnya. Hal tersebut diakibatkan oleh praktik pemerintahan yang dianggap tidak ideal.
Salah satunya adalah sistem pemerintahan terpusat. Pemicu ini menyebabkan pembangunan
11
yang tidak merata. Sementara itu, daerah-daerah tidak memiliki fungsI otonominya seperti
sekarang. Hal ini juga menyebabkan pengerukkan sumber daya alam berlebih dari daerah yang
sudah maju dari daerah berkembang. Maka dari itu, sangat rawan terhadap ketimpangan
pengembangan daerah di Indonesia.

-Krisis Moneter

Tak hanya itu, pada 1998, penyebab lain yang membuat masyarakat bergejolak adalah
terjadinya krisis moneter. Sudah merambah sektor ekonomi, rakyat mendesak pemerintah untuk
segera melakukan sesuatu agar tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Diketahui
bahwa penyebab krisis moneter di Indonesia adalah hutang luar negeri.

-Praktik KKN

Termuat di dalam tuntutan reformasi 1998, masyarakat menekan rezim untuk memberantas
praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Hal ini membuat simpati masyarakat menipis
terhadap pemerintah. Salah satu kasus KKN pada Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
yang berupa program pinjaman kepada bank lain. Diketahui bahwa hal ini dilaksanakan untuk
menangani likuiditas saat krisis moneter 1998.

Program tersebut justru menurigat negara. Lantaran pihak BLBI memberikan Surat
Keterangan Lunas sebelum bank-bank melunasinya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mencatat bahwa saat itu, Indonesia rugi sekitar 3,7 triliun rupiah. Tak hanya itu, pada masa orde
baru juga rentan terhadap monopoli bisnis yang dilakukan oleh keluarga Soeharto yang biasa
disebut ‘Keluarga Cendana.’

-Penyimpangan UUD 1945

Penyebab terjadinya reformasi juga disebabkan oleh penyimpangan pelaksanaan UUD


1945 sebagai landasan dalam bernegara. Termasuk dalam melakukan demokrasi ekonomi yang
tidak sesuai. Alih-alih terlaksana sebagaimana seharusnya, monopoli di sektor ekonomi justru
rentan terjadi. Hal ini merupakan peluang yang dapat merugikan masyarakat secara menyeluruh
serta membuka peluang untuk kapitalisme.

Tuntutan Gerakan Reformasi 1998

Sebelum rezim orde lama turun dari jabatan, sejumlah masyarakat membuat tuntutan
kepada pemerintah untuk dipenuhi. Mengutip dari Ruang Guru, berikut isi dari tuntutan:

1. Adili Soeharto dan para pengikutnya


2. Amandemen UUD 1945
3. Otonomi daerah seluas-luasnya
4. Tegakkan supremasi hukum
5. Berantas KKN
6. Turunkan Soeharto dari kursi pemerintahan
7. Hapuskan dwifungsi ABRI.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kemerdekaan telah membawa perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan
masyarakat Indonesia. Perubahan tersebut mencakup kehidupan sosial, pendidikan, dan
kebudayaan. Berikut penjelasannya:
Kehidupan sosial
Sebelum kemerdekaan, telah terjadi diskriminasi rasial yang membagi masyarakat menjadi
beberapa kelas. Saat itu, masyarakat Indonesia didominasi warga Eropa dan Jepang, sebagian
besar pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang menjadi pekerja bagi bangsawan dan
penguasa. Setelah merdeka, segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan, dan semua warga
Indonesia dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang. Baca juga:
Upaya Bangsa Indonesia Mengatasi Masalah Ekonomi di Awal Kemerdekaan
Pendidikan
Pada masa penjajahan, kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-anak Indonesia sangat
terbatas. Dari sejumlah anak, hanya sebagian kecil saja yang sempat menikmati sekolah.
Akibatnya, sebagian besar penduduk Indonesia masih buta huruf. Oleh karena itu, setelah
Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K). Ki Hajar Dewantara menjabat selama 3
bulan. Kemudian, jabatan dilimpahkan kepada Mr. T.S.G. Mulia yang menjabat selama 5 bulan.
Selanjutnya, jabatan Menteri PP dan K dijabat oleh Mohammad Syafei.

Kebudayaan
Dalam bidang kesenian, bermunculan lagu bertemakan nasionalisme yang diciptakan oleh para
komponis seperti Cornel Simajuntak, Kusbini, dan Ismail Marzuki. Lagu tersebut, antara lain
Bagimu negeri, Halo-Halo Bandung, Selendang Sutra, dan Maju Tak Gentar.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini juga penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangannya atau masih jauh dari kesempurnaannya seperti yang diharapkan oleh karena itu
kritik dan saran baik itu dari bapak/Ibu Guru maupun rekan siswa/siswi yang bersifat konstruktif
sangat diharapkan guna memperbaiki penulisan lebih lanjut.

13

Anda mungkin juga menyukai