Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TAFSIR TAHLILI SURAH AL ANFAL AYAT 30-37


“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tahlili Juz 7-12”
Dosen pengampu:
Ustadz Abdurrouf, M. Hum

Disusun oleh :
Ahmad Hafiz Badiuzzaman
Abdul Rahman Effendi

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN


ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji Allah yang atas karunianya kamimampu menyelesaikan
penulisanmakalah ini sebagai tugas mata kuliah Tafsir Tahlili.Sholawatserta
salam tak lupa kita haturkan atas keharibaan baginda RasulullahSAW yang
menghantarkan umatnya mengenal Tuhan penciptaalam semesta dan Tuhan dari
segala Tuhan yang ada di dunia.
Pada penulisan ini, kami selaku pemakalah banyak sekali mendapatkan
bantuan-bantuanmoral serta moral dari berbagai pihak baik dari kawan
sekelasdan lebih khususnnya lagi kepada dosen kami pada mata
kuliahTafsirTahlili ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
rasakemakluman bahwasanya masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini.
Kami pun berharap semoga makalah kami inidapat bermanfaat bagi
khalayakramai agar dapat dijadikan bahan acuan yang benar lagi bermakna.
Kamipun berharap kritik serta saran dari semua pihak untuk masukan terhadap
makalahkami ini, guna untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikumWr. Wb

Jakarta, 15 November 2022

Pemakalah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................1


DAFTAR ISI ..................................................................................................................2
BAB I ..............................................................................................................................3
PENDAHULUAN ..........................................................................................................3
A. Latar Belakang .....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................3
BAB II .............................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................4
A. Ayat dan Terjemah ...............................................................................................4
B. Sabab Nuzul Ayat .................................................................................................6
C. Tafsiran Ayat ........................................................................................................8
D. Kontekstualisasi Ayat .........................................................................................16
BAB III .........................................................................................................................19
PENUTUP ....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah sama sama kita ketahui surat Al Anfal ini adalah surat
yang mengisahkan suasana perang badar yang terjadi pada tahun 2 H. Mengenai
peperangan yang kami paparkan secara ringkas sesuai kemampuan kami ini,
turun- lah surah al-Anfaal. Ia turun memaparkan sisi lahiriah peristiwa-peristiwa
dalam peperangan itu, dan di belakangnya dipaparkan apa yang dilakukan
kekuasaan yang mengatur. Diungkapkan takdir Allah dan rencana-Nya dalam
peristiwa-peristiwa itu.
Di baliknya juga terdapat garis sejarah manusia secara keseluruhan, yang
dipaparkan dengan bahasa Al-Qur'an yang unik beserta metodenya yang penuh
mukjizat. Di dalam Perang Badar ini terdapat peristiwa yang menyorot garis
sejarah. Yaitu, yang diriwayat- kan oleh Ibnu Ishaq dari Ubadah ibnush Shamit
r.a.. Ia berkata, "Surah ini diturunkan mengenai kami para pelaku Perang Badar
ketika kami berselisih mengenai rampasan perang, dan akhlak (sikap) kami
sangat buruk waktu itu, Lalu, Allah melepas- kannya dari tangan kami, dan
menyerahkan kepada Rasulullah untuk membaginya. Kemudian beliau
membaginya secara sama". Makalah ini kami sajikan agar pembaca senantiasa
memahami peristiwa yang terjadi di balik ayat yang kami paparkan berikut ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penafsiran ulama mengenai surat Al-Anfal ayat 30-37
2. Bagaimana Kontekstualisasi Surat Al Anfal ini ?
3. Hikmah apa saja yang terkandung dalam surat Al-Anfal ini ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat dan Terjemah

‫ين‬
‫ر‬ِ ِ‫ٱَّلل خْي ٱلْمٰك‬
َّ ‫و‬ ۖ ‫ٱَّلل‬
َّ ‫ر‬ ‫ك‬
ُ ‫َي‬
َْ‫و‬ ‫ن‬
َ ‫و‬‫ر‬ ‫ك‬
ُ ‫َي‬
َْ‫و‬ ۚ ‫وك‬
َ ‫ج‬ِ
‫ر‬ ‫ُي‬
ْ ُ ‫َو‬
‫أ‬ ‫وك‬
َ ُ‫ل‬ ‫ت‬ ‫ق‬
ْ ‫ي‬ ‫َو‬‫أ‬ ‫وك‬
َ ‫ت‬ِ‫ب‬ْ‫ث‬ ‫ي‬ِ‫وإِ ْذ َيَْ ُكر بِك ٱلَّ ِذين َك َفرو۟ا ل‬
ْ َ
َ َ ُ ُ َ ُ ُ َ ُ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ ُ ُ َ َ ُ َ
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya
itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.”(al-anfal-30)

‫ي‬ ِ‫وإِذَا تُْت لَى علَي ِهم ءايٰت نا قَالُو۟ا قَ ْد ََِسعنا لَو نَشآء لَ ُقلْنا ِمثْل هٰ َذآ ۙ إِ ْن هٰ َذآ إََِّّلٓ أَسٰ ِطْي ٱ ْْل ََّول‬
َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َْ َ َُ َ ْ ْ َ ٰ َ
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata:
"Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami
menhendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini
tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala". (al-anfal-31)

ٍ ‫ٱلسما ِٓء أَ ِو ٱئْتِنَا بِ َع َذ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ۟ ِ


‫اب‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ة‬
ًۭ ‫ار‬ ‫ج‬‫ح‬ ‫ا‬
َ َّ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ‫ن‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫َم‬
‫أ‬ ‫ف‬
َ ‫ك‬
َ ‫ند‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ق‬
َّ ‫ْل‬
ْ
ْ َ َُ َ ‫ٱ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ا‬‫ذ‬َ ٰ‫ه‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬
َّ ُ ‫َوإ ْذ قَالُو‬
‫ه‬ ‫ل‬ ‫ٱل‬ ‫ا‬

‫أَلِي ٍم‬
Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika
betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami
dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih".(al-
anfal-32)

‫ٱَّللُ ُم َع ِذ ََبُْم َوُه ْم يَ ْستَ ْغ ِف ُرو َن‬


َّ ‫َنت فِي ِه ْم ۚ َوَما َكا َن‬ ِ ِ َّ ‫وما َكا َن‬
َ ‫ٱَّللُ ليُ َعذ ََبُْم َوأ‬ ََ
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di
antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang
mereka meminta ampun. (al-anfal-33)

4
۟
‫صدُّو َن َع ِن ٱلْ َم ْس ِج ِد ٱ ْْلََرِام َوَما َكانُٓوا أ َْولِيَآءَٓهُۥ ۚ إِ ْن أ َْولِيَا ُٓؤٓهُۥ إََِّّل‬ َّ ‫َوَما ََلُْم أَََّّل يُ َع ِذ ََبُُم‬
ُ َ‫ٱَّللُ َوُه ْم ي‬
‫ٱلْ ُمتَّ ُقو َن َولَٰكِ َّن أَ ْكثَ َرُه ْم ََّل يَ ْعلَ ُمو َن‬
Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk
(mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak
menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-
orang yang bertakwa. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al-anfal-34)

۟ ِ َ‫ت إََِّّل م َكا ًۭٓء وت‬ ِ


‫اب ِِبَا ُكنتُ ْم تَ ْك ُف ُرو َن‬
َ ‫صديَ ًۭة ۚ فَ ُذوقُوا ٱلْ َع َذ‬
ْ َ ُ
ِ ‫ند ٱلْب ي‬
ْ َ َ ‫ص ََل ُُتُْم ع‬
َ ‫َوَما َكا َن‬
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan
tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (al-anfal-35)

۟ ِ ۟
َ ‫ٱَّللِ ۚ فَ َسيُ ِنف ُق‬
َّ‫وَنَا ُُثَّ تَ ُكو ُن َعلَْي ِه ْم َح ْسَرًۭة ُُث‬ َّ ‫ص ُّدوا َعن َسبِ ِيل‬ُ َ ُْ َ ْ ُ ُ ‫ين َك َف ُرو‬
‫ي‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫َل‬
َ ‫و‬
ٰ ‫َم‬
‫أ‬ ‫ن‬َ ‫و‬ ‫ق‬ ِ
‫نف‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ِ َّ ِ
َ ‫إ َّن ٱلذ‬
۟ ِ َّ
‫ين َك َف ُرٓوا إِ َ َٰل َج َهن ََّم ُُْي َش ُرو َن‬
َ ‫يُ ْغلَبُو َن ۗ َوٱلذ‬
Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke
dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan, (al-anfal-36)

َِ ‫ض فَْيُكمهۥ‬
ۚ ‫َج ًۭيعا فَيَ ْج َعلَهُۥ ِف َج َهن ََّم‬ ُ َ َْ ٍ ‫ضهُۥ َعلَ ٰى بَ ْع‬ ِ ِ‫يث ِمن ٱلطَّي‬
َ ِ‫ب َوََْي َع َل ٱ ْْلَب‬
َ ‫يث بَ ْع‬ ِ َّ ‫لِيَ ِم َيز‬
َ َ ‫ٱَّللُ ٱ ْْلَب‬
‫ك ُه ُم ٱ ْْلَٰ ِس ُرو َن‬ ۟
َ ِ‫أُولَٰٓئ‬
Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan
menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain,
lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka
Jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi. (al-anfal-37)1

1
http://lafzi.apps.cs.ipb.ac.id/web/search.php?q=liyamizallahul+khabitsa di akses pada 15-11-
2022 pukul 5:54
5
B. Sabab Nuzul Ayat

Sebab turunnya ayat 30, dari Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Ishaq meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, "Beberapa orang tokoh Quraisy dan tokoh setiap suku sedang
berkumpul untuk masuk ke dalam Darun Nadwah. Tiba-tiba Iblis menghadang
mereka dengan menyamar sebagai seorang bapak tua. Ketika melihatnya, para
pemuka Arab itu bertanya, "Siapa engkau?" Ia berkata, "Seorang Bapak Tua dari
negeri Nejd. Aku dengar untuk apa kalian berkumpul, maka aku berniat untuk
ikut hadir. Kalian akan mendapatkan dariku gagasan-gagasan atau nasihat."
Mereka berkata, "Baiklah, silakan masuk." Ia pun masuk bersama mereka. Ia
kemudian berkata, "Pikirkanlah tentang orang itu (maksudnya Nabi Muhammad
saw.)" Ada yang berpendapat, "lkat ia dengan tali. Kemudian, tunggu saja hari
kematiannya sebagaimana para penyair sebelumnya juga telah mati seperti
Zuhair dan Nabi ghah. Ia tak lain adalah seorang penyair seperti mereka." Orang
tua yang sesungguhnya musuh Allah, Iblis yang menyamar sebagai bapak tua
dari Nejd itu berkata, "Demi Tuhan, ini bukan pendapat yang tepat. Akan ada
orang yang akan mengabarkan hal itu kepada para pendukungnya. Lalu, mereka
akan datang dan mengambilnya dari kalian. Lalu, mereka akan menjaganya dari
tangan kalian. Boleh jadi saja ia keluar dari negeri kalian ini.
Cobalah pikirkan ide yang lain."lalu ada yang berpendapat "usir saja ia dari
tengah-tengah kita agar kita tidak susah. Sesungguhnya kalau ia pergi niscaya
apa pun yang ia lakukan tidak akan mengganggu kita." Bapak tua itu pun berkata
lagi, "Demi Tuhan, ini bukan pendapat yang tepat. Tidakkah kalian perhatikan
ucapannya yang manis, lidahnya yang fasih, dan bagaimana ia bisa menarik hati
kalian kalau ia berbicara. Jika ide ini yang kalian lakukan,lalu ia pergi ke
kalangan Arab yang lain niscaya mereka akan tertarik padanya. Setelah itu ia
akan datang pada kalian untuk mengusir kalian dari negeri kalian lalu membunuh
pemuka-pemuka kalian."
Mendengar hal itu mereka berkata, "Benar" kata Bapak Tua ini. Carilah
ide yang lain." Akhirnya berkatalah Abu jahal, 'aku akan menyampaikan pada
kalian sebuah ide yang belum terpikirkan oleh kalian dan aku melihat ide inilah
yang paling tepat." Mereka berkata, 'Apa itu?" Ia berkata, "Kita minta dari setiap
suku seorang pemuda yang kuat sebagai wakil mereka, lalu kita berikan setiap
pemuda itu pedang yang tajam untuk membunuhnya sekali pukul. Kalau kita
telah membunuhnya dengan cara demikian, darahnya akan tercecer dan
berserakan di seluruh suku. Aku yakin Bani Hasyim suku Nabi Muhammad)
tidak akan sanggup untuk memerangi seluruh suku dalam Quraisy. Kalau
demikian maka mereka (Bani Hasyim) akan bersedia menerima tebusan atas
pembunuhan itu dan kita pun tenang tanpa terganggu dengan terbunuhnya dia."
Bapak Tua itu berkata, "Demi Tuhan, inilah pendapat yang tepat. Ide pemuda ini
6
(Abu jahal) sangat bagus. Aku tak melihat ide lain yang lebih hebat. Mereka pun
pulang dengan membawa kesepakatan tersebut.
Kemudian, malaikat jibril datang menjumpai nabi saw di rumahnya pada
malam itu. Kemudian, Allah SWT mengizinkan Nabi-Nya untuk meninggalkan
Mekah. Setibanya di Madinah, Allah menurunkan ayat ini untuk mengingatkan
padanya nikmat yang diberikanNya, Inilah sebab terjadinya hijrah Nabi dari
Mekah al-Mukarramah ke Madinah al-Munawwarah.2
Adapaun sebab turun ayat 31: dari Ibnu Jarir ath-Thabari meriwayatkan
dari Sa'id bin Jubair, ia berkata, "Dalam Perang Badar; Nabi saw. membunuh
beberapa orang secara shabr (maksudnya ditahan lalu dipanah sampai mati) yaitu
Uqbah bin Abi Mu'aith, Thu'aimah bin Adi, dan Nadhar bin al-Harits. Nadhar
sendiri adalah tawanan Miqdad. Ketika Nabi saw. memerintah untuk
membunuhnya, Miqdad berkata, "Wahai Rasulullah, ia tawananku."Rasul
berkata,"sesungguhnya ia telah mengatakan tentang Al-Qur’an apa yang telah
ia katakan." Sa'id bin jubair melanjutkan, "Mengenai Nadharlah diturunkannya
ayat, "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata,
"Kami telah mendengar..." dan seterusnya.3
Sebab turun ayat 32 dan 33: Pada Perang Badar pasukan musyrik
menantang Allah untuk menurunkan azab berupa hujan batu jika benar Al-
Qur’an datang dari Allah, bukan hasil karya Muhammad. Ketika itu Allah tidak
menuruti tantangan mereka, bukan karena Al-Qur’an benar hasil karya
Muhammad, melainkan karena Allah tidak akan mengazab suatu kaum ketika
beliau masih berada di antara mereka. Anas bin Màlik berkata, “Abù Jahl
menantang Allah pada Perang Badar, ‘Wahai Allah, bila ini (Al-Qur’an) benar-
benar datang dari-Mu, hujanilah kami dengan bebatuan dari langit atau
datangkanlah kepada kami siksaan lain yang sangat pedih.’ Berkaitan dengan hal
itu turunlah firman Allah, “wamà kànallàhu liyu‘ažžibahum wa anta fìhim.”4
Sebab turun ayat 36 : Usai menderita kekalahan pada Perang Badar, Abù
Sufyàn mengajak kaum Quraisy untuk menggalang dana dalam rangka
memerangi kaum muslim dan membalas dendam atas kekalahan mereka. Ayat di
atas turun berkaitan dengan kejadian ini.

2
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta, Gema Insani,2018) jilid 5 hal 282-283
3
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta, Gema Insani,2018) jilid 5 hal 283
4
Muchlis M. Hanafi, Asbabun Nuzul :Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur’an,(Jakarta,
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat KEMENAG RI 2015) Hal 249
7
Sa‘ìd bin Jubair memberi penjelasan terkait firman Allah, innal-lažìna
kafarù yunfiqùna amwàlahum liyashuuddù ‘an sabìlillàhi fasayunfiqùnahà ...
“Ayat ini turun terkait Abù Sufyàn bin harb. Pada Perang Uhud ia menyewa dua
ribu tentara habsyi (tentara gabungan dari berbagai kabilah) dari Suku Kinanah.
Ia memerangi Nabi sallallàhu ‘alaihi wasallam bersama mereka, selain orang-
orang Arab lain (bukan tentara) yang dibayarnya untuk menjadi tentara.”

C. Tafsiran Ayat

Penafsiran ayat 30, menurut kh.quraisy shihab dalam kitab tafsir nya yakni
tafsir al mishbah, beliau menjelaskan bahwasanya pada ayat ini Allah SWT
memberikan karunia yang agung kepada nabi saw dan juga menjadikan nya al-
furqan sehingga beliau mampu untuk menjadi cahaya pembeda antara yang benar
dan salah. Dan juga ayat ini seakan ingin mengabarkan kepada umat muslim pada
waktu itu yang jumlah nya belum banyak dan merasa di landa dengan berbagai
macam kesulitan, bahwa nabi pun merasakan hal yang sama bahkan lebih parah.
Ayat ini memerintahkan rasul untuk mengingat, dan ketika tokoh dan
pemuka orang-orang kafir yang tinggal di mekkah memikirkan daya upaya
terhadap mu untuk menangkap dan memenjarakan mu atau membunuh mu atau
mengusirmu dari mekkah. Mereka sampai saat ini masih terus menereus
memikirkan untuk melakukan tipu daya tersebut dan Allah pun melakukan hal
yang sama dengan apa yang dilakukan oleh mereka, untuk menggagalkan tipu
daya mereka. Dan Allah lah sebaik-baik pembalas tipu daya.
Penafsiran ayat 31, pada ayat ini menjelaskan tentang perbuatan buruk
mereka terhadap apa yang disampaikan rasulullah berupa wahyu Al-Qur’an.
Dan apabila dibacakan oleh siapapun kepada mereka ayat-ayat kami yaitu
ayat-ayat Al-Qur’an , mereka berkata kami telah mendengar ayat-ayat ini, ia
biasa saja ia tidak memilki keistimewaan, kalau kami menghendaki niscaya kami
dapat mengucapkan yakni membuat kapan saja yang seperti ini(seperti ayat-ayat
Al-Qur’an) yang dibacakan dari ayat-ayat Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah
dongeng orang-orang terdahulu.5
Bahkan terdapat beberapa riwayat mengenai salah seorang yang sering
menghina nabi dan juga apa yang di bawa oleh nya(ajarannya) bernama an-nadhir
bin al harits dia sering berkelana ke berbagai daerah diluar jazirah arab dengan
tujuan utama yakni berdagang dan juga dengan membawa tujuan ingin

5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Ciputat : Lentera Hati, 2005) jilid 4 hal 429-432
8
mengetahui mitos dan ingin membandingkan nya dengan ayat-ayat Al-Qur’an,
adapun wilayah yang memeliki pengetahuan tersebut ialah persia, di sana dia
mengetahui tentang mitos persia dan raja-raja di wilayah itu.
Penafsiran ayat 32-35, Ingatlah wahai Muhammad ketika orangorang
Quraisy berkata, "Ya Allah, jika AlQur'an ini memang benar diturunkan dari sisi-
Mu maka siksa kami dengan batu yang melempari kami dari langit sebagaimana
Engkau menyiksa tentara gajah. Atau berikan kami adzab yang pedih selain itu."
Ini informasi dari Allah tentang kekafiran kaum Quraisy, kesombongan,
kebangkangan dan klaim batil mereka ketika mendengar ayat-ayat Allah
dibacakan pada mereka bahwa mereka berkata-sebagaimana telah dijelaskan di
atas, bahwa Al-Qur'an ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu yang sudah
pasti kebohongannya dan dibuatbuat. Kalau Al-Qur'an benari tentu Allah sudah
menurunkan hujan batu kepada kami atau menimpakan adzab yang pedih' tujuan
mereka adalah mengingkari bahwa Al-Qur'an benar diturunkan dari sisi Allah
SWT dan menegaskan bahwa mereka tidak akan mengikutinya meskipun ia
benar-benar diturunkan dari sisi Allah SWT. Bahkan, mereka memilih binasa
daripada mengikutinya' Mereka juga mengolok-olokkan orang yang mengatakan
bahwa Al-Qur'an adalah haq. Itulah puncak pengingkaran dan penentangan, dan
itu disebabkan oleh kebodohan, pendustaan dan kesombongan mereka. Itu juga
merupakan satu contoh ketololan mereka ketika mereka meminta segera
diturunkannya adzab dan dicepatkan hukuman bagi mereka, seperti yang
disebutkan dalam firman Allah SWT,

"Dan mereka meminta kepadamu agar segera diturunkan adzab"kalau


bukan karena waktunya yang telah ditetapkan, niscaya datang adzab kepada
mereka, dan (adzab itu) pasti akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba,
sedang mereka tidak menyadarinya." (al-'Ankabuut:53).6
Dalam satu riwayat dari Ibnu Abbas, sudah menjadi kebiasaan dari orang
Quraisy itu pergi tawaf keliling Ka'bah dengan bertelanjang, baik laki-laki
ataupun perempuan. Sekedarkan orang perempuan menutupi kemaluannya.
Maka ada yang bersiul, ada yang bertepuk tangan, sehingga kekhusyuan dalam
beribadah sedikit bergeser.
Dan pernah Nabi Muhammad s.a.w dikala masih di Mekkah
mengerjakan shalat didekat Rukun Yamani, menghadap ke Utara, agar
menghadap ke Ka'bah dan Baitul Maqdis, maka tatkala nabi shalat datanglah dua
orang dari Bani Sahm, yang satu berdiri ke kanan beliau dan yang satu di sebelah
kiri beliau, yang pertama berteriak-teriak dan yang kedua bertepuk-tepuk tangan.

6
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta, Gema Insani,2018) jilid 5 hal 289
9
Dan ada di antara orang-orang yang tawaf sambil bertelanjang itu
memberikan alasan nya atas apa yang mereka lakukan, bahwa diri harus bersih
dari pada kain yang kotor karena dipakai.
Menurut riwayat dari lbnu Abi Hatim yang diterimanya dari Ibnu Umar,
bahwa beliau menirukan perbuatan mereka itu ketika tawaf bersiul-siul,
menampar-nampar pipi dan bertepuk tangan. Dan menurut suatu riwayat dari
lbnu Umar, mereka lekapkan pipi mereka ke tanah, sambil bersiul dan bertepuk
tangan. Kata Mujahid, mereka berbuat demikian karena sengaja hendak
mengacaukan shalat Nabi s.a.w. Az'Zuhri mengatakan, bahwa mereka berbuat
demikian karena hendak mengejek orang-orang yang beriman.
Baik bersiul dan bertepuk tangan, atau bertelanjang laki-laki dan
perempuan itu karena ingin mengejek dan mengacaukan Nabi Muhammad s.a.w.
ketika sedang shalat, namun yang jelas hal itu telah merusak ketentraman dan
kekhusyu'an dalam ibadah. Kesucian Masjidil Haram itu telah mereka kotori
dengan perbuatan-perbuatan yang hina. Dan pemuka-pemuka mereka itu diam
saja, tidak ada yang menegurnya. Dan segala perilaku yang demikian di tempat
suci itu adalah sebuah perbuatan yang nyata kekufurnya. Maka lanjutan ayatnya
"Maka rasakanlah olehmu azab akibat dari kekufuran kamu itu." (ujung ayat 35)'
Ujung ayat ini telah memberitahukan dengan jelas, bahwa perbuatan
mereka itu sudah nyata kufur Karena merusakkan kesucian rumah Allah, dan
mengolok-olok syi'ar kebesaran agama yang seharusnya wajib untuk dijaga. Dan
azab yang telah mereka rasakan itu adalah kekalahan mereka di perang di Badar.
Semua pemuka-pemuka yang dengan megahnya mempertahankan kebesaran
mereka selama ini, tujuh puluh orang, habis terbunuh di dalam perang Badar.
Kematian mereka itu meninggalkan sesak yang sangat mendalam dalam di hati
orang-orang kafir itu, sehingga Abu Lahab mati, tercengang setelah menerima
berita kekalahan di perang Badar.
Dari ayat yang ditafsirkan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahawa
tujuan perang Rasulullah s.a.w yaitu untuk beribadah kepada Allah dan
menegakkan ajaran Islam sebagai agama yang hanif. Lambang kesatuan ibadah
itu ialah Masjidil Haram dengan Ka'bahnya. Tetapi mereka malah mengotori nya
dengan penyembahan kepada berhala.
Maka membersihkan Masjidil Haram dari berhala dan dari penguasaan
orang-orang musyrik itu adalah tujuan utama sebelum futuh (penaklukan)
Mekkah. Setelah Mekkah dapat ditaklukan, kemudian dijadikan satu kesatuan
dengan Madinah sebagai pusat pemerintahan, yang mana tempat ini menjadi
pusat peribadahan kaum Muslimin seluruh dunia, sampai hari kiamat. Dan
setelah penaklukan Mekkah maka Hijrah tidak ada lagi, karena Mekkah dan

10
Madinah sudah ada dalam satu pimpinan. Pimpinan yang takwa kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala.7

Penafsiran ayat 36, Abu Ja'far berkata: Allah berfirman, "Sesungguhnya


orangorang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya menginfakkan harta mereka
untuk memperkuat peperangan terhadap Rasulullah SAW dan kaum mukmin.
Orang-orang musyrik juga melakukan tindakan yang sama. Semua itu mereka
lakukan untuk menghalangi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya agar tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka menafkahkan harta benda mereka untuk itu. Akan tetapi kelak
tindakan mereka itu akan menjadi penyesalan, karena harta berda mereka itu akan
hilang sia-sia. Mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka harapkan dan
inginkan, yaitu memadamkan cahaya Allah dan mengangkat tinggi kalimat
kekufuran terhadap firman Allah, karena Allah pasti akan mengangkat tinggi
firman-Nya dan menjadikan kalimat orang-orang kafir berada dibawah.
Kemudian orang-orang mukmin pasti akan mengalahkan mereka. Allah
akan memasukan orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya ke dalam
neraka Jahanam, dan mereka akan disiksa di dalamnya.
Itulah penyesalan dan kerugian terbesar bagi yang hidup dan mati di
antara mereka. Bagi yang hidup, maka hartanya akan diperangi dan akan hilang
sia-sia tanpa ada manfaatnya. Akan kembali dalam keadaan dikuasai, diperangi,
dan diambil. Sedangkan bagi yang mati terbunuh, harta bendanya diambil dan
adzabnya disegerakan, dimasukkan ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Kita
berlindung kepada Allah dari murka-Nya.8

Menurut beberapa riwayat mengenai siapa orang yang menginfakkan


harta nya di ayat ini ialah Abu Sufyan, diantara riwayat yang menyebutkan nya
sebagai berikut :
Ibnu Waki' menceritakan kepada kami, ia berkata: Ishaq bin Ismail
menceritakan kepada kami dari Ya'qub Al Qummi, dari Ja' far, dari Ibnu
Abza,tentang ayat “sesungguhnya orang-orang yang menafkahkan harta mereka
untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah," ia berkata, "Ayat ini tentang Abu

7
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, Pustaka Nasional PTE LTD) Jilid 4 hal 2747
8
Ahmad Abdurraziq Al-Bakri dkk, Tafsir Ath-Thabri (ter)j, (Jakarta; Pustaka Azzam 2007)
jilid 12 Hal 277
11
Suffan. Pada saat perang Uhud ia menyewa dua ribu orang untuk berperang
melawan Rasulullah SAW, selain pasukan perang dari kalangan Arab."9

Penafsiran ayat 37, Abu Ja'far berkata: Allah berfirman, "Allah akan
membangkitkan orang-orang kafir kepada Tuhan mereka. Orangorang yang
menafkahkan harta mereka untuk menghalangi manusia dari jalan Allah. Mereka
semua akan dibangkitkan menuju neraka Jahanam. Allah ingin memisahkan
mereka, karena mereka adalah orang-orang yang buruk, sebagaimana Allah
menyebut mereka, dengan kata al-khabist "buruk". Allah ingin memisahkan
mereka dengan orang-orang yang beriman kepada Allatl dan Rasul-Nya. Mereka
adalah orang-orang baik, sebagaimana Allah menyebut mereka. Allah ingin
membedakan antara mereka, orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rasul-
Nya akan ditempatkan di dalam surga-Nya, sedangkan orang-orang yang kafir
kepada-Nya akan ditempatkan di dalam neraka-Nya."10

Tafsiran Ibnu Katsir ayat 36-37 :


Menurt Tafsir ibnu katsir, disebutkan bahwa Muhammad ibnu Ishaq
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Az-Zuhri dan Muhammad ibnu
Yahya ibnu Hibban, Asim ibnu Umar ibnu Qatadah dan Al-Husain ibnu Abdur
Rahman ibnu Amr ibnu Sa'id ibnu Mu'az. Semuanya mengatakan, "Ketika
kabilah Quraisy mengalami kekalahan dalam perang Badar dan sisa-sisa laskar
mereka kembali ke Mekah, dan kafilah yang dipimpin oleh Abu Sufyan telah
kembali pula, maka Abdullah ibnu Abu Rabi'ah, Ikrimah ibnu Abu Jahal, dan
Safwan ibnu Umayyah berkumpul bersama sejumlah lelaki dari kalangan
Quraisy yang orang-orang tua dan saudara-saudara mereka terbunuh dalam
Perang Badar. Kemudian mereka berbicara kepada Abu Sufyan ibnu Harb dan
orang-orang yang bersamanya yang tergabung dalam kafilah niaga itu, semuanya
dari kalangan Quraisy pula. Mereka yang berbelasungkawa berkata, 'Hai
golongan orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membuat kalian
menyendiri karena dia telah membunuh orang-orang terpilih di antara kalian.
Maka bantulah kami dengan harta hasil niaga ini sebagai bekal untuk
memeranginya. Mudah-mudahan kita dapat membalas kematian orang-orang kita
yang telah terbunuh olehnya.* Akhirnya mereka melakukan rencana tersebut."

9
Ibnu Athiyyah dalam Al Muharrar Al Wajiz (2/1525) dan Abu Hayyan dalan Al Bahr Al
Muhith (5/1316).

10
Ahmad Abdurraziq Al-Bakri dkk, Tafsir Ath-Thabri (ter)j, (Jakarta; Pustaka Azzam 2007)
jilid 12 Hal 285
12
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, menurut riwayat yang bersumberkan
dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa berkenaan dengan mereka itulah Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu
menafkahkan harta mereka (Al-Anfal: 36) sampai dengan firman-Nya: Mereka
itulah orang-orang yang merugi. (Al-Anfal: 37)
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Al-
Hakam ibnu Uyaynah, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Abza, bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan Abu Sufyan dan dana bantuan yang
dibelanjakannya untuk keperluan memerangi Rasulullah Saw. dalam Perang
Uhud.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
orang-orang yang terlibat dalam Perang Badar (dari kalangan kaum Quraisy).
Pada garis besarnya ayat ini mengandung makna yang umum, sekalipun
penurunannya dilatarbelakangi oleh penyebab yang khusus. Allah swt.
memberitahukan bahwa orang-orang kafir membelanjakan hartanya untuk
menghalang-halangi (manusia) dari mengikuti jalan yang benar, mereka pasti
melakukan hal tersebut. Kemudian lenyaplah harta benda mereka, dan pada
akhirnya hal itu menjadi kekecewaan dan penyesalan bagi mereka karena mereka
tidak dapat menemukan sesuatu pun dari upayanya. Mereka bermaksud
memadamkan cahaya Allah dan bermaksud agar kalimah mereka menang di atas
kalimah kebenaran; tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya, sekalipun orang-
orang kafir tidak suka. Dan Allah tetap menolong agama-Nya, menyerukan
kalimah-Nya, dan memenangkan agama-Nya di atas agama lainnya.
Hal tersebut merupakan kehinaan bagi mereka di dunia, sedangkan di
akhirat nanti mereka mendapat siksa neraka. Barang siapa yang masih hidup dari
kalangan mereka (kaum musyrik Quraisy), dia melihat dengan mata kepalanya
sendiri dan mendengar dengan telinganya hal-hal yang menyakitkannya. Dan
barang siapa dari kalangan mereka yang terbunuh dalam perang atau mati, maka
tempat kembalinya adalah kehinaan yang abadi dan siksaan yang kekal. Karena
itulah Allah Swt. berfirman:
{ َ‫علَ ْي ِه ْم َحس َْرة ً ث ُ َّم يُ ْغلَبُونَ َو َّالذِينَ َكف َُروا ِإلَى َج َهنَّ َم يُ ْحش َُرون‬
َ ‫سيُ ْن ِفقُونَ َها ث ُ َّم ت َ ُكو ُن‬
َ َ‫}ف‬
Mereka akan menafkahkan harta itu. kemudian menjadi sesalan bagi
mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-
orang yang kafir itu dikumpulkan. (Al-Anfal: 36)
*******

13
Adapun firman Allah Swt.:
{‫ب‬
ِ ‫ط ِي‬ َ ‫َّللاُ ْال َخ ِب‬
َّ ‫يث مِ نَ ال‬ َّ َ‫} ِليَمِ يز‬
supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik (Al-
Anfal: 37)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya dalam surat Al-Anfal ayat 37 tersebut, yakni supaya
Allah memisahkan golongan yang berbahagia dari golongan yang celaka.
Menurut As Suddi makna yang dimaksud ialah supaya Allah
membedakan antara orang mukmin dengan orang kafir. Pemisahan atau
perbedaan ini dapat ditafsirkan bahwa kejadiannya adalah di. akhirat nanti,
seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{‫ش َركَا ُؤ ُك ْم فَزَ ي َّْلنَا َب ْينَ ُه ْم‬
ُ ‫}ث ُ َّم نَقُو ُل ِل َّلذِينَ أَ ْش َر ُكوا َمكَانَ ُك ْم أ َ ْنت ُ ْم َو‬
Kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutu-kan
(Tuhan), "Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu." Lalu
Kamipisahkan mereka (Yunus: 28), hingga akhir ayat.
Dalam ayat yang lain Allah Swt. berfirman:
{ َ‫عةُ يَ ْو َمئِ ٍذ يَتَف ََّرقُون‬
َ ‫}ويَ ْو َم تَقُو ُم السَّا‬
َ
Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia)
bergplongan-golongan. (Ar-Rum: 14)
{ َ‫صدَّعُون‬
َّ َ‫}يَ ْو َمئِ ٍذ ي‬
pada hari itu mereka terpisah-pisah. (Ar-Rum: 43)
{ َ‫َازوا ْاليَ ْو َم أَيُّ َها ْال ُمجْ ِر ُمون‬
ُ ‫}وا ْمت‬
َ
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kalian (dari
orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang jahat. (Yasin: 59)
Dapat ditafsirkan pula bahwa adanya pemisahan ini terjadi di dunia
melalui apa yang tampak dari amal perbuatan mereka di mata orang-orang
mukmin. Dengan demikian, berarti huruf lam-nya menjadi kausalita bagi harta
benda yang dijadikan oleh Allah untuk orang-orang kafir, lalu mereka
membelanjakannya untuk menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.
Dengan kata lain, secara singkat disebutkan bahwa sesungguhnya Kami tiada lain
menguasakan hal itu kepada mereka hanyalah:

14
{‫ب‬
ِ ‫ط ِي‬ َ ‫َّللاُ ْال َخ ِب‬
َّ ‫يث مِ نَ ال‬ َّ َ‫} ِل َيمِ يز‬
supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik (Al-
Anfal: 37)
Artinya, siapa yang taat kepada-Nya dengan memerangi musuh-musuh-
-Nya yang kafir, atau siapa yang durhaka kepada-Nya dengan mem-bangkang
tidak mau melakukan hal itu. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung
di dalam firman-Nya:'
{ ‫َّللا َو ِليَ ْعلَ َم ْال ُمؤْ مِ نِينَ َو ِليَ ْعلَ َم الَّذِينَ نَافَقُوا َوقِي َل لَ ُه ْم تَعَالَ ْوا‬ ِ َ‫صابَ ُك ْم يَ ْو َم ْالتَقَى ْال َج ْمع‬
ِ َّ ‫ان فَبِإِذْ ِن‬ َ َ ‫َو َما أ‬
‫َّللا أ َ ِو ادْفَعُوا قَالُوا لَ ْو نَ ْعلَ ُم قِتَاال الت َّ َب ْعنَا ُك ْم‬ َ ‫}قَاتِلُوا فِي‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
Dan apa yang menimpa kalian pada hari bertemunya dua pasukan, maka
(kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah dan agar Allah mengetahui
dengan nyata orang-orang yang beriman, dan supaya Allah mengetahui dengan
nyata orang-orang yang munafik Kepada mereka dikatakan, "Marilah berperang
di jalan Allah atau pertahankanlah (diri kalian)." Mereka berkata, "Sekiranya
kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kalian.”(Ali
Imran: 166-167), hingga akhir ayat.
ْ ‫َّللاُ ِلي‬
‫ُط ِلعَ ُك ْم‬ َّ َ‫ب َو َما َكان‬
ِ ِ‫طي‬ َ ِ‫علَ ْي ِه َحتَّى يَمِ يزَ ْال َخب‬
َّ ‫يث مِ نَ ال‬ َ َ‫َّللاُ ِليَذَ َر ْال ُمؤْ مِ نِين‬
َ ‫علَى َما أ َ ْنت ُ ْم‬ َّ َ‫{ َما َكان‬
َ‫ب} ْاْليَة‬ ِ ‫علَى ْالغَ ْي‬
َ
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman
dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk
(munafik) dengan yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kalian hal-hal yang gaib. (Ali Imran: 179), hingga akhir
ayat.
َّ ‫}أ َ ْم َح ِس ْبت ُ ْم أَ ْن تَدْ ُخلُوا ْال َجنَّةَ َولَ َّما يَ ْعلَ ِم‬
َّ ‫َّللاُ الَّ ِذينَ َجا َهدُوا مِ ْن ُك ْم َويَ ْعلَ َم ال‬
{ َ‫صا ِب ِرين‬
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum
nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata
orang-orang yang sabar. (Ali-Imran: 142)
Ayat-ayat yang semisal terdapat pula di dalam surat At-Taubah. Makna
ayat berdasarkan interpretasi ini ialah 'sesungguhnya Kami menguji kalian
melalui orang-orang kafir yang memerangi kalian, dan kami jadikan mereka
mempunyai kemampuan untuk membelanjakan harta bendanya dengan
mengorbankannya untuk keperluan tersebut: supaya Allah memisahkan
(golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu

15
sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu semuanya ditumpukkan-Nya. (Al-
Anfal: 37) Yakni Allah mengumpulkan mereka semua.
Makna ar-rakmu ialah menumpukkan sesuatu, sebagian darinya di atas
sebagian yang lain. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya yang
menerangkan tentang awan, yaitu:
{‫}ث ُ َّم يَ ْج َعلُهُ ُركَا ًما‬
kemudian menjadikannya bertindih-tindih. (An-Nur: 43)
yaitu bertumpuk-tumpuk dan bertnmpang-tindih, sebagian darinya di atas
sebagian yang lain.
{ َ‫}فَيَ ْجعَلَهُ فِي َج َهنَّ َم أُولَئِكَ هُ ُم ْالخَاس ُِرون‬
dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-
orang yang merugi. (Al-Anfal: 37)
Artinya, mereka adalah orang-orang yang merugi di dunia dan
akhiratnya. 11
D. Kontekstualisasi Ayat
Pada bagian ini banyak hal yang ditulis sendiri oleh pemakalah berdasarkan
pemikirannya yang masih harus banyak belajar , namun semoga bisa bermanfaat
bagi yang membacanya.

Pada ayat 30 , Allah SWT menegaskan bahwa segala sesuatu tipu daya itu
akan hancur dengan mudah nya atas izin Allah SWT. Dari ayat ini kita bisa
belajar bahwa akan sia-sia semua usaha tipu daya yang kita upayakan dengan niat
buruk terlebih terhadap Orang yang sedang menjalankan Dakwah maupun Jihad
di jalan Allah, sejatinya orang yang berbuat tipu daya akan di gagalkan
rencananya oleh Allah SWT dan menerima ganjaran yang setimpal.

Pada ayat 31, kita bisa mengambil pelajaran bahwa kita tidak bisa judge
Alquran kalau ini hanyalah dongeng belaka yang bahkan bisa di tiru untuk
membuatnya, namun pada saat ditantang untuk membuatnya malah tidak bisa.

Salah satu pelajarannya kita jangan meremehkan hasil karya orang kalau itu
adalah hal yang sederhana dan mudah untuk di tiru, ketika di suruh untuk

11
http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-anfal-ayat-36-37.html di akses
pada 14-11-22 16:30
16
membuatnya malah tidak bisa dan bisa dicap bahwa orang tersebut hanyalah
bermulut besar.

Pada ayat 32 & 33 Mengajarkan kita bahwa Allah SWT tidak akan mengazab
orang kafir selagi masih ada orang mukmin diantaranya, sekalipun orang kafir
tersebut telah mengolok-olok alquran. Dari ayat ini kita bisa mengambil
kesimpulan ada kalanya Allah SWT itu akan memberikan musibah dan tidak
akan memberikan musibah dalam keadaan dan waktu tertentu, bisa saja Jika
Allah SWT berkehendak untuk menghancurkan seluruh kaum dan bisa saja tidak,
yang jelas bagi kita semua senantiasa untuk selalu berbuat baik kapan pun dan
dimanapun menjaga ketaatan kita.

Pada ayat 34, Kenapa Allah tidak mengazab mereka dengan azab yang
berkepanjangan atau kebinasaan secara umum, dengan membunuh sebagian
mereka atau keluarga mereka, padahal mereka telah melakukan keburukan.
Mereka telah menghalangi orang untuk mendatangi Masjidil haram dan
melaksanakan ibadah Haji. Mereka bukanlah orang-orang yang berhak
menguasai wilayah tanah haram bahkan ditambah mereka telah memusuhi rasul.
Orang-orang yang berhak menguasainya hanyalah orang-orang yang beriman
dan bertakwa. tetapi kebanyakan orang musyrik tidak mengetahui selain wilayah
yang mereka anggap milik mereka. Dari sini kita bisa mengambil salah satu
hikmah kalau kita itu jangan pernah melakukan pengusiran karena entah suatu
saat nanti bahwa kita yang akan di usir dari area tersebut

Pada ayat 35, Allah menjadikan Baitul Haram sebagai tempat ditegakkannya
agama Allah dan tempat pengesaan-Nya; dan orang-orang berimanlah yang
melakukan hal ini. Adapun orang-orang musyrik yang menghalangi orang
beriman dari Baitul Haram, menjadikan peribadatan mereka di sana hanya berupa
tepukan tangan dan siulan; mereka sama sekali tidak menghargai kehormatan
Baitul Haram sebagai tempat yang paling mulia di muka bumi dan tidak pula
mengagungkan Allah. Hal ini akibat kebodohan mereka tehadap kewajiban
mereka bagi Pencipta mereka atau kerena besarnya keinginan mereka untuk
mengganggu Rasulullah ketika membaca al-Qur’an, bertawaf, atau menjalankan
ibadah lainnya. Mereka bagaikan hewan ternak yang tidak memahami makna
ibadah dan kehormatan rumah Allah; oleh sebab itu Allah mengancam mereka
dengan azab-Nya: “Hai orang-orang yang sesat, rasakanlah azab yang keras
akibat kekafiran dan pembangkangan kalian, serta penghinaan kalian kepada
risalah Nabi Muhammad yang datang dari Allah; di dunia kalian akan diazab
17
dengan dilarang memasuki Masjidil Haram dan diperangi; sedangkan di akhirat
kalian akan masuk neraka, dan itu adalah seburuk-buruk tempat.

Pada ayat 36, perbuatan buruk orang-orang kafir itu akan sia-sia dan berbuah
azab. Demikian pula harta mereka akan sia-sia seperti dijelaskan pada ayat ini.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, yang mengingkari ayatayat dan
menyekutukan Allah, bertekad untuk terus-menerus menginfakkan harta mereka
dengan tujuan untuk menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Mereka
akan terus menginfakkan harta itu, kemudian setelah beberapa lama apa yang
mereka lakukan itu menjadi sebab penyesalan bagi mereka, penyesalan yang
sangat besar karena mereka hilang dan tujuan mereka tidak tercapai, dan akhirnya
mereka akan dikalahkan. Harta itu akan musnah dan sia-sia, sebab mereka tidak
akan mampu menghalangi orang dari jalan Allah, dan semua itu hanya akan
melahirkan penyesalan dan rasa sakit. Mereka akan dikalahkan dalam perang dan
kelak ke dalam neraka jahanamlah orang-orang kafir itu, yang tetap atau
bertambah kekufurannya, akan dikumpulkan, selama mereka masih
mempertahankan kekufuranAllah mengalahkan mereka yang membelanjakan
harta untuk menghalang-halangi orang dari jalan Allah dan mengumpulkan
mereka di neraka jahannam agar dengan itu Allah memisahkangolongan manusia
yang buruk, yang jiwa, tingkah laku, dan ucapannya kotor, dari yang baik, yang
hati dan budinya luhur dan ucapan serta tingkah lakunya terpuji. Dan juga agar
Allah menjadikan golongan yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang
lain, lalu demikian sempit tempat mereka dikumpulkan itu dan demikian
menyatu, sehingga kesemuanya ditumpukkan-Nya satu di atas yang lain
bagaikan barang-barang yang tidak berharga, dan dimasukkan-Nya semua
tumpukan itu ke dalam neraka jahanam. Mereka itulah orang-orang yang rugi di
dunia dan akhirat.

Pada ayat 37, Allah ingin membedakan antara yang buruk dengan yang baik
dan masing masing dari keduanya di letakkan ditempat yang khusus, dia
menjadikan yang buruk dari perbuatan, harta dan pelaku kebaikan sebagiannya
di atas sebagian yang lain “lalu semuanya ditumpukkanNya, dan dimasukkanNya
ke dalam neraka jahanam, mereka itulah orang orang yang merugi” orang orang
yang rugi diri dan keluarga mereka pada hari kiamat, itulah kerugian yang nyata.

Wallahu `Alam Bishawab….

18
BAB III
PENUTUP
Jadi Allah SWT berpesan dalam surat al-anfal ayat 30-37 ini agar kita selalu
mengambil pelajaran dari mulai berhati-hati menjaga sikap kita untuk tidak
mengolok-olok bahkan melakukan tipu daya dan senantiasa mendengarkan
kebenaran nya terkebih dahulu apabila ada suatu pesan telah dating kepada kita,
jangan mengedepankan gengsi untuk tidak mengakui suatu kebenaran yang
telah jelas datangnya dari Allah SWT. Hal ini bukan berarti kita semata-mata
hanya takut akan azab Allah SWT namun sudah sepatutnya untuk tidak
menantang azab Allah seperti menantang hujan batu yang turun dari langit,
karena pada keadaan tertentu Allah SWT tidak akan mengazab suatu kaum
karena masih ada yang beriman di dalamnya.
Baitullah itu adalah temapat yang suci, tempat suci hanya di peruntukan
untuk orang-orang yang suci pula, sehingga perlahan-lahan Mekkah dan
Madinah dengan izin Allah SWT hanya di peruntukan oleh orang-orang muslim
saja
Wallahu `Alam bisshawab….

19
DAFTAR PUSTAKA

http://lafzi.apps.cs.ipb.ac.id/web/search.php?q=liyamizallahul+khabitsa

Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta, Gema Insani,2018) jilid 5

Muchlis M. Hanafi, Asbabun Nuzul :Kronologi dan Sebab Turun Wahyu


Al-Qur’an,(Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan
Diklat KEMENAG RI 2015)

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Ciputat : Lentera Hati, 2005) jilid 4


hal 429-432

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, Pustaka Nasional PTE LTD) Jilid 4

Ahmad Abdurraziq Al-Bakri dkk, Tafsir Ath-Thabri (ter)j, (Jakarta; Pustaka


Azzam 2007) jilid 12

Ibnu Athiyyah dalam Al Muharrar Al Wajiz (2/1525) dan Abu Hayyan


dalan Al Bahr Al Muhith (5/1316).

Ahmad Abdurraziq Al-Bakri dkk, Tafsir Ath-Thabri (ter)j, (Jakarta; Pustaka


Azzam 2007) jilid 12

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-anfal-ayat-36-
37.html

20

Anda mungkin juga menyukai