Anda di halaman 1dari 24

Lailatul Qadar.

Malam Seribu Bulan


Minggu, 29 Juli 2012 15:16:24 WIB
LAILATUL QADAR, MALAM SERIBU BULAN
Oleh
Dr. Nashir bin Abdirrahman bin Muhammad al-Judai

Sebab Penamaan Malam Mulia Ini Dengan Nama Lailatul Qadr


Para ulama berselisih pendapat me-ngenai persoalan ini, sebagai berikut:
Pertama, sesungguhnya pada malam lailatul Qadar ini, Allah menetapkan (at-taqdiir) semua
rizki, ajal kematian dan semua peristiwa untuk setahun ke depan, dan para Malaikat mencatat
semua hal itu.
Kedua, pendapat kedua menyatakan bahwa kemulian (al-Qadr), kehormatan dan suasana malam
ini disebabkan oleh diturunkannya (permulaan) al-Qur-an, atau pada malam ini para Malaikat
turun atau turunnya keberkahan, rahmat dan maghfirah pada malam kemuliaan ini.
Ketiga, pendapat berikutnya, bahwa orang yang menghidupkan malam ini akan mendapatkan alQadr (kemuliaan) yang besar, yang belum pernah dia miliki sebelumnya. Malam ini akan
menambah kemuliaannya di sisi Allah Subhanahu wa Taala.
Dan masih terdapat pendapat lainnya. [1]
Keberkahan Lailatul Qadar Dan Keutamaannya
Lailatul Qadar ini merupakan malam yang paling utama. Malam ini dimuliakan oleh Allah
daripada malam-malam lainnya. Maka, ia merupakan malam yang penuh keberkahan
sebagaimana yang difirmankan Allah Jalla wa Alaa:

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi. [Ad-Du-khaan: 3]


Imam al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, Allah mensifati malam ini dengan keberkahan,
karena Dia menurunkan kepada hamba-hamba-Nya berbagai berkah, kebaikan dan pahala pada
malam yang mulia ini. [2]
Maka, lailatul Qadr yang penuh barakah ini mengandung berbagai keutamaan yang agung dan

kebaikan-kebaikan yang banyak. Di antaranya sebagai berikut:


Pertama : Pada malam mulia ini dijelaskan semua perkara yang penuh hikmah. Sesungguhnya
Allah Taala telah mengabarkan persoalan ini lewat firman-Nya:




Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. [Ad-Dukhaan: 4]
Makna kata yufraqu adalah yufashshal (dijelaskan, dirinci). Dan makna kata hakiim adalah almuhkam (yang tepat, teliti dan sempurna).
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma menyatakan bahwa dicatat dari Ummul Kitab pada lailatul
Qadr segala hal yang terjadi pada setahun ke depan berupa kebaikan, keburukan, rizki, ajal
hingga keberangkatan menuju ibadah Haji. [3]
Kedua : Amal-amal yang dikerjakan pada malam mulia ini akan dilipatgandakan dan
pengampunan dosa-dosa orang yang menghidupkan lailatul Qadr ini. Allah Tabaaraka wa
Taaalaa berfirman dalam surat al-Qadr:






Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seri-bu
bulan. [Al-Qadr: 2-3]
Para mufassir (ahli Tafsir) menyatakan, Maknanya adalah amal shalih (yang dilakukan pada)
lailatul Qadr lebih baik dari amal shalih selama seribu bulan (yang dilakukan) di luar lailatul
Qadr. Dan ini merupakan karunia yang agung, rahmat dari Allah pada hamba-hamba-Nya, serta
barakah yang besar lagi nyata yang dimiliki oleh malam yang mulia ini.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallambersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :





.
Barangsiapa yang mendirikan lailatul Qadr karena iman dan mengharapkan pahala (dari Allah),
niscaya diampuni dosa-dosanya yang lalu. [4]
Kata qaama (mendirikan) pada hadits di atas dapat diwujudkan dalam bentuk shalat, berdzikir,
berdoa, membaca al-Qur-an dan berbagai bentuk kebaikan lainnya.

Ketiga : Turunnya al-Qur-an pada lailatul Qadr.


Di antara keutamaan dan keberkahan lailatul Qadr, bahwa al-Qur-an al-Karim -yang di dalamnya
terdapat petunjuk bagi manusia dan bagi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat- telah
diturunkan pada malam ini.
Allah Tabaaraka wa Taala berfirman:



Haa Miim. Demi Kitab (al-Qur-an) yang men-jelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi... [Ad-Dukhaan: 1-3]
Dan Dia berfirman:

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan. [Al-Qadr: 1]
Disebutkan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah turunnya al-Qur-an secara sekaligus (dari
Lauh Mahfuzh ke langit pertama (Baitul Izzah-pent) pada lailatul Qadr, selanjutnya diturunkan
secara bertahap kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Sedangkan pendapat lain
mengatakan, bahwa maksud ayat di atas adalah permulaan turunnya al-Qur-an terjadi pada
lailatul Qadr. [5] Wallaahu alam.
Keempat : Keberkahan lain dari lailatul Qadr ini, yaitu turunnya para Malaikat pada malam yang
mulia ini.
Allah Taala berfirman dalam surat al-Qadr:







Pada malam itu turun Malaikat-Malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk
mengatur segala urusan. [Al-Qadr: 4]
Mengomentari ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya menyatakan, Banyak
Malaikat yang turun pada malam ini, karena banyaknya barakah lailatul Qadr ini. Para Malaikat
turun bersamaan dengan turunnya barakah dan rahmat, sebagaimana halnya ketika mereka hadir
di waktu-waktu seperti ketika al-Qur-an dibacakan, mereka mengelilingi majelis-majelis dzikir,
dan bahkan pada waktu yang lain mereka meletakkan sayap-sayap mereka kepada penuntut ilmu
sebagai sikap penghormatan mereka terhadap sang penuntut ilmu tersebut. [6] Menurut jumhur
ahli tafsir maksud kata war-ruuh adalah Jibril Alaihissallam. Artinya para Malaikat turun
bersama Jibril. Dan Jibril dikhususkan penyebutannya sebagai penghormatan dan pemuliaan

terhadap dirinya. [7]


Kelima : Lailatul Qadr adalah suatu malam yang penuh kesejahteraan. Seluruhnya berisi
kebaikan, tidak ada keburukan di dalamnya.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai ter-bit fajar. [Al-Qadr 5]


Disebutkan berkenaan dengan makna salaamun yaitu, bahwa pada malam ini tidak terjadi
munculnya sebuah penyakit, dan tidak ada satu syaitan pun yang dilepas. Pendapat yang lain
menyatakan makna salaamun adalah kebaikan dan keberkahan. [8] Maka pada sepanjang malam
ini yang terdapat hanya kebaikan, tidak ada kejelekan, hingga terbit fajar. Dan pendapat yang
lain lagi menyebutkan, bahwa maksudnya adalah para Malaikat mendoakan keselamatan buat
mereka yang menghidupkan masjid (ahlul masjid) pada sepanjang lailatul Qadr ini.
Wallaahu Alam.
Inilah beberapa keberkahan dan keutamaan yang sangat nyata dan fenomenal dari malam yang
mulia ini.
Kapan Terjadinya Lailatul Qadr ?
Jumhur ulama bersepakat bahwa lailatul Qadr ini hanya ada pada bulan Ramadhan.
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala:

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an... [Al-Baqarah:


185]
Dan firman-Nya:

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan. [Al-Qadr: 1]
Namun mereka berbeda pendapat dalam penentuan malam keberapakah dari bulan Ramadhan
ini. Pendapat yang kuat (ar-raajih) adalah yang dipegang oleh Jumhur (mayoritas) ulama, yaitu
pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan lebih khusus lagi pada malam-malam yang

ganjil.
Dan dalil atas pendapat tersebut adalah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
memerintahkan kepada para Sahabatnya Radhiyallahu anhum untuk lebih giat beramal pada
masa tersebut.
Telah diriwayatkan oleh al-Bukhari rahimahullah dalam Shahihnya, dari Aisyah Radhiyallahu
anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:







.
Carilah lailatul Qadr pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. [9]
Begitu perhatiannya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terhadap sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan, beliau beritikaf, dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah.
Dan mengenai ketentuan waktu jatuhnya lailatul Qadr ini terdapat banyak pendapat di kalangan
ulama. Namun mengenai indikasi-indikasi terkuat mengenai saat terjadinya lailatul Qadr ini
bahwa matahari terbit pada pagi harinya dengan cerah.
Hikmah dari disembunyikannya lailatul Qadr ini dari pengetahuan manusia, -wallaahu alammenunjukkan keagungan seluruh malam di bulan Ramadhan, dan agar manusia bersungguhsungguh dalam berharap untuk mendapatkannya sehingga ganjaran yang diperolehnya semakin
besar pula.
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, Adapun hikmah dirahasiakannya lailatul Qadr ini, agar
kesungguhan para hamba dalam upaya meraih keutama-annya benar-benar terwujud secara
optimal, sebagaimana (hikmah) disembunyikannya waktu-waktu yang dikabulkan pada hari
Jumat... [10] dan seterusnya.
Maka, sudah menjadi keharusan bagi kaum muslimin untuk mencari waktu (pada sepuluh malam
terakhir-pen) sehingga benar-benar tepat pada lailatul Qadar, kemudian memuliakannya dan
menghidupkannya dengan ibadah dan merendahkan diri kepada Allah dengan doa, dzikir dan
istighfar serta memperbanyak ibadah-ibadah Sunnah kepada Allah sehingga mereka
mendapatkan ridha dari Allah Yang Mahatinggi dan Maha Pemurah serta memberikan ganjaran
dan pahala yang sangat banyak.
[Disalin dari buku At Tabaruk Anwaauhu wa Ahkaamuhu, Judul dalam Bahasa Indonesia
Amalan Dan Waktu Yang Diberkahi, Penulis Dr. Nashir bin Abdirrahman bin Muhammad alJudai, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______

Footnote
[1]. Dari Lailatul Qadr, karya Ahmad al-Iraqi (hal 22-23) dan Nailul Authaar (IV/362).
[2]. Tafsiir al-Qurthubi (XVI/126).
[3]. Tafsiir al-Baghawi (III/148).
[4]. Shahih al-Bukhari (II/228) kitab ash-Shiyaam dan Shahih Muslim (I/524) kitab ash-Shaalah
al-Musaafiriin.
[5]. Dikutip dari kitab Lailatul Qadr, karya al-Iraqi (hal. 20-21).
[6]. Tafsiir Ibni Katsiir (III/532).
[7]. Fat-hul Qadiir, karya Imam asy-Syaukani (V/472).
[8]. Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi (IX/532).
[9]. Shahih al-Bukhari (II/254) kitab ash-Shaum.
[10]. Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi (IX/189).

admin
September 22, 2012

No Comments

Segala puji hanya bagi Allah, yang telah menyampaikan kita dipenghujung 10 hari kedua bulan
Ramadhan. Sebentar lagi kita akan memasuki 10 ketiga atau terakhir bulan Ramadhan. Hari-hari
yang memiliki kelebihan dibanding lainnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada 10
terakhir Ramadhan ini meningkat amaliah ibadah beliau yang tidak beliau lakukan pada hari-hari
lainnya.
Ummul Mu`minin Aisyah radhiyallahu anha mengisahkan tentang Nabi shallallahu alaihi wa
sallam pada 10 terakhir Ramadhan :
.

Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila memasuki 10 terakhir Ramadhan,
beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkat amaliah ibadah beliau), menghidupkan
malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya. Muttafaqun alaihi
Keutamaan 10 Terakhir bulan Ramadhan :
Pertama : Bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam serius dalam melakukan amaliah ibadah
lebih banyak dibanding hari-hari lainnya. Keseriusan dan peningkatan ibadah di sini tidak
terbatas pada satu jenis ibadah tertentu saja, namun meliputi semua jenis ibadah baik shalat,
tilawatul qur`an, dzikir, shadaqah, dll.

Kedua : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membangunkan istri-istri beliau agar mereka
juga berjaga untuk melakukan shalat, dzikir, dan lainnya. Hal ini karena semangat besar beliau
shallallahu alaihi wa sallam agar keluarganya juga dapat meraih keuntungan besar pada waktuwaktu utama tersebut. Sesungguhnya itu merupakan ghanimah yang tidak sepantasnya bagi
seorang mukmin berakal untuk melewatkannya begitu saja.
Ketiga : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beritikaf pada 10 Terakhir ini, demi beliau
memutuskan diri dari berbagai aktivitas keduniaan, untuk beliau konstrasi ibadah dan merasakan
lezatnya ibadah tersebut.
Keempat : Pada malam-malam 10 Terakhir inilah sangat besar kemungkinan salah satu di
antaranya adalah malam Lailatur Qadar. Suatu malam penuh barakah yang lebih baik daripada
seribu bulan.
Keutamaan Lailatul Qadr
Di antara nikmat dan karunia Allah subhanahu wa taala terhadap umat Islam, dianugerahkannya
kepada mereka satu malam yang mulia dan mempunyai banyak keutamaan. Suatu keutamaan
yang tidak pernah didapati pada malam-malam selainnya. Tahukah anda, malam apakah itu? Dia
adalah malam Lailatul Qadr. Suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana
firman Allah I:




*



*
*

*
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr).
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu? Malam kemuliaan itu (Lailatul
Qadr) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai
terbit fajar. (Al-Qadr: 1-5)
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata: Bahwasanya (pahala) amalan pada malam
yang barakah itu setara dengan pahala amalan yang dikerjakan selama 1000 bulan yang tidak ada
padanya Lailatul Qadr. 1000 bulan itu sama dengan 83 tahun lebih. Itulah di antara keutamaan
malam yang mulia tersebut. Maka dari itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam berusaha untuk
meraihnya, dan beliau bersabda:






Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap
balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu. (H.R Al Bukhari no.1768, An
Nasai no. 2164, Ahmad no. 8222)
Demikian pula Allah subhanahu wa taala beritakan bahwa pada malam tersebut para malaikat
dan malaikat Jibril turun. Hal ini menunjukkan betapa mulia dan pentingnya malam tersebut,

karena tidaklah para malaikat itu turun kecuali karena perkara yang besar. Kemudian Allah
subhanahu wa taala mensifati malam tersebut dengan firman-Nya:

Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar


Allah subhanahu wa taala mensifati bahwa di malam itu penuh kesejahteraan, dan ini
merupakan bukti tentang kemuliaan, kebaikan, dan barakahnya. Barangsiapa terhalangi dari
kebaikan yang ada padanya, maka ia telah terhalangi dari kebaikan yang besar. (Fatawa
Ramadhan, hal. 848)
Wahai hamba-hamba Allah, adakah hati yang tergugah untuk menghidupkan malam tersebut
dengan ibadah ?!, adakah hati yang terketuk untuk meraih malam yang lebih baik dari 1000
bulan ini ?! Betapa meruginya orang-orang yang menghabiskan malamnya dengan perbuatan
yang sia-sia, apalagi dengan kemaksiatan kepada Allah.
Mengapa Disebut Malam Lailatul Qadr?
Para ulama menyebutkan beberapa sebab penamaan Lailatul Qadr, di antaranya:
1. Pada malam tersebut Allah subhanahu wa taala menetapkan secara rinci takdir segala sesuatu
selama 1 tahun (dari Lailatul Qadr tahun tersebut hingga Lailatul Qadr tahun yang akan datang),
sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala :
4 3/

* ]



*
]


Sesungguhnya Kami telah menurukan Al-Qur`an pada malam penuh barakah (yakni Lailatul
Qadr). Pada malam itu dirinci segala urusan (takdir) yang penuh hikmah. (Ad Dukhan: 4)
2. Karena besarnya kedudukan dan kemuliaan malam tersebut di sisi Allah subhanahu wa taala.
3. Ketaatan pada malam tersebut mempunyai kedudukan yang besar dan pahala yang banyak lagi
mengalir. (Tafsir Ath-Thabari IV/200)
Kapan Terjadinya Lailatul Qadr?
Malam Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadhan.
Pada tanggal berapakah? Dia terjadi pada salah satu dari malam-malam ganjil 10 hari terakhir
bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:








Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan
Ramadhan). (H.R Al Bukhari no. 1878)

Lailatul Qadr terjadi pada setiap tahun. Ia berpindah-pindah di antara malam-malam ganjil 10
hari terakhir (bulan Ramadhan) tersebut sesuai dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: Sesungguhnya Lailatul
Qadr itu (dapat) berpindah-pindah. Terkadang terjadi pada malam ke-27, dan terkadang terjadi
pada malam selainnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits yang banyak jumlahnya
tentang masalah ini. Sungguh telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam :
Bahwa beliau pada suatu tahun diperlihatkan Lailatul Qadr, dan ternyata ia terjadi pada malam
ke-21. (Fatawa Ramadhan, hal.855)
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Asy-Syaikh Abdullah bin Quud rahimahumallahu
berkata: Adapun pengkhususan (memastikan) malam tertentu dari bulan Ramadhan sebagai
Lailatul Qadr, maka butuh terhadap dalil. Akan tetapi pada malam-malam ganjil dari 10 hari
terakhir Ramadhan itulah dimungkinkan terjadinya Lailatul Qadr, dan lebih dimungkinkan lagi
terjadi pada malam ke-27 karena telah ada hadits-hadits yang menunjukkannya. (Fatawa
Ramadhan, hal.856)
Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan shahabat Muawiyah bin Abi Sufyan t:

Dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwasanya apabila beliau menjelaskan tentang Lailatul
Qadr maka beliau mengatakan : (Dia adalah) Malam ke-27. (H.R Abu Dawud, dishahihkan
oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan Asy-Syaikh Muqbil dalam
Shahih Al-Musnad)
Kemungkinan paling besar adalah pada malam ke-27 Ramadhan. Hal ini didukung penegasan
shahabat Ubay bin Kab radhiyallahu anhu :
: :

Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadr) tersebut. Puncak ilmuku bahwa
malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan
kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR. Muslim)
Tanda-tanda Lailatul Qadr
Pagi harinya matahari terbit dalam keadaan tidak menyilaukan, seperti halnya bejana (yang
terbuat dari kuningan). (H.R Muslim)
Lailatul Qadr adalah malam yang tenang dan sejuk (tidak panas dan tidak dingin) serta sinar
matahari di pagi harinya tidak menyilaukan. (H.R Ibnu Khuzaimah dan Al Bazzar)
Dengan Apakah Menghidupkan 10 Terakhir Ramadhan dan Lailatul Qadr?

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Asy Syaikh Abdullah bin Quud rahimahumallahu berkata:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari
terakhir bulan Ramadhan untuk mengerjakan shalat (malam), membaca Al-Quran, dan berdoa
daripada malam-malam selainnya. (Fatawa Ramadhan, hal.856)
Demikianlah hendaknya seorang muslim/muslimah Menghidupkan malam-malamnya pada 10
Terakhir di bulan Ramadhan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah subhanahu wa taala;
shalat tarawih dengan penuh iman dan harapan pahala dari Allah I semata, membaca Al-Quran
dengan berusaha memahami maknanya, membaca buku-buku yang bermanfaat, dan bersungguhsungguh dalam berdoa serta memperbanyak dzikrullah.
Di antara bacaan doa atau dzikir yang paling afdhal untuk dibaca pada malam (yang
diperkirakan sebagai Lailatul Qadr) adalah sebagaimana yang ditanyakan Ummul Mukminin
Aisyah radhiyallahu anha kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam : Wahai Rasulullah
jika aku mendapati Lailatul Qadr, doa apakah yang aku baca pada malam tersebut?
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Bacalah:









Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pemberi Maaf, Engkau suka
pemberian maaf, maka maafkanlah aku. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Maka hendaknya pada malam tersebut memperbanyak doa, dzikir, dan istighfar.
Apakah pahala Lailatul Qadr dapat diraih oleh seseorang yang tidak mengetahuinya?
Ada dua pendapat dalam masalah ini:
Pendapat Pertama: Bahwa pahala tersebut khusus bagi yang mengetahuinya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: Ini adalah pendapat kebanyakan para ulama. Yang
menunjukkan hal ini adalah riwayat yang terdapat pada Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah
radhiyallahu anhu dengan lafazh:


Barangsiapa yang menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr dan menepatinya.
{kalimat di sini diartikan: mengetahuinya (bahwa itu Lailatul Qadr), pen-}
Menurut pandanganku pendapat inilah yang benar, walaupun aku tidak mengingkari adanya
pahala yang tercurahkan kepada seseorang yang mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadr
dalam rangka mencari Lailatul Qadr dalam keadaan ia tidak mengetahui bahwa itu adalah malam
Lailatul Qadr.

Pendapat Kedua: Didapatkannya pahala (yang dijanjikan) tersebut walaupun dalam keadaan
tidak mengetahuinya. Ini merupakan pendapat Ath-Thabari, Al-Muhallab, Ibnul Arabi, dan
sejumlah dari ulama.
Asy-Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah merajihkan pendapat ini, sebagaimana yang beliau
sebutkan dalam kitabnya Asy-Syarhul Mumti:
Adapun pendapat sebagian ulama bahwa tidak didapatinya pahala Lailatul Qadr kecuali bagi
yang mengetahuinya, maka itu adalah pendapat yang lemah karena Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:





Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr dalam keadaan iman dan mengharap
balasan dari Allah I, diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu. (H.R Al Bukhari no.1768, An
Nasai no. 2164, Ahmad no. 8222)
Rasulullah tidak mengatakan: Dalam keadaan mengetahui Lailatul Qadr. Jika hal itu
merupakan syarat untuk mendapatkan pahala tersebut, niscaya Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam menjelaskan pada umatnya. Adapun pendalilan mereka dengan sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam :


Barangsiapa yang menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr dan menepatinya.
Maka makna di sini adalah: bertepatan dengan terjadinya Lailatul Qadr tersebut, walaupun
ia tidak mengetahuinya.
Semoga anugerah Lailatul Qadr ini dapat kita raih bersama, sehingga mendapatkan keutamaan
pahala yang setara (bahkan) melebihi amalan 1000 bulan. Amiin Ya Rabbal Alamin.
http://www.assalafy.org/mahad/?p=359#more-359
Oleh: Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman

Berikut ini, kami ketengahkan sebuah karya tulis perihal


beberapa kesalahan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin berkaitan dengan Lailatul
Qadar. Makalah yang ditulis oleh Syaikh Masyhur bin Hasan, kami terjemahkan dari AlAshalah, Edisi 3/15 Syaban 1413 H halaman 76-78. Semoga bermanfaat dan sebagai
peringatan bagi kami serta segenap kaum muslimin. (Redaksi).
Kesalahan-kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa kaum
muslimin dalam masalah puasa dan shalat tarawih sangat banyak; baik dalam masalah
keyakinan, hukum atau perbuatan. Sebagian mengira, bahkan meyakini beberapa masalah yang
bukan dari Islam, sebagai rukun Islam. Mereka mengambil sesuatu yang rendah (dalam urusan
puasa dan lainnya), sebagai pengganti yang lebih baik, karena mengikuti orang-orang Yahudi.
Padahal Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah melarang menyerupai mereka. Bahkan beliau
menekankan serta menegaskan, agar (kaum Muslimin) menyelisihi mereka.
Diantara kesalahan ini, ada yang khusus berkaitan dengan lailatul qadar. Kesalahan ini kami bagi
menjadi dua bagian.
Pertama : Salah Dalam Berpandangan Dan Berkeyakinan.
Diantaranya:
1. Keyakinan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu memiliki beberapa tanda yang dapat diraih
oleh sebagian orang. Lalu orang-orang ini merangkai cerita-cerita khurafat dan khayal. Mereka
mengaku melihat cahaya dari langit, atau mereka dibukakan pintu langit dan lain sebagainya.
Semoga Allah merahmati Ibnu Hajar, ketika beliau rahimahullah menyebutkan dalam Fathul
Bari 4/266, bahwa hikmah disembunyikannya lailatul qadar, ialah agar timbul kesungguhsungguhan dalam mencarinya. Berbeda jika malam qadar tersebut ditentukan, maka
kesungguhansungguhan hanya sebatas pada malam tertentu itu.
Kemudian Ibnu Hajar menukil riwayat dari Ath-Thabari rahimahullah, bahwa beliau
rahimahullah memilih pendapat (yang menyatakan, pent.), semua tanda itu tidaklah harus terjadi.
Dan diraihnya lailatul qadar itu tidak disyaratkan harus dengan melihat atau mendengar sesuatu.
Ath Thabari lalu mengatakan,Dalam hal dirahasiakannya lailatul qadar, terdapat bukti
kebohongan orang yang beranggapan, bahwa pada malam itu akan ada hal-hal yang dapat terlihat

mata, apa yang tidak dapat terlihat pada seluruh malam yang lain. Jika pernyataan itu benar,
tentu lailatul qadar itu akan tampak bagi setiap orang yang menghidupkan malam-malam selama
setahun, utamanya malam-malam Ramadhan.
2. Perkataan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat (sudah tidak ada lagi, pent).
Al Mutawalli, seorang tokoh madzhab Syafii dalam kitab At Tatimmah telah menceritakan,
bahwa pernyataan itu berasal dari kaum Rafidhah (Syiah). Sementara Al Fakihani dalam
Syarhul Umdah telah menceritakan, bahwasanya berasal dari madzhab Hanafiyah.
Demikian ini merupakan gambaran rusak dan kesalahan buruk, yang dilandasi oleh pemahaman
keliru terhadap sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ketika ada dua orang yang saling
mengutuk pada lailatul qadar,

Sesungguhnya lailatul qadar itu sudah terangkat


Pendalilan (kesimpulan) ini terbantah dari dua segi.
a. Para ulama mengatakan, yang dimaksud dengan kata terangkat, yaitu terangkat dari hatiku,
sehingga aku lupa waktu pastinya; karena sibuk dengan dua orang yang bertengkar ini.
Dikatakan juga (maksud kata terangkat, pent.), yaitu terangkat barakahnya pada tahun itu. Dan
maksudnya, bukanlah lailatul qadar itu diangkat sama sekali. Hal itu ditunjukkan oleh hadits
yang dikeluarkan Imam Abdur Razaq rahimahullah dalam Mushannaf-nya 4/252, dari Abdullah
bin Yahnus, dia berkata,Aku berkata kepada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu,Mereka
menyangka, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat, Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
berkata, Orang yang mengatakan hal itu telah berbuat bohong.
b. Keumuman hadits yang mengandung dorongan untuk menghidupkan malam qadar dan
penjelasan tentang keutamaannya.
Seperti hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dan lainnya, Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang shalat pada lailatul qadar karena iman dan karena mengharapkan pahala,
maka dia diampuni dosanya yang telah lewat.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan,Ketahuilah,bahwa lailatul qadar itu ada. Dan lailalatul
qadar itu terlihat. Dapat dibuktikan oleh siapapun yang dikehendaki dari keturunan Adam, (pada)

setiap tahun di bulan Ramadhan, sebagaimana telah jelas melalui hadits-hadits ini, dan melalui
beritaberita dari orang shalih tentang lailatul qadar. Penglihatan orang-orang shalih tersebut
tentang lailatul qadar tidak bisa dihitung.
Saya (Syaikh Masyhur) mengatakan: Ya, kemungkinan diketahuinya lailatul qadar itu ada.
Banyak tanda-tanda yang telah diberitahukan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa
lailatul qadar itu, adalah satu malam diantara malam-malam Ramadhan. Dan mungkin, demikian
ini maksud perkataan Aisyah radhiyallahu anha pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi, dan beliau menshahihkannya,

Aku Katakan,Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui (adanya) malam itu (sebagai) lailatul
qadar, apa yang kuucapkan pada malam itu?
Dalam hadits ini -sebagaimana dikatakan Imam Syaukani rahimahullah dalam Nailul Authar
3/303 terdapat bukti, kemungkinan lailatul qadar dapat diketahui dan (juga bukti, pent.) tentang
tetap adanya malam itu.
Az Zurqani rahimahullah mengatakan dalam syarah Muwaththa 2/491, Barangsiapa yang
menyangka, bahwa makna yang terdapat pada hadits di atas, (yaitu) lailatul qadar sudah
diangkat- yakni sudah tidak ada lagi, maka dia keliru. Kalau seandainya benar seperti itu,
tentulah kaum muslimin tidak diperintahkan untuk mencarinya. Hal ini dikuatkan oleh kelanjutan
hadits,

Semoga (dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, pent.) [1] menjadi lebih baik bagi kalian.
Karena dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, menyebabkan orang tertuntut untuk
melaksanakan qiyamul lail selama satu bulan penuh. Hal ini berbeda jika pengetahuan tentang
waktunya dapat diketahui secara jelas.
Kesimpulannya, lailatul qadar tetap ada sampai hari kiamat. Sekalipun penentuan tepatnya
kejadian tersebut dirahasiakan, dalam arti, tetap tidak dapat menghilangkan kesamaran dan
ketidakjelasan tentang waktunya.
Meskipun pendapat yang rajih (terkuat), bahwa lailatul qadar ada pada sepuluh malam terakhir
bulan Ramadhan dan dalil-dalil menguatkan, bahwasanya dia adalah malam duapuluh tujuh,
akan tetapi memastikannya dengan cara yang yakin merupakan perkara sulit. Allahu alam.
Kedua : Kesalahan-Kesalahan Dalam Amal Perbuatan Dan Tingkah Laku.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia pada lailatul qadar itu banyak sekali. Hampir tidak
ada yang bisa selamat, kecuali yang dipelihara Allah.
Diantaranya,

1. Mencari dan menyelidiki keberadaannya dan tersibukkan dengan mengintai tanda-tanda


lailatul qadar, sehingga lalai beribadah ataupun berbuat taat pada malam itu.
Betapa banyak orang-orang yang shalat, kita lihat diantara mereka lupa membaca Al Quran,
dzikr dan lupa mencari ilmu karena urusan ini. Engkau dapati salah seorang diantara mereka
menjelang terbitnya matahari memperhatikan matahari untuk mengetahui, apakah sinar matahari
ini terik ataukah tidak? Mestinya, orang-orang ini memperhatikan pesan yang terdapat pada
sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

Semoga (dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, pent.) menjadi lebih baik bagi kalian.
Dalam hadits ini terdapat isyarat, bahwa malam itu tidak ditentukan. Para ahli ilmu menarik
kesimpulan dari sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa dirahasiakannya waktu lailatul
qadar itu lebih baik. Mereka mengatakan, Hikmah dalam hal itu, agar seorang hamba
bersungguh-sungguh dan memperbanyak amal pada tiap-tiap malam dengan harapan agar
bertepatan dengan lailatul qadar. Berbeda jika lailatul qadar itu (telah) ditentukan. Maka,
sungguh amal itu hanya akan diperbanyak (pada) satu malam saja, sehingga ia luput dari
beribadah pada malam lainnya, atau berkurang. Bahkan sebagian ahli ilmu mengambil satu
faidah dari sabda Nabi Shallallalhu alaihi wa sallam tersebut, bahwa sebaiknya orang yang
mengetahui lailatul qadar itu menyembunyikannya -berdasarkan dalil- bahwa Allah Azza wa
Jalla telah mentaqdirkan kepada NabiNya Shallallahu alaihi was allam untuk tidak
memberitakan ketepatan waktunya. Sedangkan semua kebaikan ada pada apa yang telah
ditaqdirkan bagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Maka, merupakan sunnah untuk mengikuti
beliau dalam hal ini.
Dari uraian di atas, dapat diketahui kekeliruan orang-orang dalam giatnya mereka shalat secara
khusus, atau beribadah secara umum pada malam ke duapuluh tujuh, dengan memastikan atau
seakan memastikan, bahwa malam itu adalah lailatul qadar, kemudian meninggalkan shalat dan
tidak bersungguhsungguh berbuat taat pada malam-malam lainnya.
Persangkaannya, bahwa mereka hanya akan mendapatkan ganjaran ibadah lebih dari seribu bulan
ketika menghidupkan malam ini (malam duapuluh tujuh, pent.) saja.
Kekeliruan ini membuat banyak orang melampaui batas dalam berbuat taat pada malam ini.
Anda bisa lihat, diantara mereka ada yang tidak tidur, bahkan tidak henti-hentinya shalat dengan
memaksakan diri tanpa tidur. Bahkan mungkin ada sebagian yang shalat, lalu memperlama
shalatnya, sementara dia berjuang keras melawan kantuknya. Dan sungguh, kami pernah melihat
diantara mereka ada yang tidur dalam sujud.
Dalam hal ini, satu sisi merupakan pelanggaran terhadap petunjuk Rasulullah Shallallahu alaihi
wasalam yang melarang kita melakukan hal itu. Pada sisi lainnya, itu merupakan beban dan
belenggu yang telah dihilangkan dari kita -berkat karunia dan nikmatNya Azza wa Jalla .

2. Diantara kesalahan sebagian kaum muslimin pada malam ini, yaitu sibuk mengatur acara,
menyampaikan ceramah. Sebagian lagi sibuk dengan nasyid-nasyid dan nyanyian puji-pujian,
sehingga lalai berbuatan taat. Anda bisa saksikan, ada orang yang begitu bersemangat,
berkeliling ke masjid-masjid dengan menyampaikan berita terkini, serta bagaimana upaya
pemecahannya. Itu dilakukan hingga menyebabkan pemanfaatan malam itu keluar dari apa yang
dimaksudkan syariat.
3. Diantara kekeliaruan mereka juga, yaitu mengkhususkan sebagian ibadah pada malam itu
seperti shalat khusus lailatul qadar.
Sebagian lagi senantiasa mengerjakan shalat Tasbih secara berjamaah tanpa hujjah. Sebagian
lagi -pada malam ini- melaksanakan shalat hifzhul Quran, padahal tidak ada dasarnya.
Pelanggaran-pelanggaran dan kekeliruan yang berkaitan dengan lailatul qadar yang dilakukan
banyak kaum muslimin- sangat beragam dan banyak sekali. Kalau kita kumpulkan dan kita
selidiki, maka tentu pembicaraan ini menjadi panjang. Apa yang kami sampaikan disini, baru
sebagian kecil saja. (Insya Allah) bermanfaat bagi penuntut ilmu, pendamba kebenaran dan
pencari al haq.
Sumber: Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun V/1422/2001M. (almanhaj.or.id)
Artikel: Moslemsunnah.Wordpress.com
________
Cara Mengetahui Lailatul Qadar Menurut Imam Ghazali
00.36 saifur ashaqi No comments

Pada dasarnya Rasulullah Muhammad saw. banyak beribadah Qiyamu Ramadhan


dan menganjurkan mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan yang

pada sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh tengahnya adalah ampunan dan sepuluh
akhirnya adalah bebas dari neraka. Walau pun hakikatnya tidak ada yang mengetahui
secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah swt.
Hanya saja, Rasulullah saw. mengisyaratkan dalam sabdanya:



Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. (Muttafaqun alaihi
dari Aisyah rah.)
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, dari Aisyah rah., ia
berkata:











Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah saw. mengencangkan
kainnya (menjauhkan diri dari menggauli isterinya), menghidupkan malamnya dan
membangunkan keluarganya. Demikian menurut lafadz imam Bukhari.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah rah. :














Rasulullah saw. bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal
yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.
Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah rah. :

Bahwasanya Nabi saw. senantiasa beritikaf pada sepuluh hari terakhir dari
Ramadhan, sampai Allah mewafatkan beliau.
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:








Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan
Ramadhan). (HR. Bukhari dari Aisyah rah.)
Dan lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada rentang tujuh hari terakhir
dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa Lailatul Qadar tiba
di tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah bersabda :





Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh
hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia
mencarinya pada tujuh hari terakhir. (Muttafaqun Alaihi dari Ibnu Umar ra.)
Dalam riwayat Muslim dengan lafazh:

Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian
merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang
tersisa dari bulan Ramadhan. (HR. Muslim dari Ibnu Umar ra.)

Yang lebih khusus lagi adalah malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul
Qadar:




(Dia adalah) malam ke-27. (HR. Abu Dawud, dari Muawiyah bin Abi Sufyan ra.,
dalam Shahih Sunan Abi Dawud. Sahabat Ubay bin Kaab ra. menegaskan:



Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku
bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR.
Muslim)
Dengan demikian dapat diberi kesimpulan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada
sepuluh akhir Ramadhan, terutama pada malam tanggal ganjil.
Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:





Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam
dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan
bahwasanya beliau mengajak shalat keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh
tujuh (27).

Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan


lailatul qadar, dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau
formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan
Imam Abu Hasan as-Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al-Qadr,
bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai
dengan kaidah ini.
Menurut Imam Al Ghazali, Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari
permulaan atau malam pertama bulan Ramadhan :
1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada
malam tanggal 29 Ramadhan
2. Jika malam pertama jatuh pada malam Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam
21 Ramadhan
3. Jika malam pertama jatuh pada malam Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam
25 Ramadhan
4. Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam
23 Ramadhan
5. Jika malam pertama jatuh pada malam Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh
pada malam 27 Ramadhan.
Menyetujui kaidah ini, berarti malam Lailatul Qadar jatuh pada malam Rabu, 6
Agustus 2013 atau malam 29 Ramadan 1433 H, karena awal Ramadhan adalah malam
Rabu, 10 Juli 2013. Allahu A'lamu bi Muradihi...
Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab
fiqih Syafiiyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama yang telah menemui
Lailatul Qadar. Formula ini diceritakan Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin; juga
terdapat dalam kitab Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hal 188; kitab Tafsir Shawi; kitab

Ianah at-Thalibin II/257; Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam Kitabnya Hasyiah 'Ala Ibn
Qasim Al Ghazi juz I halaman 304; as Sayyid al Bakri dalam Kitabnya I'anatuth Thalibin
Juz II halaman 257-258; juga kitab Mathla`ul Badrain karangan Syaikh Muhammad bin
Ismail Daud al-Fathoni.

Ciri-Ciri Lailatul Qadar


Tidak ada kepastian mengenai kapan datangnya Lailatul Qadar, suatu malam yang
dikisahkan dalam Al-Quran "lebih baik dari seribu bulan". Ada Hadits yang
diriwayatkan Abu Dawud, meyebutkan bahwa Nabi pernah ditanya tentang Lailatul
Qadar. Beliau menjawab: Lailatul Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan." (HR. Abu
Dawud).
Namun menurut hadits lainnya yang diriwayatkan Aisyah rah., Nabi Muhammad saw.
memerintahkan:









Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal ganjil dari sepuluh terakhir pada bulan
Ramadhan. (HR. Bukhari)

Menurut pendapat yang lain, Lailatul Qadal itu terjadi pada 17 Ramadhan, 21
Ramadhan, 24 Ramadhan, tanggal ganjil pada 10 akhir Ramadhan dan lain-lain.
Diantara hikmah tidak diberitahukannya tanggal yang pasti tentang Lailatul Qadar
adalah untuk memotivasi umat agar terus beribadah, mencari rahmat dan ridha Allah
kapan saja dan dimana saja, tanpa harus terpaku pada satu hari saja.
Jika malam Lailatul Qadar ini diberitahukan tanggal kepastiannya, maka orang
akan beribadah sebanyak-banyaknya hanya pada tanggal tersebut dan tidak giat lagi
beribadah ketika tanggal tersebut sudah lewat.
Umat Islam hanya ditunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Di antara tanda-tanda
datangnya Lailatul Qadar adalah:
1. Pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk,
sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim.
2. Pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana
tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam
Ahmad.
Dalam kitab Mu'jam at- Thabari al-Kabir disebutkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda: "Malam Lailatul Qadar itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit
tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari
bersinar tidak begitu panas."
Amalan-amalan untuk Mendapatkan Lailatul Qadar
Para ulama kita mengajarkan, agar mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar, maka
hendaknya kita memperbanyak ibadah selama bulan Ramadhan, diantaranya:
1. Senantiasa shalat fardhu lima waktu berjama'ah.
2. Mendirikan shalat malam atau qiyamul lail (shalat tarawih, tahajud, dll)

3. Membaca Al-Qur'an sebanyak-banyaknya dengan tartil.


4. Memperbanyak dzikir, istighfar dan berdoa.
5. Memperbanyak membaca doa:








Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, senang
pada ampunan, maka ampunilah kami, wahai Dzat yang Maha Pemurah.

Saifurroyya
Sumber: www.nu.or.id
RUMUS LAILATUL QADAR

Mumpung masih dalam suasana Ramadan, mari sejenak


kita "googling" rumus mendapati malam lailatur qodar
lewat pendapat ulama...
Menurut Imam Al-Ghozali dan ulama lain, bahwa Lailatul
Qodar bisa diketahui dari hari pertama Ramadan.
Jika hari pertama adalah Ahad atau Rabu, maka Lailatul
Qadar pada malam tanggal 29.
Jika hari pertama adalah Jumat atau
maka Lailatul Qadar pada malam tanggal 27.
Jika
hari
pertama
adalah Kamis,
Qadar pada malam tanggal 25.

Selasa,

maka Lailatul

Jika
hari
pertama
adalah Sabtu,
Qadar pada malam tanggal 23.

maka Lailatul

Jika hari pertama adalah Senin, maka Lailatul Qadar pada


malam tanggal 21.
Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama yang
telah menemui Lailatul Qadar.
Tercantum di kitab-kitab fiqh Syafiiyyah. Diantaranya
di Ianah at-Thalibin II/257, Al-Bajuri, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai