Anda di halaman 1dari 19

LAILATUL QODAR

By: Mohammad Baha’uddin, M.Hum

Sudah hampir 2/3 ibadah puasa kita lalui. Itu artinya sebentar lagi bulan Ramadhan
akan meninggalkan kita. Belum tentu di tahun berikutnya, kita mendapati kesempatan yang
sama, yaitu mengerjakan puasa di siang hari dan diberi kesehatan untuk menyemarakkan
malamnya dengan beribadah. Karenanya, gunakanlah sisa waktu Ramadhan ini dengan
sebaik mungkin. Perbanyaklah ibadah dan amal saleh.
Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak ibadah pada bulan
Ramadhan, antara lain dengan memperbayak sedekah, membaca Quran, dan i’tikaf. Hal ini
karena keutamaan waktu di bulan Ramadhan, adanya pelipatgandaan pahala, dan
termudahkannya beramal kebaikan di bulan Ramadhan. Anjuran banyak melakukan ibadah
ini lebih-lebih di sepuluh akhir ramadhan, yang mana Rasulullah menganjurkan mengharap
dianugerahi Lailatul Qadar pada bulan yang sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh
tengahnya adalah ampunan dan sepuluh akhirnya adalah bebas dari neraka, walaupun
hakikatnya memang tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar,
kecuali Allah ‘azza wajalla
Kehadiran lailatul qadar ditunggu siapapun. Ia merupakan malam penuh berkah dan
kemuliaan. Beribadah pada malam tersebut dianggap lebih baik ketimbang beribadah di bulan
lain, sekalipun selama seribu bulan. Begitulah cara Allah SWT mengistimewakan malam ini.
Namun sayangnya, tidak ada seorang pun yang tahu kapan kepastian harinya.
Tampaknya, Allah SWT sengaja merahasiakannya agar manusia senantiasa melanggengkan
ibadah di bulan Ramadhan.
Menjelang akhir Ramadhan, Rasulullah SAW biasanya lebih fokus beribadah, terutama
sepuluh malam terakhir. Hal ini sebagaimana yang disebutkan ‘Aisyah,

‫كان النبي صلى هللا عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله‬
Artinya, “Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan
Ramadhan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan dengan ibadah, dan
membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah,” (HR Al-Bukhari).
Berdasarkan hadits ini, dapat disimpulkan bahwa sepuluh malam terakhir Ramadhan
merupakan waktu yang terbaik untuk beribadah. Sebagian ulama mengatakan, Rasulullah
SAW meningkatkan kesungguhannya beribadah pada sepuluh malam terakhir dibandingkan
malam sebelumnya.
Menurut Ibnu Bathal, hadits ini menginformasikan kepada kita bahwa malam lailatul
qadar terdapat pada sepuluh malam terkahir Ramadhan. Karenanya, Rasulullah SAW lebih
fokus beribadah pada malam tersebut dan menganjurkan umatnya untuk melanggengkan
ibadah di malam sepuluh terakhir.
1. Pengertian Lailatul Qodar
Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: ‫لَ ْيلَة ْالقَدْر‬, malam ketetapan)
adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan. Menurut Quraish Shihab,
kata Qadar sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur'an dapat memiliki tiga
arti yakni :
a. Penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam
penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai
ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad-Dukhan ayat 3-5 : Sesungguhnya Kami
menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang
memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah,
yaitu urusan yang besar di sisi Kami
b. Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena
terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada
kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An'am (6): 91 yang berbicara tentang kaum
musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya,
tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada
masyarakat
c. Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat
yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan
Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra'd ayat 26:
Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang
dikehendaki-Nya)
Dalam kitab Faidl al-Qadir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir disebutkan pengertian
al-qodar sebagai berikut:

‫(ليلة القدر) أي القضاء والحكم باألمور سميت به لعظم منزلتها وقدرها وشرفها‬
‫ولما تكتبه فيها المالئكة من األقدار التي تكون منها إلى السنة القابلة (فيض القدير – ج‬
)199 .‫ ص‬/2
“al-Qadr artinya adalah keputusan hukum terhadap sesuatu, karena besarnya
kedudukan dan kemuliaan malam tersebut, dan karena di malam tersebut Malaikat
menulis takdir-takdir yang terjadi di malam tersebut sampai 1 tahun ke depan”
(Faidl al-Qadir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir 2/199)
Lailatul Qadar dapat juga kita artikan sebagai malam pelimpahan keutamaan yang
dijanjikan oleh Allah kepada umat islam yang berkehendak untuk mendapatkan bagian
dari pelimpahan keutamaan itu. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatul Qadar sebagai
malam yang lebih baik dari seribu bulan.
2. Sejarah Lailatul Qodar
‫ ذَ َك َر رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يوما أربعة من بني‬:‫علي ْبن ع ْر َوة َ قال‬
َ ‫ع ْن‬
َ
،‫ وزكريا‬،‫أيوب‬
َ ‫ فذَ َك َر‬:‫طرفَةَ َع ْين‬
ْ ‫ لَ ْم َي ْعصوه‬،‫عاما‬
َ َ‫هللا ثمان ْين‬
َ ‫ َع َبد ْوا‬،‫إسرائيل‬
‫ص َحاب رسول هللا صلى هللا عليه‬ ْ ‫بأ‬َ ‫ ف َع َج‬: ‫ قَا َل‬.‫ش َع بنَ ن ْون‬
َ ‫ ويو‬،‫وحزق ْي َل ْبنَ ال َعجوز‬
‫ت أمت َك من عبَادَة َهؤ َلء النفَر ثَمانين‬ْ ‫ َعج َب‬،‫ يا محمد‬:‫ فأ َت َاه جبريل فقال‬،‫وسلم من ذلك‬
‫ (إنا أنزلناه في ليلة‬:‫ فقرأ عليه‬.‫ فقد أنزل هللا خيرا من ذلك‬،‫ط ْرفَةَ َع ْين‬
َ ‫ لَ ْم َي ْعص ْوه‬،‫سنة‬
‫ت‬
َ ‫عج ْب‬ َ ‫القدر وما أدراك ما ليلة القدر ليلة القدر خير من ألف شهر) َهذَا أ َ ْف‬
َ ‫ضل مما‬
‫ فسر بذلك رسول هللا صلى هللا عليه وسلم والناس معه (تفسير إبن‬:‫ فقال‬.‫ت وأمت َك‬ َ ‫أ َ ْن‬
)448 .‫ ص‬/8 ‫كثير – ج‬
Diriwayatkan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬suatu hari menceritakan 4 orang dari Bani
Israil yang menyembah Allah selama 80 tahun, yang tidak pernah berbuat maksiat
sekejap matapun, yaitu Ayub, Zakariya, Hizqil bin ‘Ajuz dan Yusya’ bin Nun.
Maka para sahabat mengagumi hal itu. Kemudian datanglah Jibril kepada Nabi ‫ﷺ‬
dan berkata: “Wahai Muhammad, umatmu kagum dengan ibadah selama 80 tahun,
yang tidak pernah berbuat maksiat sekejap matapun. Kemudian Allah menurunkan
yang lebih baik dari ibadahnya orang Israil tersebut. Kemudian Jibril membacakan
kepada Nabi: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu
lebih baik dari seribu bulan” (al-Qadr: 1-3) Ini lebih utama dari pada yang
dikagumimu dan umatmu”. Kemudian Rasulullah dan sahabat merasa senang dengan
hal itu” (Tafsir Ibnu Katsir 8/443)

3. Keistimewaan Lailatul Qodar


Dalam surat Al-Qadar ayat 3 disebutkan bahwa lailatul qadar lebih baik dari seribu
bulan (khairun min alfi syahrin):

‫ليلة القدر خير من ألف شهر‬


Artinya, “Malam kemuliaan (lailatul qadar) itu lebih dari seribu bulan,” (QS: Al-
Qadar: 3).
Ulama berbeda pendapat terkait maksud “lebih baik dari seribu bulan” dalam ayat
ini. Ibnu Bathal misalnya, dalam Syarah Shahih al-Bukhari mengatakan sebagai berikut:

‫ يعنى بذلك أن عمال فيها بما يرضى هللا ويحبه من‬،‫فإنها خير من ألف شهر‬
‫صالة ودعاء وشبهه خير من عمل فى ألف شهر ليس فيها ليلة القدر‬
Artinya, “Maksud dari ‘lebih baik dari seribu bulan’ ialah mengerjakan amalan
yang diridhai dan disukai Allah SWT di malam tersebut, seperti shalat, do’a, dan
sejenisnya, lebih utama ketimbang beramal selama seribu bulan yang tidak ada lailatul
qadhar di dalamnya.”
Al-Mawardi di dalam kitab tafsirnya An-Nukat wal ‘Uyun memaparkan lebih
lengkap tafsiran ulama terkait maksud ayat di atas. Terdapat lima penafsiran populer
mengenai maksud “lebih baik dari seribu bulan”:
 Pertama, Ar-Rabi’ berpendapat bahwa lailatul qadar lebih baik dari umur seribu
bulan.
 Kedua, menurut Mujahid, beramal di lailatul qadar lebih utama dari beramal
seribu bulan di selain lailatul qadar.
 Ketiga, Qatadah mengatakan, lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan yang
tidak terdapat di dalamnya lailatul qadar.
 Keempat, Ibnu Abi Najih dan Mujahid mengisahkan, seorang dari Bani Israil
pernah mengerjakan shalat malam hingga shubuh. Pada waktu paginya, dia
berperang sampai sore. Rutinitas ini dilakukannya selama seribu bulan.
Kemudian Allah SWT mengabarkan bahwa beribadah pada lailatul qadar lebih
baik dari amalan yang dilakukan laki-laki tersebut, meskipun selama seribu bulan.
 Kelima, ada pula yang berpendapat, beribadah saat lailatul qadar lebih baik dari
kekuasan Nabi Sulaiman selama lima ratus bulan dan kekuasaaan Dzul Qarnain
selama lima ratus bulan.
Di antara kemuliaan-kemuliaan lain di malam tersebut adalah Allah mensifatinya
dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
َ َ‫إنا أ َ ْنزَ ْلنَاه في لَ ْيلَة مب‬
)4( ‫) في َها ي ْف َرق ك ُّل أ َ ْمر َحكيم‬3( َ‫ار َكة إنا كنا م ْنذرين‬
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang

diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4). Malam yang
diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat
Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman,
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,

ُّ ‫) تَنَزل ْال َم َالئ َكة َو‬3( ‫ش ْهر‬


‫الروح في َها بإ ْذن َربه ْم م ْن كل‬ َ ‫لَ ْيلَة ْالقَدْر َخي ٌْر م ْن أ َ ْلف‬
)5( ‫طلَع ْالفَ ْجر‬
ْ ‫ي َحتى َم‬ َ )4( ‫أ َ ْمر‬
َ ‫س َال ٌم ه‬
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun

malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala
urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)
Kendati ulama berbeda pendapat, namun pada hakikatnya semuanya sepakat
bahwa lailatul qadar adalah malam mulia yang sangat baik digunakan untuk beribadah.
Dalam sebuah tafsiran dikatakan, kata “seribu bulan” dalam ayat di atas sebenarnya
mengisyaratkan sepanjang hari. Artinya, sampai kapanpun keutamaan lailatul qadar tidak
tergantikan.
4. Prediksi Lailatul Qodar
Untuk mendapatkan Lailatul Qadar memang tidak mudah. Karenanya tidak semua
orang bisa mendapatkannya. Dibutuhkan usaha keras dan tidak kenal lelah untuk selalu
meningkatkan intensitas ibadah di bulan Ramadhan sebagaimana yang dipraktikan
Rasulullah SAW. Berikut malam-malam kapan terjadi Lailatul Qodar:
a. 10 Hari Terakhir
Anjuran banyak melakukan ibadah ini lebih-lebih di sepuluh akhir
ramadhan, yang mana Rasulullah menganjurkan mengharap dianugerahi Lailatul
Qadar pada bulan yang sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh tengahnya
adalah ampunan dan sepuluh akhirnya adalah bebas dari neraka, walaupun
hakikatnya memang tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya
Lailatul Qadar, kecuali Allah ‘azza wajalla. Hanya saja, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:

‫تَحَرَوْا ليلة القدر في العشر األواخر من رمضان‬


“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadan. ”
(muttafaqun ‘alaihi dari sayyidatina Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, dari
Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata:

(( ‫ وَأَيْقَظَ أَهْلَه‬، ‫كَانَ رَسوْل الله إذَا دَخَلَ العَشْر شَدَ مئْزَرَه وَأَحْيَا لَيْلَه‬
))‫هذا لفظ البﺨاري‬
“Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli
isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”
Demikian menurut lafadz Al-Bukhari.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu
anha:

‫كَانَ رَسوْل الله يَجْتَهد فيْ العَشْر األَوَاخر مَالَ يَجْتَهد فيْ ﻏَيْره (( رواه‬
))‫مسلم‬
“Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh dalam
sepuluh hari akhir bulan Ramadan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan
lainnya.”
Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu Anha:

‫أَنَ النَبيَ كَانَ يَعْتَكف العَشْرَ األَوَاخرَ منْ رَمَضَانَ حَتَى تَوَفَاه الله‬
“Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam senantiasa beri’tikaf
pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau”
b. Malam-malam Ganjil
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:

َ‫تَحَرَوْا لَيْلَةَ الْقَدْرفي الْوتْرمنَ الْعَشْرالْأَوَاخرمنْ رَمَضَان‬


“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari
terakhir (bulan Ramadan)”. (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Ganjil tersebut bisa dihitung dari awal bulan, maka malam yang dicari
adalah malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29.

c. 7 Malam Terakhir
Dan lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada rentang tujuh hari
terakhir dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa
Lailatul Qadar tiba di tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah bersabda:

‫أَرَﻯ رﺅْيَاكمْ قَدْ تَوَاﻃَأَﺕْ في السَبْع الْأَوَاخر فَمَنْ كَانَ متَحَريهَا فَلْيَتَحَرَهَا‬
‫في السَبْع الْأَوَاخر‬
“Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul
Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya,
maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir. ” (muttafaqun ‘alaihi
dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Dalam riwayat Muslim dengan lafazh:

ْ‫الْتَمسوهَا في الْعَشْر الْأَوَاخر يَعْني لَيْلَةَ الْقَدْر فَإنْ ضَعفَ أَحَدكمْ أَو‬
‫عَجَزَ فَلَا يﻐْلَبَنَ عَلَى السَبْع الْبَوَاقي‬
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari
kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh
hari yang tersisa dari bulan Ramadhan. ” (HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar
radhiyallahu ‘anhuma)
d. Malam 25, 27 dan 29
Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:

، َ‫ وَسَبْع وَعشْريْن‬، َ‫ وَخَمْس وَعشْريْن‬، َ‫أَنَه قَامَ بهمْ لَيْلَةَ ثَالَﺙ وَعشْريْن‬
‫وَذَكَرَ أَنَه دَعَا أَهْلَه وَنسَاﺀَه لَيْلَةَ سَبْع وَعشْريْنَ خَاصَة‬
“Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para
sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh
tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak salat keluarga dan isteri-
isterinya pada malam dua puluh tujuh (27).”

‫عن أنس قال أخبرني عبادة بن الصامت أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ فتالحى رجالن من المسلمين فقال "إني خرجت ألخبركم‬،‫خرج يﺨبر بليلة القدر‬
‫ وإنه تالحى فالن وفالن فرفعت وعسى ان يكون خيرا لكم التمسوها‬،‫بليلة القدر‬
.)95 .‫ ص‬/1 ‫في السبع والتسع والﺨمس" (صحيح البﺨارﻯ – ج‬
“Rasulullah ‫ﷺ‬ keluar hendak mengabarkan Lailatul Qadar, kemudian
ada pertengkaran diantara 2 orang dari kaum Muslimin. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
“Sungguh aku keluar untuk mengabarkan pada kalian tentang Lailatul Qadar.
Dan sungguh fulan dan fulan bertengkar, maka Lailatul Qadar diangkat.
Mungkin ini lebih baik bagi kalian. Carilah Lailatul Qadar di malam 27, 29 dan
25” (HR alBukhari dari Anas)
e. Malam 27
Yang lebih khusus lagi adalah malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang
Lailatul Qadar:

َ‫لَيْلَة سَبْع وَعشْريْن‬


“(Dia adalah) malam ke-27. ” (HR. Abu Dawud, dari Mu’awiyah bin Abi
Sufyan radhiyallahu ‘anhuma, dalam Shahih Sunan Abi Dawud.
Sahabat Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu menegaskan:

‫والله إني ألعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله‬
‫عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين‬
Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut.
Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu
malam ke-27. (HR. Muslim)
Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan
lailatul qadar. Menurut keterangan Fathul Qarib, Hasyiah Al-Bajury, dan Fathul Muin
beserta Ianatut Thalibin, Imam Syafii menyatakan bahwa lailatul qadar itu ada pada
sepuluh akhir Ramadhan, lebih-lebih pada malam ganjilnya, dan yang paling diharapkan
adalah pada malam 21, atau 23 Ramadhan.
Di antara ulama yang menyatakan bahwa ada kaedah atau formula untuk
mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abul
Hasan as Syadzili. Bahkan dinyatakan bahwa Syekh Abu Hasan semenjak baligh selalu
mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.
PERTAMA, Menurut Imam Al-Ghazali dan juga ulama lainnya, sebagaimana
disebut dalam I’anatut Thalibin juz 2, hal. 257, bahwa cara untuk mengetahui Lailatul
Qadar bisa dilihat dari hari pertama dari bulan Ramadan:

‫قال الﻐزالي وﻏيره إنها تعلم فيه باليوم األول من الشهر فإن كان أوله يوم األحد‬
‫أو يو م األربعاﺀ فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الثنين فهي ليلة إحدﻯ وعشرين أو يوم‬
‫الثالثاﺀ أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين أو الﺨميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم‬
‫السبت فهي ليلة ثالﺙ وعشرين قال الشيﺦ أبو الحسن ومنذ بلﻐت سن الرجال ما فاتتني‬
‫ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة‬
 Jika awalnya jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada
malam ke 29
 Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 21
 Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum’at maka Lailatul Qadar jatuh pada
malam ke 27
 Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 25
 Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 23
Syekh Abul Hasan As-Syadzili berkata: “Semenjak saya menginjak usia dewasa
Lailatul Qadar tidak pernah melesat dengan jadwal atau qaedah tersebut.” Kaedah ini
sesuai dengan keterangan dalam Hasyiah al-Jamal, hal. 480:

‫كما اختاره الﻐزالي وﻏيره وقالوا إنها تعلم فيه باليوم األول من الشهر فإن كان‬
‫أوله يوم األحد أو األربعاﺀ فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الثنين فهي ليلة إحدﻯ‬
‫وعشرين أو يوم الثالثاﺀ أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين أو يوم الﺨميس فهي ليلة‬
. ‫خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة ثالﺙ وعشرين‬
KEDUA, Dalam kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain juz IV halaman 337,
cetakan Daar Ihya al Kutub al ‘Arabiyyah :

‫ أو اإلثنين فإحدي‬، ‫فعن أبي الحسن الشاذلي إن كان أوله األحد فليلة تسع وعشرين‬
‫وعشري أو الثالثاء فسبع وعشرين أو األربعاء فتسعة عشر أو الﺨميس فﺨمس‬
‫وعشرين أو الجمعة فسبعة عشر أوالسبت فثالﺙ وعشرين‬

 Jika awal Ramadhan hari Ahad maka lailatul qodar malam 29


 Jika awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 21
 Jika awal Ramadhan hari Selasa maka lailatul qodar malam 27
 Jika awal Ramadhan hari Rabu maka lailatul qodar malam 19
 Jika awal Ramadhan hari Kamis maka lailatul qodar malam 25
 Jika awal Raamadhan hari Jumat maka lailatul qadar malam 17
 Jika awal Raamadhan hari Sabtu maka lailatul qadar malam 23
KETIGA, Dalam kitab Manaqib Abul Hasan Asy-Syadali :
‫ان كان اول ليلة الصوم الحد فليلة القدر تسع وعشرون او الثنين فاحدﻯ‬
‫وعشرون او الثالثاء فسبع وعشرون او الربعاء فتسعة عشر او الﺨميس فﺨمس‬
‫وعشرون او الجمعة فسبعة عشر او السبت فثالﺙ وعشرون‬
 Jika awal Ramadhan hari Jumat maka lailatul qodar malam 17
 Jika awal Ramadhan hari Sabtu maka lailatul qodar malam 23
 Jika awal Ramadhan hari Ahad maka lailatul qodar malam 29
 Jika awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 21
 Jika awal Ramadhan hari Selasa maka lailatul qodar malam 27
 Jika awal Raamadhan hari Rabu maka lailatul qadar malam 19
 Jika awal Raamadhan hari Kamis maka malam ganjil setelah malam 25
KEEMPAT, Dalam kitab Hasyiyah al Bajuri ‘ala Ibni Qaasim al Ghaazi juz I
halaman 304 , cetakan Syirkah al Ma’arif Bandung:

:‫وذكرو لذلك ضابطا وقد نظمه بعضهم بقوله‬


.‫ ففي تاسع العشرين خذ ليلة القدر‬¤ ‫وإنا جميعا إن نصم يوم جمعة‬
‫ فحادي وعشرين اعتمده بال عذر‬¤ ‫وإن كان يوم السبت أول صومنا‬
‫ سابع العشرين ما رمت فاستقر‬¤ ‫وإن هل يوم الصوم في أحد ففي‬.
‫ يوافيك نيل الوصل في تاسع العشري‬¤ ‫وإن هل باألثنين فاعلم بأنه‬.
.‫ علي خامس العشرين تحظي بها فادر‬¤ ‫ويوم الثالثا إن بدا الشهر فاعتمد‬.
.‫ فدونك فاطلب وصلها سابع العشري‬¤ ‫وفي اإلربعا إن هل يا من يرومها‬
. ‫ توافيك بعد العشر في ليلة الوتر‬¤ ‫ويوم الﺨميس إن بدا الشهر فاجتهد‬
 Jika awal Ramadhan hari Jumat maka lailatul qodar malam 29
 Jika awal Ramadhan hari Sabtu maka lailatul qodar malam 21
 Jika awal Ramadhan hari Ahad maka lailatul qodar malam 27
 Jika awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 29
 Jika awal Ramadhan hari Selasa maka lailatul qodar malam 25
 Jika awal Raamadhan hari Rabu maka lailatul qadar malam 27
 Jika awal Raamadhan hari Kamis maka malam ganjil setelah malam 20
Menyetujui kaedah ini, berarti menurut formula atau patokan tersebut, malam
Lailatul Qadar pada 1438 Hijriah atau 2017 Masehi ini sesuai dengan keterangan dalam
kitab Hasyiah al-Bajury halaman 304, jika awal puasa itu hari Sabtu (27 Mei 2017),
insyaAllah Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21 (Kamis malam Jumat/15 Juni 2017
malam). Adapun menurut kitab Hasyiah Jamal, Ianatut Thalibin halaman 257, Hasyiah
Ash-Shawi dan Kitab Manaqib Syeh Hasan Asy-Syadzali, maka Lailatul Qadar
insyaAllah jatuh pada malam ke-23 (malam Ahad/17 Juni 2017 malam).
Kaedah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab
fikih bermadzhab Syafi’i (fiqh Syafi’iyyah). Rumus ini teruji dari kebiasaan para
ulama’ yang telah menemui Lailatul Qadar. Demikianlah ijtihad Imam Al-Ghazali dan
disetujui oleh banyak ulama sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab fikih. Tentang
hakikat kepastian kebenarannya, jawaban terbaiknya adalah Wallahu ‘A’lam.
Syaikh Syihabuddin bin Salamah Al-Qulyuby dalam kitabnya Risalah Nawadirul
Hikayah menerangkan, Allah memang sengaja menyamarkan beberapa perkara bagi
manusia. Salah satunya adalah malam seribu bulan, lailatul qadar. Ia menafsiri:

‫وأخفى ليلة القدر في رمضان ليجبهد الناس في إحياء لياله رجاء ان يصادفوها‬
Dan Allah merahasiakan lailatul qadar di dalam bulan ramadhan supaya manusia
bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam-malam ramadhan. Dengan harapan,
manusia dapat menjumpai lailatul qadar tersebut. Bukannya Allah itu mengada-ada
tentang lailatul qadar, bukan juga Allah hanya ingin memberi harapan palsu bagi
hambanya dengan iming-iming lailatul qadar.
Sesuai penjelasan di atas, Allah menyamarkan lailatul qadar tak lain hanyalah
agar manusia bersungguh-sungguh di setiap malamnya. Karena jika Allah memberi
tahu kapan waktu lailatul qadar, niscaya manusia hanya akan konsentrasi pada malam
itu saja. Dan bermalas-malas di malam berikutnya.
Dan walau pun titik pusat konsentrasi qiyam ramadhan dan ibadah kita boleh
diarahkan sesuai dengan kaidah tersebut, hendaknya kita terus mencari malam yang
penuh kemuliaan itu di malam atau tanggal apa dan mana pun, dan terutama pada
malam ganjil, dan terutama pada malam-malam sepuluh akhir, dan terutama lagi pada
malam ganjil di sepuluh akhir. Marilah kita bersungguh-sungguh dalam setiap malam
ramadhan. Dengan harapan suatu malam nanti saat kita beribadah, bertepatan dengan
malam seribu bulan.
5. Tanda-tanda Lailatul Qodar
a. Matahari terbit pagi harinya dengan cahaya putih namun tidak ada sorotnya
Imam Muslim dalam kitab Shahihnya juz I halaman 306,cetakan al Ma'arif
Bandung Indonesia. Sanad dan matannya sebagai berikut:
‫حدثنا محمد بن مهران الرازي حدثنا الوليد بن مسلم حدثنا األوزاعي حدثني‬
‫عبدة عن زر قال سمعت أبي بن كعب يقول وقيل له إن عبد هللا بن مسعود يقول‬
‫من قام السنة أصاب ليلة القدر فقال أبي وهللا الذي ل إله إل هو إنها لفي رمضان‬
- ‫ى الل ْيلَة التى أ َ َم َرنَا ب َها َرسول ّللا‬َ ‫{يحلف ما يستثني] ووهللا إني ألعلم أي ليلة ه‬
ْ َ ‫ارت َها أ َ ْن ت‬
‫طل َع‬ َ ‫سبْع َوع ْشرينَ َوأَ َم‬
َ ‫صبي َحة‬ َ ‫ى َل ْيلَة‬
َ ‫ بق َيام َها ه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬
.‫ع َل َها‬
َ ‫ضا َء لَ شعَا‬
َ ‫صبي َحة َي ْوم َها بَ ْي‬
َ ‫الش ْمس فى‬
''.......Ubay ibn Ka'b,dia berkata: "... demi Dzat yang tiada tuhan kecuali Dia,
sungguh malam (Lailatul Qadar) itu ada dalam bulan Ramadhan. Demi A llah aku
sungguh tahu kapan malam itu, yaitu malam yang kita diperintah oleh Rasulullah
SAW untuk beribadah didalamnya, yaitu malam 27 yang bersinar. Adapun tanda-
tandanya adalah matahari terbit pagi harinya dengan cahaya putih namun tidak
ada sorotnya”
b. Malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin,
pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan
Imam Ibn Khuzaimah meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab shahihnya juz
VIII halaman 106, Sanad dan matannya sebagai berikut:

‫ عن‬، ‫ عن سلمة هو ابن وهرام‬، ‫ حدثنا زمعة‬، ‫ حدثني أبو عامر‬، ‫حدثنا بندار‬
‫ « ليلة‬: ‫ عن النبي صلى هللا عليه وسلم في ليلة القدر‬، ‫ عن ابن عباس‬، ‫عكرمة‬
»‫ تصبح الشمس يومها حمراء ضعيفة‬، ‫ ل حارة ول باردة‬، ‫طلقة‬
"...dari Ibn Abbas,dari Nabi Shollallaahu 'alaihi wasallam, tentang Lailatul
Qadar :"Malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak
begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-
merahan"
c. Udara dan angin sekitar terasa tenang.
Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ٌ‫ضع ْيفَة‬
َ ‫صب ْي َحت َها‬ َ ‫طلَقَةٌ َل َح‬
ْ ‫ارة َو َل َباردَة ت‬
َ ‫صبح الش َْمس‬ َ ٌ‫س ْم َحة‬
َ ٌ‫لَ ْيلَة القَدَر لَ ْيلَة‬
‫َح ْم َراء‬
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu
panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan
nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan
periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)
d. Malam yang terang bercahaya, tidak panas, tidak dingin, tiada awan, tiada hujan,
tiada angin, dan dimalam itu tiada dilempar dengan bintang. Tanda dipagi harinya
adalah matahari terbit tanpa ada cahaya yang bersinar
Ath Thabarani meriwayatkan dalam Musnad Syamiyyin juz IV halaman 309
nomor urut 3389, cetakan ke I tahun 1984-1405, Muassasah al Risalah Beirut
meriwayatkan: Sanad dan matannya sebagai berikut:

‫حدثنا الوليد بن حماد الرملي ثنا سليمان بن عبد الرحمن ثنا بشر بن عون ثنا‬
‫بكار بن تميم عن مكحول عن واثلة بن األسقع عن رسول هللا قال ( ليلة القدر ( ليلة‬
‫) بلجة ل حارة ول باردة ول سحاب فيها ول مطر ول ريح ول يرمى فيها بنجم‬
)‫ومن عالمة يومها تطلع الشمس ل شعاع لها‬
"...Dari Watsilah ibn al Asqa' dari Rasulillah Shollallaahu 'alaihi wasallam:
(Lailatul Qadar itu adalah) "Malam yang terang bercahaya, tidak panas, tidak
dingin, tiada awan, tiada hujan, tiada angin, dan dimalam itu tiada dilempar
dengan bintang. Tanda dipagi harinya adalah matahari terbit tanpa ada cahaya
yang bersinar"
6. Amaliyyah di Malam Lailatul Qodar
Lantas bagaimana yang dimaksud dengan Rasulullah SAW menghidupkan
malamnya? Apakah beribadah semalam suntuk sampai pagi? Jawaban yang tersedia
adalah Rasulullah SAW tidak tidur tetapi disibukkan dengan ibadah pada sebagian besar
malam, bukan semalam suntuk sampai pagi. Sebab, ada riwayat dari Aisyah RA yang
menyatakan bahwa ia tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW beribadah semalam
penuh sampai pagi.
َ ‫ي ت َ َر َك الن ْو َم الذي ه َو أَخو ْال َموﺕ َوتَ َعبدَ م ْع‬
‫ظ َم الليْل َل كله ب َقرينَة‬ ْ َ ‫(وأ َ ْح َيا لَ ْيلَه) أ‬
َ
‫ام لَ ْيلَة َحتى الصبَاح‬ َ ‫شةَ َما‬
َ َ‫عل ْمته ق‬ َ ‫َخبَر‬
َ ‫عائ‬

Artinya, “(dan menghidupkan malamnya) maksudnya adalah Rasulullah SAW


tidak tidur di mana tidur adalah saudara kematian, dan beribadah pada sebagian besar
malam bukan seluruhnya sebab ada riwayat dari Aisyah ra yang menyatakan: ‘Aku tidak
pernah mengetahui Rasulullah SAW melakukan ibadah satu malam penuh sampai pagi
hari,’” (Lihat, Abdurrauf al-Munawi, Faidlul Qadir, Bairut-Darul Kutub al-Ilmiyyah, cet
ke-1, 1415 H/1994 M, juz V, halaman 168)
Maka dari itu, usahakan beribadah sebanyak mungkin dari awal Ramadhan
hingga akhir Ramadhan. Bisa jadi satu dari sekian banyak ibadah yang kita kerjakan
bertepatan dengan malam penuh kemuliaan itu.
Dalam hadits riwayat Ahmad disebutkan,

‫من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا ﻏفر له ما تقدم من ذنبه‬

“Siapa yang mendirikan (memperbanyak ibadah) pada malam lailatul qadar


atas dasar keimanan dan keikhlasan, maka dosanya diampuni, baik yang berlalu
maupun yang akan datang.”
Hadits ini mengisyaratkan kita untuk terus-menerus dan menjaga konsistensi
ibadah di bulan Ramadhan karena kita tidak tahu kapan datangnya lailatul qadar.
Adapun Amalan-amalan yang dilakukan:
a. Ibadah, Sedekah, Sholat dan Zakat

‫ العمل في ليلة القدر والصدقة والصالة‬:‫وأخرج عبد بن حميد عن أنس قال‬


)303 .‫ ص‬/10 ‫والزكاة أفضل من ألف شهر (الدار المنثور – ج‬
Anas berkata: “Amal ibadah di malam Lailatul Qadar, sedekah, salat dan
zakat adalah lebih utama daripada 1000 bulan” (al-Hafidz asSuyuthi dalam ad-
Durr al-Mantsur 10/303)
b. Sholat Sunnah

‫عن ابن عباس عن النبي عليه الصالة والسالم انه قال من صلي في ليلة‬
‫القدر ركعتين يقرأ في كل ركعة بفاتحة الكتاب مرة والخالص سبع مراﺕ فإذا‬
‫سلم يقول استﻐفر اللـه واتوب إليه فال يقوم من مقامه حتى يﻐفر هللا له وألبويه‬
‫ويبعث هللا تعالي مالئكة إلى الجنان يﻐرسون له الشجار و يبنون القصورو‬
‫يجرون النهار وليﺨرجون من الدنيا حتى يرﻯ ذلك كله‬
“Dari Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau

bersabda :“ barangsiapa yang menjalankan sholat pada malam Lailatul Qadr


sebanyak 2 (dua) rokaat , didalam setiap rokaatnya setelah membaca Al Fatihah (1)
satu kali , kemudian membaca surat Al-Ikhlas 7 (tujuh) kali dan setelah salam
membaca Astaghfirullahal azhiim wa atubu ilaih 70 (tujuh puluh) kali , maka
selama dia mendirikannya Allah akan mengampuni dirinya dan kedua orang tuanya
dan Allah Ta’ala akan mengutus Malaikat untuk menanam (untuknya) pepohonan di
Surga, membangun gedung-gedung dan mengalirkan sungai-sungai didalamnya,
dan dia ( orang yg menjalankan sholat Lailatul Qadr ) tidak akan keluar dari dunia
sehingga dia pernah melihat seluruhnya.“
c. Shlolat Isya’ dan Shubuh Berjama’ah

‫ «من صلى ليلة القدر العشا َء والفجر في جماعة‬:‫أنس رضي هللا تعالى عنه‬
».‫فقد أخذ من ليلة القدر بالنصيب الوافر‬
“Barang siapa sholat Isya’ dan Subuh secara berjama’ah di malam lailatul
Qodar, maka baginya akan mendapatkannya secara penuh”
d. Baca Doa ‫ سبحان رب السمواﺕ السبع ورب العرش العظيم‬،‫ ل إله إل هللا الحليم الكريم‬sebanyak 3 kali

‫ «من قال ل‬:‫روﻯ ابن عباس مرفوعا عنه صلى هللا تعالى عليه وسلم أنه قال‬
‫ سبحان رب السمواﺕ السبع ورب العرش العظيم (ثالﺙ‬،‫إله إل هللا الحليم الكريم‬
»‫مراﺕ) كان كمثل من أدرك ليلة القدر‬
Nabi bersabda: “Barang siapa yang membaca ‫ سبحان رب‬،‫ل إله إل هللا الحليم الكريم‬
‫ السمواﺕ السبع ورب العرش العظيم‬sebanyak tiga (3) kali maka baginya seolah
mendapatkan lailatul qodar.”

e. Baca Doa ‫عني‬ ‫اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف‬
‫عن عائشة قالت قلت يارسول هللا أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول‬
‫فيها قال " قولى اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني" قال هذا حديث حسن‬
)6 .‫ ص‬/13 ‫صحيح (سنن الترمذي – ج‬
‘Aisyah RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul,
andaikan aku bertemu lailatul qadar, do’a apa yang bagus dibaca? Rasul menjawab,
‘Allâhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annî,’ (Wahai Tuhan, Engkau
Maha Pengampun, Engkau menyukai orang yang minta ampunan. Karenanya
ampunilah aku),” (HR Ibnu Majah).
f. Membaca Ayat Kursi

‫ «من قرأ آية الكرسي ليلة القدر كان أحب‬:‫وقال صلى هللا تعالى عليه وسلم‬
»‫إلى هللا تعالى من أن يﺨتم القرآن في ﻏيرها من الليالي‬
‫‪‘Barang siapa membaca ayat kursi di malam lailatul qodar maka Allah lebih‬‬
‫‪menyukainya dari pada mengkhatamkan Al-Qur’an di malam-malam selain lailatul‬‬
‫’‪qodar‬‬
‫‪g. Baca Doa‬‬
‫‪Adapun doa yang dibaca di malam lailatul qodar ada dua versi sebagai‬‬
‫‪berikut:‬‬
‫‪(1) Versi Pertama:‬‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‪ .‬الحمد هلل رب العالمين‪ ،‬اللهم صل على سيدنا‬
‫ي يا قيوم‪ ،‬يا ذا الجالل واإلكرام‪ ،‬اللهم تقبل‬
‫محمد وعلى آله وصحبه وسلم‪ .‬يا ح ُّ‬
‫منا صيام شهر رمضان على ما كان فيه من تساهلنا‪ ،‬وإل بفضلك تفضل علينا‪،‬‬
‫اللهم اجعله كفارة لما سبق من ذنوبنا‪ ،‬وعصمة فيما بقي من أعمارنا‪ ،‬وارزقنا‬
‫ضى بها عنا يا ذا الجالل واإلكرام‪( .‬اللهم) اجعلنا فيه من‬
‫أعمال صالحة تر َ‬
‫المقبولين‪ ،‬ول تجعلنا فيه من المردودين‪ ،‬ول من المﻐضوب عليهم ول من‬
‫الضالين (اللهم) تقبله منه‪ ،‬وأعده علينا أعواما بعد أعوام‪ ،‬وسنينَ بعد سنين‪،‬‬
‫مجتمعين ﻏير متفرقين‪ ،‬راضين ﻏير ساخطين‪ ،‬مﻐفورا لنا ﻏير مذنبين‪ .‬ربنا‬
‫تقبل منا إنك حميدٌ مجيدٌ‪( .‬اللهم) تقبل منا أعمالنا على ما كان فيه من ضعفنا‬
‫وتقصيرنا (اللهم) وأشركنا في دعاء الصالحين‪ ،‬واجعل لنا في دعائهم حظا‬
‫أجزلت لهم ليلة القدر‪،‬‬
‫َ‬ ‫ونصيبا برحمتك يا أرحم الراحمين (اللهم) اجعلنا ممن‬
‫وجعلتها لهم خيرا من ألف شهر مع عظيم األجر وكريم الذُّخر‪ ،‬وما كان فيه من‬
‫بر وذكر وشكر‪ ،‬فتقبله منا وأحسن قبولنا‪ ،‬وما كان منا من تفريط وتقصير‬
‫وتضييع فتجاوز عنا بسعة رحمتك يا أرحم الراحمين‪( .‬اللهم) استجب دعاءنا‬
‫واسمع فيه نداءنا وقو أبداننا‪ ،‬ول ترتد أيدينا صفرا إلى نحورنا‪ ،‬برحمتك يا‬
‫أرحم الراحمين‪ .‬واعتق رقابنا‪ ،‬ورقاب آبائنا وأمهاتنا من النار‪ ،‬واجعلنا من‬
‫المتقين األخيار برحمتك يا عزيز يا ﻏفار‪ .‬وهب (اللهم) لنا سوالف اآلثام‪ ،‬وتقبل‬
‫منا الصالة والقراءة والصدقة والصيام والقيام‪ ،‬واعصمنا فيما بقي من األيام‪،‬‬
‫وأحلنا برحمتك دار السالم‪ ،‬ول ترنا قبيحا بعد هذا المقام‪ ،‬واحشرنا مع األولياء‬
‫البررة الكرام برحمتك يا أرحم الراحمين ﴿ربنا ل تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا‬
‫َ‬
‫ربنا ول تحمل علينا إصرا كما حملته على الذين من قبلنا‪ ،‬ربنا ول تحملنا ما ل‬
‫طاقة لنا به‪ ،‬واعف عنا واﻏفر لنا وارحمنا‪ ،‬أنت مولنا فانصرنا على القوم‬
‫الكافرين﴾ برحمتك يا أرحم الراحمين‪ ،‬والحمد هلل رب العالمين‪ ،‬وصلى هللا‬
‫تعالى على خير خلقه سيدنا ومولنا محمد وآله وصحبه وسلم‬
‫‪(2) Versi Kedua:‬‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‪ .‬الحمد هلل رب العالمين‪( ،‬اللهم) صل على سيدنا‬
‫محمد وعلى آله وصحبه وسلم‪ .‬ثم يقرأ «آية الكرسي» (ثالثا) ثم «ل إله إل هللا‬
‫الحليم الكريم‪ ،‬سبحان هللا رب السمواﺕ السبع ورب العرش العظيم» (ثالﺙ‬
‫العفو فاعف عني (ثالثا)‪( .‬اللهم) إني‬
‫َ‬ ‫مراﺕ)‪( .‬اللهم) إنك عفو كري ٌم تحب‬
‫العفو والعافية والمعافاة الدائمة في الدين والدنيا واآلخرة‪( .‬اللهم) أحسن‬
‫َ‬ ‫أسألك‬
‫عاقبتنا في األمور كلها‪ ،‬وأجرنا من خزي الدنيا وعذاب األخرة‪﴿ ،‬ربنا آتنا في‬
‫الدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة وقنا عذاب النار﴾ وأدخلنا الجنة مع األبرار‪ ،‬يا‬
‫عزيز يا ﻏفار (اللهم) إني أسألك أن تتقبل منا ما عملناه في هذا الشهر الفضيل‬
‫من الصالة والصيام والقيام‪ ،‬وكل فعل جميل‪ ،‬وأن تكفر عنا السيئاﺕ وتجز َل لنا‬
‫الحسناﺕ‪ ،‬وتجعل حظنا فيه موفورا‪ ،‬وسعينا فيه مشكورا‪ ،‬وتجعلنا من الموفقين‬
‫أﺕ لهم لذيذَ المناجاة‬
‫الذين فرقوا أوقاتهم فيه مع اإلخالص بين صوم وسهر‪ ،‬وهي َ‬
‫بصالح الدعواﺕ بين وسط الليل والسحر‪ ،‬وتجعلنا ممن قام بواجباته وسننه‬
‫واجتهد في عمارة زمنه‪ ،‬وتﺨلص من آفاﺕ الصوم وفتنه‪ ،‬وأخلص في سره‬
‫وعلنه‪ ،‬وتب علينا فيه توبة نصوحا ل ننقض عقدها أبدا‪ ،‬واحفظنا في ذلك‬
‫لنكون من جملة السعدَا‪( .‬اللهم) إن لك في كل ليلة من هذا الشهر عتقاء من النار‬
‫فاجعلنا من العتقاء‪ ،‬وأدخلنا الجنة مع األبرار‪ ،‬واجعلنا من العائدين ألمثاله‪،‬‬
‫المقبولين الفائزين بالنبي وآله‪ ،‬صلى هللا تعالى وسلم عليه‪ ،‬وزاده فضال وشرفا‬
‫لديه (إلهي) تعرض إليك في هذه الليلة المتعرضون‪ ،‬وقصدَك وأمل معروفك‬
‫وفضلك الطالبون‪ ،‬ورﻏب إلى جودك وكرمك الراﻏبون‪ ،‬ولك في هذه الليلة‬
‫نفحاﺕٌ وعطايا‪ ،‬وجوائز ومواهب وهباﺕ تمن بها على من تشاء من عبادك‪،‬‬
‫وتﺨص بها من أحببته من خلقك‪ ،‬وتمنع وتحرم من لم تسبق له العناية منك‪،‬‬
‫فأسألك يا هللا بأحب األسماء إليك‪ ،‬وأكرم األنبياء عليك‪ ،‬أن تجعلني ممن سبقت‬
‫له منك العناية‪ ،‬وتجعلني من أوفر عبادك وأجزل خلقك خظا ونصيبا‪ ،‬وقسْما‬
‫وهبة وعطية في كل خير تقسمه في هذه الليلة‪ ،‬أو فيما بعدها من نور تهدي به‬
‫أو رحمة تنشرها‪ ،‬أو رزق تبسطه‪ ،‬أو ضر تكشفه‪ ،‬أو ذنب تﻐفره‪ ،‬أو شدة‬
‫تدفعها‪ ،‬أو فتنة تصرفها‪ ،‬أو بالء ترفعه‪ ،‬أو معافاة تمن بها‪ ،‬وعدو تكفيه‪ ،‬فاكفني‬
‫كل شر‪ ،‬ووفقني (اللهم) لمكارم األخالق‪ ،‬وارزقني العافية والبركة والسعة في‬
‫األرزاق وسلمني من الرجز والشرك والنفاق‪( .‬اللهم) إن لك نسماﺕ لطف إذا‬
‫هبت على مريض ﻏفلة شفته‪ ،‬وإن لك نفحاﺕ عطف إذا توجهت إلى أسير هوﻯ‬
‫أطلقته‪ ،‬وإن لك عناياﺕ إذا لحظت ﻏريقا في بحر الضاللة أنقذته‪ ،‬وإن لك‬
‫لطائف كرم إذا ضاقت الحيلة‬
‫َ‬ ‫سعاداﺕ إذا أخذﺕ بيد شقي أسعدته‪ ،‬وإن لك‬
‫لمذنب وسعته‪ ،‬وإن لك فضائل ون َعما إذا تحولت لفاسد أصلحته‪ ،‬وإن لك نظراﺕ‬
‫نظرﺕ بها إلى ﻏافل أيقطته‪ ،‬فهب لي (اللهم) من لطفك الﺨفي نسمة‬
‫َ‬ ‫رحمة إذا‬
‫مرض ﻏفلتي‪ ،‬وان َفحني من عطفك الوفي نفحة طيبة تطلق بها أسري‬
‫َ‬ ‫تشفي بها‬
‫من وثاق شهوتي والحظني واحفظني بعين عنايتك مالحظة تنقذني بها وتنجيني‬
‫بها من بحر الضاللة‪ ،‬وآتني من لدنك رحمة في الدنيا واآلخرة تبدلني بها سعادة‬
‫من شقاوة‪ ،‬واس َمع دعائي وعجل إجابتي‪ ،‬واقض حاجتي‪ ،‬وعافني‪ ،‬وهب لي‬
‫من كرمك وجودك الواسع ما ترزقني به اإلنابة إليك‪ ،‬مع صدق اللجاء وقبول‬
‫الدعاء‪ ،‬وأهلني لقرع بابك بالدعاء يا جواد‪ ،‬حتى يتص َل قلبي بما عندك‪،‬‬
‫وتضرعي في‬
‫ُّ‬ ‫وأكرم معبود‪ .‬ابتهالي‬
‫َ‬ ‫خير مقصود‬
‫وت َبلﻐني بها إلى قصدك يا َ‬
‫طلب معونتك‪ ،‬وأتﺨذك يا إلهي َمفزَ عا وملجأ أرفع إليك حاجتي ومطالبي‬
‫وشكواي‪ ،‬وأبدي إليك ضري وأفوض إليك أمري ومناجاتي‪ ،‬وأعتمد عليك في‬ ‫َ‬
‫جميع أموري وحالتي‪( .‬اللهم) إني وهذه الليلة ٌ‬
‫خلق من خلقك فال تَبلني( ) فيها‬
‫ول بعدها بسوء ول مكروه ول تقدر علي فيها معصية ول زلة ول تثبت علي‬
‫فيها ذنبا‪ ،‬ول تَبلني فيها إل بالتي هي أحسن‪ ،‬ول تزين لي جراءة على‬
‫محارمك‪ ،‬ول ركونا إلى معصيتك‪ ،‬ول ميال إلى مﺨالفتك‪ ،‬ول تركا لطاعتك‪،‬‬
‫ول استﺨفافا بحقك‪ ،‬ول ش ًّكا في رزقك‪ ،‬فأسألك (اللهم) نظرة من نظراتك‪،‬‬
‫ورحمة من رحماتك‪ ،‬وعطية من عطاياك اللطيفة‪ ،‬وارزقني من فضلك‪ ،‬واكفني‬
‫شر خلقك‪ ،‬واحفظ علي دين اإلسالم‪ ،‬وانظر إلينا بعينك التي ل تنام وآتنا في‬
‫الدنيا حسنة‪ ،‬وفي اآلخرة حسنة‪ ،‬وقنا عذاب النار (ثالثا)‪( .‬اللهم) إني أسألك من‬
‫خير ما تعلم‪ ،‬وأعوذ بك من شر ما تعلم‪ ،‬وأستﻐفرك لما تعلم‪ ،‬إنك أنت عالم‬
‫الﻐيوب‪( .‬اللهم) إني أسألك من خير ما تعلم وما ل أعلم‪ ،‬وأستﻐفرك لما أعلم‬
‫محجوب‪ ،‬ول نعلم أمرا فنﺨتاره‬
‫ٌ‬ ‫العلم عندك وهو عنا‬
‫َ‬ ‫ولما ل أعلم‪( ،‬اللهم) إن‬
‫ألنفسنا وقد فوضنا إليك أمورنا‪ ،‬ورفعنا إليك حاجاتنا‪ ،‬ورجوناك لفاقاتنا وفقرنا‪،‬‬
‫فأرشدنا يا هللا‪ ،‬وثبتنا ووفقنا إلى أحب األمور إليك وأحمدها لديك‪ ،‬إنك تحكم بما‬
‫قدير‪ ،‬ول حول ول قوة إل باهلل‬
‫ٌ‬ ‫تشاء‪ ،‬وتفعل ما تريد‪ ،‬وأنت على كل شيء‬
‫العلي العظيم‪ ،‬وصلى هللا تعالى على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم‬
‫أجمعين‪ ،‬وسال ٌم على المرسلين والحمد هلل رب العالمين‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai