Anda di halaman 1dari 9

Konsep Negara Ideal dalam Perspektif Al-Qur’an

Abdul Rahman Effendi dan Ahmad Sahal Nahrawi

Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Muchoddam, MA.

Fakultas Ushuluddin Ilmu Al-Quran dan Tafsir


abdulrahmaneffendi@mhs.ptiq.ac.id
ahmadsahalnahrawi@mhs.ptiq.ac.id
muchoddam@ptiq.ac.id

Abtract

Paper ini bertujuan untuk mengkaji dimensi negara yang ideal dalam perspektif Al-
Qur’an. Sebagaimana diakui bersama di kalangan muslimin, bahwa Al-Qur’an adalah sumber
kehidupan. Solusi dari semua problem yang muncul dapat dicarikan jawabannya dari Al-
Qur’an, baik aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Tak terkecuali
bidang pemerintahan yang di dalamnya terdapat topik negara ideal. Kajian seperti ini sangat
penting untuk diangkat, mengingat bangsa Indonesia yang sudah merasakan kemerdekaan
lebih dari satu abad dan telah berganti-ganti pemimpin belum semuanya merasakan
kenyamanan dalam berwarganegara. Untuk itu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
adalah bagaimana negara yang ideal menurut Al-Qur’an? Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa paling tidak ada empat tempat dalam Al-Qur’an yang membincangkan
soal negara ideal, yakni surat Ibrâhim ayat 35, surat surat al- Baqarah ayat 126, surat at-Tīn
ayat 3, dan surat Saba’ ayat 15.

Kata kunci : Al-Qur’an, negara, ideal


dalamnya yang dijadikan sebagai pelajaran
Pendahuluan hidup bagi seorang muslim. Selain itu,
banyak nilai yang dapat ditemui. Nilai-nilai
Islam merupakan risalah rahmat yang telah tersebut mengatur segala aspek kehidupan
popular di kalangan umat. Namun yang mencakup akidah, muamalah, tauhid,
konsepnya belum dielaborasi secara serius ibadah dan lain-lain, termasuk tentang
dan memadai, sehingga pengetahuan ketatanegaraan.
tersebut tidak berkembang menjadi wacana
yang menghasilkan ketentuan atau kriteria Di dalam Al-Qur’an terdapat penyebutan
tentang keislaman yang jelas dan beberapa ayat yang mengindikasikan ciri-
operasional. Maka dari itu tidak aneh jika ciri negara ideal yang dikehendaki olehnya.
ada gerakan-gerakan umat yang memiliki Seperti yang tertuang dalam QS. Al-
orientasi yang saling bertentangan sama- Baqarah: 126, QS. Ibrahim: 35, QS. QS.
sama mengklaim menjadi gerakan untuk Saba’: 15, dan QS. At-Tin: 3.Dari
mewujudkan Islam sebagai agama rahmat.1 pandangan tersebut,makaarikel ini akan
mengeksplorasi karakter dan ciri-ciri negara
Al-Qur’an merupakan pedoman dan ideal sebagaimana dikehendaki pada ayat-
petunjuk hidup bagi muslim yang ayat tersebut di atas.
disampaikan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad saw. melalui malaikat Jibril.
Terdapat banyak peristiwa dan hikmah di

1
Konsep Negara Ideal Menurut mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim:
Surat al-Baqarah Ayat 126 37)

Kata baladan âminan (negeri yang aman Lalu Nabi Ibrahim berkata: “Disinilah
sentosa) menurut ar-Razi dapat dimaknai wahai Allah jadikanlah lembah ini menjadi
dari dua sisi. Pertama, negeri yang negeri yang aman.”Sementara itu doa yang
mendapat jaminan keamanan. terdapat pada ayat 35 surat Ibrahim
menunjukkan bahwa doa tersebut telah
Sebagaimana makna dari bunyi ayat ‫راﺿﻴﺔ‬ dipanjatkan, dan tempat yang ditempati
‫ﻋﻴﺸﺔ ﰲ‬ Ibrahim sudah menjadi sebuah negeri.
Seolah-olah Nabi Ibrahim berdoa,
“Jadikanlah tempat ini yang telah Engkau
(dalam kehidupan yang diridhai).
ciptakan ini menjadi negeri yang aman dan
selamat.”
Kedua, yang dijamin keamanannya adalah
penduduknya, bukan negerinya.
Kedua, dua doa yang dipanjatkan Nabi
Sebagaimana makna dari bunyi ayat ‫اﻟﻘﺮﻳﺔ‬
Ibrahim pada dua surat yang berbeda itu
2. ‫واﺳﺄل‬Ayat ini terdapat panjatan doa Nabi
dipanjatkan setelah tempat yang
ditempatinya menjadi sebuah negeri.
Ibrahim kepada Allah SWT. Doa artinya
Sehingga ayat yang berbunyi: ً ‫آِﻣﻨﺎ‬
permintaan, seperti yang terdapat pada surat
al-Baqarah ayat 68.3 َ ً‫ ﺑَـﻠَﺪا‬, jika dinampakkan akan
‫َﻫـََ ﺬا ْﻞ َﻌ ْﺟ ا ِب َر‬
menjadi: jadikanlah negeri ini menjadi
sebuah negeri yang aman. Bentuk nakirah
Di dalam Al-Qur’an terdapat dua bentuk
pada ayat ini menunjukkan mubâlaghah.
doa Nabi Ibrahim yang beredaksi hampir
Sehingga maknanya menjadi: jadikanlah
sama, perbedaannya hanya terletak pada
negeri ini menjadi sebuah negeri yang
nakirah dan ma’rifatnya. Yaitu terdapat di
sempurna keamanannya.4
surat al-Baqarah ayat 126 (yang berbentuk
nakirah) dan di surat Ibrahim ayat 35 (yang
Para ulama berselisih pendapat mengenai
berbentuk ma’rifat). Ada dua alasan.
maksud ayat āminan seperti yang
Pertama, doa yang terdapat pada ayat 126
dipanjatkan Ibrahim dalam doanya.
surat al-Baqarah menunjukkan bahwa doa
Pertama, Ibrahim meminta kepada Allah
tersebut telah dipanjatkan, namun tempat
SWT rasa aman dari masa paceklik sebab
yang ditempati Ibrahim belum berupa
Ibrahim sendiri telah menyuruh
sebuah negeri. Sehingga ayat tersebut
keluarganya agar menetap tinggal di sebuah
seolah-olah mengatakan, Ibrahim berdoa
lembah yang tiada pepohonan dan kering
“Ya Allah jadikanlah lembah yang kami
kerontang. Kedua, Ibrahim meminta kepada
tempati ini menjadi sebuah negeri yang
Allah SWT rasa aman dari kekurangan dan
aman.” Hal ini diperkuat dengan
keburukan. Ketiga, Ibrahim meminta
kepada Allah SWT keamanan dari
firman Allah yang Artinya : Ya Tuhan
pembunuhan.5
kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di
Menurut ath-Thabari, ayat āminan
lembah yang tidak mempunyai tanam-
maksudnya aman dari orang-orang yang
tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
memaksa (adi kuasa) dan yang lainnya dari
yang dihormati, ya Tuhan kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan kemauan untuk menguasai Makkah. Juga
aman dari berbagai siksaan Allah
shalat, maka jadikanlah hati sebagian
sebagaimana yang ditimpakan kepada
manusia cenderung kepada mereka dan beri
negeri-negeri lain berupa keburukan,
rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-

2
kebanjiran, gempa bumi, dan lain-lain yang (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah
menunjukkan adanya murka Allah. aku beserta anak cucuku daripada
menyembah berhala-berhala.” (QS.
Allah SWT menjawab permintaan Ibrahim. Ibrahim: 35)
“penduduk yang kafir juga Aku beri rizki.
Apakah Aku ciptakan makhluk, lalu Aku Ali ash-Shabuni dalam karyanya at-Tafsir
tidak memberinya rizki? Hanya saja orang- al-Wadhih al-Muyassar
orang yang kafir, maka Aku tetap
memberinya rizki di dunia sampai ajal menggabungkan tiga ayat setelahnya dalam
menjemputnya. Kemudian setelah itu Aku satu pembahasan.9
menggiringnya ke neraka Jahannam. Dan
neraka Jahannam itu merupakan seburuk- Ibrahim ini, ayat maksud ‫و ِإ ْذ ﻗَﺎ َل ِإﺑ َْـﺮا ِﻫﻴ َُﻢ‬
buruknya tempat kembali bagi orang-orang
kafir.7 berdoa kepada Allah, “Ya Allah, jadikanlah
kota Makkah ini sebagai negeri yang aman,
Pada ayat 126 surat al-Baqarah ini Nabi membuat aman penduduknya dan orang-
Ibrahim mengkhususkan doanya untuk orang yang tinggal disana.” Kemudian
orang-orang beriman agar diberi rizki oleh Allah mengabulkan permintaan Ibrahim
Allah, namun Allah menjawabnya bahwa dengan memberi makan mereka dan
Dia juga akan memberi rizki kepada orang- menjauhkannya dari kelaparan, serta
orang kafir dan memberi mereka beberapa menjamin keamanan mereka dari rasa
kesenangan saat di dunia. Kemudian setelah cemas maupun khawatir. Selain mendoakan
itu akan memasukkan mereka semua ke kepada para penduduk Makkah, Ibrahim
dalam neraka. Dan diantara doa Nabi juga mendoakan untuk dirinya dan anak
Ibrahim yang lain di tengah- tengah keturunannya. Hal ini dapat dilihat
membangun Masjidil Haram bersama Nabi
Isma’il adalah agar diterima amal dari ayat tersebut di atas yang berbunyi
keduanya, menjadikan keduanya tetap
patuh dan tunduk kepada Allah, menjadikan “Peliharalah, .َ‫وا ْﺟﻨُـْﺒِﲏ‬
keturunan keduanya sebagai komunitas
yang ikhlas dan patuh, memperlihatkan jagalah kami, anak-anak kami, keturunan
kepada keduanya tentang rahasia-rahasia kami, dan keluarga kami dari menyembah
ibadah secara umum dan ibadah haji secara berhala.”
khusus, menerima taubat keduanya,
mengutus menjadi seorang Rasul dari Setelah berdoa untuk umat dan dirinya
keturunan Nabi Ibrahim yang berkarakter sendiri serta keluarga, pada ayat berikutnya
jujur dan amanah, membacakan ayat-ayat Ibrahim pasrah kepada Allah. Hal ini dapat
agama kepada masyarakat serta mengajari dilihat dari ayat yang
mereka Kitabullah dan hikmah.
berbunyi:
Konsep Negara Ideal Menurut
Surat Ibrahim ayat 35 Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya
aku telah menempatkan sebahagian
Allah SWT berfirman: keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah
‫ََ وإِ ْذ ﻗَﺎ َل إْ َِﺑـَﺮا ِﻫﻴ ُﻢ َر ِب ا ْ َﺟﻌ ْﻞ َﻫـ َﺬا اﻟْﺒَـﻠَ َﺪ‬ Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya
﴾٥٣﴿ ‫آِﻣﻨﺎ ً َوا ْﺟﻨُ ْـ ِﺒﲏ َو َﺑ ِﱠَﲏ أَن ﻧ ﱠـ ْﻌﺒََُ ﺪ َاﻷ ْﺻﻨَﺎ َم‬ Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim hati sebagian manusia cenderung kepada
berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-

3
buahan, mudah-mudahan mereka bahwa keturunan Ibrahim bertempat tinggal
bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37) disana dengan mendirikan shalat,
mengandung permintaan agar Allah
Makna ayat 37 di atas, “Ya Allah, menyiapkan berbagai macam rizki dan
sesungguhnya aku menempatkan buah- buahan guna mempertekun ibadah
keturunanku, anakku Ismail, dan ibunya dan bersyukur kepada-Nya, yang terakhir
Hajar di sebuah lembah tandus, tidak ada
tanaman sama sekali, berada di samping mengandung permintaan atas terkabulnya
Masjidil Haram. Ya Allah, semua itu aku doa.11
maksudkan supaya mereka mengerjakan
shalat dan menyembah-Mu. Aku tempatkan Berikut ini daftar beberapa permintaan
mereka di lembah ini. Untuk itu jadikanlah (doa) Nabi Ibrahim kepada Tuhannya
hati orang lain selalu rindu kepada mereka. sesuai ayat 35 – 41 surat Ibrahim: Pertama,
Berilah rizki mereka berupa bermacam- permintaan Ibrahim untuk menjadikan
macam kebaikan dan buah- buahan, supaya Makkah sebagai negeri yang aman,
mereka dapat bersyukur atas anugerah nyaman, sentosa, dan tenang, semata-mata
nikmat dari-Mu.” untuk memurnikan ibadah, supaya tidak ada
pertumpahan darah, dan tidak ada aniaya
Sementara itu menurut Wahbah az-Zuhaili, didalamnya. Kemudian sungguh Allah
kebiasaan manusia untuk berdoa itu SWT mengabulkan doa Ibrahim, sehingga
memiliki dua kemungkinan. Bertujuan Makkah menjadi negeri yang aman
menolak kemudharatan, atau menarik selamanya, baik untuk manusia, burung,
kemanfaatan. Demikian itu sebagai bukti tumbuhan, maupun pepohonan. Kedua,
bahwa manusia butuh kepada Tuhannya, menjadikan ibadah yang ikhlas semata-
pengakuan atas beribadah kepada-Nya, mata karena Allah SWT dengan berpijak
pengakuan atas ketuhanan Allah SWT, dan pada konsep tauhid, menjauhi menyembah
mensyiarkan keagungan Allah SWT. Tetapi berhala,
sebuah doa itu kadang berupa perintah,
seperti doa yang dipanjatkan Ibrahim Ketiga, pemberitahuan dari Ibrahim bahwa
disertai menghadap Baitul Haram. Hal itu dia menempatkan sebagian keluarganya di
menunjukkan kemuliaan negeri haram dekat Baitul Haram, di sebuah lembah yang
Makkah.10 tidak ada pepohonan,

Kata rabbi pada ayat doa yang dipanjatkan untuk mendirikan shalat. Menjadikan Baitul
Ibrahim terulang sebanyak 3 kali. Hal itu Haram sebagai tempat yang dimuliakan,
menunjukkan adanya hubungan khusus supaya keluarganya dapat beribadah disana.
dengan Allah, merasa lemah di hadapan Keempat, menampakkan rasa syukur
Allah, dan sangat butuh kepada-Nya. kepada Allah atas pemberian nikmat-Nya
Sedangkan kata rabbana terulang sebanyak berupa diberi dua anak, yaitu Ismail dan
4 kali. Hal itu untuk menunjukkan Ishaq disaat usia Ibrahim sudah beranjak
keagungan dan kesucian Allah SWT. Doa tua. Kelima, meminta pertolongan kepada
yang dipanjatkan Ibrahim mengandung Allah SWT untuk mengerjakan shalat dari
beberapa elemen. Yaitu mengandung Ibrahim dan keluarganya, serta harapan atas
tasyri’ dan ta’lim, mengandung peringatan terkabulnya semua doa. Keenam, meminta
dari Allah untuk orang- orang mukmin ampunan untuk diri Ibrahim sendiri, untuk
maupun musyrikin yang berada di Makkah kedua orang tuanya, orang-orang mukmin
dan lainnya atas kedudukan kota Makkah dan mukminat kelak di hari kiamat. Semua
dan Baitul Haram, mengandung kewajiban doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim seperti
agar membersihkan kota Makkah dari diatas menuntun kita agar kita berdoa
berhala-berhala, mengandung keterangan

4
seperti itu, dan kita melanggengkan doa Pengaruh kekuasaannya mencakup
tersebut untuk menghadap Allah SWT.12 Ethiopia dan salah satu negeri yang sangat
terkenal kala itu yaitu Ma’rib dengan
Menurut Imam Nawawi al-Bantani, kata bendungan yang sangat besar.17
āminan pada ayat tersebut berarti aman dari
kehancuran, juga memberi rasa aman bagi Imam Nawawi al-Bantani dalam tafsirnya
orang-orang yang berlindung ke Makkah.13 al-Tafsir al-Munir li Ma’alim al- Tanzīl juz
Sementara itu Fakhr ar-Razi dalam 2 menafsirkan konsep negara yang ideal
tafsirnya Mafātih al-Ghaib menggabungkan menurut surat Saba’ ayat 15 menuturkan
satu ayat setelahnya dalam satu bahwa negara yang ideal adalah negeri yang
pembahasan.14 Pada surat Ibrahim ayat 35 bersih dari segala aspek yang
ini, nampak Nabi Ibrahim meminta kepada membahayakan, seperti binatang buas
Allah dengan beberapa maupun penyakit. Selain itu juga masih
dilengkapi dengan sifat pengampunan dari
permintaan. Salah satunya adalah Nabi Tuhan yang mudah memberi ampunan
Ibrahim memintakepada Allah SWT agar
menjadikan negeri Mekah sebagai negeri atas kesalahan-kesalahan hamba-Nya yang
yang aman dan nyaman.yang muncul, apa bersyukur.18 Berikut kutipan langsung
perbedaan kedua redaksi itu? Jawabnya, penafsiran dari Imam Nawawi al-Bantani:
pada surat al-Baqarah, Nabi Ibrahim berdoa
agar negeri Mekah dijadikan Allah ‫)ﺑﻠﺪة ﻃﻴﺒﺔ ورب ﻏﻔﻮر( أي ﺑﻠﺪﺗﻜﻢ ﺑﻠﺪة ﻃﺎﻫﺮة ﻋﻦ‬
termasuk sejumlah negeri yang ‫ء وﻻ وﺧﻢ ورﺑﻜﻢ‬,‫ت ﻻﺣﻴﺔ ﻓﻴﻬﺎ وﻻ ﻋﻘﺮب وﻻ و‬k‫اﳌﺆذ‬
penduduknya merasa aman dan nyaman ‫اﻟﺬي‬
untuk tinggal, mereka tidak merasa takut.
Sementara dalam surat Ibrahim, Nabi ‫رزﻗﻜﻢ ﻃﻴﺒﺎت وﻃﻠﺐ ﻣﻨﻜﻢ اﻟﺸﻜﺮ رب ﻏﻔﻮر ﻟﻔﺮﻃﺎت ﻣﻦ‬
Ibrahim berdoa agar Allah menghilangkan ‫ﻳﺸﻜﺮﻩ‬
ketakutan dan kekhawatiran di negeri
Mekah, sehingga ketika sebuah ketakutan Masih menurut Nawawi al-Bantani, kabilah
dan kekhawatiran itu lenyap, maka negeri Saba’ terdiri dari 13 desa dan Allah SWT
Mekah menjadi negeri yang aman dan telah mengutus kepada mereka 13 Nabi
nyaman. Seakan-akan Nabi Ibrahim berdoa, untuk mengajak bersyukur atas ni’mat yang
“Ya Allah diterimanya dengan cara bertauhid. Namun
mereka enggan dan berpaling, sehingga
sesungguhnya negeri ini adalah negeri yang kehidupan penuh kemakmuran yang
menakutkan dan mengkhawatirkan bagi sebelumnya mereka nikmati, dimusnahkan
penduduknya. Oleh karena itu jadikanlah oleh Allah SWT dengan hancurnya
negeri ini menjadi negeri yang aman.”15 bendungan Ma’rib yang diawali dari
serangan tikus. Hancurnya bendungan
Negara Ideal Menurut Surat Saba’ Ayat 15 selanjutnya berdampak tidak hanya pada
rusaknya kebun yang mereka banggakan,
Ayat ini mengisahkan tentang negeri Saba’ tetapi juga pada bangunan rumah dan
yang aman dan makmur (baldatun sebagainya. Dua kebun yang menghasilkan
thayyibatun wa rabbun ghafūr) dipimpin aneka buah dan hasil bumi berlimpah pun
oleh ratu Balqis. Penokohannya begitu kuat kemudian diganti dengan dua kebun yang
sebagai seorang penguasa negeri yang aman hanya menghasilkan tanaman yang tidak
dan sentosa. Sebagai penguasa kaum pagan mereka perlukan.19
dalam hal ini penyembah matahari,
kemunculannya mengundang teka-teki dan Pada ayat berikutnya dikisahkan bahwa
menolak setiap paradigmatisasi.16 meskipun Allah SWT telah melimpahkan
Kerajaan Saba’ berdiri pada abad VIII SM. banyak anugerah-Nya kepada mereka,

5
namun mereka tetap ingkar kepada-Nya. tentang kehancuran akibat keengganan
Sebagai balasannya, maka Allah SWT bersyukur.22
mengirimkan banjir yang besar
Menurut Tafsir Departemen Agama RI,
kepada mereka. Menurut Ibnu ‘Asyur corak negara ideal sebagaimana
sebagaimana yang dikutip M. Quraisy digambarkan dalam surat Saba’ ayat ayat
Syihab bahwa terjadinya peristiwa banjir 15, merupakan indikasi bahwa negeri kaum
tersebut setelah masa ratu Balqis yang telah Saba’: “berkat karunia Allah menjadi subur
menganut ajaran agama yang diajarkan dan makmur sedang Dia Maha Pengampun
Nabi Sulaiman. Sepeninggal ratunya yang melindungi mereka dari segala macam
adil itu, kaum Saba’ kembali menjadi kaum bahaya dan malapetaka.”23 Sementara itu
yang ingkar. Lalu Allah SWT Hamka dalam tafsir al-Azhar
menghancurkan mereka melalui bencana menggabungkan pembahasan terkait
banjir besar setelah runtuhnya bendungan
Ma’rib.20 Disebutkan bahwa banyak di tafsir surat Saba’ ayat 15-21 dalam satu
antara ahli sejarah dan peneliti di barat bagian. Hamka menggambarkan corak
meragukan tentang adanya bendungan negara ideal menurut surat Saba’ ayat 15
Ma’rib ini. Akhirnya seorang peneliti dari yaitu sebagai berikut: “Hidup senang, tanah
Perancis datang sendiri ke selatan Yaman subur, buah-buahan lebat, negeri sentosa,
untuk menyelidiki sisa-sisa bendungan itu perjalanan aman, tempat-tempat
pada tahun 1843. Dia dapat membuktikan terpelihara, negeri-negeri putus berulas, tali
adanya bendungan itu dengan menemukan bertali, jalan-jalan terlindung oleh pohon-
bekas-bekasnya, lalu memotret dan pohon, bumi hijau oleh rumputnya, buah-
mengirimkan gambar-gambarnya ke suatu buahan tidak putus berganti musim, musafir
majalah di Perancis.21 tidak usah khawatir berjalan jauh, tidak
usah membawa perbekalan banyak-banyak
Nawawi al-Bantani mengutip salah satu karena air mengalir dengan cukup disertai
pandangan yang menyebutkan desa-desa makanan yang mengenyangkan. Bilamana
yang ada di Saba’ berjumlah 4700 desa mereka berjalan bermalam-malam, pada
yang saling sambung menyambung. siangnya mereka tidur nyenyak berlepas
Keberadaan desa-desa ini beserta air dan lelah.”24
tanaman didalamnya membuat perjalanan
antara Yaman dan Syam menjadi lebih Cita-cita terwujudnya negara adil, sejahtera,
mudah karena tidak memerlukan bekal dan sentosa merupakan cita- cita dari agama
minuman dan makanan yang terlalu banyak. sekaligus. Cita-cita ini tertuang secara
Kondisi ini ternyata tidak juga disyukuri langsung dalam Al-Qur’an, yaitu baldatun
terbukti dengan doa mereka agar jarak antar thayyibatun wa rabbun ghafūr (Saba’: 15).
tempat mereka berhenti, yaitu desa-desa Konsep ini merupakan konsep suatu negara
yang saling terhubung, dijauhkan dengan yang diceritakan dalam Al-Qur’an. Negara
maksud agar diperlukan kendaraan khusus yang sentosa adalah negara mempunyai
untuk menempuh perjalanan menjadi lebih sistem irigasi yang baik, sistem
sulit dan lama. Doa ini sebenarnya pemerintahan yang adil dan didukung oleh
merupakan kezaliman bagi diri mereka rakyat. Konsep ini adalah konsep ideal yang
sendiri, karena mereka menukar ni’mat digambarkan Al- Qur’an yang dapat dipakai
dengan nikmat dan menukar kebajikan sebagai bahan pertimbangan bagi kaum
dengan keburukan. Dampak akhir yang muslimin.
mereka terima adalah terpencarnya kabilah
sehingga sejumlah suku kecil menempati Selain itu dalam Al-Qur’an konsep keadilan
wilayah yang berbeda-beda. Kabilah inipun merupakan sesuatu yang menjadi kepastian
menjadi cerita bagi generasi berikutnya

6
dan keharusan. Allah SWT menyatakan orang yang memasukinya, seperti layaknya
bahwa setiap orang yang seseorang yang disebut al-amīn, berarti
orang tersebut bisa menjaga keamanan
beriman wajib untuk menegakkan keadilan. sesuatu yang dipercayakan kepadanya.27
Indikator negara ideal sebagaimana
termaktub dalam surat Saba’ di atas di Para ulama menyebutkan keistimewaan
antaranya dapat diidentifikasi kota Mekah sebagai negeri al-amīn:
pembangunan jalan dan transportasi, Pertama, Allah telah menjaga kota Makkah
penciptaan rasa aman, dan terpeliharanya dari serangan pasukan bergajah. Kedua,
hasil pembangunan. Masyarakat yang gagal kota Makkah dapat menjaga seseorang dari
melaksanakan dan menjaga pembangunan segala sesuatu. Orang yang darahnya halal
beserta hasilnya akan runtuh dan memaksa dialirkan misalnya, kemudian ia masuk kota
penduduknya mencari tempat lain untuk Makkah, maka ia menjadi aman dan tidak
melanjutkan kehidupan.25 dibunuh. Begitu pula binatang buas jika
berada di kota Makkah, maka tidak boleh
Konsep Negara Ideal Menurut dibunuh. Ketiga, ada sebuah riwayat bahwa
Surat at-Tin Ayat 3 Umar bin al-Khatab pernah mencium Hajar
Aswad. Lalu ia berkata, “Kamu hanyalah
Ketiga ayat pertama dalam surat at-Tīn ini sebuah batu. Kamu tidak bisa memberi
berbentuk qasam (sumpah) dengan bahaya, juga tidak bisa memberi manfaat.
menggunakan nama buah tin dan zaitun, Andaikata aku tidak melihat sendiri
gunung Sinai, dan negeri yang aman Rasulullah menciummu, maka sama sekali
(Makkah) sebagai pembuka surat. Keempat aku tidak akan menciummu.”28
nama itu melambangkan: (1) Buah tin dan
zaitun menunjukkan tempat kelahiran Nabi Menurut Ali ash-Shabuni ketika
Isa dan masjid Baitul Makdis. (2) gunung menafsirkan ketiga ayat di atas,
Sinai merupakan gunung tempat Nabi Musa bahwasanya Allah SWT bersumpah pada
menerima wahyu. ketiga ayat pertama dari surat at-Tīn
tersebut dengan tiga bentuk sumpah yang
(3) Makkah merupakan kota tempat menunjukkan tempat-tempat mulia
kelahiran Nabi Muhammad. Para mufassir munculnya para nabi (Nabi Musa, Isa, dan
mengatakan sebagian bersumber dari Ibnu Muhammad). Semuanya itu tempat- tempat
Abbas dan beberapa orang tabi’in: Di tiga yang memancarkan cahaya kenabian, juga
tempat itu Allah SWT mengutus masing- tempat diturunkannya wahyu kepada para
masing satu orang nabi ulul azmi (yang nabi.
sabar dan tabah menghadapi segala
cobaan), yang membawa hukum syariat Perhatikan bentuk sumpah yang pertama.
yang besar, yaitu Nabi Musa, Isa, dan Ayat pertama bersumpah dengan buah tin
Muhammad saw.26 dan zaitun. Sepintas memang nampak aneh
mengapa Allah SWT bersumpah dengan
Sementara Makkah. kota adalah ini ayat buah tin dan zaitun. Namun ketika dipahami
َ ِ ‫َوﻫ َﺬا اﻟْﺒَـﻠَ ِﺪ اْ َﻷ َِﻣ‬
menurut balad kata , ‫ﲔ‬ lebih mendalam, ternyata tempat
tumbuhnya kedua buah itu ada di bumi
Palestina, yaitu bumi tempat lahirnya Nabi
itu kata al-amīn sebagaimana dikatakan
Isa, nabi terakhir dari Bani Isra’il. Sumpah
Fakhrudin ar-Razi ketika mengutip
kedua dengan gunung Thursina. Yaitu
tempat Nabi Musa dibicarai langsung oleh
pendapat Zamakhsyari berasal dari amina
Allah SWT dan penobatannya sebagai
ar-rajulu amānatan yang berarti dapat
utusan untuk Bani Isra’il. Sumpah ketiga
dipercaya. Dalam konteks Makkah, sifat
dengan kota Makkah, yaitu tempat lahirnya
amanahnya yaitu selalu menjaga orang-

7
Rasulullah saw. Meskipun banyak Penutup
penafsiran dari para ulama, namun
penafsiran yang tepat adalah seperti yang Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
sudah diuraikan tersebut. Mengingat ada mengenai dimensi sebuah negara ideal yang
kesesuaian antara nama-nama yang dibuat dikehendaki oleh Al-Qur’an adalah:
sumpah dengan tempat-tempat yang
menunjukkan nama-nama itu. Menurut al- 1. Kondisi alam dan sumber daya di
Alusi maksud utama Allah bersumpah dalamnya yang memberikan kebanggaan
dengan nama-nama tersebut adalah ingin sebagai bangsa yang menempati wilayah
menunjukkan keagungan tempat-tempat tersebut. Hal ini digambarkan dari tempat
yang ditunjuk, beberapa kebaikan dan tinggal kabilah Saba’ yang secara alamiah
keberkahan di dalamnya dengan sebab berada di antara dua bukit
diutusnya para nabi dan rasul.29
2. Pemenuhan kebutuhan pokok terutama
pangan sebagai hasil pertanian, pakaian,
dan tempat tinggal

3. Dukungan dan kemampuan mengelola


sarana irigasi

4. Keamanan dalam melaksanakan berbagai


aktifitas

8
DAFTAR PUSTAKA

Ar-Raghib al-Ashfihani, al-Mufradāt fi Ghāib Al-qurān, juz 1, t.th., penerbit: Maktabah Nazar
Mustafa al-Baz.

Ath-Thabari, Tafsīr ath-Thabari, cet. I, 1994, Beirut: Muassasah ar-Risalah.

Barbara Freyer Stowasser, Reinterpretasi Gender: Wanita dalam Alquran, Hadis dan Tafsir,
(terj), Bandung: Pustaka Hidayah, 2001, Cet. I.

Bustami A Gani, Alquran dan Tafsirnya, Jilid VIII, Juz 22, 23, 24, ditashih oleh Hafizh
Dasuki, et.al, PT. Dhana Bakti Wakaf Yogyakarta, 1991.

Departemen Agama RI, Alquran dan Tafsirnya, Jakarta: Lembaga Percetakan Al- Qur’an
Departemen Agama, 2009.

Hamim Ilyas, Islam Risalah Rahmat dalam Alquran (Tafsir Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107), 2007,
Jurnal Hermeneia, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner vol. 6, Nomor 2, Juli-Desember
2007.

Hamka, Tafsir al-Azhar, 1980, Surabaya: Yayasan Lamitojong.

M. Quraisy Syihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran,

Volume 11, Jakarta: Lentera Hati, 2004, Cet. II.

Muhammad Ali ash-Shabuni, at-Tafsīr al-Wādhih al-Muyassar, cet. VIII, 2007, Beirut:
Maktabah al-Ashriyyah.

Muhammad Fakhrudin ar-Razi, at-Tafsīr al-Kabīr (Mafātih al-Gharīb), cet. I, vol.

IV, 1981, Beirut: Dar al-Fikr.

Muhammad Nawawi al-Bantani, at-Tafsīr al-Munīr li Ma’alim at-Tanzīl, cet. I, 1305, vol. II,
penerbit: Al-‘Utsmaniyyah.

Wahbah az-Zuhaili, at-Tafsīr al-Wasīth, juz 1, 2001, Damaskus: Dar al-Fikr, hlm. 59.

Anda mungkin juga menyukai