Anda di halaman 1dari 13

MENTAHKRIJ HADIS TENTANG NIAT

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Study Hadits

Dosen pengampu mata kuliah :


Dr. H. muh. Yahya, M.Ag.

Disusun oleh:
Kelompok 1
Hasrul
Nurul Awaliah
Ihda

PROGRAM STUDI MENAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang dengan-Nya kita memohon pertolongan dan meminta
perlindungan dari segala kejahatan dan juga keburukan amal perbuatan . Sholawat dan salam
semoga terlimpah-curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang mana dengan
perantara wasilah kepadanya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari mata
kuliah Study Hadits. Pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Dr.H. Muh.
Yahya, M.Ag., selaku pembimbing dan pengarahan, sehingga makalah ini dapat selesai dengan
baik serta teman-teman yang juga turut membantu dan memberi apresiasi terhadap makalah yang
demikian sederhana ini, sehingga kami bisa bekerja sama mengerjakan tugas kelompok kami
yang berjudul ‫انما االعمال بالنيات‬
Dengan demikian telah tergambar jelas bahwa judul yang kami bawakan ini merupakan
gambaran bentuk permasalahan didalam memahami hadits yang sering kita jumpai ini. Oleh
sebab itu dalam makalah ini kami akan menjelaskan berbagai materi yang menarik dan bisa
menjadi bahan untuk disimak bersama. Penulis memohon kritik serta saran untuk lebih bisa
menyempurnakan makalah ini karena kekurangan dari pemahaman kami mengenai apa yang ada
didalamnya, baik dari segi kemantapan materi maupun penerjemahan dari berbagai referensi,
selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat sebagai bahan
renungan maupun bahan rujukan terutama bagi yang membutuhkan. Atas perhatiannya, kami
ucapkan terima kasih.

Pangkep, 14 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kitab-kitab hadis yang memuat hadis tentang niat.
1. Petunjuk rumus hadis.
Kitab yang kami gunakan untuk mencari letak dari hadis yaitu menggunakan kitab
Mu’jam Mufahras lialfadhil Hadiistin Nabawi. Cara menggunakan kitab Mu’jam tersebut yaitu
dengan mencari lafadl inti yang paling penting dalam matan hadis yang akan kita cari. Hadis
tentang niat ini yang menjadi lafadl intinya adalah lafadl ‫ َنَو ي‬. Setelah kita menemukan kata
kuncinya maka langkah selanjutnya yaitu mencari dalam kamus Mu’jam tentang kumpulan
huruf-huruf nun. Lafadl ‫ َنَو ي‬terdapat dalam kitab Mu’jam Mufahras lialfadhil Hadiistin Nabawi,
juz 7, dan pada halaman 55. Berikut keterangan yang diperoleh :
Hadis
No Rumus Nama Kitab Kitab Bab ke- ke-

1 1 ‫خ بدء الوحي‬ Sahih Bukhari ‫بدء الوحي‬ 1 1

2 155 ‫م اما رة‬ Sahih Muslim ‫اما رة‬ 45 155

Sunan Abi
3 11‫د طالق‬ Dawud ‫طالق‬ 11 2201

‫ت فضا ئل الجهاد‬
4 16 Sunan Tirmidzi ‫فضا ئل الجهاد‬ 16 1647

5 59 ‫ن طها رة‬ Sunan Nasa’i ‫طها رة‬ 60 75

Sunan Ibnu
6 26 ‫جه زهد‬ Majah ‫زهد‬ 26

Musnad Ahmad
7 43,25,1‫حم‬ bin Hanbal

2. Pembuktian rumus kepada kitab asli.


Hadis tentang niat setelah kami lihat di dalam kitab Mu’jam, terdapat di dalam tujuh
kitab hadis. Berikut rinciannya:
1. ‫ َح َّد َثَنا‬- ‫ص[[حيح بخ[[ارى‬
‫اْلُح َم ْيِد ُّى َع ْبُد ِهَّللا ْبُن الُّز َبْي ِر َق اَل َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َق اَل َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن َس ِع يٍد اَألْنَص اِرُّى َق اَل َأْخ َب َر ِنى ُمَحَّم ُد ْبُن‬
‫ َع َلى اْلِم ْنَب ِر‬- ‫ رضى هللا عنه‬- ‫ِإْبَر اِهيَم الَّتْيِمُّى َأَّنُه َسِمَع َع ْلَقَم َة ْبَن َو َّقاٍص الَّلْيِثَّى َيُقوُل َسِم ْع ُت ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّطاِب‬
‫ َفَم ْن‬، ‫ َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِرٍئ َم ا َن َو ى‬، ‫ َيُقوُل « ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َقاَل َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهَّللا‬
، 2529 ، 54 ‫ أطراف[ه‬. » ‫َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ُد ْنَيا ُيِص يُبَها َأْو ِإَلى اْم َر َأٍة َيْنِكُح َه ا َفِهْج َر ُت ُه ِإَلى َم ا َه اَجَر ِإَلْي ِه‬
2/1 – 10612 ‫ تحفة‬6953 ، 6689 ، 5070 ، 3898
‫ صحيح مسلم‬.3
‫ْل‬
‫َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا ْبُن َم ْس َم َة ْبِن َقْعَنٍب َح َّد َنا َم اِلٌك َع ْن َيْح َيى ْبِن َسِع يٍد َع ْن ُمَح َّمِد ْبِن ِإْبَر اِهيَم َع ْن َع َقَم َة ْبِن‬
‫َث‬ ‫َل‬
‫ « ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّيِة َو ِإَّنَم ا ِالْم ِرٍئ َم ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َو َّقاٍص َع ْن ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫َنَو ى َفَم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُسوِلِه َفِهْج َر ُت ُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُس وِلِه َو َم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُت ُه ِل ُد ْنَيا ُيِص يُبَها َأِو اْم َر َأٍة‬
‫» َيَتَز َّوُج َها َفِهْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَجَر ِإَلْيِه‬.
‫ سنن ابى داوود‬.4
‫ َح َّد َثَنا ُمَح َّم ُد ْبُن َك ِثيٍر َأْخ َبَر َنا ُس ْفَياُن َح َّد َثِنى َيْح َيى ْبُن َسِع يٍد َع ْن ُمَحَّمِد ْبِن ِإْبَر اِهيَم الَّتْيِمِّى َع ْن َع ْلَقَم َة ْبِن َو َّق اٍص‬-
‫ « ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّي اِت َو ِإَّنَم ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫الَّلْيِثِّى َقاَل َسِم ْع ُت ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّطاِب َيُقوُل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫ِلُك ِّل اْم ِرٍئ َم ا َن َو ى َفَم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُت ُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُس وِلِه َفِهْج َر ُت ُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُس وِلِه َو َم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُت ُه ِل ُد ْنَيا‬
.» ‫ُيِص يُبَها َأِو اْمَر َأٍة َيَتَز َّوُج َها َفِهْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَج َر ِإَلْيِه‬
. Analisis redaksi lafadl matan
Kriteria kesahihahan hadis mencakup lima syarat, sedangkan kesahihahan matan hanya
mencakup dua syarat, yakni terhindar syadz dan ‘illat. Berikut penjelasan mengenai apa yang
dimaksud dengan syadz itu sendiri dan ‘illat.
1. Terhindar dari syadz
Syadz pada matan hadis didefinisikan sebagai adanya pertentangan atau ketidaksejalanan
riwayat seorang perawi yang menyendiri dengan seorang perawi yang lebih kuat hafalan dan
ingatannya. Pertentangan atau ketidak sejalanan tersebut adalah dalam hal menukil matan hadis,
sehingga terjadi penambahan, pengurangan, perubahan tempat atau pembalikan teks hadis
(maqlub), memiliki kualitas sama dan tidak bisa diunggulkan salah satunya (idhtirab fi al-matn),
kesalahan ejaan (al-tashhif wa al-tahrif fi al-matn).
2. Penambahan dan pengurangan (sisipan) pada teks hadis (al-idraj fi al-matn)
Mudraj matan dipahami sebagai ucapan sebagian perawi dari kalangan sahabat atau
generasi setelahnya. Ucapan tersebut kemudian bersambung dengan matan hadis yang asli,
sehingga sangat sulit membedakan antara matan yang asli dengan matan yang yelah tersisipi
dengan ucapan selain hadis.
3. Pembalikan teks hadis (al-maqlub fi al-matan)
Al-maqlub fi al-matn dipahami sebagai hadis yang perawinya menggantikan suatu bagian
darinya dengan orang lain dalam sebuah matan hadis, secara sengaja maupun terlupa.
4. Memiliki kualitas sama dan tidak bisa diunggulkan salah satunya (idhtirab fi al-matn)
Mudhtarib hadis dipahami sebagai hadis yang diriwayatkan dari seorang perawi atau
lebih dengan beberapa redaksi yang berbeda dengan kualitas yang sama. Sehingga tidak ada
yang dapat diunggulkan dan tidak dikompromikan.
5. Kesalahan ejaan (al-tashhif wa al-tahrif fi al-matn)
Tashhif adalah kesalahan yang terletak pada syakalnya, sedangkan tahrif terletak pada
hurufnya.
6. Terhindar dari ‘illat
Maksud dari ‘illat pada matan hadis adalah sebab tersembunyi yang terdapat pada matan
hadis yang secara lahir tampak berkualitas sahih. Sebab tersembunyi di sini bisa berupa
masuknya redaksi hadis lain pada hadis tertentu, atau redaksi tersebut memang bukan lafadz-
lafadz yang mencerminkan sebagai hadis Rasulullah, sehingga pada akhirnya matan tersebut
seringkali menyalahi nash-nash yang lebih kuat bobot akurasinya.
Matan hadis tentang niat yang terdapat dalam kitab Sahih Bukhari, Muslim, Sunan
Tirmidzi, Sunan Nasa’i, Sunan Abi Dawud, Sunan Ibnu Majah, dan Musnad Imam Ibn Hanbal,
kesemuanya memiliki kandungan yang sama. Namun, terdapat perbedaan redaksi dalam
lafadl. Matan dari beberapa sumber hadis di atas dapat dianalisa sebagai berikut:
a. Terdapat tiga redaksi matan yang sama persis, yaitu dalam kitab Sunan Abu Dawud, Sahih
Muslim, dan Sunan Ibnu Majah.
b. Kitab yang menggunakan redaksi lafadl matan ‫ ينكحها‬yaitu kitab Sunan Nasa’i, Musnad Ahmad
bin Hanbal, dan Sahih Bukhari.
c. Kitab yang menggunakan redaksi lafadl matan ‫ يتزوجها‬yaitu kitab Sunan Tirmidzi, Sunan Abu
Dawud, Sahih Muslim, dan Sunan Ibnu Majah.
d. Kitab yang menggunakan redakski lafadl matan ‫ لدنيا‬yaitu kitab Sunan Abu Dawud, Musnad
Imam bin Hanbal, Sahih Muslim, dan Sunan Ibnu Majah.
e. Kitab yang menggunakan redaksi lafadl ‫ الى الدنيا‬yaitu kitab Sahih Bukhari, Sunan Tirmidzi, dan
Sunan Nasa’i.
f. Semua kitab menggunakan urutan ‫ اوامرة يتزوجه[ا الى‬,‫ لدنيا يصيبها‬,‫ هللا ورسوله‬kecuali Sahih Bukhari.
Imam Bukhari menggunakan urutan dengan mendahulukan ‫ ل[[[دنيا يصيبها‬kemudian ‫اوام[[[رة‬
‫ يتزوجها‬dengan tanpa menyebutkan ‫الى هللا ورسوله‬.
C. kuantitas sanad
Hadis jika dipandang dari jumlah perawi yang terlibat dalam setiap tingkatan sanad
terbagi menjadi dua kategori. Pertama yaitu hadis mutawatir, hadis mutawatir adalah hadis yang
diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang tidak dimungkinkan mereka untuk sepakat berdusta.
Kedua hadis ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang jumlahnya tidak mencapai
derajat mutawatir. Hadis ahad dibagi menjadi tiga, masyhur, ‘aziz, ghorib. Hadis masyhur
diriwayatkan oleh tiga orang perawi, hadis ‘aziz diriwayatkan oleh dua orang perawi, dan hadis
ghorib diriwayatkan oleh satu perawi di setiap tingkatan sanad.
Pengkatagorian hadis berdasarkan kuantitas sanad harus melalui tahapan awal, yaitu
dengan membuat skema atas rangkaian sanad yang telah kita temukan. Konsep seperti ini akan
membantu kita untuk lebih mudah dalam menganalisa jumlah perawi dalam setiap tingkatan.
Bila kita melihat hasil skema rangkaian sanad dari hadis yang berisi tentang niat, dari setiap
thabaqat (tingkatan) bervariasi jumlah perawinya. Pada thabaqat pertama (sahabat) terdapat satu
perawi yaitu Umar bin Khattab. Sampai pada thabaqat yang ke empat masih sama dengan
thabaqat yang pertama yaitu dengan hanya ada satu perawi. Kemudian pada thabaqat-thabaqat
setelahnya berkembang. Hal ini menjadikan hadis tersebut termasuk dalam kategori hadis ghorib,
karena dalam thabaqat sanad ada yang jumlah perawi hanya satu.
D. Biografi para perawi
1. Alqamah bi Waqqas
a. Tingkatan: ke dua dari ‫كبار التابعين‬
b. Wafat pada masa khalifah Abdul Malik, di Madinah.
c. Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah.
d. Menurut Ibnu Hajar : ‫ أخطأ من زعم أن له صحبة‬، ‫ثقة ثبت‬
Menurut Dzahabi ‫ثقة‬.
e. Guru-guru
Menurut Imam Mazi dalam kitabnya Tahdzibul Kamal, guru-guru Alqamah diantaranya: Bilal
bin Haris, Abdullah bin Umar bin Khattab, Umar bin Khattab, Amru bi ‘ash, Muawiyah bin Abi
Sufyan, ‘Aisyah (istri Nabi Muhammad Saw).
f. Murid-murid
‫‪Menurut Imam Mazi dalam kitabnya Tahdzibul Kamal, murid-murid dari Alqamah antara lain:‬‬
‫‪Abdullah bin Ubaidillah, Abdullah bin Alqamah bin Waqqas, Amru bin Alqamah bin Waqqas,‬‬
‫‪Amru bin Yahya bin Amaratul Mazaniy, Muhammad bin Ibrahim bin Haris at-Taimiy,‬‬
‫‪Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri, Yahya bin Nadhor al-Anshari.‬‬
‫‪2. Yahya bi Sa’id‬‬
‫االسم ‪ :‬يحيى بن سعيد بن قيس األنصارى النجارى ‪ ،‬أبو سعيد المدنى القاضى‬
‫الطبقة ‪ : 5 :‬من صغار التابعين‬
‫الوفاة ‪ 144 :‬هـ أو بعدها‬
‫روى له ‪ :‬خ م د ت س ق ( البخاري ‪ -‬مسلم ‪ -‬أبو داود ‪ -‬الترمذي ‪ -‬النسائي ‪ -‬ابن ماجه )‬
‫رتبته عند ابن حجر ‪ :‬ثقة ثبت‬
‫رتبته عند الذهبي ‪ :‬اإلمام ‪ ،‬حافظ فقيه حجة‬
‫‪:Diantara guru-guru Yahya bin Sa’id yaitu‬‬
‫محمد بن إبراهيم بن الحارث التيمى ( خ م د ت س ق )‬
‫إسحاق بن عبد هللا بن أبى طلحة ( س )‬
‫أنس بن مالك ( خ م ت س ق )‬
‫بشير بن نهيك ( س )‬
‫بشير بن يسار ( خ م د ت س ق )‬
‫ثعلبة بن أبى مالك القرظى‪s‬‬
‫‪Diantara murid-murid beliau yaitu: Al-Lais bi Sa’id, Sufyan as sauri, Sufyan bin Uyaynah,‬‬
‫‪Abdullah bin al-Mubarak.‬‬
‫‪3. Muhammad bin Kasir‬‬
‫االسم ‪ :‬محمد بن كثير العبدى ‪ ،‬أبو عبد هللا البصرى ( أخو ســليمان بن كثــير ‪ ،‬و كــان ســليمان‬
‫منه بخمسين سنة )‬ ‫أكبر‬
‫المولد ‪ 133 :‬هـ‬
‫الطبقة ‪ : 10 :‬كباراآلخذين عن تبع األتباع‬
‫الوفاة ‪ 223 :‬هـ‬
‫روى له ‪ :‬خ م د ت س ق ( البخاري ‪ -‬مسلم ‪ -‬أبو داود ‪ -‬الترمذي ‪ -‬النسائي ‪ -‬ابن ماجه )‬
‫رتبته عند ابن حجر ‪ :‬ثقة لم يصب من ضعفه‬
‫رتبته عند الذهبي ‪ :‬لم يذكرها‬
‫‪:Guru-guru beliau diantaranya‬‬
‫قال المزي في تهذيب الكمال ‪ :‬روى عن‬
‫إبراهيم بن نافع المكى ( د )‬
‫إسرائيل بن يونس ( خ د ت )‬
‫إسماعيل بن عياش‬
‫جعفر بن سليمان الضبعى ( د ت سى )‬
‫سفيان الثورى ( خ د )‬
‫سليمان بن كثير ( أخيه ) ( خ م د ت س ق )‬
‫شعبة بن الحجاج ( خ م )‬
‫عمرو بن مرزوق الواشحى‬
‫همام بن يحيى ( د )‬
‫أبى عوانة الوضاح بن عبد هللا ‪.‬‬
‫‪:Muri-murid beliau diantaranya‬‬
‫قال المزي في تهذيب الكمال ‪ :‬روى عنه‬
‫البخارى ( ت )‬
‫أبو داود‬
‫أبو مسلم إبراهيم بن عبد هللا الكجى‬
‫أحمد بن محمد بن أبى بكر المقدمى‬
‫أحمد بن محمد بن المعلى األدمى ( قد )‬
‫الحسين بن محمد البلخى الحريرى ( ت )‬
‫عبد هللا بن عبد الرحمن الدارمى ( م ت )‬
‫عْبد بن حميد ( ت )‬
‫على ابن المدينى‬
‫محمد بن معمر البحرانى ( س ق )‬
‫محمد بن المؤمل بن الصباح القيسى‬
‫محمد بن يحيى الذهلى ( د )‬
‫معاذ بن المثنى بن معاذ العنبرى‬
‫يعقوب بن سفيان الفارسى‬
‫يعقوب بن شيبة السدوسى‬
‫يوسف بن يعقوب القاضى‬
‫أبو حاتم‬
‫أبو زرعة ‪ :‬الرازيان ‪.‬‬

‫‪4. Sulaiman bin Mansur‬‬


‫االسم ‪ :‬سليمان بن منصور البلخى أبو الحسن ‪ ،‬و يقال أبو هالل بن أبى هالل البزاز الدهنى <‬
‫الذهبى > ‪ ،‬لقبه زرغنده‬
‫الطبقة ‪ : 10 :‬كباراآلخذين عن تبع األتباع‬
‫روى له ‪ :‬س ( النسائي )‬
‫رتبته عند ابن حجر ‪ :‬ال بأس به‬
‫رتبته عند الذهبي ‪ :‬صدق‬
‫‪:Guru-guru beliau diantaranya‬‬
‫قال المزي في تهذيب الكمال ‪ :‬روى عن‬
‫سفيان بن عيينة ( س )‬
‫أبى األحوص سالم بن سليم ( س )‬
‫عبد هللا بن المبارك ( س )‬
‫عبد الجبار بن الورد ( س )‬
‫عبد الحميد أبى سلمة المدنى‬
‫مسلم بن خالد الزنجى‬
‫أبى سهل نصر بن عبد الكريم البلخى الصيقل‬
‫أبى حفص العبدى ‪.‬‬
‫‪:Murid-murid beliau diantaranya‬‬
: ‫قال المزي في تهذيب الكمال روى عنه‬
‫النسائى‬
‫أحمد بن على األبار‬
. ‫محمد بن على الحكيم الترمذى‬
E. Analisis kualitas sanad
Kualitas sanad bias kita teliti dengan mencari biografi dari masing-masing perawi.
Adapun kitab yang bisa gunakan adalah kitab Taqribut Tahdzib karangan Imam Hajar al-
Asqalani. Penilaian perawi dilihat dari segi kualitasnya, bisa disebut dengan menjarh dan
menta’dil. Dalam jarh wat ta’dil ada beberapa tingkatan. Maratibut ta’dil (tingkatan ta’dil).
‫ صدوق ان‬,‫ ينظر فيه‬,)‫ صدوق (الباء س به‬,‫ ثّقة‬,‫ ثّقة ثّقة‬,)‫ اعدل الناس‬,‫اوثق الناس (اثبت الناس‬
‫شاء هللا‬.
Sedangkan maratibul jarh yaitu:
)‫ فالن متروك الحديث (كذاب‬,‫ فالن منكر الحديث‬, ‫ ليس بقوّي‬,)‫ ضعيف‬,‫لّين الحديث (فيه مقا ل‬.
Seperti itulah tingkatan lafadl ynag digunakan ulama dalam menjarh dan menta’dilkan
para perawi. Beberapa perawi yang kita temukan identitasnya (keterangan ada pada poin biografi
para perawi), tidak ada perawi yang mendapatkan lafadl jarh.
Rangkaian sanad yang terbentuk adalah bersumber dari Rasulullah, Umar bin Khattab,
Alqamah bin Waqqas, Muhammad bin Ibrahim, Yahya bin Sa’id al-Haris at-Taimiy dan
seterusnya. Antara satu perawi dengan perawi di bawah atau di atasnya, terdapat ikatan guru dan
murid. Misalnya menurut Imam Mazi dalam kitabnya Tahdzibul Kamal disebutkan bahwa Umar
bin Khatab merupakan guru dari Alqamah bin Waqqas. Alqamah bin Waqqas mempunyai murid
yang bernama Muhammad bin Ibrahim. Yahya bin Sa’id adalah sebagai guru dari Al-Lais bin
Sa’id, Sufyan as-Sauri, dan Abdullah bin Mubarak. Berdasarkan hasil analisa data tersebut,
kualitas dari sanad hadis ini adalah muttashil dengan kategori terpenuhinya liqa’ (bertemu).
Data perawi yang kami peroleh semuanya mempunyai derajat ta’dil. Hal ini
mengindikasikan bahwa para perawi yang meriwayatkan hadis ini adalah mempunyai kualitas
yang tinggi.
F. Kandungan matan hadis
Bersumber dari Umar ra ia bercerita aku pernah mendengar Rasulullag saw bersabda,
“ sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanya sah dengan niat. Dan setiap orang itu sesuai
dengan niatnya. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasulnya maka hijrahnya pun kepada
Allah Rasulnya. Dan siapa yang hijtahnya karena dunia yang dikehendakinya, atau karena
seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepadanya (sesuai apa yang ia
niatkan).”
Hadis ini menunjukan bahwa niat adalah untuk menimbang keabsahan amal. Artiya, jik
niat seorang baik maka amalnya baik. Sebaliknya, jika niatnya keliru amalnya pun keliru. Jika
terdapat amal yang dibarengi dengan niat maka hal ini tidak lepas dari tiga kemungkinan sebagai
berikut: Pertama seorang melakukan hal itu karena takut kepada Allah Ta’ala. Ini adalah gaya
ibadah para budak. Kedua, seseorang melakukan hal itu karena mencari surga dan pahala. Ini
adalah gaya ibadah para pedagang. Ketiga, seseorang melakukan hal itu, karena merasa malu
kepada Allah swt, untuk menunaikan kewajiban pengabdian, dan untuk mengungkapkan rasa
syukur. Selain itu dia merasa bersalah dan hatinya merasa takut karen ia tidak tahu apakah
amalnya diterima atau tidak? Ini adalah gaya ibadah orang-orang yang merdeka.
Dan inilah yang diisyaratkan oleh Rasululullah ketika Aisyah berkata kepada beliau saat
melihat beliau melaksanakan shalat malam hingga telapak kakinya bengkak, “Wahai Rasulullah,
kenapa engkau bersusah payah memaksakan diri seperti ini? Padahal Allah telah mengampuni
dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang”. Beliau bersabda” Apakah aku tidak boleh
menjadi hamba yang banyak bersyukur?”.
G. Korelasi hadis dengan ayat al-Qur’an
‫ َأ‬: ‫ َق اَل‬، ‫ َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن َسِع يٍد اَألْنَص اِرُّي‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن‬: ‫ َقاَل‬،‫َح َّد َثَنا الُح َم ْيِدُّي َعْبُد ِهَّللا ْبُن الُّز َبْيِر‬
‫ َس ِمْع ُت ُع َم َر ْبَن الَخ َّط ا‬: ‫ َيُقوُل‬، ‫ َأَّنُه َسِمَع َع ْلَقَم َة ْبَن َو َّقاٍص الَّلْيِثَّي‬، ‫ْخ َبَرِني ُم َح َّم ُد ْبُن ِإْبَر اِهيَم الَّتْيِم ُّي‬
: ‫ َس ِمْع ُت َرُس وَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َيُق وُل‬: ‫ِب َرِض َي ُهَّللا َع ْن ُه َع َلى الِم ْنَب ِر َق اَل‬
‫ َأْو ِإَلى اْم َر َأٍة‬، ‫ َفَم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ُد ْنَيا ُيِص يُبَها‬، ‫ َوِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْمِرٍئ َم ا َنَو ى‬،‫" ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت‬
.‫ َفِهْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَج َر ِإَلْيِه‬،‫َيْنِكُح َها‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Humaid Abdullah bin Zuber, telah menceritakan kami
Sufyan. Sufyan berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id al-Anshari. Yahya
berkata telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Ibrahim at-Taimiy. Bahwa sesungguhnya
aku telah mendengar dari Alqamah bin Waqqas al-laitsi. Alqamah mendengar dari Umar bin
Khattab. Rasulullah saw bersabda, “ sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanya sah dengan
niat. Dan setiap orang itu sesuai dengan niatnya. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan
Rasulnya maka hijrahnya pun kepada Allah Rasulnya. Dan siapa yang hijtahnya karena dunia
yang dikehendakinya, atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya
adalah kepadanya (sesuai apa yang ia niatkan).”
Dua pesan penting yang ada pada hadis ini ialah kewajiban ikhlas kepada Allah dan
mengikuti RasulNya. Keduanya merupakan syarat bagi semua amal, lahir maupun batin. Orang
yang memurnikan amalnya untuk Allah seraya mengikuti Rasulullah Saw, maka amalnya
diterima. Dan sebaliknya jika meninggalkan keduanya atau salah satunya maka amalnya ditolak.
Hadis tentang niat yang kami teliti memiliki korelasi (hubungan, keterkaitan) dengan
ayat-ayat al-Qur’an. Diantara ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Surat Furqan ayat 23.
uZøBωs%ur 4’n<Î) $tB (#qè=ÏJtã ô`ÏB 9@yJtã çm»oYù=yèyfsù [ä!$t6yd $!
#·‘qèWY¨B ÇËÌÈ

.Artinya: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS al-Furqan: 23).
Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang
mereka kerjakan di dunia amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah karena mereka tidak beriman.
2. Surat an-Nisa’ ayat 125
Orang yang menghimpun 2 sifat tersebut ia masuk dalam firman :
ô`tBur ß`|¡ômr& $YYƒÏŠ ô`£JÏiB zNn=ó™r& ¼çmygô_ur ¬! uqèdur
Ö`Å¡øtèC yìt7¨?$#ur s'©#ÏB zOŠÏdºtö/Î) $Zÿ‹ÏZym 3 x‹sƒªB$#ur ª!$#
zOŠÏdºtö/Î) WxŠÎ=yz ÇÊËÎÈ

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya ”:
kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
.lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”. (QS an-Nisa’: 125)
3. Surat al-Baqarah ayat 112

Artinya: “(tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QSal-Baqarah: 112).
4. Surat al-Bayyinah ayat 5

Artinya:”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. Agama yang lurus
berarti berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan. (QS al-
Bayyinah:5).
5. Surat az-Zumar ayat 3

Artinya:”Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (QS az-Zumar:3)
6. Surat an-Nisa’ ayat 100
Artinya:”Dan barang siapa berhijrah ke jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan
di bumi ini tempat hijrah ynag luas (rezeki) yang banyak. Barang siapa kelur dari rumahnya
dengan maksud hijrah karena Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum
sampai ke tempat yang di tuju), maka sungguh pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan
Alllah Maha Pengampun, Maha penyayang. (QS An-Nisa’:100)
7. Surat an-Nisa’ ayat 114
Jika seseorang bermaksud melakukan suatu kebajikan, lalu belakangan ia tidak sanggup
melakukannya maka maksud dan niatnya dicatat sebagai suatu kebajikan penuh. Berbuat baik
kepada manusia dengan harta atau dengan ucapan atau dengan tindakan, adalah dinilai kebajikan
dan balasan pahala disisi Allah tetapi balasan pahalanya akan lebih besar kalau dengan niat.
Artinya:”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena
mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS :An-nisa
: 114)
Jika seseorang bermaksud melakukan suatu kebajikan, lalu belakangan ia tidak sanggup
melakukannya maka maksud dan niatnya dicatat sebagai suatu kebajikan penuh. Berbuat baik
kepada manusia dengan harta atau dengan ucapan atau dengan tindakan, adalah dinilai kebajikan
dan balasan pahala disisi Allah tetapi balasan pahalanya akan lebih besar kalau dengan niat.
Seseorang harus berniat dengan niat yang universal mencakup semua urusannya dengan
maksud mengharap keridhaan Allah, mendekatkan diri kepada Allah, mencari balasan
pahalanya, dan takut siksaannya. Kemudian niat ini harus menyertai setiap individu dan
tindakan-tindakannya, ucapan-ucapannya, dan seluruh tingkah lakunya disertai dengan rasa
antusias untuk mewujudkan keikhlasan secara sempurna, dan menolak kebalikannya. Sekalipun
diantara semua itu ada yang berhasil terwujud, namun seseorang jangan menganggapnya sebagi
tujuan atau target akhirnya. Sebab target akhir ialah mengharapkan ridha Allah dan mencari
balasan pahalanya, tanpa melirik kepada manusia seraya mengharapkan sanjungan mereka.
H. Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an
Fungsi hadis innamal a’malu binniyyah terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara
mengenai amal dalam hubungannya dengan niat, bisa dikatakan sebagai bayanut ta’qid
(menguatkan).
I. Korelasi hadis dengan hadis
Dua buah hadis marfu’ disebutkan dalam hadis Bukhari :
Pertama, “ apabila sesorang hamba jatuh sakit atau bepergian maka dicatat untuknya
seperti pahala yang kalau beramal dalam keadaan sehat atau sedang berada di rumah”. Kedua,
“sesungguhnya di Madinah ada beberapa kaum yang tidak bisa melakukan peerjalanan seperti
kalian dan tidak mengarungi lembah seperti kalian. Tetapi mereka bersama kalian. Mereka
terhalang oleh sakit”.
Sebuah hadis marfu disebutkan dalam sahih bukhari “barang siapa mengambil harta
manusia dengan maksud akan mengembalikannya, nicaya Allah akan membantu
mengembalikannya. Dan barang siapa mengambil harta manusia dengan maksud ingin
menghabiskannya, niscaya Allah akan menghabiskannya”. Lihatlah bagaimana Allah
menjadikan niat yang baik sebagai saran yang kuat untuk memperoleh rizki, dan Allah akan
membantu mengembalikannya. Sebaliknya Allah menjadikan niat yang buruk sebagai alasan
untuk menghabiskan harta itu. Disebutkan juga dalam sebuah hadis lain, beliau bersabda
“sesungguhnya amal apapun yang kamu lakukan demi mencari keridhaan Allah , niscaya kamu
akan diberi pahala terhadapnya. Termasuk makanan yang kamu suapkan pada istrimu.
menurut bahasa niat adalah bermaksud. Disebutkan dalam bahasa arab “Nawaka Allahu
bi khairin” yang berarti Allah bermaksud memberimu kebajikan. Sementara menurut pengertian
syari’at, niat adalah bermaksud pada sesuatu yang dibarengkan dengan mengerjakannya. jika
seseorang bermaksud mengerjakan sesuatu tidak spontan atau segera, maka ia disebut Azam. Niat
dianjurkan guna membedakan antara kebiasaan dan ibadah atau guna membedakan tingkatan
sebagian ibadah dengan sebagian yang lain.
BAB III
PENUTUP

• Kesimpulan
Pesan yang bisa kita ambil dari hadits ini ialah, bahwa amal tergantung dari pada sesuatu
yang dijadikan sarannya. Ada sesuatu yang pada dasanya boleh, namun bisa berubah menjadi
ibadah jika seseorang meniatinya dengan baik. Contohnya seperti seseorang makan dan minum
dengan niat supaya ia kuat dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.
Dalam hadits tersebut Nabi Saw membuat contoh tentang hijrah, yakni berpindah dari
negeri yang dipenuhi dengan kesyirikan ke negeri islam. Beliau menjelaskan bahwa hijrah yang
notabene suatu amal, bisa membuat seseorang memperoleh pahala atau tidak. Orang yang
berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya selain diberikan pahala juga memperoleh apa yang ia
inginkan. Tapi seseorang yang berhijrah guna mendapatkan kepentingan dunia atau ingin
menikahi seorang wanita, ia terhalang dari pahala tersebut.
Berikut ringkasan dari pembahasan-pembahasan pada bab dua:
• Hadis innamal a’malu binniyyah terdapat dalam kitab Sahih Bukhari, juz 1, kita bad’ul wahyi,
bab 1, hadis ke 1, halaman 5. Kitab Sunan Tirmidzi, juz 4, kitab fadlailul jihad, bab 23, hadis ke
1634, halaman 154. Kitab Sunan Nasa’i, juz 1, kitab thaharah, bab 60, hadis ke 75, halaman
44. Kitab Sunan Abi Dawud, juz 2, kitab thalaq, bab 11, hadis ke 2201, halaman 235. Kitab
Musnad Ibnu Hanbal,jilid 1. Sahih Muslim, juz 5, kitab imarah, bab 155.
• Kualitas sanad hadis innamal a’malu binniyyah adalah sahih. Kuantitas sanad dikategorikan
sebagai hadis ghorib.
• Segala amal itu disandarkan akan niat yang ditancapkan dalam hati.
uZøBωs%ur 4’n<Î) $tB (#qè=ÏJtã ô`ÏB 9@yJtã çm»oYù=yèyfsù [ä!$t6yd #·‘qèWY¨B ÇËÌÈ$!
23. dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan[1062], lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan.

[1062] Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang
mereka kerjakan di dunia amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah karena mereka tidak beriman.

DAFTAR PUSTAKA
Abi al-Husain Nuruddin Muhammad bin Abdul Hadi as-Sanadi, Sahih Bukhari,Beirut Lebanon:
Dar al-Kutub al-Ilmiyah
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, al-Jami’us Sahih Sunan Tirmidzi, Beirut Lebanon
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ast as-Sajastani, Sunan Abi Dawud
Almu’jam al-mufahras li alfadzil hadisi an-nabawa, juz tujuh, 1979
Amin Kamaruddin, Metode Kritik Hadis, Bandung: PT Mizan Publika, 2009
Imam Abil Husain Muslim bin al-Hajjaj, Sahih Muslim, Beirut Lebanon: Dar al-Kkutub al-
Ilmiyah, 1971
Jalaluddin as-Suyuti, Sunan Nasa’i, Beirut: Darul Fikri
Muhammad Nashiruddin al-Bani, Syarah Arba’in Nawawiyah, Jakarta: Akbar Media, 2010
Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, jilid 1.
Syibuddin Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Tahdzibut Tahdzib, 1415
Umi Sumbulah, Kritik Hadis, Yogyakarta: Sukses, 2008

Anda mungkin juga menyukai