Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN

17 AGUSTUS 1945

NAMA : AUDY NUR AZZAHRAH

KELAS : XI IPA 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proklamasi adalah sebuah pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat. Pemberitahuan kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945, menandakan suatu ketetapan kebebasan bagi seluruh rakyat
Indonesia dari belenggu penjajahan proklamasi kemerdekaan Indonesia menunjukkan keberanian dan
sikap bangsa Indonesia menunjukan keberanian dan sikap bangsa Indonesia untuk menentukan
nasibnya sendiri.
Awalnya terdapat perbedaan sikap antara golongan tua dan gologan muda. Golongan tua tidak
mempersoalkan jika kemerdekaan adalah pemberian Jepang, lain halnya dengan golongan muda yang
mengagungkan kemerdekaan Indonesia sebagai hasil perjuangan sendiri.
Perbedaan itu membuat para perjuangan nasionalis Indonesia bekerja keras. Proklamasi bukan berarti
perjuangan selesai, masih ada perjuangann yang lebih berat lagi, menanti yaitu perjuangan
mempertahankan kemerdekaan itu sendiri.

1.2. Tujuan
Mengetahui lebih dalam tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia

PEMBAHASAN

1. Kekuatan dan Solidaritas Pemuda


Sudah bukan rahasia lagi bahwa pemuda sebagai kekuatan vital yang dilibatkannya
kedalam Perang Asia Timur Raya tidak dapat ditolak lagi kehadirannya. Baik pemuda yang
bergerak secara formal maupun informal, pada dasaranya mereka ingin melepaskan diri dari
kekuasaan fasisime Jepang. Akan tetapi dengan berubahnya posisi baru yang makin terdesak
oleh sekutu mendorong timbulnya organisasi pemuda yang dinamai Angkatan Muda Indonesia
(AMI)pada pertengahan tahun 1944. Awalnya didirikan atas inisiatif Jepang, tetapi kemudian
tumbuh menjadi organisasi yang anti Jepang.
AMI menyelenggarakan kongres pemuda yang dihadiri utusan pemuda, pelajar dan
mahasiswa dari seluruh Jawa antara lain: Jamal Ali, Chairul Saleh, Anwar Cokroaminoto, dan
sejumlah mahasiswa sekolah kedokteran (ika daigaku) Jakarata. Mereka sependapat untuk
bersatu guna menyiapkan proklamsi kemerdekaan yang bukan hadiah dari Jepang. Jiwa militas
dan semangat nasionalis menjiwai kongres itu dengan hanya dinyanyikan lagu Indoensia raya
dan dikibarkannya bendera merah putih, tanpa lagu Kimigayo dan bendera Hinomaru. Didalam
kongers itu diajukan resolusi perlunya persatuan pemuda dibawah pimpinan nasionalis dan
memprcepat pelaksanaan kemerdekaan. Didalam menciptakan proklamasi kemerdekaan
Indonesia diperlukan tenaga pendorong yang dinamis yang tergabung dalam kelompok Sukarni,
kelompok pelajar-mahasiswa, kelompok Syahrir dan kelompok angkatan laut (Kaigun).
Kelompok ini membentuk aksi Masa untuk menghadapi pemerintah dengan bekerjasama
dengan kelompok illegal.
2. Politik di Indonesia
Tahun 1905 tercatat dalam sejarah, kemenangan Jepang atas Rusia, yang dianggap
sebagai terompet kebangkitan dunia timur. Makna kejadian internasional ketika itu hanya dapat
dipahami oleh kalangan terbatas, yaitu kaum intelektual atau setidak–tidaknya kaum menengah.
Mereka telah mempunyai kemampuan yang memungkinkan mereka memahami peristiwa
internasional, berkat tingkat pengetahuan mereka atau karena hubungan mereka dengan dunia
luar. Boleh jadi oleh sebagian intelektual Indonesia masa itu, kejadian tersebut dijadikan tonggak
bagi usaha dalam merintis kemerdekaan.Tidak lama kemudian, tahun 1908 terbukti lahir Boedi
Oetomo yang bergerak dalam bidang pendidikan. Walaupun masih terbatas pada bidang
pendidikan dan bersifat Jawa sentris, tetapi dalam perkembanganya kemudian, yang terbukti
dengan diperluasnya keanggotannya, perubahan nama menjadi Budi Utama, dan penyatuanya
ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra) pada tahun 1935 bersama-sama Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI) yan asalnya bernama Indonesische Studie Club Surabaya (1924), Boedi
Oetomo lambat laun berkembangt kearah organisasi yang bertujuan politik.
Pada tahun 1911, berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kemudian tahun 1923 menjadi
Sarekat Islam (SI) dan tahun 1929 menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Menurut A. K.
Pringodigdo, SI berbeda dengan Budi Utama yang merupakan organisasi kaum atasan, SI ini
sejak berdirinya diarahkan kepada rakyat jelata. Hal ini dapat terlihat dari statute akta notaris si
tanggal 10 november 1912 yang memuat: “Memajukan kepentingan rohani dan jasmani dari
rakyat” dan “Memajukan kecerdasan rakyat” tetapi kenyataan membuktikan bahwa SI mewakili
golongan menengah yang dalam perananya dalam bidang ekonomi terisolasi dan gerakannya
terpengaruh oleh ajaran Islam.
Tahun 1912 berdiri Indische Partij, tahun 1913 berdiri Indische Social Democratische
Vereniging (ISDV) yang kemudian tahun 1920 berubah menjadi Partai Komunis Hindia (PKI).
Tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia (PNI), tahun 1943 berdiri Majelis Syura Mulimin
Indonesia (MASYUMI) sebagai lanjutan dari Majelis Islam Indonesia (MII), tahun 1927 berdiri
Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsan Indonesia (PPPKI), tahun 1939 berdiri Gabungan
Politik Indionesia (GAPI), tahun 1941 berdiri Majelis Rakyat Indonesia (MRI) sebagai pengganti
KongresRakyat Indonesia (KRI).
3. Rengasdengklok
Pada dasarnya kedua kelompok itu mempunyai cita-cita yang sama yaitu kemerdekaan
Indonesia, hanya saja terjadi perbedaan dalam mewujudkannya. Kelompok muda ingin
proklamasi dilaksanakan secara revolusioner untuk membuktikan bahwa proklmasi itu hasil jerih
payahnya sendiri tanpa campur tangan Jepang. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa
dimulai dari "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (Soekarni, Wikana dan Chaerul
Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok,
Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno
dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan
dilaksanakan.
Para pemuda bersepakat bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah
rakyat Indonesia yang tidak bergantung kepada bangsa atau Negara lainnya. Bung Karno
menolak pandangan golongan muda. Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia
harus dilaksanakan melalui revolusi secara terorganisir, karena pihaknya ingin membicarakan
proklamasi kemerdekaan yang ditentukan tanggal 18 Agustus 1945 dalam rapat PPKI.Persoalan
ini tidak mendapat tanggapan dari golongan muda, dan mereka tetap pada prinsip
semula.Perbedaan pendapat itu mendorong para pemuda untuk membawa Soekarno-Hatta ke
Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945 agar jauh dari pengaruh pemerintah pendudukan
Jepang.
Saat itu, diJakarta sedang terjadi perundingan antara Ahmad Subardjo (mewakili gol.Tua)
dengan Wikana (mewakili gol.Muda). Dari perundingan itu tercapai kata sepakat bahwa
proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Akhirnya, Soekarno-Hatta
dijemput dari Rengasdengklok. Sebelum berangkat, ke Rengasdengklok Ahmad Subardjo
memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia
akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945. Selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Menurut
mereka proklamasi ada di “tangan” mereka karena mereka sudah menguasai masa di Jakarta
dan mereka mendesak tuntutannya kepada Soekarno-Hatta agar memproklamasikan Indonesia
merdeka. Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok, wilayah Peta, agar mau menandatangani
proklamasi kemerdekaan yang akan segera dibacakan. Mereka khawatir kalau Soekarno-Hatta
tetap di Jakarta akan diperalat oleh Jepang.
Penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok itu merupakan realitas dan kesalahan
perhitungan politik yang semata-mata berdasar sentimen. Dapat diterima kiranya pada detik-
detik yang menentukan ini terjadi pertentangan dan perbedaan pendapat, di satu pihak lebih
dikuasai emosi pemuda, sedangkan di pihak lain kelompok tua yang disebutnya sebagai
kolaborator itu tetap dikuasai oleh rasio untuk dapat mencapai tujuan bersama yaitu proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
4. Penyusunan Teks Proklamasi
Puncak perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia merupakan kerjasama kelompk tua
dan muda. Perhitungan politik yang tajam dikombinasikan dengan prosedur yang berlaku dalam
sidang PPKI yang didirikan pada tanggal 7 Agustus 1945 yang menggantikan BPUPKI.
Anggopta PPKI wajib membantu perang Jepang dan Negara Indonesia yang akan dibentuk
menjadi anggota Lingkungan Bersama Kesemakmuran Asia Timur Raya. Anggota PPKUI dipilih
oleh jenderal Terauchi penguasa perang tetinggi di Asia Tenggara. Karena itu tiga orang tokoh
pergerakan, terdiri dari Ir.Soekarno, Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Weodiningrat diundang ke
Dalat (Vietnam Selatan), markas besar Jenderal Terauchi, pada tanggal 12 Agustus 1945
dikatakannya oleh Terauchi bahwa pemerintahan kemaharajaan Jepang memutuskan untuk
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, setelah PPKI dibentuk dan dipersiapan selesai
pelaksanaanya dapat dilakukan segera dan diwilayahnya meliputi bekas Hindia-Belanda. Karena
adanya perbedaan pendapat antara kelompok tua dan muda, maka Ir. Seokerano dan Hatta
disingkirkan ke Rengasdengklok pada tanggal 6 Agustus jam 04.30. Akhirnya dicapai
kesepakatan antara Ahamd Subardjo ( kelompok tua) dengan Wikana (kelomopok muda)
bahwa proklamasi harus dilakukan di Jakarta. Untuk kepentingan ini Laksamana Maeda
bersedia menjamin keselamatan mereka selama mereka ada di rumahnya. Subardjo bersama
Sudiro yang dikawal oleh Jusuf Kunto menjemput Soekarno- Hatta ke Rengakdengklok pada jam
18.00. Chudancho peta setempat, Subeno melepaskan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta
setelah Subardjo menjanjikannya dengan taruhan nyawa bahwa proklamasi kemerdekaan akan
diselenggarakan keesokan harinya, pada tangggal 17 Agustus selambat-lambatnya pukul 12.00.
Setelah Soekarno-Hatta sampai di Jakarta pukul 23.30, mereka segera menuju rumah
Maeda, tetapi sebelumnya menemui Somubucho, Mayor Jenderal Nishimura untuk menjajagi
sikapnya terhadap pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Perbedaan pendapat
terjadi karena Sokearno-Hatta akan memimpin sidang PPKI yang tertunda pelaksanaanya,
sedangkan Nishimura akan berpegang pada statusnya yang baru setelah penyerahan Jepang
kepada Sekutu bahwa sejak tengah hari Jepang tunduk pada Sekutu karena itu Soekarno-Hatta
berpendapat bahwa tidak perlu membicarakan soal kemerdekaan itu dengan pihak Jepang.
Mereka mengharapkan pihak Jepang tidak menghalang-halangi penyelenggaraan proklamasi.
(Hatta, 1982:54-55).Kemudian Soekarno-Hatta kembali ke rumah Maeda, rumah yang aman dari
tindakan Angkatan Laut yang terletak di daerah kekuasaan Angkatan Darat (Rikugun). Ini
dimaksudkan agar memudahkan hubungan dengan Subardjo dan para pemuda yang bekerja di
kantornya. Rumah itu dijadikan pertemuan kaum pergerakan tua atau muda.
Di ruang makan rumah Maeda dirumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Ketika peristiwa yang bersejarah itu berlangsung Maeda tidak hadir, tetapi Miyoshi sebagai
orang kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Sudiro, dan Diah menyaksikan Sukarno, Hatta,
dan Subardjo membahas naskah proklamasi kemerdekaan indonesia. Soekarno lah yang
menuliskan konsep proklamasi,sedangkan Hatta dan Subardjo menyumbangkan pikiran secara
lisan. Pada jam 04.30 naskah proklamasi telah selesai dibuat dan terus dibawa ke ruang muka
tempat PPKI dan atas usul Sukarni naskah itu ditandatangani oleh Soekarno-Hatta, atas nama
bangs Indonesia. Sudah tepat bila naskah itu ditandatanganinya karena merekalah sejak
penjajahan Belanda dikenal sebagai pemimpin utama bangsa Indonesia. Akhirnya Soekarno
memerintahkan kepoada Sayuti Melik utnuk mengetikan naskah itu sesuai dengan
tulisan tangan Soekarno, disertai dengan perubahn-perubahan yang telah disetujui rapat.
Pertemuan dinihari itu menghasilkan naskah proklamasi. Agar seluruh rakyat Indonesia
mengetahuinya naskah iu harus diseberaluaskan. Soekarno mengusulkan agar naksah itu
dibacak di Lapangan Ikada tetapi Soekarno tidak setuju, karena tempta itu adalah tempat ymum
yang dapat memancing bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang. Ia sendiri mengusulkan
agar proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan timur no. 56. Usul disetujui dan
naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan di tempat itu pada tanggal 17 Agutus jam
10.30 waktu Jawa zaman Jepang atau jam 10.00 WIB ( Hatta, 1928: 54-55).
5. Pembacaan Teks Proklamasi
Pada hari Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Bung Karno dan Bung Hatta
atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Tidak ada reaksi dari pihak
Jepang. Sementara para pemuda militan yang sebelumnya berkumpul di Jl. Prapatan pun sudah
berjaga-jaga, kalau-kalau ada gangguan dari Jepang. Merekapun siap membacakan teks itu
diasrama Jl. Prapatan 10, kalau-kalau upacara bendera di Jl. Pegangsaan Timur 56 dilarang
Jepang.Upacara bendera dan proklamasi tidak dihadiri ribuan rakyat, sebab rakyat membanjiri
lapangan Ikada, sekarang lapangan Monas. Malam sebelumnya, para pemuda sudah
mengedarkan pamvlet bahwa esok hari akan diselenggarakan upacara proklamasi kemerdekaan
disana. Begitu tau upacara dilangsungkan di rumah kediaman Bung Karno, merekapun
berbondong-bondong menuju Jl. Pegangsaan Timur 56.
Peralatan disediakan seadanya, termasuk tiang bendera maupun mikrofon alat rekaman
pun tidak baik, sehingga seperti pengakuan Jusuf Ronodipuro, suara Bung Karno tidak terekam.
Suara rekaman yang kemudian diperdengarkan hingga sekarang itu, diucapkan akhir tahun
1951.Tiang bendera besi diambilkan dari tiang bendera di belakang rumah Bung Karno.Bendera
merah putih dijahit oleh Ibu Fatmawati. Bung Karno yang sedang sakit didesak agar secepatnya
mengumumkan atau membacakan Proklamasi kemerdekaan tersebut. Tetapi, Bung Karno
mengatakan tidak akan mengumumkan tanpa kehadiran Bung Hatta. Tepat satu menit sebelum
pukul 10.00 Bung Hatta datang. Setelah menyampaikan pidato singkat, teks proklamsi
dibacakan pukul 10.00, dilanjutkan pengibaran bendera sangsaka merah putih dengan iringan
lagu Indonesia Raya karya WR. Supratman
Selain teks asli yang dibacakan Bung Karno, setelah naskah selesai diketik pada dini hari
sebelumnya, Bung Karno sudah meminta para pemuda agar menyebar luaskan nya dalam
bentuk pamvlet.Secara beranting naskah dikirimkan keberbagai pelosok dunia. Naskah diterima
diberbagai tempat dalam waktu yang berbeda-beda. Dibandung mislanya, sudah menerima pada
siang hari, juga Yogyakata dimana kesultanan Yogyakarta Hadiningrat segera menyatakan
dukungan. Keluar negri, berita dipancarkan dari Jakarta yang ditangkap radio di Yopgyakarta
(piyungan), kemudian dipancarkan ke Bukittinggi untuk selanjutnya disiarkan ke India, barulah
kemudian ke seluruh dunia.
6. Kehidupan Setelah Proklamasi
Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan diproklamasikan, PPKI
dengan aklamasi memilih Soekarno sebagai presiden pertama RI yang baru lahir itu, dengan
Hatta sebagai Wakil Presiden. Dalam rapat itu pula, diadakan perubahan kecil dalam UUD yang
telah dirancang dalam bulan Juli 1945, bagian-bagian yang pro-Jepang dihapus dari pembukaan
UUD, dan memberikan tanggung jawab penuh kepada presiden selama 6 bulan. Sebuah Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) akan membantu presiden dalam pekerjaannya, dan secepat
mungkin akan menggantikan PPKI. Anggota-anggota KNIP diangkat oleh Soekarno dan Hatta
dalam tempo beberapa hari.Juga disetujui pembentukan sebuah partai tunggal, Partai Nasional
Indonesia (PNI).
Antara pertengahan bulan September dan pertengahan bulan oktober 1945 pihak Australia
menduduki kota-kota besar di Indonesia Timur yang pada umumnya berlangsung sebelum
terbentuknya pemerintahan-pemerintahan republik disana. Pasukan-pasukan Inggris, yang
sebagian besar terdiri atas orang-orang India, sementara itu bergerak memasuki Jawa dan
Sumatera.Pasukan pertama sampai di Jakarta pada pertengahan kedua bulan September 1945,
dan sepanjang bulan Oktober mereka tiba di Medan, Padang, Palembang, Semarang, dan
Surabaya.Panglima Inggris untuk Indonesia, Letnan Jenderal Sir Philip Christison, ingin
menghindari bentrokan-bentrokan dengan rakyat Indonesia.Oleh karena itu, dia mengirimkan
serdadu-serdadu lama tentara kolonial Belanda dan pasukan-pasukan Belanda yang baru tiba
ke Indoneasia Timur dimana pendudukan kembali Belanda berlangsung dengan cepat. Lenan
Gubernur BelandaHubertus J. Van Mook juga lebih senang dengan pemusatan perhatian
Belanda yang mula-mula pada Indonesia Timur yang memiliki kepentingan ekonomi besar yang
dimana penduduknya diduga tidak begitu anti Belanda.
Pada bulan Oktober 1945 pihak Jepang berusaha mendapatkan kembali kekuasaannya di
kota-kota besar dan kecil di Jawa yang berusaha diambil alih oleh bangsa Indonesia atas
persetujuannya, sehingga menyebabkan dimulainya tahapan-tahapan peperangan yang
pertama. Pada bulan Oktober pasukan Jepang yang masuk ke daerah Indonesiamembantai
pemuda-pemuda republik di Pekalongan (03 Oktober), mendesak kaum republik untuk keluar
dari Bandung dan seminggu kemudian menyerahkan kota itu kepada pihak Inggris (10 Oktober,
merebut kembali Semarang (14 Oktober), pada tanggal 2 November Soekarno memerintahkan
gencatan senjata atas permintaan pihak Inggris, tetapi akhir bulan November pertempuran telah
berkobar lagi dan pihak Inggris mundur ke daerah pesisir. Surabaya menjadi ajang pertempuran
yang paling hebat selama Revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional. Tanggal
25 Oktober di kota Surabaya kira-kira 6000 pasukan Inggris terdiri atas serdadu-serdadu India
tiba. Dalam waktu tiga hari perang berkobar, dan pada 30 Oktober ditetapkanlah suatu genjatan
senjata.
Di Kerajaan Yogyakarta dilaksanakan perubahan sosial, pada tahun 1939 Sultan
Hamengkubuwono VIII memerintahkan putranya agar kembali dari Belanda tempat ia belajar di
Universitas Leiden. Tidak lama setelah dia kembali Sultan telah lama wafat dan dia melanjutkan
tahta ayahnya dan memiliki gelar Sultan Hamengkubuwono IX. Selama pendudukan Jepang dia
melakukan langkah-langkah ke arah pembaharuan pada kerajaannya, tetapi barulah setelah
bulan Agustus 1945 usaha ini dapat dilanjutkan. Pada tahun 1946 undang-undang telah
memperbaharui orang-orang untuk berhak memilih dewan-dewan dan kepala desa serta
penghapusan pajak. Pemerintahan desa di Yogyakarta yang paling maju di Indonesia. Pada
bulan Januari 1946 pendudukan kembali Belanda atas Jakarta telah berjalan begitu jauh singgah
diputuskan kembali memindahkan kota republik ke Yogyakarta, yang tetap menjadi ibu kota
Indonesia yang merdeka selama masa Revormasi.
Partai Komunis (PKI) terbentuk kembali pada bulan Oktober 1945, dan setelah mengalami
banyak pertikaian dalam tubuh sendiri dan terjadi suatu bentrokan dengan satuan tentara
Republik pada bulan Febuari 1946, pada April 1946 PKI telah dikuasai oleh para pemimpin
generasi tua yang berorientasi internasional ortodoks, yang kebanyakan adalah mantan aktivis-
aktivis dari tahun 1920-an yang kini bebas dari tahanan. Pada bulan-bulan awal 1946 tekanan-
tekanan terhadap pihak Rebulik dan Belanda mulai meningkat.Pada bulan Dsember 1945-
Januari 1946 Belanda menggantikan Australia di Indonesia Timur serta daerah Jawa.Pada bulan
November 1946 Belanda telah mencapai kesepakatan diplomatik yang pertama, pihak Inggris
telah mendesak tercapainya suatu kesepakatan sebelum menarik semua pasukan mereka dari
Jawa dan Sumatera pada bulan Desember.Pada tanggal 12 November di Linggarjati Belanda
mengakui Republik sebagai kekuasaan de facto di Jawa, Madura dan Sumatera. Dan masih
banyak sekali peristiwa yang terjadi selama Revolusi dan setelah berakhirnya proklamasi
dikumandangkan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
a) Kekuatan dan Solidari Pemuda
AMI menyelenggarakan kongres pemuda yang dihadiri utusan pemuda, pelajar dan
mahasiswa dari seluruh Jawa antara lain: Jamal Ali, Chairul Saleh, Anwar Cokroaminoto, dan
sejumlah mahasiswa sekolah kedokteran (ika daigaku) Jakarata.
b) Politik yang terjadi di Indonesia
Tahun1908 lahir Boedi Oetomo yang bergerak dalam bidang pendidikan, Partai Indonesia
Raya (Parindra) pada tahun 1935, Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yang asalnya
bernama Indonesische Studie Club Surabaya tahun 1924, Pada tahun 1911 berdiri Sarekat
Dagang Islam (SDI) yang kemudian tahun 1923 menjadi Sarekat Islam (SI) dan 1929 menjadi
Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), tahun 1912 berdiri Indische Partij, tahun 1913
berdiri Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) yang kemudian tahun 1920 berubah
menjadi Partai Komunis Hindia (PKI), tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia (PNI), tahun
1943 berdiri Majelis Syura Mulimin Indonesia (MASYUMI) sebagai lanjutan dari Majelis Islam
Indonesia (MII), tahun 1927 berdiri Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
(PPPKI), tahun 1939 berdiri Gabungan Politik Indionesia (GAPI), tahun 1941 berdiri Majelis
Rakyat Indonesia (MRI) sebagai penganti KongresRakyat Indonesia (KRI).
c) Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan" yang dilakukan oleh
sejumlah pemuda (Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31"
terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00
WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar
mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya
kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo
dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
d) Pembacaan Teks Proklamasi
Pada hari Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Bung Karno dan Bung Hatta atas
nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Tidak ada reaksi dari pihak
Jepang.Sementara para pemuda militan yang sebelumnya berkumpul di Jl. Prapatan pun sudah
berjaga-jaga, kalau-kalau ada gangguan dari Jepang.Merekapun siap membacakan teks itu
diasrama Jl. Prapatan 10, kalau-kalau upacara bendera di Jl. Pegangsaan Timur 56 dilarang
Jepang.Upacara bendera dan proklamasi tidak dihadiri ribuan rakyat, sebab rakyat membanjiri
lapangan Ikada, sekarang lapangan Monas. Malam sebelumnya, para pemuda sudah
mengedarkan pamvlet bahwa esok hari akan diselenggarakan upacara proklamasi kemerdekaan
disana. Begitu tau upacara dilangsungkan di rumah kediaman Bung Karno, merekapun
berbondong-bondong menuju Jl. Pegangsaan Timur 56.
e) Kehidupan Setelah Proklamasi
Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan diproklamasikan, PPKI dengan
aklamasi memilih Soekarno sebagai presiden pertama RI yang baru lahir itu, dengan Hatta
sebagai Wakil Presiden.Dalam rapat itu pula, diadakan perubahan kecil dalam UUD yang telah
dirancang dalam bulan Juli 1945, bagian-bagian yang pro-Jepang dihapus dari pembukaan
UUD, dan memberikan tanggung jawab penuh kepada presiden selama 6 bulan. Sebuah Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) akan membantu presiden dalam pekerjaannya, dan secepat
mungkin akan menggantikan PPKI. Anggota-anggota KNIP diangkat oleh Soekarno dan Hatta
dalam tempo beberapa hari.Juga disetujui pembentukan sebuah partai tunggal, Partai Nasional
Indonesia (PNI).

Anda mungkin juga menyukai