Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AL-QUR’AN & HADITS

“Pendapat Imam Al Lihyani Tentang Al-Qur’an”

DISUSUN OLEH :

 Muh. Abdullah Annadewi


 Muh. Idwar Ramadhan
 Muh. Khalid Zulfikar
 Muh. Rafly Saiman B

Kelompok 3

Kelas X.IPS 2

Madrasah Aliyah Negeri Kota Palopo

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

  Bismillahirrohmanirrohim.
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
nikmat kesehatan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini mengenai “Pendapat Imam Al Lihyani Tentang Al-Qur’an” sehubung dengan tugas
kelompok yang diberikan oleh Bapak/Ibu Guru selaku guru kami di mata pelajaran
Al-qur’an dan Hadits.

Kami sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Oleh karena itu, kami mohon saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik dari
sebelumnya.

Akhir kata ,semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi kita semua.

Palopo, Maret 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II. PEMBAHASAN

A. Asal – usul Al – Qur’an menurut Imam Al Lihyani


B. Pengertian Al – Qur’an menurut Imam Al Lihyani
C. Definisi Al – Qur’an menurut Imam Al Lihyani
D. Perbedaan Pendapat Para Ulama tentang Al – Qur’an

BAB III. PENUTUP

I. Kesimpulan
II. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai


petunjuk (hidayah) bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an diwahyukan oleh
Allah swt kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril a.s. setelah
beliau genap berusia 40 tahun. Diturunkan secara berangsur-angsur selama
kurang lebih 23 tahun. Turunnya al- Qur’an kepada beliau tidak menentu dari
segi waktu dan keadaan.Terkadang diturunkan pada musim panas dan
terkadang diturunkan dimusim dingin. Terkadang turun pada waktu malam,
tetapi sering pula turun pada waktu siang hari. Terkadang turun saat beliau
berpergian, tetapi sering pula turun saat beliau tidak dalam berpergian. Itu
semua bukan kehendak Rasulullah, akan tetapi kehendak Allah swt. Allah swt
lah yang telah mengatur semuanya.Tidak semua ayat yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw, dapat dipahami dengan mudah oleh para sahabat. Oleh
karena itu, Rasulullah saw lah yang menerangkan dan menafsirkan ayat-ayat
tersebut berdasarkan petunjuk yang diperoleh dari Allah swt melalui wahyu.

Setelah masa wafatnya Rasulullah, perkembangan penafsiran ayat-ayat al-


Qur’an telah mengalami perkembangan yang cukup variatif.Perkembangan itu
dilatarbelakangi oleh berbagai macam faktordiantaranya perbedaan aliran atau
madzab, faktor politik, faktor kondisi sosial masyarakat, tingkat keilmuan
mufassir itu sendiri, dan faktor-faktor lainnya sehingga muncullah corak dan
metode penafsiran yang beranekaragam.

Tidak ada kata finish dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Para


mufassir terus berusaha keras dalam memahami, menyingkap kandungan
makna-makna di dalam al-Qur’an. Akan tetapi sehebat apapun mereka, para
mufassir hanya bisa sampai pada derajat pemahaman relatif dan tidak bisa
sampai pada derajat pemahaman yang absolut.

B. Rumasan Masalah

a. Bagaimana asal-usul Al-qur’an menurut Imam Al Lihyani?


b. Jelaskan pengertian Al-qur’an menurut Imam Al Lihyani?
c. Apa Devinisi Al-qur’an menurut Imam Al Lihyani?
d. Jelaskan perbedaan pendapat para ulama tentang Al-qur’an!

C. Tujuan

a. Dapat mengetahui asal-usul Al-qur’an menurut Imam Al Lihyani.


b. Dapat mengetahui pengertian Al-qur’an menurut Imam Al Lihyani.
c. Dapat mengetahui devinisi Al-qur’an menurut Imam Al Lihyani.
d. Dapat mengetahui perbedaan pendapat para ulama tentang Al-qur’an.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal – usul Al – qur’an Menurut Imam Al Lihyani

Menurut Imam Al Lihyani, ia bercerita bahwa Al-Qur’an pertama kali turun


pada tanggal 17 Ramadhan saat usia Rasulullah SAW, mencapai 40 tahun
(sekitar 608-609 M). Ketika Rasulullah sedang beruzlah di gua Hira (sekira 5
kilometer dari Makkah), tiba-tiba Jibril datang membawa wahyu. Jibril
memeluk dan melepaskan Rasulullah SAW. Hal ini diulanginya sebanyak 3
kali.
Setiap kali memeluk, Jibril mengatakan, “Iqra’!” artinya “Bacalah.”
“Aku tidak mengenal bacaan,” jawab Rasulullah.
“Iqra’ bismi rabbikal ladzi khalaq, khalaqal insana min alaq. Iqra wa rabbukal
akram. Alldzi allama bil qalam. Allamal bil qalam. Allamal insana ma lam
ya’lam,” kata Jibril pada kali ketiga membaca Surat Al-Alaq ayat 1-5.

Ini merupakan awal mula turun wahyu, awal mula turun Al-Qur’an. Sebelum
peristiwa agung ini terjadi, beberapa petunjuk mengisyaratkan semakin
dekatnya turun wahyu dan kenabian Rasulullah SAW. Sebagian tanda itu
adalah mimpi Rasulullah yang disusul dengan peristiwa nyata sesuai dengan
mimpinya. Tanda lainnya adalah kesenangan uzlah (menyepi) Rasulullah SAW
menjelang turunnya wahyu.

Pandangan ini didukung oleh riwayat Imam Bukhari dari sayyidah Asiyah RA.
Bulan Ramadhan disebut secara harfiah sebagai turunnya Al-Qur’an pada Surat
Al-Baqarah ayat 185. Sedangkan malaikat yang turun membawa wahyu adalah
Ruh Amin atau Ruh Kudus yang disepakati sebagai Jibril oleh mufassirin
sebagaimana keterangan Surat As-Syu’ara ayat 193-195 dan Surat An-Nahl
ayat 102. (As-Shabuni, 2016: 15-16).

Bantahan ini didukung oleh riwayat Jabir pada Bukhari dan Muslim yang
menyebutkan “masa fatrah wahyu.” Riwayat Jabir menunjukkan peristiwa pada
cerita Rasulullah ini terjadi setelah peristiwa di gua Hira. Dapat juga dipahami
bahwa Al-Muddatstsir adalah surat utuh Al-Qur’an yang pertama kali turun
pada masa fatrah turunnya wahyu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa
wahyu yang pertama kali turun adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5. Sedangkan surat
utuh Al-Qur’an yang pertama kali turun atau turun setelah masa fatrah wahyu
adalah Surat Al-Muddatstsir. Simpulan lainnya, wahyu yang pertama kali turun
pada masa kerasulan adalah Surat Al-Muddatstsir. Sedangkan wahyu yang
pertama kali turun pada masa kenabian adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5. (Al-
Qaththan, tanpa tahun: 62-63).

Adapun pendapat yang kuat adalah pendapat pertama yang didukung oleh
riwayat Sayyidah Aisyah RA…Sedangkan pada hadits riwayat Sayyidah
Aisyah RA dan riwayat sahabat Jabir bin Abdullah RA tidak terdapat
pertentangan. Peristiwa Surat Al-Alaq di gua Hira terjadi yang kemudian
disusul masa fatrah wahyu. Setelah itu Surat Al-Muddatstsir turun menyusul
Surat Al-Alaq. (Al-Qaththan, tanpa tahun: 63).

Imam Badruddin Az-Zarkasyi mengatakan, sebagian ulama mengambil metode


tariqatul jam’i antara hadits riwayat Sayyidah Aisyah RA dan riwayat sahabat
Jabir RA. Menurut mereka, sahabat Jabir hanya mendengar bagian akhir cerita
Rasulullah SAW perihal awal turunnya wahyu. Sahabat Jabir hanya mendengar
akhir cerita sehingga ia mengira bahwa wahyu yang pertama turun adalah Surat
Al-Muddatstsir. (Badruddin Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulumil Qur’an, [Kairo,
Darul Hadis: 2018 M/1440 H], halaman 144).

B. Pengertian Al-qur’an Menurut Imam Al Lihyani

Menurut Al Lihyani,ia mengatakan bahwa Al-Quran berasal dari kata (– ‫قَ َرَأ‬
‫قُرْ انًأ‬-‫ )يَ ْق َرُأ‬berupa mashdar yang berarti bacaan. Keterangan ini bersumber dalam
kitab al-itqan fi ulumil qur’an karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi sebagaimana
berikut:

ِ ‫ان ُس[ ِّم َي بِ[ ِه ْال ِكتَابُ ْال َم ْق[ َروْ ُء ِم ْن بَا‬
‫ب ت َْس[ ِميَّ ِة‬ ِ ‫ان َو ْال ُغ ْف َر‬ ُ ‫ال قَوْ ٌم ِم ْنهُ ْم اَلِّ ْلحْ يَانِي ه َُو َمصْ َد ٌر لَقَ َرْأ‬
ِ ‫ت َكالرَّجْ َح‬ َ َ‫ق‬
‫ْال َم ْفعُوْ ِل بِ ْال َمصْ د َِر‬

“Ada sebagian kelompok berkata diantaranya adalah al-Lihyani yang


berpendapat bahwa Al-Quran adalah mashdar dari qara’a. Sebagaimana dalam
kata rujhan dan ghufron. Penamaan Al-Quran adalah kitab yang dibaca
termasuk dalam bab penamaan maf’ul dengan mashdar.

C. Definisi Al-qur’an menurut Imam Al Lihyani

Definisi Al-qur’an menurut Imam Al Lihyani, pendapat yang paling


kuat dan termahsyur yaitu bahwa lafadz al-qur’an berasal dari lafal quraa, yang
artinya bacaan mashdar yang diartikan isim maf’ul (makru) artinya yang
dibaca. Ini terdapat pada Q.S Al-Qiyamah 17-18 :
ۚٗ‫اِ َّن َعلَ ۡينَا َجمۡ َعهٗ َوقُ ۡر ٰانَه‬

Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan


membacakannya. (ayat 17)

ٗ‫فَا ِ َذا قَ َر ۡا ٰنهُ فَاتَّبِ ۡع قُ ۡر ٰانَه‬

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (ayat
18)

 Isi Kandungan Q.S Al-Qiyamah ayat 17-18, yaitu :

Allah menjelaskan bahwa larangan mengikuti bacaan Jibril ketika ia


sedang membacakannya adalah karena sesungguhnya atas tanggungan
Allah-lah mengumpulkan wahyu itu di dalam dada Muhammad dan
membuatnya pandai membacanya. Tegasnya pada waktu Jibril
membaca, hendaklah Muhammad diam dan mendengarkan bacaannya.

D. Perbedaan Pendapat Para Ulama Mengenai Al-qur’an

 Perbedaan Dalam Memahami Al-qur’an

Al-Qur'an adalah pegangan pertama semua Imam Mazhab dan ulama.


Hanya saja mereka seringkali berbeda dalam memahaminya,
disebabkan:

a. Ada sebagian lafaz al-Qur'an yang mengandung lebih dari satu arti
(musytarak). Contoh lafaz "quru" dalam QS 2: 228. Sebagian
mengartikan dengan "suci"; dan sebagian lagi mengartikan dengan
"haid". Akibat perbedaan lafaz "quru" ini, sebagian sahabat (Ibnu
Mas'ud dan Umar) memandang bahwa manakala perempuan itu
sudah mandi dari haidnya yg ketiga, maka baru selesai iddahnya.
Zaid bin Tsabit, sahabat nabi yg lain, memandang bahwa dengan
datangnya masa haid yang ketiga perempuan itu selesai haidnya
(meskipun belum mandi).

Lihatlah, bahkan para sahabat Nabi pun berbeda pendapat dalam hal
ini. Ada ulama yang berpendapat bahwa tampaknya Allah sengaja
memilih kata "quru'" sehingga kita bisa menggunakan akal kita untuk
memahaminya. Soalnya, kalau Allah mau menghilangkan perbedaan
pendapat tentu saja Allah dapat memilih kata yang pasti saja, apakah
suci atau haid. Ternyata Allah memilih kata "quru" yang mngandung
dua arti secara bahasa Arab.

b. Susunan ayat Al-Qur'an membuka peluang terjadinya perbedaan


pendapat Huruf "fa", "waw", "aw", "illa", "hatta" dan lainnya
mengandung banyak fungsi tergantung konteksnya. Sebagai contoh,
huruf "FA" dalam QS 2:226-227 mengandung dua fungsi. Sebagian
memandang huruf "FA" itu berfungsi "li tartib dzikri" (susunan dalam
tutur kata). Sebagian lagi berpendapat bahwa huruf "FA" dalam ayat di
atas berfungsi "li tartib haqiqi" (susunan menurut kenyataan). Walhasil
kelompok pertama berpendapat bahwa suami setelah 'ila (melakukan
sumpah untuk tidak campur dengan isteri), harus campur dengan isteri
sebelum empat bulan, kalau sudah lewat empat bulan maka jatuh talak.
Kelompok kedua berpendapat bahwa tuntutan supaya campur dengan
isteri (untuk menghindari jatuhnya talaq) itu setelah lewat empat bulan.

c. Perbedaan memandang lafaz 'am - khas, mujmal-mubayyan,


mutlak-muqayyad, dan nasikh-mansukh. Lafaz al-Qur'an
adakalanya mengandung makna umum ('am) sehingga
membutuhkan ayat atau hadis untuk mengkhususkan maknanya.
Kadang kala tak ditemui qarinah (atau petunjuk) untuk
mengkhususkannya, bahkan ditemui (misalnya setelah melacak
asbabun nuzulnya) bahwa lafaz itu memang am tapi ternyata
yang dimaksud adalah khusus (lafzh 'am yuradu bihi al-
khushush). Boleh jadi sebaliknya, lafaznya umum tapi yang
dimaksud adalah khusus (lafzh khas yuradu bihi al-'umum).

Contoh yang pertama, Qs at-Taubah ayat 103 terdapat kata "amwal"


(harta) akan tetapi tidak semua harta terkena kewajiban zakat
(makna umum harta telah dikhususkan kedalam beberapa jenis harta
saja). Contoh yang kedua, dalam QS al-Isra: 23 disebutkan larangan
untuk mengucapkan "ah" pada kedua orangtua. Kekhususan untuk
mengucapkan "ah" itu diumumkan bahwa perbuatan lain yang juga
menyakiti orang tua termasuk ke dalam larangan ini (misalnya
memukul, dan sebagainya).
Nah, persoalannya, dalam kasus lain para ulama berbeda
memandang satu ayat sbb:

lafaz umum dan memang maksudnya untuk umum, atau


lafaz umum tetapi maksudnya untuk khusus; dan
lafaz khusus dan memang maksudnya khusus; atau
lafaz khusus tetapi maksudnya umum.

 Berikut adalah beberapa pendapat dari para ulama mengenai pengertian


al-qur’an :

1) Dr. Subhi As-Salih


Menurut As-Salih, Al-quran merupakan kalam Allah Swt. yang
merupakan mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, ditulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, dan
membacanya bernilai ibadah.

2) Syekh Muhammad Khudari Beik


Menurut Syekh Beik, Al-quran adalah firman dari Allah Swt.
yang berbahasa Arab dan diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk dipahami isinya, disampaikan kepada penerus umat
secara mutawatir, ditulis dalam mushaf, diawali dengan surat Al-
Fatihah, dan diakhiri dengan surat An-Naas.
Secara garis besar, semua ulama dan para ahli memiliki
penjelasan yang sama mengenai apa itu pengertian Al quran. Al
quran sangat berharga dalam kehidupan kita dan menjadi tonggak
berdirinya suatu peradaban, sehingga kita harus senantiasa
mempelajarinya. Itu karena, lagi, Al quran hadir sebagai petunjuk
bagi umat manusia.

3) Muhammad Ali Ash Shabuni


Menurut Muhammad Ali Ash Shabumi, Al-qur’an adalah suatu
firman dari Allah yang tidak memiliki tandingan yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad yang merupakan penutup para nabi dan
rasul, melalui perantara seorang malaikat yaitu malaikat Jibril.
4) Abu Faiz (2014)
Menurutnya, beberapa keutamaan yang akan diperoleh oleh para
pecinta Al-Qur’an ini diantaranya; memperoleh pahala yang
sangat besar, selalu bersama para malaikat yang mulia,
menghapus dosa dan keburukan, membersihkan hatiserta
menenteramkan jiwa.

5) Yusuf Al-Qardhawi
Menurut Yusuf Al-Qardhawi di antara karakteristik al-Qur‟an
adalah ia merupakan kitab suci yang mudah dihafal, diingat dan
dipahami. Ayat-ayat al-Qur‟an mengandung keindahan dan
kemudahan untuk dihafal bagi mereka yang menghafalnya dan
menyimpannya di dalam hati. Seperti firman Allah SWT. dalam
Q. S. al-Qamar: 17

6) Ustadz Abd. Aziz Abd Ra‟uf


Menurut Ustadz Abd. Aziz Abd Ra‟uf bahwa menghafal al-
Qur‟an harus diyakini sebagai suatu bagian dari perjalanan
pembinaan aqidah bagi orang yang beriman, sehingga aqidah
yang belum sampai pada standar yang diinginkan tidak akan
mampu melihat realitas hifdzul Qur‟an sebagai tuntutan
perkembangan aqidahnya. Hal inilah yang menyebabkan orang
memiliki pandangan tentang hifdzul Qur‟an sebagai suatu hal
yang tidak menarik, sulit, beban yang berat dan pandangan-
pandangan negatif yang semisalnya.
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

 Menurut Imam Al Lihyani, ia bercerita bahwa Al-Qur’an pertama kali


turun pada tanggal 17 Ramadhan saat usia Rasulullah SAW, mencapai
40 tahun (sekitar 608-609 M). Ketika Rasulullah sedang beruzlah di gua
Hira (sekira 5 kilometer dari Makkah), tiba-tiba Jibril datang membawa
wahyu. Jibril memeluk dan melepaskan Rasulullah SAW. Hal ini
diulanginya sebanyak 3 kali.
Setiap kali memeluk, Jibril mengatakan, “Iqra’!” artinya “Bacalah.”
“Aku tidak mengenal bacaan,” jawab Rasulullah.
“Iqra’ bismi rabbikal ladzi khalaq, khalaqal insana min alaq. Iqra wa
rabbukal akram. Alldzi allama bil qalam. Allamal bil qalam. Allamal
insana ma lam ya’lam,” kata Jibril pada kali ketiga membaca Surat Al-
Alaq ayat 1-5.
Ini merupakan awal mula turun wahyu, awal mula turun Al-Qur’an.
Sebelum peristiwa agung ini terjadi, beberapa petunjuk mengisyaratkan
semakin dekatnya turun wahyu dan kenabian Rasulullah SAW.
Sebagian tanda itu adalah mimpi Rasulullah yang disusul dengan
peristiwa nyata sesuai dengan mimpinya. Tanda lainnya adalah
kesenangan uzlah (menyepi) Rasulullah SAW menjelang turunnya
wahyu.
 Pengertian Al-qur’an , menurut Imam Al Lihyani,ia mengatakan bahwa
Al-Quran berasal dari kata (‫قُرْ انًأ‬-‫ )قَ َرَأ – يَ ْق َرُأ‬berupa mashdar yang berarti
bacaan. Keterangan ini bersumber dalam kitab al-itqan fi ulumil qur’an
karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi.
 Definisi Al-qur’an menurut Imam Al Lihyani, pendapat yang paling
kuat dan termahsyur yaitu bahwa lafadz al-qur’an berasal dari lafal
quraa, yang artinya bacaan mashdar yang diartikan isim maf’ul (makru)
artinya yang dibaca. Ini terdapat pada Q.S Al-Qiyamah 17-18.

II. Saran
Dengan membaca makalah ini semoga pembacanya bisa memahami dan
dapat memperluas wawasan terkait ruang lingkup kewirausahaan serta
mampu mempraktekkannya dalam berwirausaha untuk mencapai tujuan
yang diingankan.

Anda mungkin juga menyukai