Dalam surat al-Baqarah ayat 185 jelas diterangkan bahwa al-Qur’ an diturunkan pada bulan Ramadhan.
Mengenai hal ini hampir semua ulama bersepakat.
>185<ﺷﻬﺮ رﻣﻀﺎن اﻟﺬى اﻧﺰل ﻓﻴﻪ اﻟﻘﺮأن ﻫﺪى ﻟﻠﻨﺎس وﺑﻴﻨﺖ ﻣﻦ اﻟﻬﺪى واﻟﻔﺮﻗﺎن
Hanya saja para ulama berbeda pendapat mengenai tanggal turunnya al-Qur’ an di bulan Ramadhan ini. Imam
Ibnu Ishaq berpendapat bahwa tanggal turunnya al-Qur’ an adalah tanggal 17 Ramadhan pada tahun 41 dari
kelahiran Rasulullah saw. hal ini berdasar pada surat al-anfal ayat 41:
ان ﻛﻨﺘﻢ اﻣﻨﺘﻢ ﺑﺎﻟﻠﻪ وﻣﺎ اﻧﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺪﻧﺎ ﻳﻮم اﻟﻔﺮﻗﺎن ﻳﻮم اﻟﺘﻘﻰ اﻟﺠﻤﻌﺎن
Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hari bertempurnya kedua golongan itu adalah antara kaum
muslimin dengan musyrikin, yaitu hari perang Badar tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah.
Mengenai hal ini Imam Thabari menjelaskan dengan sanad dari Hasan bin Ali:
ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻔﺮﻗﺎن ﻳﻮم اﻟﺘﻘﻰ اﻟﺠﻤﻌﺎن ﻟﺴﺒﻊ ﻋﺸﺮة ﻣﻦ ﺷﻬﺮ رﻣﻀﺎن
Artinya tanggal 17 Ramadhan merupakan momen penting dalam sejarah Islam, selain hari berlangsungnya
perang Badar, juga merupakan waktu pertama kali diturunkannya al-Qur’ an kepada Rasulullah saw melalui
malaikat Jibril. Adapun surat pertama yang diturunkan adalah surat al-Alaq. Begitulah seterusnya al-Qur’ an
diturunkan secara berangsur-angsur hingga yang terakkhir adalah ayat dari surat al-Maidah selama kurun waktu
22 Tahun 2 bulan 22 hari.
Sumber: https://islam.nu.or.id/syariah/tentang-nuzulul-qurrsquoan-QAaNL
Wahyu Pertama
Syekh M Ali As-Shabuni bercerita bahwa Al-Qur’ an pertama kali turun pada tanggal 17 Ramadhan saat usia
Rasulullah mencapai 40 tahun (sekitar 608-609 M). Ketika Rasulullah sedang beruzlah di gua Hira (sekira 5
kilometer dari Makkah), tiba-tiba Jibril datang membawa wahyu. Jibril memeluk dan melepaskan Rasulullah
SAW. Hal ini diulanginya sebanyak 3 kali. Setiap kali memeluk, Jibril mengatakan, “ Iqra’ !” artinya “ Bacalah.”
“ Aku tidak mengenal bacaan,” jawab Rasulullah.
“ Iqra’ bismi rabbikal ladzi khalaq, khalaqal insana min alaq. Iqra wa rabbukal akram. Alldzi allama bil qalam.
Allamal bil qalam. Allamal insana ma lam ya’ lam,” kata Jibril pada kali ketiga membaca Surat Al-Alaq ayat
1-5.
Ini merupakan awal mula turun wahyu, awal mula turun Al-Qur’ an. Sebelum peristiwa agung ini terjadi,
beberapa petunjuk mengisyaratkan semakin dekatnya turun wahyu dan kenabian Rasulullah SAW. Sebagian
tanda itu adalah mimpi Rasulullah yang disusul dengan peristiwa nyata sesuai dengan mimpinya. Tanda lainnya
adalah kesenangan uzlah (menyepi) Rasulullah SAW menjelang turunnya wahyu. (Syekh M Ali As-Shabuni,
At-Tibyan fi Ulumil Qur’ an, [tanpa kota, Darul Mawahib Al-Islamiyyah: 2016], halaman 14-15).
Pandangan ini didukung oleh riwayat Imam Bukhari dari sayyidah Asiyah RA. Bulan Ramadhan disebut
secara harfiah sebagai turunnya Al-Qur’ an pada Surat Al-Baqarah ayat 185. Sedangkan malaikat yang turun
membawa wahyu adalah Ruh Amin atau Ruh Kudus yang disepakati sebagai Jibril oleh mufassirin sebagaimana
keterangan Surat As-Syu’ ara ayat 193-195 dan Surat An-Nahl ayat 102. (As-Shabuni, 2016: 15-16).
Sebagian ulama berpendapat bahwa wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW
adalah Surat Al-Muddatstsir sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim dari sahabat Jabir bin Abdullah.
(Syekh Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur’ an, [tanpa kota, Darul Ilmi wal Iman: tanpa tahun],
halaman 62).
Pandangan kedua dapat dibantah bahwa pertanyaan yang diajukan kepada Jabir bin Abdullah adalah
surat Al-Qur’ an secara lengkap yang pertama kali turun, bukan ayat Al-Quran yang pertama kali turun. Ketika
ditanya surat yang pertama turun secara lengkap, Jabir RA menyebut Surat Al-Muddatstsir sebagai surat
Hadis diatas menjelaskan mengenai banyaknya pahala yang dilipatgandakan oleh Allah Swt saat kita
membaca Al-Qur’ an di bulan-bulan biasa, tentu pahala yang kita peroleh akan jauh berlipatganda lagi saat kita
membaca Al-Qur’ an pada bulan Ramadhan terlebih bertepatan dengan peringatan Nuzulul Qur’ an.
3. Sebaik-baiknya Ibadah
Membaca Al-Qur’ an merupakan ibadah yang paling utama di antara ibadah-ibadah yang lain,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh an-Nu‘ man Ibnu Basyir:
ِ ﻋَﺒﺎَدِة ُأَّﻣِﺘﻲ ِﻗَﺮاَءُة اْﻟُﻘْﺮآ
ن ِ ﻞ
ُ ﻀ
َ َأْﻓ:ﻢ
َ ﺳَّﻠ
َ ﻋَﻠْﻴِﻪ َو
َ ﺻَّﻠﻰ اﻟﻠُﻪ
َ ل اﻟﻠِﻪ
ُ ﺳﻮ
ُ ل َر
َ َﻗﺎ
Keagungan dan keistimewaan malam Qadar pada dasarnya terletak dalam dua kemuliaan, yaitu turunnya
Al-Qur’ an (nuzulul qur'an) itu sendiri dan turunnya para malaikat dalam jumlah yang besar, termasuk di
dalamnya malaikat Jibril. Para malaikat turun di malam itu dengan cahaya yang cemerlang, dengan penuh
kedamaian dan kesejahteraan. Kedatangan mereka adalah untuk menyampaikan ucapan selamat kepada orang
yang melaksanakan puasa Ramadhan dan melaksanakan ibadah lainnya. Kemuliaan turunnya al-Qur’ an,
merupakan hari yang agung dan bersejarah, turunnya kitab suci itu merupakan titik awal dimulainya suatu
kehidupan “ Dunia Baru” yang terlepas dari kesesatan dan kezaliman, menuju kebenaran yang hakiki.
Mengenai ketentuan waktu kapan malam Qadar itu terjadi, tidak ada ketetapan secara pasti dalam
tanggal-tanggal Ramadhan. Akan tetapi kalau dianalisa dan difahami dari surat al-Qadr tersebut dan dikaitkan
dengan ayat 185 surat al-Baqarah:
ﺳَﻔٖﺮ
َ ﻰ
ٰ ﻋَﻠ
َ ﻀﺎ َأۡو
ً ن َﻣِﺮﻳ
َ ﻢُۖه َوَﻣﻦ َﻛﺎ
ۡ ﺼ
ُ ﻞ َﻳ
ۡ ﺸۡﻪَر َﻓ
َّ ﻢ ٱﻟ
ُ ﺷِﻬَﺪ ِﻣﻨُﻜ
َ ن َﻓَﻤﻦ
ِۚ لُﻓۡﺮَﻗﺎ
ۡ ى َوٱ
ٰ ﻫَﺪ
ُ ل
ۡ ﻦٱ
َ ﺖ ِّﻣ
ٖ س َوَﺑِّﻴَٰﻨ
ِ ﻫٗﺪى ِّﻟﻠَّﻨﺎ
ُ ن
ُ لُﻗۡﺮَءا
ۡ ل ِﻓﻴِﻪ ٱ
َ ي ُأﻧ ِﺰ
ٓ ن ٱَّﻟِﺬ
َ ﻀﺎ
َ ﺷۡﻪُر َرَﻣ
َ
َ ﺶُﻛُﺮو
ن ۡ ﻢ َﺗ
ۡ ﻢ َوَﻟَﻌ َّﻠُﻜ
ۡ ﻫَﺪٰﯨُﻜ
َ ﻰ َﻣﺎ
ٰ ﻋَﻠ
َ ﻋ َّﺪَة َوِﻟُﺘَﻜِّﺒُﺮوْا ٱﻟَّﻠَﻪ
ِ ل
ۡ ﻚِﻣُﻠﻮْا ٱ
ۡ ﺲَر َوِﻟُﺘ
ۡ ﻋ
ُ ل
ۡ ﻢٱ
ُ ﻻ ُﻳِﺮﻳُﺪ ِﺑُﻜ
َ ﺲَر َو
ۡ ل ُﻳ
ۡ ﻢٱ
ُ ﺧ َۗﺮ ُﻳِﺮﻳُﺪ ٱﻟَّﻠُﻪ ِﺑُﻜ
َ ﻦ َأَّﻳﺎٍم ُأ
ۡ َﻓِﻌَّﺪةﻹ ِّﻣ
Dari kaitan keduanya, mudah ditarik kesimpulan, bahwa Al-Qur’ an turun pada malam Qadar dan
Al-Qur’ an turun pada bulan Ramadhan, maka malam Qadar pun berada pada bulan Ramadhan.
Kajian berikutnya adalah mengenai terjadinya malam itu, pada tanggal berapa dalam bulan Ramadhan?
Tentang hal ini dijumpai beberapa riwayat yang satu dengan lainnya berbeda, karena itu tidak dapat dipastikan.
Namun demikian, Nabi mengisyaratkan bahwa malam Qadar itu terjadi pada hari-hari sepuluh yang akhir dari
bulan Ramadhan.
َ ﺸِﺮﻳ
ﻦ ْ ﻋ
ِ ﺳْﺒٍﻊ َو
َ ﻫﺎ ِﻓﻲ َﻟْﻴَﻠِﺔ
َ ﺤَّﺮ
َ ﺤِّﺮَﻳَﻬﺎ َﻓْﻠَﻴَﺘ
َ ن ُﻣَﺘ
َ ﻦ َﻛﺎ
ْ ل َﻣ
َ ﻢ ِﻓﻲ َﻟْﻴَﻠِﺔ اْﻟَﻘْﺪِر َﻗﺎ
َ ﺳَّﻠ
َ ﻋَﻠْﻴِﻪ َو
َ ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ
َ ﻲ
ِّ ﻦ اﻟَّﻨِﺒ
ْ ﻋ
َ ث
ُ ﺤِّﺪ
َ ﻋَﻤَﺮ ُﻳ
ُ ﻦ
َ ﺖ اْﺑ
ُ ﺳِﻤْﻌ
َ
Sahabat Ibnu Umar meriwayatkan hadis yang lebih umum, yaitu pada sepuluh hari terakhir dari bulan
Ramadhan, semua malamnya bukan hanya di malam yang ganjil saja. Nabi s.a.w. bersabda
ﺴْﺒِﻊ اْﻟَﺒَﻮاِﻗﻲ
َّ ﻋَﻠﻰ اﻟ
َ ﻦ
َّ ﻼ ُﻳْﻐَﻠَﺒ
َ ﺠَﺰ َﻓ
َ ﻋ
َ ﻢ َأْو
ْ ﺣُﺪُﻛ
َ ﻒ َأ
َ ﺿُﻌ
َ ن
ْ ﺧِﺮ َﻳْﻌِﻨﻲ َﻟْﻴَﻠَﺔ ا ْﻟَﻘْﺪِر َﻓِﺈ
ِ ﻷَوا
َْ ﺸِﺮ ا
ْ ﻫﺎ ِﻓﻲ اْﻟَﻌ
َ ﺴﻮ
ُ اْﻟَﺘِﻤ:
Hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar menyebutkan, bahwa malam Qadar jatuh pada tanggal 27
Ramadhan, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w.:
َ ﺸِﺮﻳ
ﻦ ْ ﻋ
ِ ﺳْﺒٍﻊ َو
َ ﻫﺎ ِﻓﻲ َﻟْﻴَﻠِﺔ
َ ﺤَّﺮ
َ ﺤِّﺮَﻳَﻬﺎ َﻓْﻠَﻴَﺘ
َ ن ُﻣَﺘ
َ ﻦ َﻛﺎ
ْ ل َﻣ
َ ﻢ ِﻓﻲ َﻟْﻴَﻠِﺔ اْﻟَﻘْﺪِر َﻗﺎ
َ ﺳَّﻠ
َ ﻋَﻠْﻴِﻪ َو
َ ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ
َ ﻲ
ِّ ﻦ اﻟَّﻨِﺒ
ْ ﻋ
َ ث
ُ ﺤِّﺪ
َ ﻋَﻤَﺮ ُﻳ
ُ ﻦ
َ ﺖ اْﺑ
ُ ﺳِﻤْﻌ
َ
Ubay bin Ka’ ab r.a. juga meriwayatkan bahwa malam Qadar jatuh pada tanggal 27 Ramadhan:
َ ﺸِﺮﻳ
ﻦ ْ ﻋ
ِ ﺳْﺒٍﻊ َو
َ ل َﻟْﻴَﻠُﺔ اْﻟَﻘْﺪِر َﻟْﻴَﻠُﺔ
َ ﺐ َﻗﺎ
ٍ ﻦ َﻛْﻌ
ِ ﻲ ْﺑ
ِّ ﻦ ُأَﺑ
ْ ﻋ
َ
Riwayat ini didukung pula oleh hadis Zar bin Hubaisy yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
ﺳْﺒٍﻊ
َ ﻲ َﻟ ْﻴَﻠُﺔ
َ ﻫ
ِ ﻢ ِﺑِﻘَﻴﺎِﻣَﻬﺎ
َ ﺳَّﻠ
َ ﻋَﻠْﻴِﻪ َو
َ ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ
َ ل اﻟَّﻠِﻪ
ُ ﺳﻮ
ُ ﻲ اﻟَّﻠْﻴَﻠُﺔ اَّﻟِﺘﻲ َأَﻣَﺮَﻧﺎ َر
َ ﻫ
ِ ﻋْﻠِﻤﻲ
ِ ﺷْﻌَﺒُﺔ َوَأْﻛ َﺒُﺮ
ُ ل
َ ﻋَﻠُﻤَﻬﺎ َﻗﺎ
ْ ﻷ
َ ﻲ ِﻓﻲ َﻟْﻴَﻠِﺔ اْﻟَﻘْﺪِر َواﻟَّﻠِﻪ ِإِّﻧﻲ
ٌّ ل ُأَﺑ
َ َﻗﺎ
َ ﺸِﺮﻳ
ﻦ ْ ﻋ
ِ َو
Kemuliaan malam Qadar banyak dijelaskan hadis Nabi s.a.w. antara lain:
ﻫﺎ ِﻓﻲ
َ ﺴﻮ
ُ ن َﻓﺎْﻟَﺘِﻤ
َ ﻀﺎ
َ ﻢ ِﻓﻲ َرَﻣ
َ ﺳَّﻠ
َ ﻋَﻠْﻴِﻪ َو
َ ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ
َ ل اﻟَّﻠِﻪ
ُ ﺳﻮ
ُ ل َر
َ ﻦ َﻟْﻴَﻠِﺔ اْﻟَﻘْﺪِر َﻓَﻘﺎ
ْ ﻋ
َ ﻢ
َ ﺳ َّﻠ
َ ﻋَﻠْﻴِﻪ َو
َ ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ
َ ل اﻟَّﻠِﻪ
َ ﺳﻮ
ُ ل َر
َ ﺳَﺄ
َ ﺖ َأَّﻧُﻪ
ِ ﺼﺎِﻣ
َّ ﻦ اﻟ
ِ ﻋَﺒﺎَدَة ْﺑ
ُ ﻦ
ْ ﻋ
َ
ﻦ َﻗﺎَﻣَﻬﺎ
ْ ﺧِﺮ َﻟْﻴَﻠٍﺔ َﻓَﻤ
ِ ﻦ َأْو ِﻓﻲ آ
َ ﺸِﺮﻳ
ْ ﻋ
ِ ﺴٍﻊ َو
ْ ﻦ َأْو ِﺗ
َ ﺸِﺮﻳ
ْ ﻋ
ِ ﺳْﺒٍﻊ َو
َ ﻦ َأْو
َ ﺸِﺮﻳ
ْ ﻋ
ِ ﺲ َو
ٍ ﺧْﻤ
َ ﻦ َأْو
َ ﺸِﺮﻳ
ْ ﻋ
ِ ث َو
ٍ ﻼ
َ ﻦ َأْو َﺛ
َ ﺸِﺮﻳ
ْ ﻋ
ِ ﺣَﺪى َو
ْ ﺧِﺮ َﻓِﺈَّﻧَﻬﺎ ِﻓﻲ َوْﺗٍﺮ ِﻓﻲ ِإ
ِ ﻷَوا
َْ ﺸِﺮ ا
ْ اْﻟَﻌ
ﺧَﺮ
َّ ﻦ َذْﻧِﺒِﻪ َوَﻣﺎ َﺗَﺄ
ْ ﻏِﻔَﺮ َﻟُﻪ َﻣﺎ َﺗَﻘَّﺪَم ِﻣ
ُ ﺖ َﻟُﻪ
ْ ﻢ ُوِّﻓَﻘ
َّ ﺴﺎًﺑﺎ ُﺛ
َ ﺣ ِﺘ
ْ ﻫﺎ ِإﻳَﻤﺎًﻧﺎ َوا
َ اْﺑِﺘَﻐﺎَء
Allah swt mengistimewakan nilai malam ini lebih dari malam seribu bulan. Karena pada malam itu
Malaikat turun ke bumi mengatur segala urusan. Sesuai dengan perintah-Nya mereka, para malaikat akan
menetapkan berbagai takdir manusia mulai dari rizki, mati, jodoh dan semuanya.
Karena itulah di namakan lailatul Qadar , malam penentuan taqdir manusia. Sudah selayaknya kita
sebagai hamba yang menginginkan taqdir baik, apabila menekuk lutut bersimpuh di malam-malam itu, karena ini
berhubungan dengan nasib kita sebagai hamba. Seperti seorang budak yang memohon kepada majikannya.
Allah mengkhususkan keterangn ini dalam satu surat penuh, surat al-Qadar:
َ ﻫ
ﻲِ ﻼٌم
َ ﺳ
َ * ﻞ َأْﻣﺮ
ِّ ن َرّﺑِـﻬﻢ ِّﻣﻦ ُﻛ
ِ ح ِﻓَﻴﻬﺎ ِﺑِﺈْذ
ُ ﻼ ِﺋَﻜُﺔ َواﻟُّﺮو
َ ل اْﻟَﻤ
ُ ﺷْﻬﺮ * َﺗَﻨَّﺰ
َ ﻒ
ِ ﻦ َأْﻟ
ْ ﺧْﻴٌﺮ ِّﻣ
َ ك َﻣﺎ َﻟْﻴَﻠُﺔ اْﻟَﻘْﺪِر * َﻟْﻴ َﻠﺔ اْﻟَﻘْﺪِر
َ ِإَّﻧﺎ َأْﻧَﺰْﻟﻨﺎُه ِﻓﻰ َﻟْﻴَﻠِﺔ اْﻟَﻘْﺪِر * َوَﻣﺎ َأْدَرا
ﺠﺮ
ْ ﻄَﻠِﻊ اْﻟَﻔ
ْ ﺣَّﺘﻰ َﻣ
َ
Sumber: https://islam.nu.or.id/ubudiyah/makna-nuzulul-qur039an-dan-lailatul-qadar-xU1GK
ﻵَﻳَﺔ
ْ َﻳْﻌِﻨﻲ ا-ﺠﻮًﻣﺎ
ُ ﻼُم ُﻧ
َ ﺴ
َّ ﻋَﻠْﻴِﻪ اﻟ
َ ﻞ
ُ ﺟْﺒِﺮﻳ
ِ ﺛﻢ ﻧﺰل ِﺑِﻪ،ﺳَﻤﺎِء اﻟﺪﻧﻴﺎ
َ ﺣَﺪًة ِإَﻟﻰ اْﻟَﻜَﺘَﺒِﺔ ِﻓﻲ
ِ ﺟْﻤَﻠًﺔ َوا
ُ ظ
ِ ﺤُﻔﻮ
ْ ح اْﻟَﻤ
ِ ﻦ اﻟَّﻠْﻮ
َ ن ِﻣ
َ ل اْﻟُﻘْﺮآ
َ س ُأْﻧِﺰ
ٍ ﻋَّﺒﺎ
َ ﻦ
ُ ل اْﺑ
َ َوَﻗﺎ
ﺳَﻨًﺔ
َ ﻦ
َ ﺸِﺮﻳ
ْ ﻋ
ِ ﺣَﺪى َو
ْ ﺨَﺘِﻠَﻔٍﺔ ِﻓﻲ ِإ
ْ ت ُﻣ
ٍ ِﻓﻲ َأْوَﻗﺎ-ﻦ
ِ ﻵَﻳَﺘْﻴ
ْ َوا
Proses turunnya Al-Qur’ an secara total ini terjadi di bulan malam Lailatul Qadar, tepatnya malam 24
Ramadhan. Pendapat ini sebagaimana ditegaskan dalam riwayat Ibnu Abbas dan Watsilah bin al-Asqa’ .
Imamul Mufassirin (pemimpin para pakar tafsir), Syekh Abu Ja’ far Muhammad bin Jarir al-Thabari
menyampaikan riwayat tersebut dalam kitab tafsirnya sebagai berikut:
ﺟْﻤَﻠًﺔ
ُ ن
ُ ل اْﻟُﻘْﺮآ
َ ل ُأْﻧِﺰ
َ َﻗﺎ،س
ٍ ﻋَّﺒﺎ
َ ﻦ
ِ ﻦ اْﺑ
ِ ﻋ
َ ،ﺟَﺒْﻴٍﺮ
ُ ﻦ
ِ ﺳِﻌﻴِﺪ ْﺑ
َ ﻦ
ْ ﻋ
َ ،س
ِ ﺷَﺮ
ْ ﻷ
َْ ﻦ َأِﺑﻲ ا
ِ ن ْﺑ
َ ﺴﺎ
َّ ﺣ
َ ﻦ
ْ ﻋ
َ ،ﺶ
ِ ﻋَﻤ
ْ ﻷ
َْ ﻦ ا
ِ ﻋ
َ ،ش
ٍ ﻋَّﻴﺎ
َ ﻦ
ُ ل ﺛﻨﺎ َأُﺑﻮ َﺑْﻜِﺮ ْﺑ
َ ﺐ َﻗﺎ
ٍ ﺣَّﺪَﺛَﻨﺎ َأُﺑﻮ ُﻛَﺮْﻳ
َ َﻛَﻤﺎ
ﺖ اْﻟِﻌَّﺰِة
ِ ﻞ ِﻓﻲ َﺑْﻴ
َ ﺠِﻌ
ُ َﻓ،ن
َ ﻀﺎ
َ ﻦ َرَﻣ
ْ ﻦ ِﻣ
َ ﺸِﺮﻳ
ْ ﻋ
ِ ﻦ اﻟِّﺬْﻛِﺮ ِﻓﻲ َﻟْﻴَﻠِﺔ َأْرَﺑٍﻊ َو
َ ِﻣ
ﻋَﻠْﻴِﻪ
َ ﺻَّﻠﻰ اﻟﻠُﻪ
َ ﻲ
ِّ ﻦ اﻟَّﻨِﺒ
ِ ﻋ
َ " ،ﻦ َواِﺛَﻠَﺔ
ْ ﻋ
َ ،ﺢ
ِ ﻦ َأِﺑﻲ اْﻟَﻤِﻠﻴ
ِ ﻦ اْﺑ
ِ ﻋ
َ ،ﻦ َﻗَﺘﺎَدَة
ْ ﻋ
َ ،ن
ُ ﻄﺎ
َّ ن اْﻟَﻘ
ُ ﻋْﻤَﺮا
ِ ﺛﻨﺎ:ل
َ َﻗﺎ،ﺟﺎٍء
َ ﻦ َر
ُ ﻋْﺒُﺪ اﻟﻠِﻪ ْﺑ
َ ﺛﻨﺎ:ل
َ َﻗﺎ،ﺼﻮٍر
ُ ﻦ َﻣْﻨ
ُ ﺣَﻤُﺪ ْﺑ
ْ ﺣَّﺪَﺛَﻨﺎ َأ
َ
َ َوُأْﻧِﺰ،ﺖ
ل ْ ﺧَﻠ
َ ﺸَﺮَة
ْ ﻋ
َ ث
َ ﻼ
َ ﻞ ِﻟَﺜ
ُ ﺠﻴ
ِ ﻹْﻧ
ِْ ل ا
َ َوُأْﻧِﺰ،ن
َ ﻀﺎ
َ ﻦ َرَﻣ
ْ ﻦ ِﻣ
َ ﻀْﻴ
َ ﺖ َﻣ
ٍّ ﺴ
ِ ﺖ اﻟَّﺘْﻮَراُة ِﻟ
ِ َوُأْﻧِﺰَﻟ،ن
َ ﻀﺎ
َ ﺷْﻬِﺮ َرَﻣ
َ ﻦ
ْ ل َﻟْﻴَﻠٍﺔ ِﻣ
َ ﻢ َأَّو
َ ﻫﻴ
ِ ﻒ ِإْﺑَﺮا
ُ ﺤ
ُ ﺻ
ُ ﺖ
ْ َﻧَﺰَﻟ:ل
َ َﻗﺎ،ﻢ
َ ﺳَّﻠ
َ َو
َ ﻀﺎ
ن َ ﻦ َرَﻣ
ْ ﻦ ِﻣ
َ ﺸِﺮﻳ
ْ ﻋ
ِ ﻷْرَﺑٍﻊ َو
َِ ن
ُ اْﻟُﻘْﺮآ
Dalam proses turunnya Al-Qur’ an secara bertahap, wahyu pertama yang diterima Nabi adalah Surat al-
‘ Alaq dari ayat satu sampai lima. Saat Nabi mencapai usia 40 tahun, Allah mengutusnya untuk alam semesta,
mengeluarkan mereka dari sesatnya kebodohan menuju terangnya pengetahuan. Tepatnya pada tanggal 17
Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah, Nabi menerima wahyu untuk pertama kalinya. Pakar sejarah Nabi, Syekh
Muhammad al-Khudlari Bik menegaskan:
ﺠَﻬﺎَﻟِﺔ ِإَﻟﻰ ُﻧْﻮِر
َ ت اْﻟ
ِ ﻇُﻠَﻤﺎ
ُ ﻦ
َ ﻢ ِﻣ
ْ ﺟُﻬ
َ ﺨِﺮ
ْ ﺸْﻴًﺮا َوَﻧِﺬْﻳًﺮا ِﻟُﻴ
ِ ﻦ َﺑ
َ ﺳَﻠُﻪ اﻟﻠُﻪ ِﻟْﻠَﻌﺎَﻟِﻤْﻴ
َ ﺳَﻨًﺔ َأْر
َ ن
َ ﻲ َأْرَﺑُﻌْﻮ
َ ﻫ
ِ ل َو
ِ ﻦ اْﻟَﻜَﻤﺎ
َّ ﺳ
ِ ﻼُم
َ ﺴ
َّ ﻼُة َواﻟ
َ ﺼ
َّ ﻋَﻠْﻴِﻪ اﻟ
َ ﻲ ) َﻟَّﻤﺎ َﺑَﻠَﻎ
ِ ﺣ
ْ ـ (َﺑْﺪُء اْﻟَﻮ
ﺳَﻨَﺔ
َ ن
َ ﻀﺎ
َ َرَﻣ17 ﻲ
ْ ن ِﻓ
َ ﻚ َﻛﺎ
َ ن َذِﻟ
َّ ﺚ َأ
ِ ﺤ
ْ ﻦ َﺑْﻌَﺪ ِدَّﻗِﺔ اْﻟَﺒ
َ َﺗَﺒَّﻴ،ﻲ
ُّ ﺷﺎ َاْﻟَﻔَﻠِﻜ
َ ﺤُﻤْﻮْد َﺑﺎ
ْ ﺣْﻮُم َﻣ
ُ ﺤُﻪ اْﻟَﻤْﺮ
َ ﺿ
َ ﻼِد َﻛَﻤﺎ َأْو
َ ﻦ اْﻟِﻤْﻴ
َ ِﻣ٦١٠ ﺳَﻨَﺔ
َ ل َﻓْﺒَﺮاِﻳْﺮ
ِ ﻲ َأَّو
ْ ﻚ ِﻓ
َ ن َذِﻟ
َ ﻢ َوَﻛﺎ
ِ اْﻟِﻌْﻠ
٦١٠ ﺳَﻨَﺔ
َ ﻖ ُﻳْﻮِﻟُﻴْﻮ
ُ ﻚ ُﻳَﻮاِﻓ
َ ﺠَﺮِة َوَذِﻟ
ْ ﻞ اْﻟِﻬ
َ َﻗْﺒ13