Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN PANCASILA

SEJARAH KEMERDEKAAN INDONESIA MULAI MERDEKA SAMPAI


DENGAN SEKARANG

Disusun Oleh :

Muhammad Hafidz Alfarisi

1148230141

STIKES DARUL AZHAR BATULICIN

TAHUN AJARAN

2023/2024
SEJARAH KEMERDEKAAN INDONESIA

Sejarah Singkat Kemerdekaan Indonesia dimulai pada awal Indonesia merdeka pada

17 Agustus 1945, setelah sebelumnya berada di bawah penjajahan Belanda dan Jepang.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan langsung oleh Soekarno dengan didampingi

Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta Pusat. Tercapainya

kemerdekaan Indonesia tentu menoreh peristiwa bersejarah yang cukup panjang. Saat ini,

setiap tanggal 17 Agustus, masyarakat tanah air selalu memperingati hari proklamasi.

Tanggal tersebut merupakan titik balik dari sejarah kemerdekaan Indonesia yang

cukup panjang, dimana sebelumnya penduduk tanah air sempat dijajah selama bertahun

tahun. Sebelum proklamasi terjadi, terdapat banyak peristiwa penting yang

melatarbelakanginya. Pada Bulan Agustus ini, Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-78.

Artinya, sudah 78 tahun Indonesia merdeka.

Kemerdekaan Indonesia sendiri tak datang tiba-tiba. Kemerdekaan didapat dari

perjuangan dan pengorbanan para pahlawan melawan penjajah. Makna dan arti kemerdekaan

tentu sangat besar bagi masyarakat Indonesia. Berbagai peristiwa penting melatarbelakangi

kemerdekaan Indonesia. Dimulai dari Peristiwa Rengasdengklok hingga pembacaan teks

proklamasi.

JEPANG KALAH DARI SEKUTU

Sebelum Indonesia berhasil meraih kemerdekaan, ada perisitwa penting terlebih dulu,

yaitu kalahnya Jepang dari Sekutu. Pada 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima, Jepang, luluh

lantak akibat bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat. Tiga hari berselang, tepatnya

pada 9 Agustus 1945, Amerika Serikat kembali menjatuhkan serangan bom atom di Kota

Nagasaki, Jepang. Hanya dalam waktu singkat, kedua bom atom ini berhasil menewaskan
ratusan ribu orang di Hirosima dan Nagasaki. Akibatnya, Jepang yang sudah kalah telak

terpaksa menyerah kepada Sekutu, yang sekaligus menjadi penanda berakhirnya Perang

Dunia II. Jepang pun berusaha agar berita kekalahan mereka tidak terdengar oleh rakyat

Indonesia. Akan tetapi, pada akhirnya, para golongan muda mengetahui berita kekalahan

Jepang. Mereka segera mendesak Soekarno dan Hatta agar memproklamasikan kemerdekaan

Indonesia.

PRO KONTRA PROKLAMASI PADA PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Sejarah kemerdekaan Indonesia juga mengalami pro kontra menjelang pembacaan

proklamasi tersebut. Pro kontra ini terjadi antara golongan muda dan golongan tua. Dimana

golongan tua merupakan para anggota PPKI seperti Soekarno dan Hatta. Sementara golongan

muda diwakili para anggota PETA dan para mahasiswa. Pro kontra ini terjadi karena

golongan muda menganggap bahwa golongan tua terlalu konservatif, sebab mereka

menghendaki pembacaan proklamasi harus melalui PPKI dan sesuai dengan prosedur yang

telah dijanjikan oleh Jepang yakni pada tanggal 24 Agustus 1945. Di sisi lain golongan muda

menolak jika proklamasi harus dilaksanakan melalui PPKI.

Pasalnya golongan muda menganggap bahwa PPKI merupakan bentukan Jepang, dan

mereka menginginkan kemerdekaan dengan kekuatan sendiri. Sutan Syahrir yang termasuk

dalam golongan muda merupakan tokoh pertama yang mendesak Soekarno-Hatta untuk

segera melakukan proklamasi. Selanjutnya rapat resmi dilangsungkan di Pegangsaan Timur

Jakarta pada 15 Agustus 1945. Yang dihadiri oleh Djohar Nur, Subianto, Armansyah, Chairul

Saleh, Kusnandar, Wikana, Margono, dan Subadio.

Hasil rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh tersebut memutuskan bahwa

kemerdekaan Indonesia tidak harus menggantungkan pada pihak lain, dan merupakan hak
rakyat. Meski keputusan rapat yang menjadi bagian sejarah kemerdekaan Indonesia itu telah

disampaikan kepada Soekarno-Hatta, mereka tetap bersikeras dengan pendiriannya yaitu

proklamasi harus dilangsungkan melalui PPKI.

Sehingga pada akhirnya golongan muda membawa Soekarno-Hatta ke

Rengasdengklok, salah satu daerah di Kabupaten Karawang. Pilihan membawa Soekarno-

Hatta ke luar Jakarta adalah untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Pengamanan

Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dibantu dengan perlengkapan tentara PETA.

Rengasdengklok sendiri dipilih karena letaknya strategis dan terpencil, sehingga tentara

PETA bisa mengawasi setiap langkah tentara Jepang.

PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI KEMERDEKAAN

Dengan adanya peristiwa Rengasdengklok, akhirnya Soekarno dan Hatta tergerak

untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Rapat perumusan teks proklamasi pun digelar

di rumah Laksamana Tadashi Maeda pada tanggal yang sama, dihadiri oleh beberapa anggota

golongan muda. Di sana, rumusan teks proklamasi ditulis oleh Soekarno dan diketik oleh

Sayuti Melik dengan beberapa perubahan.

PEMBACAAN TEKS PROKLAMASI

Usai teks proklamasi selesai ditulis, terjadilah hari paling bersejarah bagi bangsa

Indonesia. Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh

Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Pembacaan tersebut dihadiri oleh para tokoh

pergerakan kemerdekaan dan seluruh rakyat Indonesia yang ingin menyaksikan buah hasil

dari perjuangan para pahlawan dan tokoh penting yang membawa mereka ke kemerdekaan.

Upacara pembacaan teks proklamasi tersebut berjalan dengan lancar bertempat di kediaman

Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Beberapa acara telah disusun dalam
hari kemerdekaan Indonesia, seperti pengibaran bendera Merah Putih, dan sambutan oleh

walikota pada saat itu, yaitu Suwiryo dan Muwardi.

PENYEBARAN BERITA PROKLAMASI

Segera begitu Soekarno membacakan teks proklamasi, kabar kemerdekaan Indonesia

langsung tersebar hingga ke seluruh pelosok negeri. Pada masa itu, berita proklamasi

disebarkan melalui beragam cara, mulai dari siaran radio, telegram, surat kabar, pamflet,

hingga dari mulut ke mulut. Adapun tokoh-tokoh yang menyebarkan berita proklamasi adalah

sebagai berikut:

 Sukarni

 Supardjo

 BM Diah

 Syahruddin

 Ki Hajar Dewantara

Selain itu, mereka juga menyebarluaskan berita kemerdekaan lewat surat kabar Suara Asia

dan juga melalui mulut ke mulut. Sekian informasi tentang Sejarah Singkat Kemerdekaan

Indonesia semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua untuk dapat mengetahui awal

mula perjuangan kemerdekaan Indonesia.


ORDE LAMA DALAM SEJARAH POLITIK INDONESIA ADALAH MERUJUK
KEPADA MASA PEMERINTAHAN SOEKARNO YANG BERLANGSUNG DARI
TAHUN 1945 HINGGA 1966

Era Orde Lama yang berlangsung selama setidaknya 22 tahun ini, hampir tidak

terjadinya pembangunan terkecuali pembuatan sebuah sarana olahraga yang berlokasi di

Senayan yang digunakan untuk perhelatan Asian Games IV dan Ganefo atau yang merupakan

singkatan dari games of the news emerging forces merupakan sebuah pesta olahraga yang

dibuat dan digagaskan oleh Presiden Soekarno yang memiliki tujuan menyaingi Olimpiade.

Serta dalam era Orde Lama ini dibangun pula Bendungan Jatiluhur, Pabrik Baja

Krakatau Steel. Namun, untuk penyelesaian ketiga sarana ini baru terjadi di era Orde Baru.

Dalam era ini juga kita bisa melihat adanya pembangunan Masjid Istiqlal serta Monas atau

singkatan dari Monumen Nasional yang merupakan sebuah monumen peringatan

kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1960 sendiri, adanya rencana pemerintah untuk Pembangunan Nasional

Semesta Berencana Delapan Tahun, namun rencana tersebut tidak dapat berjalan dengan

lancar dikarenakan negara Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk berperang melawan

Belanda dalam rangka merebut kembali Irian Barat. Selain itu, adanya iklim politik yang

tidak kondusif juga menjadi salah satu penyebabnya.

Selama era Orde Lama yang berlangsung 22 tahun ini yang dipimpin oleh Presiden

Soekarno dimana adanya sistem presidensial yang berlaku hanya delapan tahun, di tahun

1945 hingga tahun 1949 terjadinya peperangan dalam menjaga kemerdekaan, segala daya

serta upaya yang dilakukan bangsa Indonesia saat itu untuk mempertahankan

kemerdekaannya dan berperang melawan agresi militer negara Belanda yang saat itu ingin

menjajah Indonesia lagi.


Pada periode itu juga, terjadi dua kali pemberontakan yang terdiri dari pemberontakan

PKI yang dipimpin oleh Muso di Madiun pada September 1948 dan pemberontakan kedua

yang dilakukan oleh Negara Islam Indonesia yang dipimpin oleh Kartosuwiryo pada Agustus

1949.

ERA ORDE BARU

Era pemerintahan Orde Baru adalah yang terpanjang sejak Indonesia merdeka. Masa

pemerintahan yang cukup panjang tersebut turut memberikan kontribusi besar terhadap

pemantapan lembaga keimigrasian, walaupun dalam pelaksanaannya mengalami beberapa

kali penggantian induk organisasi. Stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang relatif

tinggi selama era Orde Baru mendorong lembaga keimigrasian di Indonesia untuk semakin

berkembang dan profesional dalam melayani masyarakat. Pada era ini terjadi beberapa kali

perubahan organisasi kabinet dan pembagian tugas departemen, yang pada gilirannya

membawa perubahan terhadap organisasi jajaran imigrasi. Pada tanggal 3 November 1966

ditetapkan kebijakan tentang Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Departemen, yang

mengubah kelembagaan Direktorat Imigrasi sebagai salah satu pelaksana utama Departemen

Kehakiman menjadi Direktorat Jenderal Imigrasi yang dipimpin oleh Direktur Jenderal

Imigrasi. Perubahan inipun berlanjut dengan pembangunan sarana fisik di lingkungan

Direktorat Jenderal Imigrasi yang luas. Pembangunan gedung kantor, rumah dinas, pos

imigrasi maupun asrama tahanan dijalankan tahun demi tahun. Di bidang SDM dan

pembinaan karier, sistem penempatan dan pembinaan karier pegawai yang direkrut Direktorat

Jenderal Imigrasi yang zig zag, tidak terpaku di satu pos, diteruskan. Sistem pembinaan karir

di bidang imigrasi juga terus disempurnakan dengan tetap mengedepankan prinsip

profesionalisme dan keadilan.


Beban kerja yang semakin meningkat dan kebutuhan akan akurasi data, mendorong

Direktorat Jenderal Imigrasi untuk segera menerapkan sistem komputerisasi di bidang

imigrasi. Pada awal tahun 1978 untuk pertama kalinya dibangunlah sistem komputerisasi di

Direktorat Jenderal Imigrasi, sedangkan penggunaan komputer pada sistem informasi

keimigrasian dimulai pada tanggal 1 Januari 1979.

Di bidang peraturan perundangan keimigrasian pada masa Orde Baru, dalam rangka

mendukung program Pembangunan Nasional Pemerintah, banyak produk regulasi

keimigrasian yang dibuat untuk mengifisienkan pelayanan keimigrasian dan atau untuk

mendukung berbagai sektor pembangunan, antara lain pengaturan terkait:

(1) Pelayanan jasa keimigrasian,

(2) Penyelesaian dokumen pendaratan di atas pesawat jemaah haji 1974,

(3) Penyelesaian pemeriksaan dokumen di pesawat garuda Jakarta-Tokyo,

(4) Perbaikan kualitas cetak paspor,

(5) Pengaturan masalah lintas batas,

(6) Pengaturan dispensasi fasilitas keimigrasian,

(7) Penanganan TKI gelap di daerah perbatasan,

(8) Pengaturan penyelenggaraan umroh,

(9) Pengaturan masalah pencegahan dan penangkalan,

(10) Pengaturan keimigrasian di sektor ketenagakerjaan,

(11) Pengaturan visa tahun 1979,

(12) masalah orang asing yang masuk ke dan atau tinggal di wilayah Indonesia secara tidak

sah,

(13) penghapusan exit permit bagi WNI.


Di masa Orde Baru ini yang tidak bisa dilupakan adalah lahirnya Undang-Undang

Keimigrasian baru yaitu Undang Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3474), yang disahkan oleh DPR pada tangal 4 Maret 1992.

Undang Undang Keimigrasian ini selain merupakan hasil peninjauan kembali terhadap

berbagai peraturan perundang-undangan sebelumnya yang sebagian merupakan peninggalan

dari Pemerintah Hindia Belanda, juga menyatukan/mengkompilasi substansi peraturan

perundang-undangan keimigrasian yang tersebar dalam berbagai produk peraturan

perundangan keimigrasian sebelumnya hingga berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1992.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 ini diikuti dengan ditetapkannya Peraturan

Pemerintah sebagai pelaksanaannya dalam:

(1) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan

dan Penangkalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 53, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3561),

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan

Tindakan Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 54,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3562),

(3) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin

Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 55, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3563), dan Peraturan Pemerintah Nomor 36

Tahun 1994 tentang Surat Pejalanan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3572).Dan terus berkembang sampai sekarang.

KESIMPULAN

Sejak merdeka 74 tahun yang lalu, Indonesia tidak berhenti berusaha semaksimal

mungkin untuk terus bergerak maju, tetap bersaing di kancah dunia. Meski seringkali,

tantangannya adalah bangsa Indonesia sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentu tidak

menampik fakta bahwa generasi saat ini merupakan generasi emas yang seharusnya memiliki

sikap positif, pola pikir esensial, komitmen normatif, dan kompetensi abilitas, dan

berlandaskan IESQ (kecerdasan intelektual-IQ, emosional-EQ, dan spiritual-SQ).

Sebelum menelisik lebih jauh rupa kebangsaan Indonesia sekarang, alangkah patutnya

memahami makna wawasan kebangsaan terlebih dahulu. Wawasan kebangsaan ialah cara

pandang suatu bangsa mengenai diri, ideologi, dan cita-citanya, dimaksudkan untuk

memperkokoh dan persatuan dan ketahanan bangsa. Tujuannya adalah untuk membentuk

bangsa yang kuat, bersatu, berdaya saing tinggi, dan sejahtera. Selain itu revitalisasi dan

reaktualisasi nilai-nilai Pancasila, serta secara khusus meredam berkembangnya penonjolan

primordialisme sempit, kesukuan, kedaerahan, dan mencegah disintegrasi bangsa adalah

tujuan lanjutannya.

Lalu bagaimanakah wawasan yang dapat meningkatkan kualitas penangkal

radikalisme demi lestarinya bangsa ini tercetus? Wawasan kebangsaan bangkit pada era Budi

Utomo tahun 1908 yang kemudian dipertegas pada sumpah pemuda tanggal 28 Oktober

1928. Karenanya terdapat dua aspek penting dari wawasan kebangsaan, yaitu aspek moral

dan aspek intelektual. Pentingnya wawasan kebangsaan muncul akibat dari kesadaran

masyarakat yang memiliki cita-cita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
mewujudkan tujuan nasional. Wawasan kebangsaan ini merupakan pemersatu dan pemberi

dasar keberadaan dalam diri bangsa Indonesia.

Adanya perbedaan perbedaan nilai dan budaya yang kemudian bersatu dan menjadi

suatu paham wawasan kebangsaan inilah yang harus dijaga. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa masyarakat Indonesia memegang peran penting dalam menjaga nilai-nilai

kebangsaan dan memegang peran krusial dalam kemajuan dan ketahanan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

Dengan tidak mengesampingkan fakta bahwa Indonesia yang berdiri dengan ke

Bhinekaannya masih jauh dari konflik dan pertikaian, baik masyarakat maupun hawa

panasnya politik. Tentu pemerintah tidak akan tinggal diam dan berpangku tangan akan hal

ini. Dibentuklah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). BPIP dibentuk berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018. Tugasnya ialah membantu Presiden dalam

merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi pancasila, melaksanakan koordinasi,

sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi pancasila secara menyeluruh dan

berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standarisasi pendidikan dan pelatihan, dan

setumpuk tugas kepancasilaan yang lain.

SEJARAH KEMERDEKAAN INDONESIA

Bagaimanakah sejauh ini peran BPIP terhadap wawasan kebangsaan Indonesia?

Badan yang dibentuk atas adanya ancaman dari 9% rakyat Indonesia yang tidak setuju

dengan ideologi Indonesia ini terus berupaya untuk mempertahankan ajaran yang benar agar

terus lestari. Mahfud MD selaku anggota dewan pengarag BPIP menegaskan bahwa ia dan

tim bersama Kemenristek Dikti merevitalisasi kurikulum ajaran. Disisi lain, pemerintah juga

melakukan perombakan untuk program revolusi mental yang mencakup semua aspek. Salah
satunya adalah nilai pendidikan yang mencakup nilai integritas, etos kerja, semangat gotong

royong, dan budi pekerti dalam setiap pembelajaran. Selain itu, dalam tata kelola

pemerintahan dengan menerapkan nilai-nilai transparansi dan akuntabilitas.

Peran serta peningkatan wawasan kebangsaan sebagai wajah dari negara Bhineka

Tunggal Ika ini adalah tanggung jawab bersama. Untuk terang memahami bahwa dengan

keragaman yang nyentrik, Indonesia tetap bisa bergelora. Terkhusus peran mahasiswa di era

saat ini menjadi harapan bangsa. Memaknai 74 tahun kemerdekaan RI, mengambil hikmah

dari perjalanan yang panjang dan terjal. Selalu proaktif mengantisipasi perkembangan dengan

membina identitas, kemandirian, dan eksistensi tanpa kontrofersi, sehingga terwujud

Indonesia yang adil dan beradab.

Anda mungkin juga menyukai