Anda di halaman 1dari 24

Sejarah Latar Belakang Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Setelah keberhasilan bangsa tersebut dalam menjajah Indonesia, membuat


beberapa pihak bangsa Eropa lainnya ikut terdorong untuk menjajah Indonesia
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Setelah berjuang melawan penjajahan kedua bangsa tersebut, selanjutnya tiba


pada perjuangan untuk melawan penjajahan bangsa Belanda. Pada tahun 1602
Belanda berhasil mendirikan Verenigde Oostindische Compagnie (VOC)
dengan tujuan untuk menguasai pasar rempah-rempah Indonesia.

Belanda berhasil menjajah Indonesia sekitar 3,5 tahun. Kemudian datanglah


Bangsa Jepang untuk menggantikan penjajahan Bangsa Belanda dengan sebuah
perjanjian Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

Pada mulanya, kedatangan mereka mendapat sambutan baik dari warga


Indonesia, namun kenyataannya mereka memperlakukan Indonesia sama halnya
dengan Belanda.

Perjuangan kemerdekaan Indonesia sampai pada terbentuknya BPUPKI oleh


Jepang. Badan tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mempersiapkan usaha-
usaha dalam rangka untuk meraih kemerdekaan negara Indonesia. Namun tak
lama, badan tersebut digantikan oleh PPKI sebagai Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa-Peristiwa Penting Sejarah Kemerdekaan


Indonesia
1. Penyerahan Jepang Terhadap Sekutu
Setelah penjajahan yang dilakukan Bangsa Jepang terhadap Indonesia, akhirnya
mereka takluk di tangan sekutu setelah terjadinya bom Nagasaki dan Hiroshima.
Tepatnya pada tanggal 6 Agustus 1945 untuk kota Hiroshima, dan tanggal 9
Agustus 1945 pada kota Nagasaki.

Lebih dari 14.000 penduduk setempat menjadi korban ledakan bom tersebut.
Setelah peristiwa tersebut, beredarlah kabar mengenai informasi tentang
pemerintah Jepang yang akan memberikan kemerdekaan dengan segera kepada
Indonesia.
Isi mengenai informasi tersebut adalah kemerdekaan Indonesia dapat
dilakukan dengan pembacaan teks proklamasi pada tanggal 24 Agustus
1945 yang akan ditugaskan pada anggota PPKI.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Terdengarnya kabar bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu membuat
beberapa anggota golongan muda yaitu Sutan Sjahrir, Chaerul Saleh, Darwis,
dan Wikana mendesak para golongan tua untuk segera melakukan
memproklamasikan kemerdekaan.

Namun tokoh utama golongan tua yaitu Soekarno dan Moh Hatta tidak setuju
akan hal tersebut. Mereka menganggap bahwa pengambilan keputusan secara
mendadak dalam proklamasi kemerdekaan akan menyebabkan pertumpahan
darah antara kekuasaan Jepang yang belum sepenuhnya diambil alih oleh
Indonesia.

Perdebatan inilah yang menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.


Mengingat pro dan kontra antara golongan muda dan golongan tua, sebuah
keputusan pun akhirnya diambil.

Pada tanggal 15 Agustus 1945 para golongan muda membawa Soekarno dan
Moh Hatta ke Rengasdengklok.Mereka bertujuan untuk mengamankan mereka
dari pengaruh Jepang. Agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat segera
dilaksanakan.
3. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan
Mungkin pada bagian inilah yang menjadi tonggak penting sejarah
kemerdekaan Indonesia. Dengan adanya peristiwa Rengasdengklok, akhirnya
Soekarno dan Moh. Hatta tergugah untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan.

Dengan mengadakan rapat perumusan teks proklamasi di rumah Laksamana


Maeda pada tanggal 16 Agustus 1945 lengkap dihadiri oleh beberapa anggota
para golongan muda.

Sebagai Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang, rumah Laksamana


Maeda dianggap menjadi tempat yang paling aman untuk melakukan perumusan
teks proklamasi.
Karena Laksamana Maeda merupakan teman baik dari Ahmad Soebardjo yang
merupakan salah satu anggota golongan tua perumusan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
4. Teks Proklamasi Kemerdekaan
Setelah rapat yang diselenggarakan oleh Soekarno, Moh Hatta, dan Ahmad
Soebardjo, tersusunlah sebuah naskah teks proklamasi yang ditulis tangan oleh
Soekarno. Dengan telah disetujui oleh para anggota golongan tua dan muda, dan
mengalami beberapa perubahan, akhirnya Soekarno menandatangani teks
tersebut dengan disaksikan oleh semua pihak yang menjadi saksi.
5. Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan
Pada tanggal inilah yang menjadi hari paling bersejarah bagi Bangsa Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh
Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Dihadiri oleh para tokoh pergerakan
kemerdekaan dan seluruh rakyat Indonesia yang ingin menyaksikan buah hasil
dari perjuangan para pahlawan dan tokoh penting demi kemerdekaan Indonesia.

Upacara pembacaan teks proklamasi tersebut berjalan dengan sangat lancar


dengan bertempat di kediaman Soekarno di jalan Pegangsaan Timur Nomer 56.
Beberapa acara telah disusun dalam hari kemerdekaan Indonesia, seperti
pengibaran bendera Merah Putih, dan beberapa sambutan oleh walikota pada
saat itu yaitu Suwiryo dan dr. Muwardi.

Hari itu menjadi hari terpenting dan menjadi sejarah kemerdekaan Indonesia
yang paling dikenang oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan tersiarnya
kabar kemerdekaan Indonesia ke beberapa daerah hingga luar negeri, membuat
Indonesia benar-benar sudah merdeka dan bebas dari belenggu para penjajah.

Itulah beberapa informasi sejarah singkat kemerdekaan Indonesia yang akan


menjadi bahan ilmu pengetahuan bagi rakyat Indonesia.

Hal ini diharapkan dapat menjadi acuan ingatan para generasi muda untuk terus
meneruskan perjuangan para pahlawan demi mengingat betapa kuat dan gigih
perjuangan mereka dalam memerdekakan Indonesia.

Semoga informasi-informasi tersebut dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan


kita dan menambah wawasan akan kecintaan kita terhadap Bangsa Indonesia.
Dengan mengetahui sejarah kemerdekaan Indonesia, tentunya rasa nasionalisme
akan semakin bertambah. Selain itu dengan mengingat perjuangan para
pahlawan kemerdekaan Indonesia, kita juga akan semakin semangat untuk
berjuang pada masa sekarang ini.

Pengertian BPUPKI
BPUPKI atau badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pihak jepang pada tanggal
29 april 1945. Badan ini dibentuk dengan alasan mendapatkan dukungan dari
bangsa Indonesia supaya mau membantu bangsa jepang dengan menjanjikan
kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia.
Badan ini diketuai oleh Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman
Wedyodiningrat serta wakilnya yaitu Ichibangase Yoshio (orang jepang)
dan Raden Pandji Soeroso. Badan ini beranggotakan 67 orang. BPUPKI
mempunyai tugas yakni mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang bersifat
dengan aspek-aspek politik ekonomi, tata pemerintahan serta hal lain yang
dibutuhkan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.

Tak lama kemudian BPUPKI pun dibubarkan dibentuk sebuah badan baru
untuk menggantikan BPUPKI. Badan tersebut yakni PPKI atau Panitia
persiapan kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) dengan jumlah
anggota 21 orang dengan ketuanya yaitu Ir. Soekarno , wakilnya Drs. M. Hatta
dan Mr. Ahmad Soebardjo sebagai penasehat PPKI.

Anggota dari PPKI tersebut dipilih dengan mewakili berbagai etnis yang
mewakili Indonesia diantaranya yakni : 12 orang asal jawa, 3 orang asal
sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda
Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku dan terakhir 1 orang etnis
Tionghoa.

Sejarah Pembentukan BPUPKI


Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang:
Dokuritsu Junbi Cosakaiatau dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai) adalah
sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara
Jepangpada tanggal 29 April 1945bertepatan dengan hari ulang tahun
KaisarHirohito.
Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia
dengan menjanjikan bahwa Jepangakan membantu proses kemerdekaan
Indonesia. BPUPKI beranggotakan 63 orang yang diketuai oleh Radjiman
Wedyodiningratdengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P.
Soeroso.
Adapun Sejarah Pembentukan BPUPKI secara formil, termuat dalam
Maklumat Gunseikan nomor 23 tanggal 29 Mei 1945, dilihat dari latar belakang
dikeluarnya Maklumat No. 23 itu adalah karena kedudukan Facisme
(kekuasaan) Jepang yang sudah sangat terancam.
Maka sebenarnya, kebijaksanaan Pemerintah Jepang dengan membentuk
BPUPKI bukan merupakan kebaikan hati yang murni tetapi Jepang hanya ingin
mementingkan dirinya sendiri, yaitu pertama; Jepang ingin mempertahankan
sisa-sisa kekuatannya dengan cara memikat hati rakyat Indonesia,dan yang
kedua; untuk melaksanak`an politik kolonialnya.

Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam


sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh
R.P.Soeroso, dengan wakil Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda (orang
Jepang).

Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk


Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi
Inkai) dengan anggota berjumlah 21 orang sebagai upaya pencerminan
perwakilan etnis [1]terdiri berasal dari 12 orang dari Jawa, 3 orang dari
Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa
Tenggara, 1 orang dari maluku, 1 orang dari Tionghoa.
Pada tahun 1944 saipan jatuh ke tangan sekutu.dengan pasukan jepang di
Papua Nugini Kepulauan Solomon,dan Kepulauan Marshall yang berhasil di
pukul mundur oleh pasukan sekutu.Dalam situasi kritis tersebut,pada tanggal 1
maret 1945 Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan pemerintah
pendudukan jepang di jawa, mengumumkan pembentukan badan penyelidik
Usaha-usaha persiapan kemerdekan INDONESIA (Dokuritsu Junbi Cosakai) .
pengangkatan pengurus ini di umumkan pada tanggal 29 april 1945 .
Dr.Radjiman Wediodiningrat diangkat sebagai (Kaico), sedangkan yang duduk
sebagai ketua muda (fuku kico) pertama di jabat oleh seorang jepang ,
Shucokai cirebon yang bernama Icibangase . R .P .Suroso diangkat sebagai
kepala sekertariat dengan di bantu oleh Toyohiti Masuda dan Mr. A. G .
Pringodigdo pada tanggal 28 mei 1945 dilangsungkan upacara peresmian
badan penyelidik Usaha-Usaha persiapan kemerdekaan bertempat di gedung
Cuo sangi in, jalan pejambon (Sekarang GedungDepartemen Luar negri)
,jakarta.
Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua pejabat jepang yaitu jendral
Itagaki (panglima tentara ke tujuh yang bermarkas di singapura) dan letnan
jendral nagano (panglima tentara Keenam belas yang baru ). Pada kesempatan
itu di kibarkan bendera jepang ,Hinomaru oleh Mr.A.G. pringgodigdo yang
disusul dengan pengibaran bendera merah putih oleh toyohiko Masuda.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka
sebagai realisasi atas janji tersebut maka dibentuklah suatu Badan yang
bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau Dekoritsu Zyunbi Tioosakaiyang tugasnya menyelidiki segala sesuatu hal
untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.
Pada hari itu juga di umumkan nama-nama ketua, wakil ketua serta sebagian
para anggota
Ketua (kaicoo) : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
Ketua Muda (Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin) : Hibangse Yosio (Orang Jepang)
Ketua Muda ( Fuku kaico): R.P. Soeroso ( Merangkap Kepala atau Zimokyoku
Kucoo) Anggota 60 orang :
Disamping itu, pada tanggal 29 april 1945 jepang memperbolehkan berkibarnya
bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang.
Sidang BPUPKI Pertama
Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta
yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda,
gedung tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR pada jaman
kolonial Belanda.
Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan
harinya 29 Mei 1945 dengan tema Dasar Negara. Sidang ini membahas dan
merancang calon dasar Negara R.I. yang akan merdeka. Pada rapat pertama
ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya
mengemukakan lima asas yaitu

 1. Peri Kebangsaan
 2. Peri Kemanusiaan
 3. Peri Ketuhanan
 4. Peri Kerakyatan
 5. Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial)

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam pidato singkatnya
mengusulkan lima asas :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang
disebut Pancasila, yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat
diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu :
1. Sosionasionalisme
2. Sosiodemokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali
disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan
upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah dalam
satu-kesatuan.
Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilahPancasila, namun
konsep bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan serta
redaksi yang sedikit berbeda. Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di
antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam dalam
Indonesia yang baru.

Masa antara Rapat Pertama dan Kedua


Setelah berakhir masa sidang BPUPKI yang pertama, belum nampak hasil
kesepakatan Dasar Negara Indonesia. Maka dibentuk panitia delapan (panitia
kecil) yang tugasnya untuk memeriksa usul-usul yang masuk untuk ditampung
dan dilaporkan pada sidang BPUPKI yang kedua. Beranggotakan 8 orang :
1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota)
2. Ki Bagoes Hadikoesoemo
3. Kyai haji wachid hasyim
4. Mr. Muhammad yamin
5. M. soetardjo kartohadikoesoemo
6. Mr. A.A. maramis
7. R. Oto iskandar dinata
8. Drs. Mohammad hatta

Hasil rapat panitia kecil (panitia Delapan) :


1. Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka.
2. Supaya hukum dasar yang akan dirancangkan itu diberi semacam
preambule (Mukaddimah).
3. Menerima anjuran Ir. Soekarno supaya BPUPKI terus bekerja sampai
terwujudnya suatu hukum dasar.
4. Membentuk satu panitia kecil penyelidik usu-usul/perumusan dasar
negara yang dituangkan dalam mukaddimah hukum dasar.
Segera selesai sidang Panitia Kecil, dibentuk Panitia Sembilan sebagai
penyidik usul-usul/perumus Dasar Negara yang dituangkan dalam
Mukaddimah Hukum Dasar yang beranggotakan 9 orang yang besidang di
kediaman Ir. Soekarno,di Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta.

Panitia Sembilan
1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota)
2. Drs. Mohammad hatta
3. Mr. A.A. maramis
4. Kyai haji wachid hasyim
5. Abdul kahar muzakir
6. Abikusno tjokrosujoso
7. H. Agus salim
8. Mr. Achmad soebardjo
9. Mr. Muhammad yamin

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan


(nasionalis) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia
Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara yang
dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kendati sudah diumumkan sebelumnya, pembentukan Dokuritsu Junbi
Cosakai alias BPUPKI baru diresmikan pada 29 April 1945, sedangkan
pelantikan para anggotanya dilakukan hampir sebulan kemudian, 28 Mei 1945.
Secara garis besar, BPUPKI dibentuk untuk “menyelidiki hal-hal yang penting
sekaligus menyusun rencana mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia,”
demikian seperti yang termaktub dalam Maklumat Gunseikan (Kepala
Pemerintahan Militer merangkap Kepala Staf) Nomor 23.
Maklumat yang sama memaparkan tugas BPUPKI: mempelajari semua hal
penting terkait politik, ekonomi, tata usaha pemerintahan, kehakiman,
pembelaan negara, lalu lintas, dan bidang-bidang lain yang dibutuhkan dalam
usaha pembentukan negara Indonesia (Asia Raya, 29 April 1945).
Pengaruh Jepang dalam mengiringi kinerja BPUKI masih cukup kuat, termasuk
pada komposisi keanggotaannya yang terdiri dari seorang kaico(ketua), 2
orang fuku kaico (ketua muda), dan 59 orang iin atau anggota (R.M. A.B.
Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, 2004:10).
Radjiman Wediodiningrat ditunjuk sebagai kaico. Ia adalah tokoh yang
dituakan, priyayi Jawa berpengaruh sekaligus sosok penting yang turut
menggagas Boedi Oetomo pada 1908. Sedangkan sebagai ketua muda adalah
Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yoshio (wakil Jepang).
Ke-59 anggota BPUPKI didominasi orang Indonesia, termasuk 4 orang dari
golongan Cina, 1 orang golongan Arab, dan 1 peranakan Belanda. Selain itu,
ada pula tokubetu iin (anggota kehormatan), terdiri 8 orang Jepang. Mereka
berhak menghadiri sidang tapi tidak punya hak suara (Marwati Djoened
Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI,
1984:67).

Anggota BPUPKI
Dalam suatu perkumpulan, organisasi, badan atau LSM membutuhkan anggota
supaya suatu badan tersebut bisa berjalan dengan baik. BPUPKI
mempunyai jumlah anggota sebanyak 67 orang. Beberapa diantarnya yaitu
sebagai berikut :

 K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (ketua)


 R.P. Soeroso (Wakil Ketua)
 Ichibangse Yoshio (Wakil Ketua), orang jepang
 Ir. Soekarno
 Drs. Moh. Hatta
 Mr. Muhammad Yamin
 Prof. Dr. Mr. Soepomo
 KH. Wachid Hasyim
 Abdoel Kahar Muzakir
 Mr. A.A. Maramis
 Abikoesno Tjokrosoejo
 H. Agoes Salim
 Mr. Achmad Soebardjo
 Prof. Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
 Ki Bagoes Hadikusumo
 A.R. Baswedan
 Soekiman
 Abdoel Kaffar
 R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
 K.H. Ahmad Sanusi
 K.H. Abdul Salim
 Liem Koen Hian
 Tang Eng Hoa
 Oey Tiang Tjoe
 Oey Tjong Hauw
 Yap Tjwan Bing.

Tugas BPUPKI
Tugas Utama BPUPKI
Tugas utama BPUPKI yaitu untuk mempelajari serta menyelidiki hal hal penting
yang berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan
Negara Indonesia.
Tugas BPUPKI Berdasarkan Sidang

 Bertugas membahas mengenai Dasar Negara


 Sesudah sidang pertama, BPUPKI membentuk reses selama satu bulan
 Bertugas membentuk Panitia Kecil (panitia delapan) Yang bertugas
menampung saran-saran dan konsepsi dari para anggota
 Bertugas untuk membantu panita sembilan bersama panita kecil
 Panita sembilan menghasilkan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta

Tujuan BPUPKI
 Bertujuan untuk menarik simpati rakyat indonesia supaya membantu
jepang dalam perang melawan sekutu dengan cara memberikan janji
kemerdekaan kepada indonesia, melaksanakan politik kolonialnya
didirikan pada tanggal 1 maret 1945.

 Bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting berhubungan


dengan pembentukan negara Indonesia merdeka atau mempersiapkan
hal-hal penting mengenai tata pemerintahan Indonesia merdeka.

Sidang BPUPKI
Sidang Pertama
Sidang pertama BPUPKI diadakan di sebuah gedung yakni gedung Chuo Sang
In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang sekarang dikenal dengan gedung
Pancasila. Rapat pertama dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan dimulai pada
keesokan harinya yakni pada tanggal 29 Mei 1945 yang bertemakan Dasar
Negara. Lalu pada sidang pertama ini ada 3 orang yang memberikan pendapat
mengenai Dasar Negara, Mereka yaitu Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr.
Soepomo dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengemukakan lima asas
dari dasar Negara, yaitu sebagai berikut :

 Peri Kebangsaan
 Peri Kemanusiaan
 Peri Ketuhanan
 Peri Kerakyatan
 Kesejahteraan Rakyat

Dua hari kemudian, Prof. Dr.Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945
mengajukan Dasar Negara Indonesia yaitu sebagai berikut:

 Persatuan
 Mufakat dan Demokrasi
 Keadilan Sosial
 Kekeluargaan
 Musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno pun mengajukan lima asas Negara
yang sekarang kita kenal dengan nama Pancasila.

 Kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
 Mufakat atau Demokrasi
 Kesejahteraan Sosial
 Ketuhanan Yang Maha Esa

Menurut Ir. Soekarno, kelima asas tersebut masih bisa diperas menjadi Ekasila
atau Trisila. Selanjutnya Lima Asas tersebut disebut dengan Pancasila dengan
urutan yang berbeda. Lalu, pada pembentukan sila tersebut menjadi
perdebatan diantara peserta yang menghadiri siding BPUPKI. Perdebatan ini
membahas penetapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.
Sidang pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945 dan belum
menghasilkan suatu keputusan apapun akhir dari Dasar Negara Indonesia
Merdeka hingga diadakan masa reses selama 1 bulan.
Pada tanggal 22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia kecil yang
beranggotakan 9 orang dan disebut dengan panitia Sembilan. Anggota dari
panitia Sembilan yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moch. Hatta
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. Muhammad Yamin
5. KH. Wachid Hasyim
6. Abdul Kahar Muzakir
7. Abikoesno Tjokrosoejoso
8. H. Agus Salim
9. Mr. A.A. Maramis

Seudah dilakukannya musyawarah dengan Panitia Sembilan, menghasilkan


suatu rumusan yang mendeskripsikan maksud dan tujuan dari pembentukan
Negara Indonesia Merdeka. Oleh Mr. Muhammad Yamin, rumusan tersebut
dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Rumusan tersebut yaitu
sebagai berikut :
 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyarawatan perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sidang Kedua BPUPKI

Pada rapat kedua dari BPUPKI berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945
dengan topic bahasan yakni bentuk Negara, wilayah Negara,
kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan,
pembelaan Negara, pendidikan serta pengajaran.
Pada rapat kedua ini dibentuk panitia yang berjumlah 19 orang yang
membahas rancangan undang-undang dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno
sendiri sobat. Tak lupa pula dibentuk Panitia Pembelaan Tanah Air yang
diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan Keuangan
yang diketuai oleh Drs. Moch. Hatta.
Berdasarkan hasil pemungutan suara, wilayah Indonesia Merdeka
sudah ditentukan. Wilayah tersbut mencakup wilayah Hindia Belanda dulu,
ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis serta pulau-
pulau disekitarnya.
Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil
yang beranggota 7 orang, yaitu:

1. Prf. Dr. Mr. Soepomo


2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. A.A. Maramis
5. Mr. R.P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Soekiman
Persidangan Kedua BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945, dalam rangka
menerima laporan Panitia Perancang UUD , Ir. Soekarno melaporkan tiga
hasil, yaitu sebagai berikut :

 Pernyataan Indonesia Merdeka


 Pembukaan UUD
 Batang Tubuh dari UUD

PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau atau dalam bahasa Jepang disebut Dookuritsu
Junbi Iinkai adalah panitia yang bertugas melanjutkan hasil kerja BPUPKI setelah BPUPKI dibubarkan
Jepang pada 7 Agustus 1945. Selain itu, PPKI juga bertugas meresmikan pembukaan atau preambule dan
batang tubuh UUD 1945. PPKI diresmikan oleh Jendral Terauchi pada 9 Agustus 1945 di Kota Ho Chi
Minh, Vietnam. Peresmian ini dihadiri oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Radjiman
Wedyodiningrat.

PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno, dengan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua. Anggotanya
sendiri berjumlah 21 orang yang merupakan tokoh utama pergerakan nasional Indonesia.
Anggota PPKI terdiri dari berbagai etnis Nusantara, meliputi 12 orang etnis Jawa, 3 orang etnis
Sumatera, 2 orang etnis Sulawesi, 1 orang etnis Kalimantan, 1 orang etnis Nusa Tenggara, 1
orang etnis Maluku, dan 1 orang etnis Tionghoa.

Yang termasuk anggota PPKI antara lain: Mr. Soepomo, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, R. P.
Soeroso, Soetardjo Kartohadikoesoemo, Kiai Abdoel Wachid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo,
Otto Iskandardinata, Abdoel Kadir, Pangeran Soerjohamidjojo, Pangeran Poerbojo, Dr.
Mohammad Amir, Mr. Abdul Maghfar, Mr. Teuku Mohammad Hasan, Dr. GSSJ Ratulangi,
Andi Pangerang, A.H. Hamidan, I Goesti Ketoet Poedja, Mr. Johannes Latuharhary, Drs. Yap
Tjwan Bing. Kemudian, tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, anggota PPKI bertambah lagi
6 orang, yaitu: Achmad Soebardjo, Sajoeti Melik, Ki Hadjar Dewantara, R.A. A.
Wiranatakoesoema, Kasman Singodimedjo, Iwa Koesoemasoemantri.

Golongan muda memberikan sikap tidak suka pada PPKI. Mereka menganggap PPKI sebagai
suatu badan bentukan pemerintah pendudukan militer Jepang yang sudah tentu memihak Jepang.
Akan tetapi, di lain pihak, PPKI adalah sebuah badan yang sangat berguna dalam
mempersiapkan kemerdekaan. Untuk mewujudkan Indonesia merdeka, perlu dipersiapkan segala
macam keperluan bagi berdirinya suatu negara. Meski demikian, baik cepat atau lambat,
kemerdekaan Indonesia yang dijanjikan oleh pemerintah Jepang tergantung kepada kerja PPKI.

Pada akhirnya, Jendral Terauchi memberikan keputusan bahwa pemerintah Jepang akan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh persiapan
kemerdekaan Indonesia tersebut diserahkan sepenuhnya kepada PPKI.
Sejarah Pembentukan Pancasila

Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang dapat diartikan sebagai lima dasar terbentuknya
negara. Istilah Pancasila ini termuat dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki sejarah yang tak lepas dari proses kemerdekaan
Indonesia. Proses itu berlangsung mulai dari sidang BPUPKI sampai sidang PPKI setelah
Indonesia merdeka.

Pembentukan BPUPKI (29 April 1945) dan Usulan Dasar Negara


Pada 7 September 1944, pemerintah Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia. Untuk
mewujudkan kemerdekaan sehingga Indonesia dapat berdiri sendiri, perlu ditentukan dasar
negara terlebih dahulu. Karena itulah Jepang membentuk suatu badan yang mengatur persiapan
kemerdekaan Indonesia dan bertujuan membahas hal-hal yang berhubungan dengan tata
pemerintahan Indonesia, termasuk menentukan dasar negara. Badan tersebut bernama BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang
Dookoritsu Junbi Coosakai dan diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat.

Terdapat tiga puluh tiga pembicara selama empat hari sidang pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni
1945) dengan pembahasan mengenai dasar negara. Tokoh-tokoh yang menyumbangkan pikiran
tentang dasar negara pada sidang tersebut, antara lain:

 Mr. Mohammad Yamin (29 Mei 1945)


Moh. Yamin mengusulkan dasar negara dalam pidato tidak tertulisnya dalam sidang pertama
BPUPKI, yaitu:

1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat.
Setelah selesai berpidato, Moh. Yamin juga mengusulkan gagasan tertulis naskah rancangan
UUD RI yang tertuang rumusan 5 dasar, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
 Mr. Soepomo (31 Mei 1945)
Dalam usulannya, Mr. Soepomo memaparkan 3 teori mengenai bentuk-bentuk negara, yaitu:
1. Negara individualistik, yaitu negara yang disusun atas dasar kontrak sosial dari warganya dengan
mengutamakan kepentingan individu sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke,
Jean Jacques Rousseau, Hebert Spencer, dan H. J. Laski.
2. Negara golongan (class theori) yang diajarkan Marx, Engels, dan Lenin.
3. Negara Integralistik, yaitu negara tidak boleh memihak pada salah satu golongan, tetapi berdiri
di atas semua kepentingan sebagaimana diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan Hegel.
Mr. Soepomo dalam hal ini menyuarakan negara integralistik (negara persatuan), yaitu negara
satu yang berdiri di atas kepentingan semua orang. Sementara itu, dasar negara yang digagaskan
oleh Mr. Soepomo antara lain:

1. Paham Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.
 Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Ir. Soekarno mengusulkan lima poin-poin dasar negara yang dinamakan Pancasila, yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Setelah melalui proses pembahasan dalam musyawarah, persidangan BPUPKI mengambil
kesepakatan Pancasila sebagai nama dasar negara Indonesia merdeka. Pada tanggal 1 Juni 1945
inilah kemudian diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Selain sidang BPUPKI, pada hari yang sama juga dibentuk panitia kecil beranggotakan delapan
orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, A. Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Mr. Moh. Yamin, dan Mr. A. A. Maramis. Tugas Panitia
Delapan ini adalah menerima dan mengidentifikasi usulan dasar negara dari anggota BPUPKI.
Berdasarkan identifikasi, diketahui ada perbedaan pendapat mengenai usulan tentang dasar
negara. Golongan Islam menghendaki negara dengan dasar syariat Islam, sementara golongan
nasionalis tidak menghendaki usulan tersebut.

Untuk mengantisipasi perbedaan pendapat mengenai usulan dasar negara, dibentuklah panitia
beranggotakan sembilan orang yang berasal dari golongan Islam dan golongan nasionalis, yaitu:
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo,
Abikusno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, A. Wachid Hasyim, dan H. Agus Salim.
Panitia yang disebut Panitia Sembilan ini diketuai oleh Ir. Soekarno.

Panitia Sembilan melakukan sidang pertama pada 22 Juni 1945. Sidang tersebut pada akhirnya
menghasilkan kesepakatan dasar negara. Panitia Sembilan berhasil menyusun naskah yang
disebut Rancangan Preambule Hukum Dasar. Mr. Moh. Yamin mempopulerkan naskah
rancangan itu dengan nama Piagam Jakarta yang di dalamnya tercantum rumusan dasar negara
sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BPUPKI melakukan sidang kedua (10-16 Juli 1945) dengan pembahasan berupa lanjutan hasil
kerja Panitia Sembilan dan berhasil menghasilkan:

1. Kesepakatan dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam Jakarta.
2. Negara Indonesia berbentuk negara Republik. Ini merupakan hasil kesepakatan atas 55 suara dari
64 orang yang hadir.
3. Kesepakatan mengengai wilayah Indonesia yang meliputi wilayah Hindia Belanda, Timor Timur,
sampai Malaka (Hasil kesepakatan 39 suara).
4. Pembentukan tiga panitia kecil sebagai: Panitia Perancang UUD, Panitia Ekonomi dan
Keuangan, Panitia Pembela Tanah Air.
Pembentukan PPKI (9 Agustus 1945) dan Pengesahan Dasar Negara
Setelah selesai melaksanakan tugas, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 9 Agustus 1945 yang
kemudian dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang
disebut Dookuritsu Junbi Iinkai sebagai gantinya. PPKI bertugas mempersiapkan Kemerdekaan
Indonesia dengan tujuan utama mengesahkan dasar negara dan UUD 1945. Ketua PPKI yaitu Ir.
Soekarno, wakil ketua Moh. Hatta dan jumlah anggota 21 orang.
Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini digunakan bangsa
Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan. Golongan pemuda (Soekarni, Adam Malik,
Kusnaini, Sutan Sjahrir, Soedarsono, Soepomo, dan kawan-kawan) meminta Ir. Soekarno agar
segera mengumumkan kemerdekaan RI. Sebaliknya, golongan tua menolak dengan alasan
Proklamasi Kemerdekaan harus direncanakan secara matang. Terjadilah kesepakatan di
Rengasdengklok dan Proklamasi dilaksanakan pada Jumat, 17 Agustus oleh Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta di Jakarta.

Sore hari setelah proklamasi, opsir Jepang datang ke rumah Moh. Hatta untuk menyampaikan
keberatan dari wakil Indonesia bagian timur terhadap sila pertama Pancasila dalam Piagam
Jakarta. Setelah kemudian dilakukan sidang bersama wakil-wakil Islam, disepakati pengubahan
sila pertama Pancasila menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada 18 Agustus 1945, PPKI melakukan persidangan pertama. Hasil sidang tersebut adalah:

1. Penetapan Pembukaan Hukum Dasar (sekarang disebut Pembukaan UUD 1945) yang di
dalamnya memuat rumusan sila Pancasila sebagai dasar negara. Dalam hal ini Pancasila telah
disahkan sebagai dasar negara.
2. Pemilihan dan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil
Presiden RI yang pertama.
3. Presiden dibantu oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dalam melakukan tugas-
tugasnya.
Itulah sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Hingga kini, Pancasila dikenal
dengan lima silanya yang berbunyi:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Perumusan UUD 1945

Sejarah Perumusan Undang-Undang Dasar 1945 yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan UUD 45
berawal dari dibentuknya Badan Penyelidik Usaha Persiapak Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI
pada tanggal 29 April 1945. Pada masa itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan dasar pembentukan
negara yang beliau sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada siang
perdana mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945

Gagasan itu berlanjut dengan dibentuknya Panitia 9 yang anggotanya diambil dari 38 anggota
BPUPKI. Panitia 9 dibentuk pada tanggal 22 Juni 1945. Panitia 9 mempunyai tugas untuk
merancang sebuah rumusan pembukaan yang disebut Piagam Jakarta. Dimana Piagam Jakarta ini
kemudian akan direncanakan menjadi pembukaan UUD 45.

Piagam Jakarta berdasarkan dari hasil rapat sering mengalami perdebatan dan pengubahan
kalimat sana-sini. Terakhir setelah kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” maka Piagam Jakarta resmi menjadi Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.

Piagam Jakarta tersebut baru disahkan menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada
tanggal 18 Agustus 1945. Tepat sehari setelah dibacakannya Proklamasi oleh Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarni dan Moh. Hatta. Pengesahan ini dilakukan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pengesahan Undang-Undang Dasar 1945 ini dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan Undang-Undang Dasar 1945 ini
disusun secara sistematis baru pada Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan
(BPUK). Tidak adanya kata Indonesia yang seharusnya bernama Badan Penyelidik Usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUKI) karena sidang ini dikhususkan untuk tanah jawa.

Di tempat lain ada BPUK sesuai dengan pulaunya seperti BPUK Sumatra, BPUK Kalimantan,
BPUK Sulawesi. Papua belum masuk karena masih dalam genggaman pihak Belanda. Sidang
kedua ini berlangsung pada tanggal 10 Juli 1945 dan berlangsung selama tujuh hari sampai
tanggal 17 Juli 1945.

Periode Pemberlakuan Undang-Undang Dasar 1945


Namun berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 setelah pengukuhan belum bisa sepenuhnya
dijalankan karena dari tahun 1945 sampai 1450. Pemerintah dalam kurun waktu 18 Agustus 1945
sampai 27 Desember 1949 masih dihadapkan dengan pekerjaan untuk mempertahankan
kemerdekaan.

Pada tanggal 16 Oktober 1945, Wakil Presiden Moh. Hatta memberikan mandat berupa
Maklumat Wakil Presiden Nomor X. Isinya memberitahukan bahwa KNIP diberi kewenangan
sebagai Badan Legislatif sampai terbentuknya sebuah badan mengurusi hal tersebut. Inilah cikal
bakal terbentuknya DPR dan MPR saat ini.

Pada tanggal 14 November 1945. Pemerintah pusat membangun Kabinet Semi Parlementer yang
pertama. Hal ini dibuat berdasarkan pemikiran Presiden agar pemerintahan kedepannya bisa
lebih demokratis.

Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan Pemberlakuan UUDS 1950


Tahun 1949 menjadi tahun bersejarah bagi Indonesia. Karena dalam tahun ini sistem
pemerintahan Indonesia berubah. Dalam periode antara tanggal27 Desember 1949 sampai 17
Agustus 1950. Republik Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat atau RIS. Periode ini
memungkinkan dalam negara terdapat negara bagian yang dapat mengatur urusan negaranya
sendiri tanpa terikat dengan Pemerintah Pusat.

Setelah periode Republik Indonesia Serikat berakhir. Indonesia menganut paham Demokratis
Liberal. Di tahun ini pula dibuat Undang-Undang Dasar Sementara 1950. 1950 karena
kejadiannya antara 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959. Periode ini serin terjadi pergantian yang
silih berganti di dalam kabinet.

Pergantian yang tak menentu di kabinet mengakibatkan pembangunan tidak lancar. Pertikaian
sana sini. Hal yang mendasari adalah banyaknya orang yang lebih mementingkan kepentingan
partai dan golongan masing-masing. Namun Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dijalankan
dengan sistem Demokrasi Liberal. Rakyat Indonesia menganggap bahwa sistem ini tidak cocok
bagi keberlangsungan negara.

Presiden memutuskan bahwa tata negara Indonesia dengan sistem Undang-undang Dasar
Sementara 1950 sangat berbahaya bagi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara yang susah
dibangun dengan darah dan keringat. Pemberlakuan sistem ini menurut presiden menghambat
pembangunan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Maka, pada tanggal 5 Juli
1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran konstitusi dan
diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945 dan menghapus Undang-Undang Dasar Sementara
1950 sebagai dasar negara Indonesia

Periode Penetapan Kembali Undang-Undang Dasar 1945


Setelah terbitnya Dekrit Presiden. Maka Undang-Undang Dasar sementara 1950 dihapus dan
dikembalikannya Undang-Undang Dasar 1945 kepada dasar negara. Namun banyak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaannya.

Hal yang paling sering terjadi adalah Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR
dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara. Bahkan Presiden Soekarno ditetapkan
sebagai Presiden Seumur Hidup yang bisa menjadikan Indonesia sebagai negara dictator.
Undang-Undang Dasar 1945 di Periode Orde Baru
Setelah bepindahnya tampuk kekuasaan dari Ir. Soekarno kepada militer maka berakhirlah masa
orde lama. Militer mengangkat Jendral Soeharto sebagai Presiden Ke-2 Republik Indonesia.
Soeharto saat itu berjanji akan menjalankan Undang-Undang dan Pancasila secara murni dan
sesuai dengan ide awal.

Pada masa Orde Baru, Sejarah perumusan UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat
“sakral”, di antara melalui sejumlah peraturan:

 Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
 Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat
melalui referendum.
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP
MPR Nomor IV/MPR/1983.
Periode Transisi
Akibat demo besar-besaran mahasiswa di Jakarta pada tahun 1998. Presiden Soeharto mengakui
dan mengundurkan diri sebagai Presiden setelah 32 tahun berkuasa. Pada masa ini tidak terjadi
banyak perubahan pada Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini diakibatkan masa jabatan presiden
pengganti B.J Habibie yang ditetapkan sebagai Presiden Ke-3 Indonesia cepat berakhir
dikarenakan karena keluarnya Timor Timur dari NKRI

Periode Reformasi
Dalam perubahan Reformasi 1998 salah satu tuntutan Mahasiswa adalah perubahan terhadap
Undang-Undang Dasar 1945. Hal yang mendasari tuntutan ini adalah karena masa orde baru
kekuasaan tertinggi di negara di pegang oleh MPR dan bukan ditangan rakyat. Presiden juga
memiliki kekuasaan yang sangat besar ditambah banyaknya pasalpasal yang bisa di salah
tafsirkan. serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang
belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan yang diharapkan juga dalam perubahan Undang-Undang Dasar 1945 adalah guna
menyempurnakan aturan dasar dalam tatanan kenegaraan, menjunjung kedaulatan rakyat dan
penegakan HAM, pembagian kekuasaan yang adil, dan mengharapkan eksistensi negara sebagai
negara yang demokratis dan berlandaskan hukum yang adil.

Kesepakatan akhirnya terbentuk dengan tidak mengubah pembukaan Undang-Undang Dasar


1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan, kesatuan negara yang kemudian dikenal
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta terakhir mempertegas sistem
presidensial dengan memberikan gambaran aturan dan cara kerja presiden

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

 Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999


 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000
 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001
 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002

Sejarah Bhinika Tunggal Ika

Republik Indonesia. Sebuah Negara yang terletak di bumi belahan timur di benua Asia bagian tenggara.
Diapit samudera pasifik dan samudera hindia, beriklim tropis dengan letak astronomis 6o lintang utara
– 11o lintang selatan dan 95o bujur timur – 141o bujur timur. Dilewati pegunungan muda dunia yaitu
Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur. Memiliki
tiga bagian waktu yakni Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu
Indonesia Timur (WIT). Tercatat sebagai Negara kepulauan terbesar didunia dengan total luas wilayah
sebesar 1.904.569 KM2

Tak hanya itu, Indonesia pun memiliki identitas resmi yakni :

1. Indonesia Raya sebagai Lagu kebangsaan.


2. Bendera Merah Putih sebagai Bendera Kebangsaan.
3. Burung Garuda sebagai simbol Kebangsaan.
4. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Kebangsaan.
Mengenal Bhinneka Tunggal Ika
Membahas perihal semboyan tanah air kita Bhinneka Tunggal Ika yang secara harfiah memiliki
arti ‘Beraneka satu itu’. Semboyan ini tanpa kita sadari telah melekat pada diri kita masing-
masing sejak diperkenalkan di bangku sekolah maka sejak itu pula ‘Bhinneka Tunggal Ika’ tak
hanya sekadar semboyan tetapi telah menjadi pemersatu jiwa putra dan putri bangsa ini.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah karya sastra agama atau kakawin Jawa kuna yaitu
kakawin Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular, seorang bujangga yang hidup pada abad
ke-14 di masa kerajaan Majapahit dibawah kekuasaan Prabu Rajasanagara atau Raja Hayam
Wuruk. Sepenggal kalimat tersebut pada mulanya adalah bentuk rasa toleransi dari seorang Mpu
Tantular yang merupakan penganut Buddha Tantrayana yang hidup dilingkungan kerajaan
Majapahit yang bercorak Hindu-Siwa.

Berikut adalah kutipan yang berasal dari kakawin Sutasoma pada pupuh 139, bait 5:

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,


Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Yang memiliki arti :

Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.


Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Lingkungan kerajaan Majapahit dikenal memiliki ragam masyarakat yang majemuk dilihat dari
kepercayaan yang dianut dan orientasi bangunan berupa candi. Masyarakat tidak hanya
menganut agama Hindu dan Buddha tetapi juga ada yang memuja roh-roh leluhur. Masyarakat di
lingkungan kerajaan Majapahit saat itu terbagi menjadi :

 Golongan pertama : adalah orang-orang yang beragama Islam yang datang dari barat dan tinggal
di Majapahit.
 Golongan kedua : adalah orang-orang Cina yang berasal dari Canton, Chang-chou dan Ch’uan-
chou yang letaknya di Fukien yang kemudian hijrah dan bermukim di sini. Sebagian besar dari
mereka kemudian memeluk agama Islam dan menyiarkan agama tersebut.
 Golongan ketiga : adalah penduduk pribumi yang berjalan tanpa alas kaki, rambutnya digelung
di atas kepala. Mereka percaya sepenuhnya kepada roh-roh leluhur.
Mpu Tantular yang namanya memiliki arti ‘Teguh Pendirian’ ini dikatakan dalam buku berjudul
‘Meluruskan Sejarah Majapahit’ karya Irawan Joko Nugroho, adalah sosok yang terbuka pada
agama lain terlebih agama Hindu-Siwa. Ia memiliki pandangan tentang hakikat nilai-nilai agama
secara luas atau universal. Hal tersebut tidak hanya diketahui melalui kakawin Sutasoma
miliknya yang terkenal tetapi juga kakawin karangannya yang lain yakni kakawin Arjunawijaya.
Pada masanya, semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi doktrin bagi para penganut Buddha dan
Hindu-Siwa pada saat itu hingga diyakini pula bahwa semboyan tersebut merupakan hasil
pemikiran yang begitu cemerlang dari Mpu Tantular hingga kerajaan Majapahit mampu
menyatukan Nusantara kala itu.

Bhinneka Tunggal Ika dan Peranannya


Bhinneka Tunggal Ika dalam sehelai pita yang dicengkram sang Garuda berdasarkan rancangan
karya Sultan Hamid II (1913-1978) pertama kali resmi digunakan dalam sidang kabinet Republik
Indonesia Serikat pada 11 Februari 1950. Salah satu tokoh founding fathers yakni Muh. Yamin,
adalah tokoh yang pertama kali mengusulkan penggunaan kata Bhinneka Tunggal Ika sebagai
semboyan Negara kepada Presiden Soekarno. Beliau meyakini bahwa karya Mpu Tantular
tersebut sangat cocok dan relevan untuk diimplementasi dengan kehidupan pada saat itu. Bukan
hanya perihal perbedaan kepercayaan melainkan juga perbedaan sudut pandang ideologi, suku,
ras, etnik, dan golongan.
Ketika sidang BPUPKI berlangsung pada bulan Mei-Juni 1945. Muh. Yamin beberapa kali
menyebutkan kalimat ‘Bhinneka Tunggal Ika’. Menurut I Made Prabaswara, Muh.Yamin
merupakan tokoh Bahasa dan kebudayaan yang memiliki ketertarikan tersendiri dengan hal-hal
yang berhubungan dengan Majapahit. Ketika tengah menyebutkan sendiri kalimat bakal
semboyan Negara itu, I Gusti Bagus Sugriwa yang berasal dari Buleleng tiba-tiba saja
menyambung kalimat ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dengan kalimat ‘Tan Hana Dharma Mangrwa’
yang memiliki arti ‘Tidak Ada Kerancuan dalam Kebenaran’. Lagi-lagi berkat kalimat yang
diucapkan I Gusti Bagus Sugriwa tersebut, kembali dapat dibuktikan bahwa karya sastrawan
seorang penganut Buddha dapat diterima di lingkungan masyrakat yang minoritas penganut
Hindu. Mengingatkan kita kembali tentang bagaimana toleransi kehidupan pada masa
kerajaan Majapahit yang terus ada hingga saat ini. ‘Tan Hana Dharma Mangrwa’ pun dijadikan
sebagai moto Lembaga Pertahanan Nasional.

Sebelum diusulkan menjadi semboyan Negara. ‘Bhinneka Tunggal Ika’ pada tahun 1888 oleh
Prof. Kerf diselidiki lalu disimpan di perpustakaan Leiden, Belanda. Sang semboyan Negara pun
telah melalui perjalanan panjang, mulai dari tahun 1928 ketika berikrarnya ‘Sumpah Pemuda’
sebagai berikut :

Sumpah Pemuda
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Diikrarkannya Sumpah Pemuda yang menjadi salah satu bukti perilaku yang mendukung adanya
persatuan dan kesatuan bangsa dengan rasa bangga memiliki tanah air Indonesia. Layaknya
sebuah keajaiban. Disaat bangsa ini tengah dipersiapkan dan memerlukan sesuatu sebagai
‘Identitas’maka tanpa kita sadari sejak berabad-abad yang lalu ‘Bhinneka Tunggal Ika’ telah ada.
Terlahir dari buah pemikiran seseorang cendekiawan yang hebat.

Bhinneka Tungga Ika memiliki arti tersirat dan tersurat yang menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia mengakui, mencintai, dan menghargai adanya keanekaragaman jauh sebelum sebelum
nama Indonesia itu sendiri ada. Keanekaragaman sendiri bukanlah pemicu kehancuran,
keretakan, dan ketegangan, melainkan adalah alat pemersatu bangsa. Persatuan dan kesatuan
bangsa yang dapat terwujud apabila kita melakoni apa yang tersirat dan tersurat dalam semboyan
bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai