Abstrak
Lailat Al-Qadar merupakan suatu malam yang oleh Al-Quran “Lebih baik
dari seribu bulan.”Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
yaitu metode peneltian yang bersifat deskriptif dan analisis. Dalam melaksanakan penelitian
dan menyusun laporan penelitian, penulis menggunakan penelitian-penelitian terdahulu
sebagai rujukan agar penelitian menjadi lebih terarah. Dari Al-Quran kita menemukan
penjelasan bahwa wahyu-wahyu Allah itu diturunkan pada Lailat Al-Qadar. Akan
tetapi karena umat sepakat mempercayai bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak
lagi wahyu setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, maka atas dasar logika itu, ada
yang berpendapat bahwa malam mulia itu sudah tidak akan hadir lagi. Kemuliaan
yang diperoleh oleh malam tersebut adalah karena ia dipilih menjadi waktu turunnya
Al-Quran.
PENDAHULUAN
Al-Quran merupakan Kitab Suci terakhir yang diwahyukan Allah kepada
Nabi Muhammad Saw untuk dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi
umat manusia, dan sekaligus sebagai sumber nilai dan norma di samping al-sunnah.
Al-Quran juga memperkenalkan dirinya antara lain sebagai hudan li al-nas, petunjuk
bagi umat manusia pada umumnya dan orang-orang yang bertaqwa pada khususnya.
Al-Quran di samping sebagai hudan li al-nas, ia juga berfungsi sebagai kitab
yang diturunkan agar manusia keluar dari kegelapan menuju jalan yang terang
benerang atau cahaya kebenaran. Ia juga sebagai rahmat dan kabar sebagai kitab
petunjuk Illahi dan kitab yang mengarahkan manusia kepada cahaya kebenaran, Al-
Quran juga berfungsi sebagai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw,
yang terhebat dan terbesar yang dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia
sepanjang masa. Nilai kemu’jizatannya, di samping terletak pada aspek kebebasan
(linguistik), juga pada nilai ayat-ayatnya yang mengandung prinsip-prinsip berbagai
ilmu pengetahuan, terutama mengenai fenomena alam, dengan berbagai jenis dan sifat
serta kemanfaatannya masing-masing.
1
Kandungan Al-Quran yang luas dan tinggi, membuat para ulama tafsir
menggunakan berbagai metode dan corak yang beragam untuk memahaminya. Ada
empat metode yang sering dipergunakan, yaitu: metode tafsir tahlili, metode tafsir
ijmali, metode tafsir muqaran, dan metode tafsir maudhu’i. 1 Berdasarkan uraian diatas
maka masalah yang akan dibahas dalam artikel ini adalah Lailat Al-Qadr dalam
metode tafsir tematik (maudhu’i).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu
metode peneltian yang bersifat deskriptif dan analisis. Dikatakan metode kualitatif
karena penelitian ini, penulis mendeskripsikan data yang dikaji dan menjelaskan
penafsiran surah Al-Qadar dengan metode tafsir maudhu’i. Penulis menggunakan
bahasa yang ringan sehingga mudah untuk pemahaman lebih dalam.
Sumber data dalam penelitian ini adalah berita, artikel dan jurnal. Kegiatan
penelitian ini penulis menjadi sebagai tokoh utama atau pemegang kunci dalam
pengumpulan data. Bisa dikatakan seperti itu karena dalam proses penelitian, penulis
sendiri yang melakukan pengamatan terhadap berbagai sumber yang diteliti. Hal ini
searah dengan pendapat yang mengatakan bahwa dalam “Penelitian kualitatif
keberhasilannya bergantung pada kemampuan-kemampuan orang menggunakan alat
tersebut”. Dengan kata lain, penulis sebagai penentu dari keberhasilan sebuah
penelitian (Ratna, 2007:363).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga teknik, yaitu:
1. Teknik baca, yaitu dengan cara membaca yang tepat atau membacanya dengan
berulang-ulang data yang diperoleh dari berbagai sumber.
2. Teknik inventarisasi, yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan beberapa data
dari berita, artikel maupun jurnal tentang surah Al-Qadar dalam penafsiran maudhu’i.
1
M. Tulus Yamani., “Memahami Al-Quran Dengan Metode Tafsir Maudhu’i” J-PAI, Vol. 1 No. 2
Januari-Juni 2015
2
Kemudian, langkah-langkah yang sudah ditempuh dalam menganalisis data
adalah melakukan pembacaan secara berulang-ulang dengan menandai setiap data
(pemodean data). Seluruh data yang diperoleh dari hasil pembacaan dan pengodean
itu dipilah berdasarkan objek penelitian, dan data yang telah dipilah-pilah kemudian
dideskripsikan sebagaimana adanya dan disusun dalam bentuk artikel. Analisis
menurut Sangidu (2005:73) bertujuan menyederhanakan dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca.2
2
Nugroho, Agung. 2018. "Nilai Sosial Dan Moralitas Dalam Naskah Drama Janji Senja Karya Taofan
Nalisaputra". 216-230. Diakses Minggu 23 Juni, 2023
3
Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan, salah satunya
adalah Lailat Al-Qadar. Lailat Al-Qadar merupakan suatu malam yang oleh Al-Quran
“Lebih baik dari seribu bulan.” Tetapi apa dan bagaimana malam ini? Apakah ia
terjadi sekali saja yakni malam ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu,
atau terjadi setiap bulan Ramadhan sepanjang masa? Bagaimana kedatangannya,
apakah setiap orang yang menantinya pasti akan mendapatkannya, dan benarkah ada
tanda-tanda fisik material yang menyertai kehadirannya (seperti membekunya air,
heningnya malam, dan menunduknya pepohona sebagainya)? Bahkan masih banyak
lagi pertanyaan yang dapat dan sering muncul berkaitan dengan malam Al-Qadar itu.
Yang pasti dan harus diimani oleh setia Muslim berdasarkan pernyataan Al-
Quran bahwa, “Ada suatu malam yang bernama Lailat Al-Qadar, dan bahwa malam
itu adalah malam yang penuh berkah, dimana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan
besar dengan penuh kebijaksanaan.”
٥ َاَ ْمرًا ِّم ْن ِع ْن ِدن َۗا اِنَّا ُكنَّا ُمرْ ِسلِ ْي ۖن٤ق ُكلُّ اَ ْم ٍر َح ِكي ۙ ٍْم
ُ فِ ْيهَا يُ ْف َر٣اِنَّٓا اَ ْن َز ْل ٰنهُ فِ ْي لَ ْيلَ ٍة ُّم ٰب َر َك ٍة اِنَّا ُكنَّا ُم ْن ِذ ِري َ‚ْن
4
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (QS. Al-Qadr [97]: 2)
Tiga belas kali kalimat ma adraka terulang dalam Al-Quran, sepuluh di
antaranya mempertanyakan tentang kehebatan yang terkait dengan hari kemudian,
seperti: Ma adraka ma yaum al-fashl, dan sebagainya. Kesemuanya merupakan hal
yang tidak mudah dijangkau oleh akal pikiran manusia, kalau enggan berkata mustahil
dijangkaunya. Tiga kali ma adraka sisa dari angka tiga belas itu adalah:
5
walau berupa pertanyaan namun pada akhirnya Allah Swt menyampaikannya kepada
Nabi Muhammad saw. Sehingga informasi lanjutan dapat diperoleh dari beliau.
Demikian perbedaan kedua kalimat tersebut.3
“ Ini sebuah faidah: para ulama menyebutkan tanda-tanda Lailatul Qadar, antara lain:
berkurangnya gonggongan anjing, ringkikan keledai, manisnya air asin, melihat setiap
makhluk sujud kepada Allah, mendengar segala sesuatu berdzikir kepada Allah, dan
menjadi suatu malam bercahaya serta terang, dan matahari terbit pada hari itu cerah
dan bersih, tidak antara dua tanduk setan seperti hari lainnya.”4
2. Quraish Shihab
Mengatakan seandainya kehadiran lailah Al-Qadar hanya ketika turunnya Al-
Quran pertama kali, tentulah nabi Muhammad Saw tidak akan menganjurkan umatnya
untuk berusaha mendapatkannya pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
Bahkan dari Al-Quran ditemukan isyarat yang menunjukkan bahwa Lailah Al-Qadar
datang secara berkesinambungan setiap tahun. Isyarat tersebut antara lain dengan
penggunaan bentuk kata kerja yang berbentuk masa kini dan akan datang (mudhari)
pada kata: tanazzalul al-malaikatu (QS. Al-Qadar/ 97: 4) yang menunjukkan bahwa
turunnya malaikat itu berkesinambungan secara terus menerus.5
PENUTUP
Simpulan
Berbicara tentang Lailat Al-Qadar mengharuskan kita berbicara tentang surat
Al-Qadar. Surat AL-Qadar adalah surat ke-97 menurut urutannya dalam mushaf. Ia
ditempatkan sesudah surat Iqra’. Para ulama Al-Quran menyatakan bahwa ia turun
3
Dr. M. Quraish Shihab. MA., “Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat”.
Mizan, Cet. 13 November 1996
4
Hikmatul Lutfi., “Lailatul Qadar Dalam Prespektif Ahmad Al-Sahwi (Studi Kitab Hasyiah ‘ala Tafsir
Jalalain)” Jurnal al-Fath, Vol. 16, No. 1, (Januari-Juni) 2022
5
Wasi Purwanti., “Lailah Al-Qadr Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab”. 2021
6
jauh sesudah turunnya surat Iqra’. Pemakaian kata-kata ma adraka dalam Al-Quran
berkaitan dengan objek pertanyaan yang menunjukkan hal-hal yang sangat hebat, dan
sulit dijangkau hakikatnya secara sempurna oleh akal pikiran manusia. Walaupun
demikian, sementara ulama membedakan antara pertanyaan ma adraka dan ma
yudrika yang juga digunakan Al-Quran dalam tiga ayat.
DAFTAR RUJUKAN