DESAIN PEMBELAJARAN
Tentang :
Disusun Oleh
Kelompok 1
Khaizarani : 2014010111
Ahmad saputra : 2014010141
Fahrul Aziz : 2014010143
Dosen Pembimbing
Dr.Zulvia Trinova, S.Ag., M.Pd.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Memahami Belajar dan Pembelajaran tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah DESAIN
PEMBELAJARAN. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen
mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I (PENDAHULUAN)
A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 2
C. TUJUAN PENULISAN.......................................................................................... 2
BAB II (PEMBAHASAN)
A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 12
B. SARAN.................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.1
Dalam pembelajaran, interaksi antara pendidik dan peserta didik perlu berjalan efektif.
Interaksi yang efektif menjadi prasyarat kualitas suatu pembelajaran. Pendidik sangat berperan
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, karena pendidiklah yang mengatur pendekatan,
metode, strategi maupun media pembelajaran yang akan digunakan, namun yang tak kalah
pentingnya adalah kondisi peserta didik yang menjadi prioritas utama karena peserta didik
sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab XI pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa : Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada jenjang
pendidikan tinggi.2
1
The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) (dalam Siregar, 2010 h. 4
2
Departemen Agama RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta:Dirjen Pendidikan Islam, 2006), h. 27
3
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Edisi IV, ( Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), h.160
1
B. RUMUSAN MASALAH
Apa itu Pengertian dari belajar dan pembelajaran
Bagaimana Komponen pembelajaran
Apa saja Jenis aktivitas belajar
Apa Prinsip belajar
Bagaimana Tipe gaya belajar
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk Mampu memahami Pengertian belajar dan pembelajaran
Untuk Mengetahui Komponen pembelajaran
Untuk Mampu memahami Jenis aktivitas belajar
Untuk Mengetahui Prinsip belajar
Untuk Memngetahui Tipe gaya belaja
2
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi
antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya.4 belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan”. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan tingkah
laku.5 pengertian belajar secara Psikologis, merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. 6 bahwa
belajar itu adalah pengetahuan yang dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi
terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan, dengan adanya
interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. 7 belajar sebagai
perubahan tingkah laku yang relative tetap yang disebabkan praktik atau pengalaman yang
sampai dalam situasi tertentu. Dari beberapa definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan proses perubahan perilaku pembelajaran kearah yang lebih baik yang
didapatkan dari pengalaman dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku.8
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar
dan membuatnya berhasil guna. Untuk mengaktifkan, mendukung, dan memperhatikan proses
internal yang terdapat dalam setiap peristiwa. 9 mengatakan bahwa pembelajaran adalah
seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-
4
The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) (dalam Siregar, 2010 h. 4)
5
Menurut Hamalik (2001, h. 27)
6
Menurut Slameto (2013, h. 2)
7
Piaget (dalam Dimyati, 2010 h. 13)
8
Singer (1986) (dalam Siregar, 2010 h. 4)
9
Gagne (1985) (dalam Siregar, 2010, h. 12)
3
kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Jadi berdasarkan pendapat di atas pembelajaran
dapat diartikan sebagai suatu proses dimana lingkungan seseorang yang dilakukan secara sengaja
untuk memotivasi siswa agar dapat belajar sendiri.
B. KOMPONEN PEMBELAJARAN
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses pembelajaran. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari
sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan. Bahkan
dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan
komponen&komponen tersebut.)adi dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran adalah
kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal
penting dalam proses belajar mengajar.
10
Acedemia.com Repository.unpas.ac.id
4
C. JENIS AKTIVITAS BELAJAR
Paul B. Diedrich (dalam Nasution) membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok yang
4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan tes, dan sebagainya.
5. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan
sebagainya.
8. Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup,
dan sebagainya.11
11
Nasution, Ditaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal. 91
5
Ramayulis mengemukakan aktivitas belajar mencakup aktivitas jasmani dan rohani. Mohammad
Uzer Usman mengatakan bahwa aktivitas belajar siswa meliputi:
1. Mendengarkan
2. Memandang
3. Meraba, membau, mencicipi
4. Menulis dan mencatat
5. Membaca
6. Membuat ringkasan dan menggaris bawahi
7. Mengamati tabel, diagraam dan bagan
8. Menyusun paper atau kertas kerja
9. Mengingat
10. Berpikir
11. Latihan atau praktik13
Berdasarkan jenis-jenis aktivitas belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas- aktivitas
tersebut tidak bisa di pisahkan antara satu sama yang lainnya karena saling berpengaruh dan
saling mendukung, agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang seoptimal
mungkin yang diharapkan. Aktivitas siswa dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan
salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Karena aktivitas belajar merupakan
suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang belajar. Aktivitas sendiri tidak
hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis.
12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: kalammulia, 2002, hal. 35
13
Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2004,
6
D. PRINSIP BELAJAR
Berbagai teori tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang telah dikemukakan para ahli yang
memiliki persamaan dan perbedaan. Dari prinsip tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif
berlaku umum yang dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pembelajaran, baik pendidik
maupun peserta didik dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip-prinsip
yang dimaksud adalah: perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan,
tantangan serta perbedaan individu. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
14
Gage dan Berliner, Op-Cit, h. 372
7
aspirasinya sendiri. Dimiyati dan Mudjiono mengatakan bahwa ”belajar hanya
dialami oleh peserta didik sendiri, peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadi proses belajar.”15 Hal ini menunjukkan bahwa belajar tidak bisa dipaksakan
oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman Dalam diri peserta didik terdapat banyak
kemungkinan dan potensi yang akan berkembang. Potensi yang dimiliki peserta didik
berkembang ke arah tujuan yang baik dan optimal, jika diarahkan dan punya
kesempatan untuk mengalaminya sendiri. Edgar Dale dalam Oemar Hamalik
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung.16
4. Pengulangan Pengulangan dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah suatu
tindakan atau perbuatan berupa latihan berulangkali yang dilakukan peserta didik
yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil pembelajarannya. Pemantapan
diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai usaha perluasan yang dilakukan
melalui pengulangan– pengulangan.17
5. Tantangan Apabila pendidik menginginkan peserta didiknya berkembang dan selalu
berusaha mencapai tujuan, maka pendidik harus memberikan tantangan dalam
kegiatan pembelajaran. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan
melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan
tersebut. Kurt Lewin dengan teori Medan (Field Theory), mengemukakan bahwa
peserta didik dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan
psikologis.18
15
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
16
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,Edisi I, ( Cet.II; Jakarta: Bumi Aksara,1999), h. 90
17
Oemar Hamalik, Op-Cit, h. 95
18
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid,Tadzkiyah; Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Pendekatan
Kontekstual,Edisi I,Cet.I; Jakarta: Raja Grafindo Persada,2005),h.74
8
E. TIPE GAYA BELAJAR
Setiap manusia yang lahir ke dunia ini selalu berbeda satu sama lainnya. Baik bentuk fisik,
tingkah laku, sifat, maupun berbagai kebiasaan lainnya. Tidak ada satupun manusia yang
memiliki bentuk fisik, tingkah laku dan sifat yang sama walaupun kembar sekalipun. Suatu hal
yang perlu kita ketahui bersama adalah bahwa setiap manusia memiliki cara menyerap dan
mengolah informasi yang diterimanya dengan cara yang berbeda satu sama lainnya. Ini sangat
tergantung pada gaya belajarnya. “Seperti yang dijelaskan oleh Hamzah B. Uno, “bahwa pepatah
mengatakan lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya. Peribahasa tersebut
memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar yang
sama. Termasuk apabila mereka bersekolah disekolah yang sama atau bahkan duduk dikelas
yang sama”.19
Rina Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah menemukan banyak variabel yang
mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor- faktor fisik, emosional, sosiologis, dan
lingkungan. Sebagian orang, misalnya, dapat belajar paling baik dengan cahaya yang terang,
sedang sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik
secara berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang tua atau
guru, yang lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian
orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi
kecuali dalam ruangan sepi. Ada orang-orang yang memerlukan lingkungan kerja yang teratur
dan rapi, tetapi yang lain lebih suka menggelar segala sesuatunya supaya semua dapat terlihat.
Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan menemukan berbagai
cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah disepakati secara umum adanya dua kategori
utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan
mudah (modalitas) dak kedua, cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi
otak). Selanjutnya, jika seseorang 23 telah akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dia dapat
membantu dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih mudah.20
6 Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
20
9
Seluruh definisi gaya belajar di atas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki
kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Definisi-definisi gaya belajar tersebut secara
subtansial tampak saling melengkapi. Berdasarkan keterangan-keterangan di atas maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa gaya belajar yaitu suatu cara pandangan pribadi terhadap
peristiwa yang dilihat dan di alami. Oleh karena itulah pemahaman, pemikiran, dan pandangan
seorang anak dengan anak yang lain dapat berbeda, walaupun kedua anak tersebut tumbuh pada
kondisi dan lingkungan yang sama, serta mendapat perlakuan yang sama.
Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik.21
Gaya Belajar Visual Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki yang dikutip oleh Sukadi,
berdasarkan arti katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat,
mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera
penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka untuk
menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Orang dengan gaya belajar visual
senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-gambar, meninjau kejadian
secara langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan metode dan
media belajar yang dominan mengaktifkan indera penglihatan (mata).22
Gaya belajar Kinestetik Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak,
bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan
gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran apabila
ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru memahami makna halus
apabila indera perasanya telah merasakan benda yang halus. Individu yang bertipe ini, mudah
mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan
yang berupa suara atau penglihatan.16 Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan dengan
praktik atau pengalaman belajar secara langsung. Dari pengertian di atas dapat di ambil
21
Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. . . ,
hal. 112.
22
Sukadi,ProgressiveLearninghal.95.
10
kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar kinestetik memperoleh informasi
dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Individu yang mempunyai gaya
belajar kinestetik mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil
tindakan. Selain itu dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses pembelajaran. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari
sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan.
Berdasarkan jenis-jenis aktivitas belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas- aktivitas
tersebut tidak bisa di pisahkan antara satu sama yang lainnya karena saling berpengaruh dan
saling mendukung, agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang seoptimal
mungkin yang diharapkan. Aktivitas siswa dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan
salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Karena aktivitas belajar merupakan
suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang belajar. Aktivitas sendiri tidak
hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis.
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya
belajar kinestetik memperoleh informasi dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-
gerakan fisik. Individu yang mempunyai gaya belajar kinestetik mudah menangkap pelajaran
apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Selain itu dengan praktik atau
pengalaman belajar secara langsung
B. SARAN
Saran dari penulis agar penbca dapat menjadikan makalah ini sebagai pengetahuan dasar
untuk mencari pengetahuan yang lebih jauh belajar dan pembelajaran, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran, agar penulis memperbaiki kesalahan ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) (dalam Siregar, 2010 h. 4
Departemen Agama RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta:Dirjen Pendidikan Islam, 2006), h. 27
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Edisi IV, ( Bandung: Sinar
BaruAlgesindo, 2000), h.160
The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) (dalam Siregar, 2010 h. 4)
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
6 Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. . . , hal. 110-112.
Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. . . , hal. 112.
Sukadi,ProgressiveLearninghal.95.
13