Anda di halaman 1dari 5

Surat Al Qadr (‫ )القدر‬adalah surat ke-97 dalam Al-Qur’an.

Berikut ini terjemahan, asbabun nuzul, dan


tafsir Surat Al Qadr.

Surat ini terdiri dari lima ayat. Nama surat ini Al Qadr yang berarti keagungan dan kemuliaan. Mengacu
pada lailatul qadar -malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan- yang menjadi inti surat.

Sebagian ulama berpendapat surat ini madaniyah karena membicarakan lailatul qadar yang merupakan
salah satu malam di bulan Ramadhan. Dan kewajiban puasa Ramadhan baru mulai pada tahun 2 hijriyah.
Namun, mayoritas mufassirin berpendapat surat ini makkiyah. Ibnu Katsir, Syaikh Wahbah Az Zuhaili,
Sayyid Qutb, dan Buya Hamka termasuk yang berpendapat surat ini makkiyah.

Asbabun Nuzul

Seperti pada pengantar di atas, mayoritas mufassirin berpendapat Surat Al Qadr adalah surat makkiyah.
Dari urutan turunnya, surat ini urutan ke-24 atau ke-25. Yakni sesudah Surat Abasa, sebelum Surat Asy
Syams.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan ada tiga pendapat mengenai asbabun
nuzul surat ini. Namun, satu pendapat tertolak. Sehingga, tinggal dua pendapat yang bisa menjadi
rujukan.

Pertama, Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Hasan bin Ali bahwa lailatul qadar lebih baik dari seribu
bulan. Turunnya surat tersebut karena perbuatan buruk Bani Umayyah kepada Ali bin Abu Thalib selama
seribu bulan. Namun, pendapat ini tertolak. Sebab surat ini turun jauh sebelum terjadinya perselisihan
Ali dan Muawiyah. Dan masa daulah Bani Umayyah berlangsung 92 tahun, bukan seribu bulan (83
tahun).

Kedua, Ibnu Abi Hatim dan Al-Wahidi meriwayatkan dari Mujahid bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah menyebutkan seorang laki-laki dari Bani Israil berjihad di jalan Allah selama seribu
bulan. Kaum muslimin takjub dengan itu, lalu Allah menurunkan Surat Al Qadr. Bahwa lailatul qadar
lebih baik dari seribu bulan jihadnya Bani Israil.

Ketiga, Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Dulu di kalangan Bani Israil ada seorang laki-
laki yang shalat malam hingga waktu Subuh. Ia juga berjihad memerangi musuh di waktu siang hingga
menjelang malam. Ia melakukan itu selama seribu bulan. Lalu Allah menurunkan surat ini. Menjelaskan
bahwa lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan amal tersebut.”

Tafsir Surat Al Qadr

1. Surat Al Qadr ayat 1


‫ِإَّنا َأْنَز ْلَناُه ِفي َلْيَلِة اْلَقْد ِر‬

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.

Ibnu Katsir menjelaskan, Allah menurunkan Al-Qur’an pada malam lailatul qadar, malam yang penuh
berkah. Sebuah malam pada bulan Ramadhan. Sebagaimana firman-Nya:

‫ِإَّنا َأْنَز ْلَناُه ِفي َلْيَلٍة ُمَباَر َك ٍة‬

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati. (QS. Ad Dukhan: 3)

‫َش ْهُر َر َم َضاَن اَّلِذ ي ُأْنِز َل ِفيِه اْلُقْر َآُن‬

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran … (QS. Al Baqarah: 185)

Mayoritas ulama berpendapat bahwa turunnya Al-Qur’an melalui dua tahap. Pertama, Allah
menurunkan Al-Qur’an dari lauhul mahfudh ke baitul izzah secara sekaligus. Kedua, Allah menurunkan
Al-Qur’an dari baitul izzah kepada Rasulullah secara berangsur-angsur selama sekitar 22 tahun. Sebagian
ulama mengatakan 22 tahun, 2 bulan, 22 hari.

Nah, turunnya Al-Qur’an pada lailatul qadar di ayat ini yang mana? Apakah turunnya sekaligus dari
lauhul mahfudh atau awal turunnya Al-Qur’an kepada Rasulullah di Gua Hira?

Ayat ini menggunakan kata anzala (‫ )أنزل‬yang umumnya berarti turun sekaligus. Bentuk lainnya adalah
nazzala (‫ )نزل‬yang umumnya menunjukkan arti turun sedikit demi sedikit atau berangsur-angsur.
Sehingga ayat ini menunjukkan Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus dari lauhul mahfudh ke baitul
izzah pada lailatul qadar. Yang menurut mayoritas ulama terjadi pada malam ganjil pada sepuluh hari
terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫ َوِإَّنَها ِفى اْلَع ْش ِر اَألَو اِخ ِر ِفى ِوْتٍر‬، ‫ َوِإِّنى ُنِّسيُتَها‬، ‫ِإِّنى ُأِريُت َلْيَلَة اْلَقْد ِر‬

Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan –atau lupa- maka carilah ia di sepuluh
malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil. (Muttafaq ‘alaih)

Syaikh Manna Al-Qaththan menjelaskan dua pendapat tentang turunnya Al-Qur’an (nuzulul Quran)
dalam Surat Al Qadr ini. Pendapat pertama menyatakan bahwa nuzulul Qur’an adalah turunnya Al-
Qur’an secara sekaligus dari lauhul mahfudh ke baitul izzah di langit dunia. pelopornya adalah Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu.

Pendapat kedua menyatakan ayat ini menerangkan tentang permulaan turunnya Al Quran kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pelopornya adalah Amr bin Syarahil Asy-Sya’bi, seorang tabi’in
besar, ahli hadits dan fikih, guru Imam Abu Hanifah.

2. Surat Al Qadr ayat 2

‫َوَم ا َأْد َراَك َم ا َلْيَلُة اْلَقْد ِر‬


Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

Kalimat maa adraaka (‫ )ما أدراك‬adalah ungkapan yang Al Qur’an gunakan untuk menggambarkan
kehebatan sesuatu yang hakikatnya sulit terjangkau. Misalnya untuk hari kiamat:

‫َوَم ا َأْد َراَك َم ا اْلَقاِرَع ُة‬

Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? (QS. Al Qariah: 3)

Juga hal-hal yang luar biasa seperti lailatul qadar pada ayat ini.

Kalimat ini sekaligus merupakan ta’kid (kalimat penguat) untuk memberitahukan betapa hebat dan
mulianya lailatul qadar.

Ada empat pendapat ulama mengenai makna al qadr pada ayat ini. Pertama, penetapan. Lailatul qadar
adalah malam penetapan Allah atas perjalanan makhluk selama setahun. Ulama yang berpendapat
demikian berdalil dengan Surat Ad Dukhan ayat 3-4.

Kedua, pengaturan. Pada lailatul qadar, Allah mengatur khittah atau strategi bagi Rasulullah guna
mengajak manusia kepada kebajikan.

Ketiga, kemuliaan. Allah menurunkan Al-Qur’an pada malam yang mulia. Ibadah di malam itu juga
memiliki nilai tambah berupa kemuliaan dan ganjaran yang berbeda dengan malam-malam lainnya.

Keempat, sempit. Yakni pada malam itu turun begitu banyak malaikat sehingga bumi menjadi penuh
bagaikan sempit.

3. Surat Al Qadr ayat 3

‫َلْيَلُة اْلَقْد ِر َخ ْيٌر ِم ْن َأْلِف َشْهٍر‬

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

Keempat pendapat tetang makna lailatul qadar tersebut tidak salah karena secara bahasa memang
demikian. Namun secara khusus, inilah jawaban pertama atas pertanyaan di ayat sebelumnya. Lailatul
qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dari dua riwayat tentang asbabun nuzul Surat Al
Qadr di atas, lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan ibadah di waktu lain yang tidak ada lailatul qadar
di dalamnya.

“Amalan di malam lailatul qadar lebih baik daripada melakukan hal yang sama dalam seribu bulan,” kata
Mujahid.

Ibnu Katsir menguatkan pendapat pilihan Ibnu Jarir. Bahwa lailatul qadar itu lebih afdhal daripada
melakukan ibadah selama seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat lailatul qadar.

4. Surat Al Qadr ayat 4

‫َتَنَّز ُل اْلَم اَل ِئَك ُة َو الُّر وُح ِفيَها ِبِإْذ ِن َر ِّبِهْم ِم ْن ُك ِّل َأْم ٍر‬
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala
urusan.

Ini penjelasan berikutnya tentang lailatul qadar.

“Yaitu banyak malaikat yang turun di malam kemuliaan ini karena berkahnya yang banyak,” kata Ibnu
Katsir dalam Tafsirnya. “Dan para malaikat turun bersamaan dengan turunnya berkah dan rahmat,
sebagaimana mereka pun turun ketika Al-Qur’an dibacakan mengelilingi halaqah-halaqah dzikir serta
meletakkan sayap mereka menaungi orang yang menuntut ilmu dengan benar karena
menghormatinya.”

Ibnu Katsir menjelaskan, Ar Ruh (‫ )الروح‬pada ayat ini artinya Malaikat Jibril, menurut suatu pendapat.
Dan malaikat tertentu, menurut pendapat yang lain.

Min kulli amr (‫ )من كل أمر‬menurut Qatadah adalah semua urusan ditetapkan di dalamnya dan semua ajal
serta rezeki ditakdirkan. Sebagaimana firman-Nya:

‫ِفيَها ُيْفَر ُق ُك ُّل َأْم ٍر َحِكيٍم‬

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (QS. Ad Dukhan: 4)

5. Surat Al Qadr ayat 5

‫َس اَل ٌم ِهَي َح َّتى َم ْطَلِع اْلَفْج ِر‬

Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Salam (‫ )سالم‬pada ayat ini maksudnya adalah penuh keselamatan. “Setan tidak mampu berbuat
keburukan padanya atau melakukan gangguan padanya,” kata Ibnu Katsir.

Asy Sya’bi mengatakan, maksudnya adalah salam malaikat di malam lailatul qadar kepada orang-orang
yang ada di masjid sampai terbit fajar.

Dalam Al-Qur’an, kata salam terulang 42 kali dengan berbagai maksud. Antara lain:

1. Ucapan salam yang berfungsi sebagai doa.

2. Keadaan atau sifat sesuatu

3. Menggambarkan sikap mencari selamat dan damai

4. Sebagai sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jika maknanya doa, ayat ini menginformasikan bahwa para malaikat mendoakan setiap orang yang
mendapat lailatul qadar. Apabila maknanya keadaan, artinya malam tersebut penuh kedamaian.
Selain itu, penafsiran ayat ini juga berarti lailatul qadar berlangsung hingga terbit fajar. Sehingga siapa
pun yang beribadah di malam itu meskipun hanya sepertiga malam terakhir atau sebentar saja, ia
mendapatkan lailatul qadar. Tentu yang paling utama jika menghidupkan keseluruhan malam dengan
i’tikaf di masjid.

Penutup Tafsir Surat Al Qadr

Sayyid Qutb menyebut surat ini sebagai nash yang membicarakan lailatul qadar dengan berbinar dan
bersinar. Itulah malam agung yang bumi tidak pernah menyaksikan malam yang seperti itu dalam
keagungan, petunjuk, dan dampaknya terhadap kehidupan manusia.

Pada penutup tafsir Surat ini, ia juga menegaskan bahwa manhaj Islam di dalam tarbiyah (pendidikan)
selalu menghubungkan ibadah dengan hakikat-hakikat akidah di dalam hati. Juga menjadikan ibadah
sebagai wasilah untuk menghidupkan dan menjelaskan hakikat-hakikat ini. Juga memantapkannya
dalam bentuk yang hidup dan membangkitkan perasaan, bukan hanya berhenti pada batas-batas
pemikiran.

Kita bisa mendapati bagaimana Rasulullah mengajarkannya kepada kita soal ini. Misalnya keutamaan
lailatul qadar sebagai penjabaran dalam ayat ini, Rasulullah menjelaskan ia hanya bisa didapatkan
dengan iman dan keikhlasan.

Anda mungkin juga menyukai