Anda di halaman 1dari 6

Indonesia Merdeka

Nama : Putu Fairnanda Sastra D.


No : 31
Kelas : XIMIPA6

TAHUN AJARAN 2020/2021


1. Peristiwa dari Rengasdengklok ke Pegangsaan Timur
Sejarah peristiwa Rengasdengklok terjadi tanggal 16 Agustus 1945 atau sehari
sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada 14 Agustus 1945, Sutan Sjahrir mendengar kabar dari radio bahwa Jepang
menyerah dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya. Sjahrir segera menemui
Sukarno dan Mohammad Hatta untuk menyampaikan kabar tersebut.Saat itu, Sukarno
dan Hatta baru saja pulang dari Dalat, Vietnam, usai bertemu dengan pemimpin
militer tertinggi Jepang untuk kawasan Asia Tenggara, Marsekal Terauchi. Kepada
Sukarno-Hatta, Terauchi menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.

Silang pendapat pun terjadi di antara ketiga tokoh bangsa itu. Sjahrir meminta agar
kemerdekaan segera dideklarasikan. Namun, Sukarno dan Hatta yang belum yakin
dengan berita kekalahan Jepang memilih menunggu kepastian sembari menanti janji
kemerdekaan dari Dai Nippon.

Latar Belakang
Sukarno dan Hatta tidak ingin salah langkah dalam mengambil keputusan. Di sisi lain,
para tokoh muda mendukung gagasan Sjahrir, yakni mendesak Sukarno-Hatta untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan.
Kemerdekaan Indonesia yang datangnya dari pemerintahan Jepang atau dari hasil
perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidak menjadi soal karena Jepang sudah kalah.”
“Kini kita menghadapi serikat yang berusaha akan mengembalikan kekuasaan
Belanda di Indonesia. Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi."

Maka dari itu, Sukarno-Hatta ingin membicarakan hal ini terlebih dahulu dalam rapat
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 16 Agustus 1945 sambil
menanti kabar terbaru dari pemerintah Jepang.Namun, golongan muda tidak
sepenuhnya sepakat. Mereka tetap mendesak agar kemerdekaan Indonesia
diproklamirkan secepatnya.

Kronologi Peristiwa
Golongan muda mengadakan rapat pada 15 Agustus 1945 malam di Pegangsaan
Timur, Jakarta. Rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh ini menyepakati bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah hak rakyat Indonesia, tidak tergantung dari pihak lain,
termasuk Jepang.Pada pukul 22.00 malam hari itu juga, Wikana dan Darwis menjadi
utusan dari golongan muda untuk menemui Sukarno, juga Hatta. Mereka kembali
menuntut agar proklamasi kemerdekaan dilakukan esok hari yakni tanggal 16 Agustus
1945. Jika tidak, bakal terjadi pergolakan
Dinukil dari Konflik di Balik Proklamasi (2010) yang disusun St Sularto dan
Dorothea Rini Yunarti, Bung Karno menolak seraya berkata tegas:

“Inilah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa
melepas tanggung jawab saya sebagai Ketua PPKI. Karena itu, saya akan tanyakan
kepada wakil-wakil PPKI besok.”
Gagal membujuk Sukarno, golongan muda kembali mengadakan rapat. Dikutip dalam
Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia (2017) karya
Haryono Riandi, rapat digelar pada pukul 00.30 di Jalan Cikini 71, Jakarta.

Rapat dihadiri oleh para tokoh muda termasuk Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar,
Subadio, Subianto, Margono, Wikrana, Armansjah, Sukarni, Jusuf Kunto, Singgih, dr.
Muwardi dari Barisan Pelopor, dan lainnya.Diputuskan bahwa Sukarno dan Hatta
akan diamankan ke luar kota demi menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.

Peristiwa Rengasdengklok
Para pejuang dari golongan muda membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok,
dekat Karawang. Pengamanan pun berjalan lancar karena dibantu oleh Latief
Hendraningrat yang merupakan prajurit PETA (Pembela Tanah Air) berpangkat
Sudanco atau Komandan Kompi.Tepat pada pukul 04.30 dini hari tanggal 16 Agustus
1945, Sukarno bersama Fatmawati dan putra sulungnya, Guntur, serta Hatta dibawa
ke Rengasdengklok, kemudian ditempatkan di rumah seorang warga keturunan
Tionghoa bernama Jiauw Ki Song
Aksi “penculikan” ini semula dimaksudkan untuk menekan Sukarno dan Hatta agar
bersedia segera memproklamirkan kemerdekaan, tetapi karena wibawa dua tokoh
bangsa itu, para pemuda pun merasa segan.

Di Jakarta, Achmad Soebardjo yang termasuk tokoh dari golongan tua mengetahui
peristiwa tersebut. Ia lantas menemui Wikana, salah satu tokoh pemuda. Pembicaraan
pun dilakukan dan disepakati bahwa kemerdekaan harus segera dideklarasikan di
Jakarta.Selanjutnya, Achmad Soebardjo bersama dengan Sudiro dan Jusuf Kunto
menuju Rengasdengklok untuk menjemput Sukarno-Hatta dan membawa keduanya
kembali ke Jakarta.

Pada hari itu juga, dilakukan pembicaraan terkait rencana pelaksanaan deklarasi
kemerdekaan. Malam harinya, di kediaman Laksamana Muda Maeda, seorang perwira
Jepang yang mendukung kemerdekaan Indonesia, dirumuskanlah naskah teks
proklamasi.

Keesokan harinya, tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno-Hatta membacakan teks


proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
Indonesia pun merdeka dan bukan merupakan hadiah dari Jepang.

2. Terbentuknya pemerintahan dan NKRI


Setelah proklamasi kemerdekaan, langkah pertama bangsa Indonesia adalah
melengkapi struktur pemerintahan. Tahukah kamu bagaimana proses terbentuknya
struktur pemerintahan?

Terbentuknya NKRI dan pemerintahan


Indonesia adalah bangsa yang baru merdeka pada 17 Agustus 1945. Saat proklamasi
dibacakan, negara Indonesia belum terbentuk karena syarat kelengkapan negara
belum semua terpenuhi.
Beberapa syarat berdirinya suatu negara adalah:
1. Memiliki wilayah
2. Memiliki struktur pemerintahan
3. Diakui negara lain
4. Memiliki kelengkapan lain seperti undang-undang atau peraturan hukum
Di antara persyaratan tersebut, syarat utama yang belum terpenuhi adalah struktur
pemerintahan dan pengakuan dari negara lain.
Pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak mengundang secara resmi
berbagai duta besar negara lain. Karena memang sebelum proklamasi pemerintahan
yang ada adalah pemerintahan Jepang yang menjajah Indonesia.
Maka tugas pertama bangsa Indonesia adalah membentuk pemerintahan dan
mendapatkan pengakuan dari negara-negara lain.
Proses terbentuknya struktur pemerintahan NKRI adalah:
1. Pengesahan UUD 1945 serta pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
2. Pembentukan Departemen dan Pemerintahan Daerah
3. Pembentukan badan-badan negara
4. Pembentukan Kabinet
5. Pembentukan berbagai partai politik
6. Pembentukan Tentara Nasional Indonesia
 Pengesahan UUD 1945 serta pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Pada 18 Agustus 1945 PPKI melakukan sidang untuk membahas, mengambil
keputusan dan mengesahkan Undang-undang Dasar (UUD). Rapat pertama diadakan
di Pejambon (sekarang Gedung Pancasila).
Sidang pleno dibuka dipimpin Soekarno. Saat sidang ada revisi draf Pembukaan UUD
di dalam Piagam Jakarta. Terjadi kelahiran rumusan teks Pancasila yang disahkan di
sidang PPKI 18 Agustus 1945.Saat itu juga dilakukan pemilihan presiden dan wakil
presiden. Secara aklamasi terpilih Soekarno sebagai Presiden RI dan Moh Hatta
sebagai Wakil Presiden RI.

 Pembentukan Departemen dan Pemerintahan Daerah


Pada sidang PPKI 19 Agustus 1945 dibahas hasil kerja Panitia Kecil pimpinan Otto
Iskandardinata. Hasil keputusan Panitia Kecil adalah pembagian wilayah NKRI
menjadi delapan provinsi.
Panitia Kecil bertugas merumuskan bentuk departemen bagi pemerintahan RI, tetapi
bukan pejabatnya. Disepakati pembagian departemen atau kementerian menjadi 12.
Pembentukan badan-badan negara
Pada sidang PPKI 22 Agustus 1945, diputuskan pembentukan Komite Nasional
Seluruh Indonesia dengan pusat di Jakarta. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
diresmikan dan anggota-anggotanya dilantik pada 29 Agustus 1945 di Gedung
Kesenian Pasar Baru Jakarta.
Melalui Maklumat Wakil Presiden No. X, KNIP yang semula pembantu presiden menjadi
badan negara yaitu MPR dan DPR meski sementara.
1. Pembentukan Kabinet

Presiden membentuk kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno sendiri pada 2


September 1945. Dalam kabinet ini para menteri bertanggung jawab kepada Presiden atau
kabinet Presidensial.
2. Pembentukan berbagai partai politik
Sidang PPKI 22 Agustus 1945 memutuskan pembentukan partai politik nasional yang
kemudian terbentuk Partai Nasional Indonesia (PNI). Setelah Wakil Presiden mengeluarkan
maklumat pada 3 November 1945, berdirilah partai-partai politik di NKRI.
3. Pembentukan Tentara Nasional Indonesia
Terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) berpangkal dari maklumat
pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Pada sidang PPKI 22 Agustus 1945, diputuskan pembentukan Badan Keamanan
Rakyat (BKR) yang merupakan bagian dar Badan Penolong Keluarga Korban Perang
(BPKKP).
Sampai akhir September 1945, Indonesia belum memiliki organisasi ketentaraan
secara resmi dan profesional. Padahal Indonesia terdesak Jepang, Belanda dan Sekutu.
Maka pemerintah Indonesia mengeluarkan Maklumat Pemerintah pada 5 Oktober
1945 tentang pembentukan TKR. Sebagai Kepala Staf TKR adalah Urip Sumoharjo
dan Supriyadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat.

3. Proklamator dan peran para tokoh sekitar proklamasi


Peran sang Proklamator
Mengutip Kemdikbud RI, tokoh yang berperan sebagai proklamator adalah Ir
Soekarno dan Moh Hatta. Berikut ini penjelasannya:
 Soekarno
Soekarno atau Bung Karno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dan wafat pada 21 Juni
1970, dimakamkan di Blitar. Aktif dalam berbagai pergerakan sejak menjadi
mahasiswa di Bandung.
Pada 1927, Soekarno bersama kawan-kawannya mendirikan Partai Nasional
Indonesia (PNI). Ia sering keluar masuk penjara akibat perjuangan melawan penjajah.
Pada zaman pendudukan Jepang, Soekarno pernah menjadi ketua organisasi Putera,
Chuo Sangi In dan PPKI, serta pernah menjadi anggota BPUPKI.

Setibanya di Indonesia dari Saigon, Soekarno menyampaikan pidato singkat yaitu


pernyataan Indonesia sudah merdeka sebelum jagung berbunga. Pidato ini semakin
membakar semangat rakyat Indonesia.
Bersama Moh Hatta, Soekarno menjadi tokoh sentral yang terus didesak para pemuda
agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hingga diungsikan ke
Rengasdengklok.

Kembali dari Rengasdengklok, Soekarno bersama Moh Hatta dan Achmad Soebardjo,
merumuskan teks proklamasi dan menuliskan pada secarik kertas. Soekarno dan Moh
Hatta diberi kepercayaan untuk menandatangani teks proklamasi.
Pada 17 Agustus 1945, peran Soekarno semakin penting. Secara tidak langsung,
Soekarno terpilih menjadi tokoh nomor satu di Indonesia.

Soekarno didampingi Moh Hatta, dipercaya membacakan teks proklamasi sebagai


pernyataan kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu, Soekarno dikenal sebagai
pahlawan proklamator.
 Moh Hatta
Moh Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan wafat pada 14 Maret 1980,
dimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir Jakarta. Sejak menjadi mahasiswa di
luar negeri, ia sudah aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Hatta menjadi salah seorang pemimpin dan ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda.
Setelah kembali ke tanah air, ia aktif di PNI bersama Soekarno. Setelah PNI
dibubarkan, Hatta aktif di PNI baru.
Pada masa pendudukan Jepang, Hatta menjadi salah seorang pemimpin Putera,
menjadi anggota BPUPKI dan wakil ketua PPKI. Saat menjabat sebagai wakil PPKI,
Moh Hatta dan Soekarno menjadi dwi tunggal yang sulit dipisahkan.Bersama
Soekarno, Hatta pergi menghadap Terauchi di Saigon. Setelah pulang, Moh Hatta
juga menjadi salah satu tokoh sentral yang terus didesak para pemuda agar bersama
Soekarno menyatakan proklamasi Indonesia secepatnya.

Moh Hatta melibatkan diri secara langsung dan ikut andil dalam perumusan teks
proklamasi. Hatta juga ikut menandatangani teks proklamasi.

Pada peristiwa detik-detik proklamasi, Moh Hatta tampil sebagai tokoh nomor dua
dan mendampingi Soekarno dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Maka dari itu, Hatta dikenal sebagai pahlawan proklamator.

Anda mungkin juga menyukai