INDONESIA
17 AGST 2017
ID.WIKIPEDIA.ORG
203613 PEMBACA
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi,
atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan
didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh
Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari
kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu
Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau
disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan
tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua
dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan
kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua
BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan
akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10
Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan
kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa
hari, berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan
hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada
Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang.
Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa
Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan
pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena
itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS
Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji
akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan
Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang
bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan
terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat
PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang
dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan
pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di
Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan
mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum
menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno
dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia
makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus
pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam
perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang
terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo
sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan
pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab
Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai
Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara
Indonesia jika kelak merdeka?†Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila.
Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian
ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila
yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya
dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan
baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak
menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima
dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang
akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak tahu telah terjadi peristiwa
Rengasdengklok.
17 Makna
Kemerdekaan
Indonesia
August 17, 2021
bem_engui
1) Kebebasan
3) Kemandirian
4) Edukasi
5) Sumber Hukum
Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 menandakan kelahiran
sumber hukum di Indonesia yang di masa sekarang mengatur ketatanegaraan
secara menyeluruh. Cita-cita bangsa yang tercantum pada proklamasi
kemerdekaan menjadi arah gerak bangsa yang juga menjadi acuan untuk
pembuatan landasan hukum Indonesia, hukum yang bebas dari kolonialisme.
Sebagai warga negara yang menghargai perjuangan para pahlawan, hal ini dapat
menjadi pengingat kita agar selalu menaati aturan hukum yang dirancang untuk
memastikan kestabilan kehidupan berbangsa dan bernegara.
6) Kekuatan
7) Martabat Bangsa
8) Pemersatu
9) Jembatan Emas
10) Revolusi
Untuk menjadi negara yang merdeka secara de facto berarti negara tersebut
diakui kemerdekaannya oleh negara lain berdasarkan fakta yang ada. Proklamasi,
yang telah menyatakan bahwa Indonesia akhirnya menjadi negara yang merdeka,
menjadi pernyataan kemerdekaan secara de facto. Setelah proklamasi dibacakan,
dunia luar pun tahu bahwa ada bangsa yang baru merdeka, yakni Indonesia.
Dengan diakuinya kemerdekaan secara de facto, Indonesia dapat mulai menjalin
hubungan dengan negara-negara lain.
Ego pribadi untuk saling merasa lebih dan saling ingin menguasai dikesampingkan saat
kemerdekaan sudah menjadi keinginan dan tujuan bersama. Hal tersebut yang hanya akan
memancing perpecahan memang tak sepatutnya ditinggikan demi kemerdekaan di tangan.
Kini, ego pribadi misalnya haus akan kekuasaan dan mengecilkan atau melupakan tujuan
bangsa harus kita binasakan. Kita perlu merefleksi pada hilangnya ego pribadi di masa
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Saat sebuah bangsa memiliki musuh bersama atau common enemy, secara langsung
maupun tidak langsung, bangsa tersebut akan memiliki satu rasa. Begitu pula dengan
Indonesia, common enemy yakni penjajah yang merampas kebebasan masyarakat
membuat bangsa Indonesia memiliki satu rasa, hasrat untuk menumpas penjajahan dan
sarana untuk mencapai tujuan bangsa.
16) Nasionalisme
Kecintaan para pendiri bangsa terhadap tanah air yang membumbung tinggi
menjadi penyulut untuk terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Rasa senasib dan
sepenanggungan sebagai bangsa yang tertindas dirasakan oleh masyarakat
Indonesia kala itu. Rasa tersebut berkembang menjadi rasa cinta terhadap ibu
pertiwi. Rasa nasionalisme ini menjadi penumpas rasa takut dan pesimis yang
pada akhirnya menghantarkan bangsa ini ke pintu kemerdekaan. Sebagai
generasi penerus bangsa, nasionalisme harus terus tertanam di dalam dada
karena untuk membangun negeri ini harus dilandaskan oleh rasa cinta terhadap
tanah air.
Setelah merdeka, Indonesia kemudian memiliki tujuan bangsa yang secara formal ada
pada Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Tujuan Indonesia ada pada pembukaan
UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi “..melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
KONTAN.CO.ID - Lahirnya dasar negara Indonesia, Pancasila melalui proses perumusan yang cukup
panjang dan banyak tokoh yang terlibat di dalamnya. Perumusan Pancasila diawali dengan terbentuknya
Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang
bernama Dokuritsu Junbi Cosakai. BPUPKI dibentuk pada 1 Maret 1945 dan merupakan tindak lanjut
atas janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Mengutip dari e-Modul PPKN
Kelas 7 Kemendikbud Ristek, badan ini beranggotakan 64 anggota yang terdiri atas tokoh dari Indonesia
dan 7 orang perwakilan dari Jepang. Ketua BPUPKI adalah dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat dan dua
wakil ketua R.P. Soeroso dan Ichibangase Yosio dari Jepang. BPUPKI telah menyelenggarakan dua kali
sidang resmi dan satu sidang tidak resmi. Sidang pertama diadakan pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945
yang dipimpin oleh Ketua BPUPKI untuk membahas dasar negara, wilayah negara, kewarganegaraan,
dan rancangan undang-undang dasar. Sidang kedua dilaksanakan pada 10-17 Juli 1945 membahas
bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, undang-undang dasar, ekonomi, keuangan,
pembelaan, pendidikan, dan pengajaran. Baca Juga: Bunyi Sila-Sila dalam Pancasila, Lambang, dan
Makna di Baliknya Perumusan dan usulan dasar negara Perumusan dasar negara dimulai pada sidang
pertama BPUPKI yaitu pada 29 Mei-1 Juni 1945. Bersumber dari situs cimahikota.go.id, dalam sidang
tersebut tiga tokoh bangsa Indonesia yaitu Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, mengusulkan
poin-poin dasar negara. Mohammad Yamin menyampaikan poin-poin dasar negara Indonesia pada
pidato tidak tertulis pada 29 Mei 1945. Poin tersebut adalah peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri
ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Selain poin tidak tertulis, Mohammad Yamin juga
mengusulkan rancangan 5 dasar negara yang merupakan gagasan tertulis rancangan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia: Ketuhanan Yang Maha Esa Kebangsaan Persatuan Indonesia Rasa
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Seopomo juga
mengusulkan dasar negara yang disampaikan pada sidang 31 Mei 1945, yakni: Paham Persatuan
Perhubungan Negara dan Agama Sistem Badan Permusyawaratan Sosialisasi Negara Hubungan antar
Bangsa yang Bersifat Asia Timur Raya Pada hari terakhir sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno
mengusulkan dasar negara yang terdiri dari 5 poin dan dinamakan Pancasila: Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme atau Perikemanusiaan Mufakat atau Demokrasi Kesejahteraan Sosial Ketuhanan yang
Berkebudayaan Seluruh usulan dari ketiga tokoh bangsa Indonesia tersebut kemudian ditampung dan
dibahas dan dirumuskan oleh Panitia Sembilan yang dibentuk BPUPKI. Panitia Sembilan dan Piagam
Jakarta Panitia Sembilan, melansir dari kesbangpol.kulonprogokab.go.id, yang dibentuk oleh BPUPKI
beranggotakan: Ir. Soekarno Mohammad Hatta Abikoesno Tjokroseojoso Agus Salim Wahid Hasjim
Mohammad Yamin Abdul Kahar Muzakir Bapak AA Maramis Achmad Soebardjo Panitia Sembilan
kemudian merumuskan naskah Rancangan Pembukaan UUD yang bernama Piagam Jakarta atau
Jakarta Charter pada 22 Juni 1945. Baca Juga: Mengenal Ekosistem, dari Pengertian, Komponen,
hingga Jenis-Jenisnya Isi dari Piagam Jakarta sebagai berikut ini: Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan
Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Pancasila sebagai dasar negara Indonesia Piagam Jakarta
bukan merupakan bentuk akhir dari dasar negara Indonesia. Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan sidang yang penting dalam sejarah lahirnya
Pancasila. Pada sidang teserbut, sila pertama yang semula berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Dengan adanya perubahan tersebut, isi dari dasar negara Indonesia yaitu Pancasila menjadi: Ketuhanan
Yang Maha Esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia Pada sidang PPKI tersebut, Pancasila ditetapkan sebagai dasr ideologi negara Indonesia. Hari
Lahirnya Pancasila ditetapkan pada tanggal 1 Juni dan menjadi libur nasional.