DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Kelas X.IPS 2
Bismillahirrohmanirrohim.
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
nikmat kesehatan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini mengenai “Pendapat Imam Al Lihyani Tentang Al-Qur’an” sehubung dengan tugas
kelompok yang diberikan oleh Bapak/Ibu Guru selaku guru kami di mata pelajaran
Al-qur’an dan Hadits.
Kami sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Oleh karena itu, kami mohon saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik dari
sebelumnya.
Akhir kata ,semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi kita semua.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
I. Kesimpulan
II. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumasan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Ini merupakan awal mula turun wahyu, awal mula turun Al-Qur’an. Sebelum
peristiwa agung ini terjadi, beberapa petunjuk mengisyaratkan semakin
dekatnya turun wahyu dan kenabian Rasulullah SAW. Sebagian tanda itu
adalah mimpi Rasulullah yang disusul dengan peristiwa nyata sesuai dengan
mimpinya. Tanda lainnya adalah kesenangan uzlah (menyepi) Rasulullah SAW
menjelang turunnya wahyu.
Pandangan ini didukung oleh riwayat Imam Bukhari dari sayyidah Asiyah RA.
Bulan Ramadhan disebut secara harfiah sebagai turunnya Al-Qur’an pada Surat
Al-Baqarah ayat 185. Sedangkan malaikat yang turun membawa wahyu adalah
Ruh Amin atau Ruh Kudus yang disepakati sebagai Jibril oleh mufassirin
sebagaimana keterangan Surat As-Syu’ara ayat 193-195 dan Surat An-Nahl
ayat 102. (As-Shabuni, 2016: 15-16).
Bantahan ini didukung oleh riwayat Jabir pada Bukhari dan Muslim yang
menyebutkan “masa fatrah wahyu.” Riwayat Jabir menunjukkan peristiwa pada
cerita Rasulullah ini terjadi setelah peristiwa di gua Hira. Dapat juga dipahami
bahwa Al-Muddatstsir adalah surat utuh Al-Qur’an yang pertama kali turun
pada masa fatrah turunnya wahyu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa
wahyu yang pertama kali turun adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5. Sedangkan surat
utuh Al-Qur’an yang pertama kali turun atau turun setelah masa fatrah wahyu
adalah Surat Al-Muddatstsir. Simpulan lainnya, wahyu yang pertama kali turun
pada masa kerasulan adalah Surat Al-Muddatstsir. Sedangkan wahyu yang
pertama kali turun pada masa kenabian adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5. (Al-
Qaththan, tanpa tahun: 62-63).
Adapun pendapat yang kuat adalah pendapat pertama yang didukung oleh
riwayat Sayyidah Aisyah RA…Sedangkan pada hadits riwayat Sayyidah
Aisyah RA dan riwayat sahabat Jabir bin Abdullah RA tidak terdapat
pertentangan. Peristiwa Surat Al-Alaq di gua Hira terjadi yang kemudian
disusul masa fatrah wahyu. Setelah itu Surat Al-Muddatstsir turun menyusul
Surat Al-Alaq. (Al-Qaththan, tanpa tahun: 63).
Menurut Al Lihyani,ia mengatakan bahwa Al-Quran berasal dari kata (– قَ َرَأ
قُرْ انًأ- )يَ ْق َرُأberupa mashdar yang berarti bacaan. Keterangan ini bersumber dalam
kitab al-itqan fi ulumil qur’an karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi sebagaimana
berikut:
ِ ان ُس[ ِّم َي بِ[ ِه ْال ِكتَابُ ْال َم ْق[ َروْ ُء ِم ْن بَا
ب ت َْس[ ِميَّ ِة ِ ان َو ْال ُغ ْف َر ُ ال قَوْ ٌم ِم ْنهُ ْم اَلِّ ْلحْ يَانِي ه َُو َمصْ َد ٌر لَقَ َرْأ
ِ ت َكالرَّجْ َح َ َق
ْال َم ْفعُوْ ِل بِ ْال َمصْ د َِر
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (ayat
18)
a. Ada sebagian lafaz al-Qur'an yang mengandung lebih dari satu arti
(musytarak). Contoh lafaz "quru" dalam QS 2: 228. Sebagian
mengartikan dengan "suci"; dan sebagian lagi mengartikan dengan
"haid". Akibat perbedaan lafaz "quru" ini, sebagian sahabat (Ibnu
Mas'ud dan Umar) memandang bahwa manakala perempuan itu
sudah mandi dari haidnya yg ketiga, maka baru selesai iddahnya.
Zaid bin Tsabit, sahabat nabi yg lain, memandang bahwa dengan
datangnya masa haid yang ketiga perempuan itu selesai haidnya
(meskipun belum mandi).
Lihatlah, bahkan para sahabat Nabi pun berbeda pendapat dalam hal
ini. Ada ulama yang berpendapat bahwa tampaknya Allah sengaja
memilih kata "quru'" sehingga kita bisa menggunakan akal kita untuk
memahaminya. Soalnya, kalau Allah mau menghilangkan perbedaan
pendapat tentu saja Allah dapat memilih kata yang pasti saja, apakah
suci atau haid. Ternyata Allah memilih kata "quru" yang mngandung
dua arti secara bahasa Arab.
5) Yusuf Al-Qardhawi
Menurut Yusuf Al-Qardhawi di antara karakteristik al-Qur‟an
adalah ia merupakan kitab suci yang mudah dihafal, diingat dan
dipahami. Ayat-ayat al-Qur‟an mengandung keindahan dan
kemudahan untuk dihafal bagi mereka yang menghafalnya dan
menyimpannya di dalam hati. Seperti firman Allah SWT. dalam
Q. S. al-Qamar: 17
PENUTUP
I. Kesimpulan
II. Saran
Dengan membaca makalah ini semoga pembacanya bisa memahami dan
dapat memperluas wawasan terkait ruang lingkup kewirausahaan serta
mampu mempraktekkannya dalam berwirausaha untuk mencapai tujuan
yang diingankan.