Anda di halaman 1dari 10

PROKLAMASI KEMERDEKAAN

INDONESIA
 17 AGST 2017
 
 ID.WIKIPEDIA.ORG
 
 203613 PEMBACA

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi,

atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan

didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh

Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari

kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu

Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau

disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan

tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua

dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan

sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan

kemerdekaannya.

Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua

BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu

Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan

akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10

Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah

kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan

menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.


Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan

kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan

kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa

hari, berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia

pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan

Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap

hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada

Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang.

Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa

Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan

pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.

Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena

itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir

menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya

merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).

Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS

Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji

akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan

Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang

bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan

terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat

PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang

dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan

pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di

kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di

Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan

mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum

menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno

dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna

membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia

makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus

pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam

perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang

terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo

sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan

pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab

Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai

wakil dari Boedi Utomo.

Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara

Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila.

Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian

ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila

yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya

dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan

baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak

Bangsa pencetus Pancasila.


Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk

menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima

dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang

akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak tahu telah terjadi peristiwa

Rengasdengklok.

 17 Makna
Kemerdekaan

Indonesia
August 17, 2021
 bem_engui

 Merdeka, merdeka, merdeka! Hari ini, 17 Agustus 2021, bertepatan dengan 76


tahun kemerdekaan Indonesia. Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta,
menjadi saksi bisu kala presiden pertama kita, Soekarno, membacakan teks
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Perjuangan panjang para leluhur
dan pendahulu bangsa akhirnya mencapai titik cerah dengan dibacakannya teks
proklamasi kemerdekaan tersebut. Kini, 76 tahun setelah proklamasi, apakah kita
sudah benar-benar memahami makna dari kemerdekaan Indonesia? Mari menilik
17 makna di balik kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.

 1) Kebebasan

 Sebagaimana pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna “kemerdekaan”


adalah keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan
sebagainya); kebebasan. Merdeka berarti bebas. Perjuangan para pahlawan
kemerdekaan membuat masyarakat Indonesia dapat menghirup udara bebas
dengan jiwa yang terlepas dari belenggu penjajahan. Dari masa ke masa,
kebebasan telah berevolusi, dan sekarang kebebasan dalam berdemokrasi serta
berekspresi menjadi salah satu bentuk nyata kebebasan yang harus dimanfaatkan
sebaik mungkin oleh masyarakat Indonesia.
 2) Kedaulatan

 Merdeka berarti Indonesia tak lagi berada di bawah kekuasaan pemerintah


negara manapun. Hal ini menjadi penanda bahwa Indonesia merupakan negara
yang berdaulat. Menjadi negara yang berdaulat berarti Indonesia memiliki
kekuasaan tertinggi untuk mengatur kehidupan seluruh masyarakatnya dan
memastikan keadilan serta kemakmurannya. Dengan mandat untuk mengatur
masyarakatnya, pemerintah sepatutnya memastikan di masa sekarang tak ada
lagi masyarakat yang merasa tertindas.

 3) Kemandirian

 Kemerdekaan Indonesia memiliki makna kemandirian. Setelah menjadi bangsa


yang merdeka, Indonesia pada hakikatnya tidak lagi menggantungkan nasib
bangsa pada bangsa lain. Aspek-aspek kemandirian antara lain ideologi, politik,
hukum, pendidikan, dan lain-lain. Namun, hal ini tidak menghalangi Indonesia
untuk bekerjasama dengan negara lain dalam mencapai tujuan yang
menguntungkan bersama. Dengan dilandaskan kemandirian, kita juga perlu
memaksimalkan potensi anak bangsa di segala aspek pembangunan menuju
Indonesia emas.

 4) Edukasi

 Usaha untuk meraih kemerdekaan Indonesia secara tidak langsung mengajarkan


pentingnya edukasi bagi generasi penerus bangsa. Edukasi pada zaman
perjuangan kemerdekaan menstimulasi pembentukan organisasi-organisasi
terpelajar seperti Budi Utomo, Indische Partij, dan Sarekat Islam. Munculnya
organisasi-organisasi kebangsaan ini menjadi tanda dimulainya pergerakan
nasional dengan visi yang jelas, yaitu kemerdekaan Indonesia. Pergerakan
diplomasi organisasi-organisasi ini berperan penting pada kemerdekaan
Indonesia. Untuk itu, generasi yang nantinya membawa arah gerak Indonesia ke
masa depan harus lebih sadar akan pentingnya edukasi.

 5) Sumber Hukum
 Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 menandakan kelahiran
sumber hukum di Indonesia yang di masa sekarang mengatur ketatanegaraan
secara menyeluruh. Cita-cita bangsa yang tercantum pada proklamasi
kemerdekaan menjadi arah gerak bangsa yang juga menjadi acuan untuk
pembuatan landasan hukum Indonesia, hukum yang bebas dari kolonialisme.
Sebagai warga negara yang menghargai perjuangan para pahlawan, hal ini dapat
menjadi pengingat kita agar selalu menaati aturan hukum yang dirancang untuk
memastikan kestabilan kehidupan berbangsa dan bernegara.

 6) Kekuatan

 Mengusir penjajah yang telah menduduki tanah air selama bertahun-tahun


bukanlah hal yang mudah. Para pahlawan yang berhasil mengusir penjajah 76
tahun yang lalu menunjukkan bahwa kekuatan yang kita miliki tidak dapat
dipandang sebelah mata. Meskipun kita masih perlu memperbaiki kekuatan
dalam berbagai aspek, hal ini sepatutnya menyadarkan beberapa masyarakat
Indonesia agar tidak selalu bersikap pesimis terhadap kekuatan bangsanya
sendiri.

 7) Martabat Bangsa

 Sebelum mencapai kemerdekaannya, Indonesia masih dianggap sebagai bangsa


jajahan. Sebagai bangsa yang masih dijajah, Indonesia pada kala itu dinilai
rendah oleh negara lain dan tidak memiliki hak yang setara dengan negara-
negara berdaulat. Maka dari itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia telah
menaikkan martabat bangsa di mata dunia. Maka dari itu, ini menjadi tugas kita
untuk selalu menjaga dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.

 8) Pemersatu

 Perjuangan demi meraih kemerdekaan Indonesia merupakan usaha kolektif


bangsa dari Sabang sampai Merauke. Seluruh lapisan masyarakat dari berbagai
ras, agama, suku, dan golongan bersatu dan berjuang atas nama bangsa
Indonesia. Perbedaan yang ada dijadikan kekuatan untuk meraih tujuan bersama,
yaitu kemerdekaan Indonesia. Dewasa ini, hal ini dapat menjadi refleksi bersama
agar tak mudah terpecah belah karena kemajemukan bangsa yang dimiliki
bangsa Indonesia.

 9) Jembatan Emas

 Kemerdekaan Indonesia merupakan jembatan atau sebagaimana yang


disampaikan oleh Soekarno, proklamator kemerdekaan, merupakan jembatan
emas menuju kesempurnaan masyarakat. Kemerdekaan diharapkan dapat
menjadi jembatan emas menuju masyarakat yang kuat, berkompeten,
berintegritas, dan berdaya saing di kancah internasional.

 10) Revolusi

 Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi penanda dimulainya sebuah revolusi


baru. Revolusi yang dimaksud adalah perubahan secara fundamental dan
dilaksanakan dengan cepat. Pemindahan kekuasaan dan struktur negara yang
semula masih berada dalam bayang-bayang kolonialisme ke negara yang mandiri
dan berdaulat. Hal ini dipertegas dengan dibuatnya beberapa lembaga
pelengkap kebutuhan negara setelah menjadi negara merdeka.

 11) Merdeka secara de facto

 Untuk menjadi negara yang merdeka secara de facto berarti negara tersebut
diakui kemerdekaannya oleh negara lain berdasarkan fakta yang ada. Proklamasi,
yang telah menyatakan bahwa Indonesia akhirnya menjadi negara yang merdeka,
menjadi pernyataan kemerdekaan secara de facto. Setelah proklamasi dibacakan,
dunia luar pun tahu bahwa ada bangsa yang baru merdeka, yakni Indonesia.
Dengan diakuinya kemerdekaan secara de facto, Indonesia dapat mulai menjalin
hubungan dengan negara-negara lain.

 12) Merdeka secara de jure

 Setelah merdeka secara de facto, kemudian Indonesia sebagai negara yang


merdeka mendapatkan pengakuan dan dapat menyatakan kemerdekaannya
secara de jure, yakni diakui merdeka secara hukum oleh negara-negara lain.
Dengan pengakuan kemerdekaan secara de jure yang bersifat tetap, Indonesia
dapat menjalin persahabatan antar negara dan membuka peluang lebih untuk
pembangunan yang lebih meluas.

 13) Hilangnya Ego Pribadi

 Ego pribadi untuk saling merasa lebih dan saling ingin menguasai dikesampingkan saat
kemerdekaan sudah menjadi keinginan dan tujuan bersama. Hal tersebut yang hanya akan
memancing perpecahan memang tak sepatutnya ditinggikan demi kemerdekaan di tangan.
Kini, ego pribadi misalnya haus akan kekuasaan dan mengecilkan atau melupakan tujuan
bangsa harus kita binasakan. Kita perlu merefleksi pada hilangnya ego pribadi di masa
perjuangan kemerdekaan Indonesia.

 14) Simbol Kemenangan

 Pertempuran yang terjadi di berbagai daerah di seluruh penjuru nusantara telah


mengorbankan jiwa dan raga para pendahulu bangsa. Namun, pertempuran yang
telah merenggut banyak nyawa ini menemukan titik akhir. Kemerdekaan
Indonesia menjadi simbol kemenangan yang menandakan bahwa segala bentuk
pengorbanan para pahlawan terbayarkan dengan manis di titik akhir
pertempuran.

 15) Satu Rasa

 Saat sebuah bangsa memiliki musuh bersama atau common enemy, secara langsung
maupun tidak langsung, bangsa tersebut akan memiliki satu rasa. Begitu pula dengan
Indonesia, common enemy yakni penjajah yang merampas kebebasan masyarakat
membuat bangsa Indonesia memiliki satu rasa, hasrat untuk menumpas penjajahan dan
sarana untuk mencapai tujuan bangsa.

 16) Nasionalisme

 Kecintaan para pendiri bangsa terhadap tanah air yang membumbung tinggi
menjadi penyulut untuk terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Rasa senasib dan
sepenanggungan sebagai bangsa yang tertindas dirasakan oleh masyarakat
Indonesia kala itu. Rasa tersebut berkembang menjadi rasa cinta terhadap ibu
pertiwi. Rasa nasionalisme ini menjadi penumpas rasa takut dan pesimis yang
pada akhirnya menghantarkan bangsa ini ke pintu kemerdekaan. Sebagai
generasi penerus bangsa, nasionalisme harus terus tertanam di dalam dada
karena untuk membangun negeri ini harus dilandaskan oleh rasa cinta terhadap

 tanah air.

 17) Perjuangan yang Belum Usai

 Setelah merdeka, Indonesia kemudian memiliki tujuan bangsa yang secara formal ada
pada Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Tujuan Indonesia ada pada pembukaan
UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi “..melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
KONTAN.CO.ID - Lahirnya dasar negara Indonesia, Pancasila melalui proses perumusan yang cukup
panjang dan banyak tokoh yang terlibat di dalamnya.  Perumusan Pancasila diawali dengan terbentuknya
Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang
bernama Dokuritsu Junbi Cosakai.  BPUPKI dibentuk pada 1 Maret 1945 dan merupakan tindak lanjut
atas janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.  Mengutip dari e-Modul PPKN
Kelas 7 Kemendikbud Ristek, badan ini beranggotakan 64 anggota yang terdiri atas tokoh dari Indonesia
dan 7 orang perwakilan dari Jepang.  Ketua BPUPKI adalah dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat dan dua
wakil ketua R.P. Soeroso dan Ichibangase Yosio dari Jepang. BPUPKI telah menyelenggarakan dua kali
sidang resmi dan satu sidang tidak resmi.  Sidang pertama diadakan pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945
yang dipimpin oleh Ketua BPUPKI untuk membahas dasar negara, wilayah negara, kewarganegaraan,
dan rancangan undang-undang dasar.  Sidang kedua dilaksanakan pada 10-17 Juli 1945 membahas
bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, undang-undang dasar, ekonomi, keuangan,
pembelaan, pendidikan, dan pengajaran.  Baca Juga: Bunyi Sila-Sila dalam Pancasila, Lambang, dan
Makna di Baliknya Perumusan dan usulan dasar negara Perumusan dasar negara dimulai pada sidang
pertama BPUPKI yaitu pada 29 Mei-1 Juni 1945.  Bersumber dari situs cimahikota.go.id, dalam sidang
tersebut tiga tokoh bangsa Indonesia yaitu Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, mengusulkan
poin-poin dasar negara.  Mohammad Yamin menyampaikan poin-poin dasar negara Indonesia pada
pidato tidak tertulis pada 29 Mei 1945.  Poin tersebut adalah peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri
ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.   Selain poin tidak tertulis, Mohammad Yamin juga
mengusulkan rancangan 5 dasar negara yang merupakan gagasan tertulis rancangan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia: Ketuhanan Yang Maha Esa Kebangsaan Persatuan Indonesia Rasa
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Seopomo juga
mengusulkan dasar negara yang disampaikan pada sidang 31 Mei 1945, yakni: Paham Persatuan
Perhubungan Negara dan Agama Sistem Badan Permusyawaratan Sosialisasi Negara Hubungan antar
Bangsa yang Bersifat Asia Timur Raya Pada hari terakhir sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno
mengusulkan dasar negara yang terdiri dari 5 poin dan dinamakan Pancasila: Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme atau Perikemanusiaan Mufakat atau Demokrasi Kesejahteraan Sosial Ketuhanan yang
Berkebudayaan Seluruh usulan dari ketiga tokoh bangsa Indonesia tersebut kemudian ditampung dan
dibahas dan dirumuskan oleh Panitia Sembilan yang dibentuk BPUPKI.   Panitia Sembilan dan Piagam
Jakarta Panitia Sembilan, melansir dari kesbangpol.kulonprogokab.go.id, yang dibentuk oleh BPUPKI
beranggotakan: Ir. Soekarno Mohammad Hatta Abikoesno Tjokroseojoso Agus Salim  Wahid Hasjim 
Mohammad Yamin  Abdul Kahar Muzakir  Bapak AA Maramis Achmad Soebardjo  Panitia Sembilan
kemudian merumuskan naskah Rancangan Pembukaan UUD yang bernama Piagam Jakarta atau
Jakarta Charter pada 22 Juni 1945.  Baca Juga: Mengenal Ekosistem, dari Pengertian, Komponen,
hingga Jenis-Jenisnya Isi dari Piagam Jakarta sebagai berikut ini: Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan
Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Pancasila sebagai dasar negara Indonesia Piagam Jakarta
bukan merupakan bentuk akhir dari dasar negara Indonesia. Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan sidang yang penting dalam sejarah lahirnya
Pancasila.  Pada sidang teserbut, sila pertama yang semula berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". 
Dengan adanya perubahan tersebut, isi dari dasar negara Indonesia yaitu Pancasila menjadi:  Ketuhanan
Yang Maha Esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia Pada sidang PPKI tersebut, Pancasila ditetapkan sebagai dasr ideologi negara Indonesia. Hari
Lahirnya Pancasila ditetapkan pada tanggal 1 Juni dan menjadi libur nasional.

Anda mungkin juga menyukai