ABSTRAK
Jurnal sederhana ini membahas tentang kronologi sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa
Indonesia melawan penjajah, arti dan makna kemerdekaan bagi bangsa dan makna
kemerdekaan menurut perspektif islam, dan juga membahas tentang perjuangan bangsa
Indonesia menghadapi berbagai permasalahan seperti kasus Covid 19 yang kita hadapi pada
saat sekarang ini, dan bagaimana cara kita memperingati Kemerdekaan Indonesia ditengah
tengah pandemic covid 19 ini.
PENDAHULUAN
Meskipun Indonesia sebagai istilah politik baru dipergunakan pada dekade kedua
awal abad ke-20, tetapi akar-akar perjuangan untuk menuju pada Indonesia Merdeka telah
berlangsung sejak abad ke-17. Ini tentu tidak untuk mengatakan bahwa penjajahan
Indonesia selama 350 tahun. Interpretasi yang tepat untuk itu adalah bahwa dalam periode
sepanjang ratusan tahun itulah penduduk di kepulauan Indonesia ini telah berjuang untuk
membebaskan dari penindasan VOC/Belanda hingga masa pemerintahan penjajahan Hindia
Belanda. Dengan kata lain, begitu lamanya Belanda harus menaklukkan perlawanan rakyat
Indonesia sehingga baru berhasil secara resmi dalam membentuk suatu wilayah jajahan
Belanda bernama Pax Neerlandica pada dekade pertama abad ke-20. Fakta itupun masih
harus diberi catatan bahwa perlawanan rakyat bercorak gerakan sosial masih terus
berlangsung di berbagai daerah. Strategi perlawanan terhadap kolonialisme Belanda pada
awal abad ke-20 beralih melalui organisasi-organisasi mula-mula bercorak budaya (Budi
Utomo) kemudian banyak merambah bidang politik (Sarekat Islam, Partai Indis, Partai
Nasional Indonesia, dan sebagainya). Dengan tonggak Proklamasi ini, bukti bahwa
terbentuknya bangsa Indonesia dengan perjuangan revolusioner dan bahkan dengan cara-
1
Anthony Reid,“Revolusi Sosial di Tiga Wilayah Sumatra”, dalam Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia
dan Dunia, (Jakarta: Yayasan Buku Obor, 2010),hlm. 322-3.
cara radikal. Inilah sebuah bangsa –yang menurut sejarawan terkemuka berasal dari
Australia, Anthony Reid—lahir dari rahim revolusi.2
PEMBAHASAN
2
Ada dua bab dalam buku Anthony Reid yang menggambarkan sifat revolusioner kelahiran bangsa Indonesia
dalam To Nation by Revolution Indonesia in the 20th Century, (Singapore: National University Press, 2011).
46 Jurnal Pertahanan Maret 2014, Volume 4, Nomor 1
3
Bernada Prihartanti, Peranan Sutan Sjahrir Dlam Pemerintahan Indonesia (1945-1947). Jurnal Historia
Vitae, Volume 24. No 1, April 2010. hlm 1
Indonesia. Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
Perdebatan antara golongan Tua dan Golongan Muda
Soekarno dan Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat
sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat yang berada 250 km di
sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi (Marsekal
Jepang pendiri PPKI yang mengijinkan Indonesia untuk meraih kemerdekaan).
Mereka diberi kabar bahwa Jepang sedang menuju kekalahan, karena itu mereka
akan memberikan Indonesia kemerdekaanya. Pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan
Syahrir yang berada di Indonesia telah mendengar berita yang mengatakan Jepang
telah menyerah kepada Sekutu melalui radio. Hal ini memberikan dorongan kepada
para pejuang bawah tanah untuk menolak kemerdekaan yang diberikan sebagai
hadiah Jepang dan memproklamasikan kemerdekaan nya sendiri.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Marsekal Terauchi yang mewakili Jepang di
Dalat, Vietnam, memberitakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa
pemerintah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dengan
segera. Marsekal Terauchi juga memberitakan bahwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia ini bisa dilaksanakan dalam jangka waktu beberapa hari, tetapi ini
tergantung bagaimana PPKI bekerja. Meskipun begitu, Jepang menginginkan
Indonesia merdeka pada tanggal 24 Agustus. Sekembalinya Soekarno, Hatta, dan
Radjiman di Indonesia dari Dalat dua hari kemudian, Sutan Syahrir mendesak
Soekarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Hal ini ia lakukan karena
pertemuan di Dalat dianggap sebagai tipu muslihat Jepang. Sutan Syahrir
beranggapan seperti itu karena Jepang harus segera menyerah kepada sekutu demi
menghindari perpecahan antara anti dan pro Jepang. Mendengar hal tersebut, Hatta
pun menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Meskipun
begitu, Soekarno masih belum yakin juga bahwa Jepang sudah menyerah. Tidak
hanya itu, Soekarno juga beranggapan bahwa proklamasi kemerdekaan indonesia
saat itu dapat memicu pertumpahan darah yang cukup besar sehingga dapat
berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno juga
mengingatkan Hatta bahwa Sutan Syahrir tidak berhak memproklamasikan
kemerdekaan, yang berhak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia hanyalah
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir
beranggapan bahwa proklamasi kemerdekaanyang dilakukan PPKI hanya berupa
'hadiah' dari Jepang karena PPKI merupakan badan buatan Jepang.
Jepang pada akhirnya menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945. Meskipun begitu, tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di
Indonesia karena Jepang telah berjanji kepada Sekutu akan mengembalikan
kekuasaan di Indonesia ke tangan mereka. Sutan Syahrir, Chaerul Saleh, Darwis,
dan Wikana telah mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mereka
mendengar bahwa Jepang akan bertekuk lutut, golongan muda segera mendesak
golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Meskipun
begitu, golongan tua tidak ingin terburu-buru dalam melakukan proklamasi
kemerdekaan. Mereka tidak menginginkan adanya pertumpahan darah pada saat-
saat proklamasi kemerdekaan. Untuk menyelesaikan perbedaan pendapat tersebut,
dilakukanlah konsultasi dalam bentuk rapat PPKI. Meskipun begitu, golongan muda
yang memiliki pendapat bahwa PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh
Jepang tidak menyetujui rapat tersebut. Mereka menginginkan kemerdekaan
indonesia diperoleh atas usaha bangsa Indonesia sendiri, bukan pemberian Jepang.
Untuk memperoleh konfirmasi, Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer
Jepang (Gunsei) di kantornya yang berada di Koningsplein (Medan Merdeka).
Tetapi saat mereka sampai, kantor tersebut ternyata kosong.
Mendapati hal tersebut Soekarno, Hatta dan Soebardjo kemudian pergi ke
kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara. Maeda
menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di
Dalat seiring menjawab bahwa ia sendiri belum menerima konfirmasi dan masih
menunggu instruksi lebih lanjut dari Tokyo. Sepulang dari kantor Laksamana
Maeda, Soekarno dan Hatta langsung mempersiapkan pertemuan PPKI tanggal 16
Agustus keesokan harinya pada pukul 10 pagi di kantor Jalan Pejambon No 2
dengan tujuan untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan
Proklamasi Kemerdekaan Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi pun pada
akhirnya tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat
tidak mengetahui peristiwa Rengasdengklok telah terjadi.
Peristiwa Rengasdengklok
Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana dan para pejuang muda lainnya merasa
sangat bergelora kepahlawanannya setelah mereka melakukan diskusi dengan
Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka. Pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, mereka
bersama-sama Shodanco Singgih yang adalah salah seorang anggota PETA, dan
pemuda lainnya membawa Soekarno bersama Fatmawati dan Guntur yang baru
berusia 9 bulan dan Hatta, ke Rengasdengklok. Peristiwa ini kemudian dikenal
sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Tujuan dari “penculikan” ini adalah supaya
Soekarno dan Hatta tidak dapat dipengaruhi Jepang. Di Rengasdengklok, mereka
meyakinkan Soekarno kembali bahwa Jepang telah benar-benar menyerah. Tidak
hanya itu, mereka juga mengatakan bahwa para pejuang sudah siap untuk
menanggung segala resiko untuk melawan Jepang. Di Jakarta, Wikana dari
golongan muda dan Mr. Ahmad Soebardjo dari golongan tua melakukan
perundingan. Pada akhirnya Mr. Ahmad Soebardjo mau untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Lalu diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar
Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok dengan tujuan untuk menjemput Soekarno
dan Hatta kembali ke Jakarta. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para
golongan muda agar tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan. Setiba
nya di Jakarta, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Karena setelah
pukul 10 malam hotel Des Indes tidak dapat lagi digunakan untuk keperluan
pertemuan, maka Laksamana Muda Maeda pun memberikan tawaran untuk
mengadakan rapat PPKI di kediamannya. Tawaran ini kemudian disetujui oleh para
tokoh Indonesia.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan
Laksamana Muda Maeda
Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta pada malam hari nya. Kepala Staf
Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer
Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda, Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, tidak
mau menerima Sukarno dan Hatta. Moichiro Yamamoto memerintahkan Kepala
Departemen Urusan Umum, Mayor Jenderal Otoshi Nishimura untuk menerima
kedatangan mereka.
Nishimura mengatakan bahwa sejak tanggal 16 Agustus 1945 siang, mereka
telah menerima perintah dari Tokyo bahwa mereka (Jepang) harus tetap menjaga
status “quo” yang artinya mereka harus mempertahankan keadaan sekarang
sebagaimana keadaan sebelumnya. Ini berarti mereka tidak dapat memberikan izin
kepada Indonesia untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaannya sebagaimana
yang sudah dijanjikan. Soekarno dan Hatta merasa kecewa dan menyesali keputusan
itu. Mereka lalu menyindir Nishimura dengan berkata, “apakah itu merupakan sikap
seorang perwira yang bersemangat ‘Bushido’, ingkar janji agar dikasihani oleh
Sekutu”. Akhirnya Soekarno dan Hatta meminta agar Nishimura jangan
menghalangi kerja PPKI. Melihat perdebatan yang panas itu, secara diam-diam
Laksamana Muda Maeda meninggalkan ruangan. Laksamana Muda Maeda telah
diperingatkan sebelumnya oleh Nishimura untuk mematuhi perintah Tokyo.
Sepulangnya dari rumah Nishimura, Soekarno dan Hatta pergi menuju
kediaman Laksamana Muda Maeda diiringi oleh Myoshi dengan tujuan untuk
melakukan rapat demi mempersiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Soekarno
dan Hatta, Maeda mengundurkan diri dan segera menuju kamar tidurnya. Teks
Proklamasi mulai disusun oleh Soekarno, Moh. Hatta, Achmad Soebardjo
disaksikan oleh Soekarni, Sudiro (Mbah), B.M. Diah, serta Sayuti Melik. Setelah
naskah selesai dan telah disepakati, Sayuti segera menyalin lalu mengetik ulang
naskah tersebut dengan menggunakan mesin ketik yang milik Mayor Dr. Hermann
Kandeler. Pada mulanya teks proklamasi akan dibacakan di Lapangan Ikada, tetapi
untuk alasan keamanan, maka pembacaan proklamasi akan berpindah ke kediaman
Soekarno yang berada di Jl.Pegangsaan Timur no 56.
Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan golongan muda dan golongan tua dalam menyusun teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini berlangsung dari pukul 02.00 hingga pukul
04.00 dini hari. Teks Proklamasi disusun dan ditulis di ruang makan Laksamana
Muda Maeda. Tokoh-tokoh yang ikut serta dalam menyusun teks proklamasi itu
antara lain adalah Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi
ditulis oleh Soekarno sendiri. Teks Proklamasi itu kemudian diketik ulang oleh
Sayuti Melik. Pada 17 Agustus 1945 pagi hari telah hadir Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti di kediaman Soekarno. Acara kemudian
dimulai pukul 10:00, diawali dengan pembacaan teks proklamasi yang dilakukan
oleh Soekarno, lalu disambung dengan pidato singkat tanpa teks. Setelah itu,
bendera Merah Putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan. Setelah
proses pengibaran bendera Merah Putih selesai, acara dilanjutkan dengan kata-kata
sambutan oleh Soewirjo yang merupakan wakil walikota Jakarta saat itu dan
Moewardi yang adalah pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta agar menaikkan bendera, tetapi ia menolak
dengan alasan pengibar bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Karena
itu Latief Hendraningrat, seorang prajurit dari PETA, ditunjuk untuk tugas tersebut
dibantu oleh S. Soehoed. Pengibaran bendera diawali dengan seorang pemudi
datang dari belakang membawa bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih) di
atas sebuah nampan. Pengibaran bendera Merah Putih itu berlangsung sangat
syahdu karena tanpa dihimbau para hadirin spontan langsung menyanyikan lagu
Indonesia Raya saat bendera dikibarkan. Setelah upacara selesai, S.Brata diiringi
oleh kurang lebih ada 100 orang anggota barisan pelopor datang serentak dengan
tergesa-gesa. Mereka datang karena mereka tidak tahu adanya perubahan tempat
yang mendadak ke Pegangsaan. Mereka menuntut agar Soekarno mengulangi
pembacaan teks Proklamasi, namun ditolak.
Panitia PPKI kemudian mengesahkan dan menetapkan UndangUndang
Dasar sebagai dasar negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Dengan demikian terbentuk Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang
berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pada perancangan ini bagian
cerita proses terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dibahas secara
kronologis pada area edukasi. Pada ruangan ini pengunjung akan melakukan
aktivitas dengan menjawab teka-teki yang di dengar melalui speaker serta
microphone untuk menjawab teka-teki di setiap ruangan. Jawaban dari teka-teki
dapat dilihat dan dipelajari melalui media tiga dimensi berupa diorama dari proses
persiapan hingga workshop penjahitan bendera (pembuatan naskah, penjahitan
bendera, dsb.) hingga upacara pembacaan teks Proklamasi secara kronologis.
Dengan kondisi itu berarti bangsa Indonesia telah memutuskan ikatan dengan tata
hukum yang sebelumnya, baik tatanan hukum Hindia Belanda maupun tatanan hukum
pendudukan Jepang (Joeniarto, 1996: 6). Hal itulah yang sesungguhnya menjadi tujuan dari
proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini sesungguhnya wajar bagi sebuah negara
yang merdeka. Sebuah negara merdeka haruslah mempunyai tatanan hukumnya sendiri,
tidak mengikuti atau masih memakai tatanan hukum kolonial.
bahwa bangsa Indonesia bukan merupakan pihak yang kalah dalam Perang Dunia II.
Dalam kenyataannya, setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia
masih terlibat konflik dengan Jepang, seperti dalam peristiwa Pertempuran Lima Hari di
Semarang. Dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
memiliki harga diri yang tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding dengan banyak negara lain.
Hal itu disebabkan kemerdekaan Bangsa Indonesia diperoleh dengan cara perjuangan
berdarah yang menghabiskan banyak dana dan jiwa pejuang Indonesia. Dengan demikian
tidak banyak negara di dunia yang kemerdekaannya diperoleh seperti yang dilakukan oleh
bangsa Indonesia. Tercatat hanya Amerika Serikat, Aljazair, dan Vietnam yang
kemerdekaannya diperoleh dengan cara perjuangan berdarah.
Kemerdekaan Bangsa Indonesia dicapai merupakan berkat jasa besar ulama, santri
dan kaum muslimin, yang berperang melawan penjajah. Keringat dan darah banyak
tertumpah dari kalangan umat Islam pada zaman revolusi, ketika Bangsa Indonesia
menemukan rasa nasionalisme, Islam-lah yang pertama kali mempeloporinya menjadi
perekat perjuangan dengan slogan jihad fi sabillah hidup mulia atau mati syahid (‘isy
kariman aumuut syahidan). Bahkan semangat bersatu dan nasionalisme itu juga untuk
membela kaum pribumi untuk melawan monopoli ekonomi bangsa asing. Maka tidak salah,
ketika dasar Negara Indonesia sedang disusun oleh BPUPK, para ulama menitipkan pesan
agar negara mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa. Inilah amanah para ulama
pejuang bangsa yang tidak boleh dilupakan, mereka berjuang, agar bangsa Indonesia
menjadi bangsa beradab, bermartabat, berdikari, menjaga agamanya, dan menempatkan
tauhid di tempat yang tinggi.
Negara ini akan selalu membutuhkan ulama untuk membangun Negara Indonesia
yang beradab dan bermartabat, yang menuntun kepada kebenaran, kebaikan, serta
memperingatkan mereka dari setiap keburukan, kesesatan dan kebinasaan. Negara
Indonesia tegak berdiri berkat upaya perjuangan para ulama. Oleh karenaya jika negeri ini
ingin terus tegak dan semakin kuat, maka Bangsa Indonesia harus menghormati ulama, jika
tidak maka kehancuran akan terjadi. Jika negeri ini ingin terus merdeka bebas dari
imperialisme, maka bangsa ini harus menghormati ulama dan menjadikan pedoman dalam
keputusan-keputusan penting. Peranan tokoh-tokoh Islam mengawal perjuangan merebut
kemerdekaan hingga mempertahankannya mampu mengamankan akidah Islamiyah
penduduk negeri ini hampir empat abad lamanya, kaum penjajah memaksakan
kekufurannya kepada bangsa yang mayoritas muslimin. Tak bisa dipungkiri, perjuangan
kemerdekaan Bangsa Indonesia mengusir kaum imperialis (penjajah) dari tanah air
tercintanya tidak lepas dari peranan besar tokoh-tokoh Islam negeri ini. Bahkan, tidak
sedikit pemuka Islam itu terjun langsung berada di lini depan memimpin perang hingga
menjadi syuhada. Tidak itu saja, dari peranannya mengawal perjuangan merebut
kemerdekaan hingga mempertahankannya, saat bangsa imperialis berusaha kembali
bercokol di negeri ini. Selain itu, melalui kawalan para tokohtokoh Islam penerusnya, awal
terbangunnya negeri ini sarat diwarnai nuansa dan norma-norma hukum Islami, diantaranya
ketika perumusan Undang- undang Dasar 1945. Bahkan hingga detik ini mereka tetap
istiqomah mempertahankan eksistensi bangsa ini. Di sinilah perlunya kita memahami
kiprah mereka untuk memantapkan keyakinan bahwa Islam beserta para pemimpinnya telah
menyumbangkan andil cukup signifikan di masa perjuangan kemerdekaan, pembentukan
negara berdaulat, hingga liku-liku perjalanan bangsa saat ini. Sudah 76 tahun negeri ini
lepas dari cengkraman penjajah, bisa merasakan hidup sebagai orang yang bebas dan
negara yang telah mendapatkan kemuliaan sebagai bangsa yang berdaulat. Umat Islam
memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan dalam
menumbuhkan kebangkitan nasional
Sudah menjadi tradisi setiap tahunnya gegap gempita tangal 17 Agustus begitu
membahana dipenjuru tanah air. yang selalu diulang-ulang setiap tahunnya oleh sebagian
rakyat Indonesia. Merdeka adalah terbebas dari segala macam belenggu. aturan, dan
kekuasaan dari pihak tertentu. Merdeka merupakan sebuah rasa kebebasan bagi makhluk
hidup untuk mendapatkan hak dalam berbuat sekehendaknya. Kemerdekaan juga diartika
dimana suatu negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya, dan
dimana seseorang mendapatkan hak untuk mengendalikan dirinya sendiri tanpa campur
tangan orang lain dan atau tidak bergantung pada orang lain. Arti dari sebuah kemerdekaan
untuk diri kita sendiri adalah kebebasan dari kekangan hawa nafsu dalam diri kita. Hawa
nafsu wajib kita atasi, karena apabila hawa nafsu tidak dapat teratasi maka akan terjadi
huru-hara, perang antar suku dan antar agama, dan terjadi; kemaksiatan, ketidakadilan,
keganasan, kekejian, kehancuran serta keinginan-keinginan yang dapat memecah belah
suatu rasa kesatuan yang dapat berdampak buruk bagi kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara.
Kemerdekaan dalam maknanya yang sejati dan luas adalah situasi batin yang
terlepas dari segala rasa yang menghimpit, menekan dan menderitakan jiwa, pikiran dan
gerak manusia baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Kemerdekaan
suasana hati yang damai, tenang dan terbukanya kehendak-kehendak dan harapan-harapan
manis. Kemerdekaan merupakan suasana di mana semua potensi kemanusiaan, energi
tubuh, akalintelek, budi, jiwa dan hati, memperoleh tempat dan jalan menuju harapan-
harapannya. Kemerdekaan adalah sesuatu yang asasi dan yang melekat dalam diri setiap
manusia, apapun latar belakang sosial, budaya, politik, jenis kelamin, agama, keyakinan,
warna kulit, dan kebangsaannya. Kemerdekaan adalah essensi kemanusiaan itu sendiri,
karena itu tidak dapat dan tidak boleh dirampas atau dicabut oleh siapapun. Oleh sebab itu,
segala bentuk kebudayaan, peradaban dan setiap sistem kehidupan yang menghalangi,
membatasi, yang memenjarakan, dan memperbudak manusia harus dihapuskan dan
dilenyapkan dari muka bumi Indonesia, karena tidak sesuai dengan hakikat manusia.
Bangsa Indonesia dikatakan merdeka yang hakiki, bila bangsa ini sudah bisa hidup
mandiri, artinya tidak menggantungkan nasib bangsa ini terus terusan kepada negara lain.
Wujudnya adanya kemandirian; politik, hukum, ideologi, ekonomi, budaya, pendidikan,
pertahananan dan lain sebagainya. Tentu kemandirian itu bukan berarti tertutupnya pintu
dalam bekerjasama dengan bangsa lain dalam meraih suatu tujuan yang menguntungkan
bersama. Kemandirian politik berarti Bangsa Indonesia bebas menentukan arah, kemauan
dan kebijakannya, artinya tidak dipengaruhi oleh arah, kemauan serta kepentingan negara
maju atau kentingan asing,. Kemandirian ekonomi berarti tidak menggantungkan hajat
hidupnya serta perputaran roda perekonomiannya dari bantuan, donor dan pinjaman dari
pihak asing. Demikian juga kemandirian budaya, apabila budaya bangsa itu tidak diwarnai
oleh infiltrasi budaya asing (barat), dalam kehidupan remaja, rumah tangga, etika pergaulan
dan sebagainya. Dan lebih prinsip lagi adalah pola pikir atau sering disebut sebagai
ideology, dimana manusia yang merdeka adalah orang yang tidak mengkopi paste
pemikiran dan tidak mewarisi pola pikir kaum penjajah, seperti sekularisme, materialisme,
hedonisme, liberalisme dan isme-isme lainnya yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa, manusia yang berpegang teguh pada ideologi dan keyakinannya Sebuah bangsa
yang merdeka dan berdaulat perlu dan mutlak merealisasikan Trisakti Bung Karno, yakni
berdaulat di bidang politik, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) di bidang ekonomi, dan
berkepribadian di bidang kebudayaan. Konsep Trisakti ini dapat membuat Indonesia
bergaul di kancah international dengan pernuh harga diri dan menghormati kedaulatan
masing- masing. Selain itu Indonesia diyakini dapat merencanakan dan menyusun pola
kerja sama ekonomi dengan negara-negara industri besar dengan percaya diri dan saling
menguntungkan. Kemandirian sosial-budaya, sangat penting kita tumbuh-kembangkan agar
kita tidak terombang-ambing oleh semua hal yang berbau asing. Kita punya kekayaan
sosial dan budaya yang luar biasa kaya dan beragam, dan ini harus kita kembangkan dalam
rangka mewujudkan kepribadian bangsa. Kita harus menjadi bangsa besar dan kuat, dengan
terus mengembangkan kekayaan sosial- budaya yang kita miliki
Seorang penegak hukum (baik itu hakim, jaksa, polisi maupun advokat) yang
merdeka adalah orang yang memiliki komitmen kuat untuk menjadikan hukum yang benar
sebagai panglima tertinggi di negeri ini. Asas keadilan dan obyektivitas akan benar-benar
dijunjungnya, tidak akan berani mempermainkan hukum hanya karena iming-iming jabatan
atau materi, dan hukum ditegakkan tanpa pandang bulu meskipun itu mengenai dirinya
sendiri. Seorang pegawai atau karyawan yang merdeka adalah orang yang berusaha
mengoptimalkan potensi dirinya untuk meraih prestasi kerja yang baik dan bermanfaat,
dengan landasan pengabdian dan penuh tanggungjawab.
Seorang rakyat yang merdeka adalah rakyat yang menunjukkan sikap kritis dan
bertanggungjawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan bangsanya ke depan. Rakyat
yang merdeka tidak mudah diprovokasi oleh provokator yang tidak bertanggungjawab yang
bermaksud menjadikan mereka sebagai obyek perasan dan kuda tunggangan demi ambisi
dan kepentingan sesaat.Jika pilar-pilar itu belum terpenuhi secara global, maka sulitlah
untuk mengatakan bangsa ini telah merdeka sepenuhnya, yang ada tentu hanyalah merdeka
dalam arti semu, dan merdeka dalam arti hanya sekedar lepas dari penjajahan fisik dan
militer, bagaimana mungkin dapat disebut suatu bangsa merdeka bila masalah bangsa itu
dari persoalan politik hingga budaya sangat kental dipengaruhi oleh kekuatan, kemauan dan
kepentingan Negara
Bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang bisa menentukan nasib bangsanya
sendiri (otonom), tanpa intervensi negara mana pun. Indonesia melalui konstitusi yang
sudah ada sejak awal kemerdekaan hingga sekarang, selalu membicarakan kedaulatan, baik
kedaulatan rakyat, kedaulatan hukum, maupun kedaulatan negara. Dalam catatan sejarah
Indonesia mengalami berbagai level sebuah kedaulatan pernah mengalami masa di mana
praktek kenegaraan digoncang habis-habisan hingga hampir luluh lantah oleh penjajah
Belanda, hingga harus mengikutkan diri dalam konsep penjajah pada tahun 1949 menjadi
negara federal. Namun semangat juang rakyat pada saat itu demi memperjuangkan
kemerdekaan, maka 7 bulan setelah itu dikembalikan bentuk negara menjadi negara
kesatuan, Bhineka Tunggal Ika4
4
Turita Indah Setyani, Bhinneka Tunggal Ika sebagai Pembentuk Jati Diri Bangsa. (Jakarta: 2000), h. 2-3
kemerdekaan ditandai oleh pernyataan kemerdekaan Karena misi utama perjuangan
kemerdekaan adalah bagaimana merealisasikan nilai-nilai kebebasan bagi rakyat dan
bangsa, maka negara yang telah diperjuangkan itu seharusnya berkomitmen mewujudkan
nilai-nilai tersebut.5
Dalam Islam kedaulatan hanyalah milik Tuhan karena tuhanlah yang memiliki
kekuasaan tertinggi, tuhan bukan saja sebagai pencipta tetapi tuhan juga sebagai pemelihara
dan sumber hukum.Selain tuhan tidak ada yang berhak memiliki kedaulatan atau kekuasaan
tertinggi6
Dalam Islam siapa saja yang mendapatkan amanat untuk menduduki sesuatu jabatan
kenegaraan, diawasi dan dikendalikan oleh rakyat yang secara sendiri-sendiri maupun
bersama- sama dalam fungsinya sebagai khalifah tuhan. Kekuasaan yang dimiliki oleh
setiap manusia itu pada pokoknya hanyalah sekedar amanah dari Allah SWT. Negara itu
sendiri diperlukan sebagai alat kehidupan bersama arga masyaratakat yang diikat atas
solidaritas bersama untuk bersama-sama dan sendiri-sendiri berlomba-lomba melakukan
kebajikan-kebajikan kemanusiaan sesuai dengan perintah tuhan. Dengan demikian, fungsi
Negara sekedar menjadi alat bantu ini tidak boleh keluar dari kerangka hukum tuhan itu
sendiri. Dalam hal ini, kedaulatan yang dimiliki oleh setiap manusia (rakyat) itu haruslah
mengikuti standar-standar yang yang ditentukan oleh hukum (kedaulatan hukum) yang
ditentukan tuhan.Karena, kedaulatan rakyat itu hanyalah merupakan “cermin” dari
kedaulatan yang hakiki, yaitu kedaulatan Allah SWT7
Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mampu memerdekaan rakyat dan bangsanya dari
ketergantungan ekonomi dan politik dari bangsa-bangsa lain serta mampu membangun
5
As’ad Said Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa. (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2009). h. 103
6
Yusdani, Fiqh Politik Muslim: Doktrin, Sejarah dan Pemikiran, (Yogyakarta: Amara Books, 2011), h. 79
7
Yusdani, Fiqh Politik Muslim: Doktrin, Sejarah dan Pemikiran, (Yogyakarta: Amara Books, 2011), h 88
kemandirian ekonomi dalam mengelola sumber ekonomi negaranya untuk menggapai
kehidupan yang mandiri, adil dan sejahtera serta bermartabat. Begitupula masyarakat
mudah untuk memperoleh akses penghidupan yang layak, pekerjaan, informasi,
pendidikan, kesehatan, perlindungan, lapangan usaha dan jaminan sosial serta bebas
menjalankan syariat agama masing-masing.
Pandemi covid 19 yang belum berakhir hingga kini membuat pemerintah dan masyarakat
harus menyesuaikan diri merayakan hari ulang tahun Republik Indonesia ke 76.
Presiden Jokowi mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk merayakan hari
kemerdekaan 2021 di Rumah Digital Indonesia (RDI). Situasi pandemi Covid-19 membuat
partisipasi dan kebersamaan masyarakat dilakukan secara virtual.
“Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda yang akrab dengan dunia
digital untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang ada di Rumah Digital
Indonesia ini,” kata Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, saat membuka secara resmi
Rumah Digital Indonesia secara virtual, Minggu (01/08/2021).
Beragam fitur yang tersaji di Rumah Digital Indonesia bisa dinikmati masyarakat
untuk menyemarakkan perayaan hari kemerdekaan dari rumah. Mulai dari berinteraksi,
menonton berbagai konten hiburan seni dan budaya, mendapatkan literasi digital, hingga
belanja produk lokal secara virtual.
“Selain itu masyarakat juga bisa melakukan lomba dan permainan tradisional khas 17-an
seperti lomba balap karung di RDI. Ini bisa dilakukan siapapun dan darimana pun,” tandas
Presiden Jokowi.
Partisipasi dan kebersamaan, ungkap Jokowi, merupakan kata kunci utama dalam
perjuangan bangsa Indonesia pada zaman dahulu dalaam melawan penjajah. Semangat itu
pula yang harus digelorakan dalam melawan pandemi Covid-19.
“Seluruh rakyat Indonesia baik pada level RT, RW, kelurahan, desa, kecamatan, kabupaten,
kota, provinsi, bahkan nasional harus berpartisipasi aktif dan bersama-sama melawan
pandemi Covid-19. Mari kita fokuskan waktu, tenaga, dan pikiran untuk itu,” ajak Presiden
Jokowi.
Menurutnya, dengan semangat perjuangan, partisipasi, dan kebersamaan masyarakat
Indonesia akan menjadi kekuatan terbesar dalam melawan pandemi Covid-19. Ia pun
berpesan agar masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan tantangan besar yang dihadapi
sekarang untuk lompatan kemajuan bangsa Indonesia.
“Sekali lagi, saya mengajak agar masyarakat untuk tetap dapat merayakan hari
kemerdekaan bangsa Indonesia tahun ini melalui Rumah Digital Indonesia,” tutupnya.
elain itu juga terdapat acara hiburan seperti Konser Kolaborasi Nusantara yang akan diisi
oleh berbagai musisi membawakan lagu daerah, seperti Kicir-Kicir, Manuk Dadali, Bubuy
Bulan, dan Jali-Jali.
Puncak perayaan kemerdekaan berlangsung tanggal 16 Agustus 2021 mulai pukul 19.00
WIB melalui laman rumahdigitalindonesia.id. Dalam Rumah Digital Indonesia setiap
pengakses dapat mengikuti event dan festival untuk memeriahkan Peringatan HUT RI ke-
76 yang bertajuk Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh8
pemerintah menyiapkan festival kemerdekaan virtual pertama dan terbesar melalui
website Rumah Digital Indonesia (RDI) agar masyarakat bisa merayakan kemerdekaan
dengan pengalaman yang berbeda. Rumah Digital Indonesia telah dapat diakses sejak
tanggal 1 – 17 Agustus mendatang. Terdapat sejumlah konten hiburan edukatif dan
aktivitas seru yang bisa kita saksikan di Rumah Digital Indonesia, yaitu:
KESIMPULAN
DAFTAR BACAAN
9
http://ditsmp.kemdikbud.go.id/semarak-perayaan-kemerdekaan-di-rumah-digital-indonesia/
Anthony Reid,“Revolusi Sosial di Tiga Wilayah Sumatra”, dalam Menuju Sejarah
Sumatra Antara Indonesia dan Dunia, (Jakarta: Yayasan Buku Obor, 2010)
(Singapore: National University Press, 2011). 46 Jurnal Pertahanan Maret 2014, Volume
4, Nomor 1
Turita Indah Setyani, Bhinneka Tunggal Ika sebagai Pembentuk Jati Diri Bangsa. (Jakarta:
2000),
As’ad Said Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa. (Jakarta: Pustaka
LP3ES, 2009).
Yusdani, Fiqh Politik Muslim: Doktrin, Sejarah dan Pemikiran, (Yogyakarta: Amara
Books, 2011)
https://aptika.kominfo.go.id/2021/08/presiden-jokowi-rayakan-kemerdekaan-di-rumah-
digital-indonesia/
http://ditsmp.kemdikbud.go.id/semarak-perayaan-kemerdekaan-di-rumah-digital-
indonesia/