Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AL-QURAN SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

Dosen Pengampu :Iim Ibrohim, M.Ag

Disusun oleh :

M Faiz Fadilah 210313236

Andhika Ghifari 210313187

Muhamad Ilham Alimasduki 210313255

PRODI MANAGEMENT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSUTAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Al-Quran Sebagai Sumber
Ajaran Islam” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada suri
tauladan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada
manusia dan senantiasa diharapkan syafa’atnya.

Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Iim Ibrohim, M.Ag. selaku dosen
pengampu mata kuliah Al-Quran Hadist, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Terakhir, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 06 Oktober2002

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Periode kedua pada masa perkembangan fiqih atau hukum islam bermula sejak wafatnya
Nabi Muhammad Saw pada tahun 11 H dan berakhir ketika Mu’awiyah bin Abi Sufyan menjabat
sebagai khalifah pada tahun 41 H. Pada periode – periode ini hiduplah sahabat – sahabat Nabi
terkemuka yang mengibarkan bendera dakwah islam setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw.

Masa Khulafaur Rasyidin atau masa Kibarus Sahabat, bisa dibilang sebagai masa yang
penuh dengan kekuatan sekaligus perpecahan. Disebut sebagai masa kekuatan islam, karena pada
masa ini, jiwa dan akidah umat islam masih melekat erat pada diri masing – masing identitas
masyarakat islam pada masa itu sebagai hasil usaha keras Nabi dalam menyebarkan agama islam
dan mengajarkan ketauhidan pada diri mereka, sehingga akidah umat islam masa ini masih kuat.
Na humun, masa ini disebut juga masa permulaan perpecahan umat islam, karena setelah Nabi
Muhammad SAW meninggal dunia, para sahabat mulai berselisih mengenai siapakah yang akan
menjadi pemimpin umat islam berikutnya, yang bermula dari peristiwa Tsaqifah bani Sa’idah
yang berjarak beberapa kilometer dari kediaman Nabi di Madinah saat masa wafatnya. Hal ini
muncul karena Nabi Muhammad, sebagai panutan dan petunjuk bagi mereka tidak mewasiatkan
atau menunjuk seseorang sebagai penggantinya kelak. Beberapa pendapat mengatakan bahwa hal
ini dilakukan agar para sahabat dapat berijtihad sesuai dengan perkembangan zaman masing –
masing sahabat itu.

Hal ini sebagaimana di hadits Rasulullah SAW: (‫)دنياكم بأمور أعلم أنتم‬, yang artinya “Kalian

– kalian semua lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian”. Dalam berbagai hal,
sahabat adalah orang yang paling dekat dengan Nabi, terutama empat sahabat yang terkenal
dengan sebutan Khulafa’ur Rasyidin. Dalam hadits disebutkan juga (‫اهتديتم اقتديتم بأيهم كالنجم‬
‫)أصحابي‬, yang artinya “sahabat – sahabatku ibarat bintang – bintang, siapa saja yang kalian ikuti
maka kalian akan mendapatkan petunjuk (hidayah)”. Berbeda dengan Nabi yang ma’shum tentu
saja para sahabat sebagai manusia biasa juga pernah membuat kesalahan, dan dalam menetapkan
hukumnya juga pasti akan sangat berhubungan dengan dasar pemikiran, sosio – kultural di
samping ilmu – ilmu agama yang dimiliki mereka. Oleh karena itu sering terjadi perbedaan
tasyri’ dalam suatu permasalahan terutama tanpa “qoth’iyud dilalah.”

B. Rumusan Masalah :

1. Pengertian Al-Quran
2. Proses dan cara Diturunkan Al-Quran
3. Pengertian Sumber Hukum Islam
4. Kedudukan Al Qur`an sebagai Sumber Hukum Islam
5. Perbedaan Pemahaman tentang turunnya Al Qur`an

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Al-Quran
Dalam pengertian Al-Quran ini jelaskan bahwa menurut para ulama telah berbeda
pendapat dalam menjelaskan suatu Al-Quran yaitu terbagi 2 menjelaskan juga melafalkan
pertama, Al-Quran menggunakan hamzah kedua, tidak menggunakan hamzah. Dijelaskan
disini para ulama menjelaskan dengan melafalkan juga menggunakan dengan hamzah
terbagi menjadi 2 yaitu :
Sebagian dari mereka, di antaranya Al-Lihyani, berkata bahwa kata "Al Quran"
merupakan kata jadian dari kata dasar "qara'a" (membaca) sebagaimana kata rujhan dan
ghufran. Kata jadian ini kemudian dijadikan sebagai nama bagi firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi kita, Muhammad SAW. Mereka merujuk firman Allah pada
surat Al-Qiyamah ayat 17 sampai 18 :

)18(ُ‫) فَِإ َذا قَ َرْأنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ آنَه‬17(‫إن َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُرْ آنَه‬
َّ

Artinya :
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya (17). Apabila Kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya itu (18).
Sebagian dari mereka, di antaranya Al-Zujaj, menjelaskan bahwa kata "Al Quran"
merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar "al-qar" "() yang artinya menghimpun
Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad, karena kitab itu menghimpun surat, ayat, kisah, perintah, dan larangan. Atau
karena kitab ini menghimpun intisari kitab-kitab suci sebelumnya.
Selanjutnya yaitu dengan tidak melafalkan juga tidak menggunakan hamzah, para ulama
pun membagi menjadi 2 yaitu diantaranya :
Sebagian dari mereka di antaranya adalah Al-Asy'ari, mengatakan bahwa kata Al-
Quran diambil dari kata kerja "qarana" (menyertakan) karena Al Quran menyertakan
surat, ayat dan huruf-huruf.
Al- Farra menjelaskan bahwa kata "Al-Quran" diambil dari kata dasar "qarain"
(pengual) karena Al-Quran terdiri dari ayat-ayat yang saling menguatkan. dan terdapat
kemiripan antara satu ayat dan ayat-ayat lainnya.
Menurut Saidus Syahar, Al Qur`an secara tehnis (fiqh) berarti: ”Kitab Suci Islam
berasal dari wayu Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw semasa
kenabiannya”.Sedangkan Nasruddin Razak mengatakan bahwa Al Qur`an itu adalah:
”Kalam Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw.,
sebagai mu`jizat, membacanya adalah ibadah”Kemudian Dr. H.A. Athaillah, M.Ag
dalam bukunya Sejarah Al Qur`an, mengutip pendapatnya Salim Muhsin dalam Tarikh
Al Qur`an Al Karim, Al Qur`an ialah:

‫کالم اهللا تعالى المنزل علىسيدنا محمد صلىاهللا عليه وسلم المكتوب فىالمصاحف المنقول‬
‫الينا نقال متواترا المتعبد بتالوته المتحدى بأقصر سورة منه‬

Artinya: Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang tertulis dalam
mushaf-mushaf dan dinukil (diriwayatkan) secara mutawatir dan dipandang
ibadah dengan membacanya serta menantang (orang yang tidak mempercayainya
untuk membuat yang serupa) meskipun hanya berupa satu surat yang pendek.
Selanjutnya menurut Abdul Manan: Al Qur`an adalah kalam Allah yang
diturunkan dengan perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw
dengan lafaz bahasa Arab, dengan makna yang benar agar menjadi hujah dalam
pengakuannya sebagai Rasulllah, dan sebagai undang-undang yang dijadikan
pedoman bagi ummat manusia, juga sebagai amal ibadah apabila dibacanya. Ia
ditadwinkan diantara dua lembar mushaf yang dimulai dari surat Al Fatihah dan
ditutup dengan surat Al-Nas.”

Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan, bahwa Al Qur`an adalah


kalam Allah swt dalam bentuk bahasa Arab yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
saw, dengan perantaraan malaikat Jibril as. Dan selanjutnya dari Nabi Muhammad saw
disampaikan kepada para sahabat secara mutawatir. Bagi orang yang membaca Al Qur`an
tersebut akan diberikan pahala oleh Allah swt, karena membaca Al Qur`an itu dianggap
sebagai ibadah kepada Allah swt.

Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat difahami, bahwa kalam Allah swt yang
disampaikan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad saw,
tidaklah dapat dinamakan Al Qur`an. Seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
as, atau Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as, atau Injil yang diturunkan kepada
nabi `Isa as. Begitu pula, kalam Allah swt yang diturunkan secara langsung, tanpa
melalui malaikat Jibril as kepada Nabi Muhammad saw, seperti Hadis Qudsi tidak dapat
dinamakan Al Qur`an. Dan membaca Hadis Qudsi tersebut tidak termasuk dalam
katagore ibadah.

2. Proses dan Cara Diturunkan Al Qur`an

Al Qur`an diturunkan bersamaan dengan dinobatkannya Nabi Muhammad saw


sebagai Rasul Allah swt. Ketika itu, Rasulullah saw berusia 40 tahun. Ayat-ayat yang
pertama diturunkan oleh Allah swt tercantum pada surah Al `Alaq, sebagai berikut:
‫ق‬ َ ِّ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ خَ ل‬
ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬
‫ق‬ َ َ‫َخل‬
‫ك ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬ َ ُّ‫اِ ْق َرْأ َو َرب‬
‫الَّ ِذيْ َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬
‫َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat-ayat tersebut diturunkan pada hari Senin pada tanggal 17 Ramadhan atau 6
Agustus 610 Masehi, ketika Rasulullah saw sedang berkhalwat di Gua Hira. Namun
dalam bukunya Dr.H.A. Athaillah, M.Ag, peristiwa bersejarah ini terjadi pada malam
Senin tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari usia Nabi Muhammad saw atau 13 tahun
sebelum beliau berhijrah ke Madinah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 M. Malam
pertama kali Al Qur`an diturunkan ini disebut oleh Al Qur`an sendiri dengan Lailat al
Qadr (malam kemuliaan) atau Lailat al Mubarakah (malam yang diberkahi).
Masingmasing dari bedua nama tersebut terdapat di surat Al Qadr ayat 1 dan surat ad
Dukhan, ayat 3-4:

‫اِنَّٓا اَ ْن َز ْل ٰنهُ فِ ْي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر‬

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam


kemuliaan.

َ‫اِنَّٓا اَ ْنزَ ْل ٰنهُ فِ ْي لَ ْيلَ ٍة ُّم ٰب َر َك ٍة اِنَّا ُكنَّا ُم ْن ِذ ِر ْين‬

ُ ‫فِ ْيهَا يُ ْف َر‬


‫ق ُكلُّ اَ ْم ٍر َح ِكي ۙ ٍْم‬
Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah,

Bersamaan dengan diturunkannya Al Qur`an tersebut, telah terjadi kontak senjata


antara kaum muslimin dengan kaum kafir quraisy. Peristiwa itu diceritakan oleh Allah
dalam Al Qur`an pada surah Al Anfal, ayat 41 sebagai berikut:

‫هّٰلل‬
ِ َ‫اِ ْن ُك ْنتُ ْم ٰا َم ْنتُ ْم بِا ِ َو َمآ اَ ْن َز ْلنَا ع َٰلى َع ْب ِدنَا يَوْ َم ْالفُرْ ق‬
‫ان يَوْ َم ْالتَقَى ْال َج ْم ٰع ۗ ِن‬

‫َوهّٰللا ُ ع َٰلى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬

Artinya:….jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan…Ketahuilah, sesungguhnya apa saja
yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk
Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika
kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.

Diturunkannya Al Qur`an (wahyu Allah) kepada Nabi Muhammad saw melalui


malaikat Jibril as, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup ummat manusia sepanjang
zaman. Oleh karena itu, sebagai kitab suci yang dijadikan sebagai pedoman hidup Al
Qur`an memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah, baik informasi
tentang teknologi, etika, hukum, ekonomi, biologi, kedokteran dan lain sebagainya.

Adapun proses diturunkannya Al Qur`an (wahyu Allah) tersebut kepada Nabi


Muhammad saw adalah secara berangsur-angsur sesuai dengan firman Allah swt sebagai
berikut

َ ِ‫َّاح َدةً ۛ َك ٰذل‬


‫ك ۛ لِنُثَبِّتَ بِ ٖه فَُؤ ادَكَ َو َرتَّ ْل ٰنهُ تَرْ تِ ْياًل‬ ِ ‫َوقَا َل الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا لَوْ اَل نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ ُج ْملَةً و‬
Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).

Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa hikmah yang pertama diturunkannya Al
Qur`an itu tidak sekaligus atau secara berangsur-angsur adalah untuk memperkokoh
ketahanan mental atau memperkuat hati Nabi Muhammad saw. Itulah sebabnya, ayat-ayat
Al Qur`an atau surat-surat yang diturunkan tidak sama jumlah dan panjang pendeknya,
terkadang dalam satu rumah itu diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang hanya
sebagian saja. Suratsurat pendek (qishar) yang diturunkan sekaligus secara penuh, antara
lain al Fatihah, al Ikhlash, al Kaustar, al Lahab, al Bayyinah, dan an Nashr. Adapun surat-
surat panjang (thiwal) yang diturunkan sekaligus secara penuh, antara lain surat al
Mursalat. Surat-surat yang yang tidak diturunkan sekaligus secara penuh bervariasi pula,
ada yang hanya lima ayat atau lebih, dan ada pula yang hanya sepuluh ayat atau lebih,
dan ada pula yang hanya diturunkan sebagian saja dari sepotong ayat.

Salah satu contoh, ayat 28 dari surah al Taubah yang diturunkan tidak sekaligus.
Artinya, ayat itu diturunkan secara bertahap. Seperti surah al Mu`minun, dari 118
ayatnya, diantaranya ada yang diturunkan sekaligus 10 ayat, yakni dari ayat 11 sampai
ayat 21 yang menerangkan tentang kesucian `Aisyah dari tuduhan berzina oleh orang-
orang munafik. Ada contoh lain yang satu ayat, tapi diturunkan sebagian-sebagian saja,
dan sebagian yang lainnya diturunkan belakangan. Seperti antara lain, ayat 65 dari surah
an Nisa, ayat 28 dari surah al Taubah.

Hikmah kedua dari diturunkannya Al Qur`an secara berangsur-angsur tersebut


adalah untuk memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk menyimak,
mempelajari, memahami dan menghafal Al Qur`an. Sedang hikmah yang ketiga adalah
agar setiap ayat yang diturunkan sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan
masyarakat muslim saat itu, sehingga ajaran–ajaran dan perubahan-perubahan yang
dibawanya tidak menimbulkan rasa anti pati dan kegoncangan dalam masyarakat Islam
yang baru tumbuh.13 Sebab kalau diturunkan sekaligus, akan menyulitkan dalam
penghafalan, penulisan, penghayatan dan pengamalannya.
Selanjutnya, mengenai proses turunnya Al Qur`an melalui beberapa macam cara,
antara lain:

1. Malaikat Jibril datang menampakkan dirinya seperti seorang laki-laki kemudian


membacakan firman Allah swt dan Nabi Muhammad saw langsung menangkap dan
memahami bacaan itu dengan baik serta menghafalnya dengan sempurna.

2. Dalam bentuk bunyi seperti suara genta (gemerincing lonceng, pen.), namun dapat
ditangkap maksudnya dengan baik oleh Rasulullah saw.

3. Malaikat Jibril menampakkan dirinya dalam rupa yang asli, sebagaimana diungkapkan
dalam surah al Najm ayat 13-14 sebagai berikut:

‫َولَقَ ْد َر ٰاهُ ن َْزلَةً اُ ْخ ٰر ۙى‬

‫ِع ْن َد ِس ْد َر ِة ْال ُم ْنتَ ٰهى‬

Artinya: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli)
pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.

4. Nabi saw menerima wahyu dengan tanpa melihat sesuatu pun, namun beliau
merasakan bahwa wahyu sudah berada dalam qalbunya, sebagaimana disebutkan dalam
Al Qur`an pada surah al Syura ayat 51 sebagai berikut

ٍ ‫َو َما َكانَ لِبَ َش ٍر اَ ْن يُّ َكلِّ َمهُ هّٰللا ُ اِاَّل َوحْ يًا اَوْ ِم ْن و ََّر ۤاِئ ِح َجا‬
۞ ‫ب اَوْ يُرْ ِس َل َرسُوْ اًل فَيُوْ ِح َي بِا ِ ْذنِ ٖه َما يَ َش ۤا ُء ۗاِنَّهٗ َعلِ ٌّي َح ِك ْي ٌم‬

Artinya: Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Al Qur`an yang dibagi dalam 30 juz, terdiri dari 6326 ayat atau 114 surah, 74437
kalimat atau 325345 huruf itu diturunkan dalam dua periode: Makkah dan Madinah,
dengan kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari terhitung mulai tanggal 17 Ramadhan tahun
ke 41 dari kelahiran Nabi saw sampai dengan turunnya ayat yang terakhir tanggal 9
Zulhijah tahun ke 63 dari usia Nabi Muhammad saw. Surah atau ayat yang diturunkan di
Mekkah disebut dengan surah atau ayat Makkiyah, Sedang surah atau ayat yang
diturunkan di Madinah disebut dengan surah atau ayat Madaniyah.

3. Pengertian Sumber Hukum Islam


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwodarminta, 1976:974), atau
seperti yang dikutip oleh Muhammad Daud Ali dalam bukunya Asas-asas Hukum Islam
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber adalah asal sesuatu. Sedang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa sumber (hukum) adalah segala sesuatu
yang berupa tulisan, dokumen, naskah dan lain sebagainya yang dipergunakan oleh suatu
bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu. Jadi sumber hukum Islam adalah
asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber juga kadang-kadang disebut dengan
istilah dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau dasar hukum Islam.16Sedangkan
kata asal itu sendiri berarti semula atau keadaan yang pertama sekali. Dalil berarti dasar
atau keterangan yang dijadikan dasar bukti atas
kebenarannya.
Berbicara masalah sumber hukum dalam Islam, ternyata Allah sendiri telah
menentukan sumber hukum (dan ajaran) Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim,
yakni sebagaimana firman Allah pada surah An Nisa ayat 59 sebagai berikut:

‫ ُر ُّدوْ ه الَى هّٰللا‬² َ‫ي ٍء ف‬² ‫ا َز ْعتُم في َش‬²²َ‫ا ْن تَن‬² َ‫ر م ْن ُك ۚم ف‬²²‫وْ ل واُولى ااْل َم‬² ‫َّس‬ ‫هّٰللا‬
ِ ِ ُ ْ ْ ِ ْ ِ ْ ِ ِ ْ ِ َ َ ُ ‫وا الر‬²²‫وا َ َواَ ِط ْي ُع‬²²‫وا اَ ِط ْي ُع‬²ْٓ ²ُ‫ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬²²َ‫ٰيٓاَيُّه‬
‫ࣖ َوال َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذلِكَ خَ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْياًل‬

Artinya:Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Oleh karena itu, adalah wajar kalau Al Qur`an yang diturunkan Allah swt untuk
memperbaiki kehidupan ummat manusia dengan berisi perintah dan larangan-larangan.
Husnan Budiman menyebutkan, bahwa sumber utama dengan istilah Al Mashadirul
Asliyah dari ajaran Islam atau hukum Islam adalah Al Qur`an dan Sunnah Nabi. Dari
kedua sumber ini bercabanglah dua sumber hukum lainnya, yaitu ijma` dan qiyas.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber hukum
Islam berarti asal, pokok atau dasar pengambilan hukum Islam, yang dapat dijadikan dalil
atau argumentasi sebagai bukti atas kebenaran Islam itu sendiri

4. Kedudukan Al Qur`an sebagai Sumber Hukum Islam


Berbicara tentang sumber hukum Islam, pada ulama sepakat bahwa Al Qur`an
menempati urutan yang pertama dan utama, setelah Al Qur`an adalah Al Hadis yang
kemudian disusul dengan ijma` dan qiyas. Saidus Syahar menyebutkan bahwa sumber-
sumber syari`at dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu sumber utama dan deduction atau
kesimpulan. Sumber utama adalah wahyu, yang dapat dibagi kepada wahyu langsung (Al
Qur`an) dan wahyu tidak langsung (sunnah). Sedangkan deduction atau kesimpulan yang
ditarik dari wahyu juga terbagi kepada:
1. Qiyas (analogi), yakni penarikan kesimpulan seseorang mujtahid.
2. Ijma` (persamaan pendapat dari beberapa mujtahid)
3. Dan lain-lain.20
Dalam sebuah riwayat, terjadi dialog antara Rasulullah saw dengan sahabatnya
yang bernama Mu`az bin Jabal sebelum mengutusnya untuk menjadi Gubernur di negeri
Yaman, yang dikenal dengan hadis Mu`az bin Jabal sebagai berikut:

‫د‬²‫إن لم أج‬²‫ول اهللا ف‬²‫نة رس‬²‫د فبس‬²‫إن لم أج‬²‫اب اهللا ف‬²‫ى بكت‬²‫ أقض‬:‫اذ‬²‫كيف تقضى إذا عرض لك قضاء؟ قال مع‬
‫أجتهد برأيى‬

Artinya: Bagaimana engkau akan memutuskan hukum jika disodorkan perkara


kepadamu? Mu`az menjawab, “Saya akan memutuskan perkara itu sesuai dengan hukum
Al Qur`an (Kitabullah). Apabila aku tidak jumpai di dalam Kitabullah, aku akan
memutuskan dengan Sunnah Rasulullah, jika tidak ada di dalam Sunnah Rasulullah, saya
akan melakukan ijtihad dengan kemampuanku”.
Jika ditinjau dari segi kekuatannya, sumber hukum tersebut dapat digolongkan
atas sumber yang disepakati dan sumber yang tidak disepakati oleh para ulama. Sumber
hukum yang disepakati oleh ulama sebagai sumber utama ajaran Islam adalah Al Qur`an
dan Al Sunnah/Hadis.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, para ulama sepakat bahwa Al Qur`an


adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Pada umumnya isi kandungan Al
Qur`an bersifat kully, umum atau global dalam mengemukakan satu persoalan. Itulah
sebabnya Al Qur`an memerlukan interpritasi sebagaiupaya untuk mencari ayat yang
sifatnya kully, umum atau global tersebut. Untuk merinci kandungan Al Qur`an
diperlukan hadis Nabi saw, sebab tanpa adanya hadis Nabi tersebut, banyak ayat Al
Qur`an yang sulit dipahami secara jelas. Karena itulah hadis-hadis berfungsi untuk
memberikan penjelasan atau menafsirkan (hadis tafsir) terhadap ayat-ayat yang bersifat
global tersebut. Karena hadis-hadis Nabi saw juga jumlahnya terbatas, maka dianjurkan
kepada para ulama yang mempunyai kemampuan ijtihad untuk menafsirkan Al Qur`an,
agar kandungan Al Qur`an dapat dipahami secara utuh.

Kecuali hal-hal yang bersifat kully, umum atau global, Al Qur`an sebagai sumber
pokok ajaran Islam juga menjelaskan secara rinci atau mendetail terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan aqidah, kewarisan, cara menyatakan li`an antara suami istri,
beberapa macam hukum jarimah hudud dan wanita-wanita yang dilarang dikawin.22
Sedang menurut Drs. Hasbullah Bakry, hukum-hukum yang ada dalam Al Qur`an pada
pokoknya terbagi dua macam, yaitu

a. Hukum-hukum yang mengatur bagaimana hubungan manusia terhadap


Tuhannya, Hubungan tersebut ialah menyangkut tatacara peribadatan seperti
shalat, puasa dan lain-lain.
b. Hukum-hukum yang mengatur bagaimana hubungan antar sesama manusia.
Hukum-hukum yang dimaksud disebut dengan hukum mu`amalat. Hukum Al
Qur`an yang mengatur tentang mu`amalat tersebut terdiri dari 4 empat
macam, yaitu:

1) Yang berhubungan dengan masalah rumah tangga seperti perkawinan,


perceraian, pembagian harta peninggalan dan lain-lain.
2) Yang berhubungan dengan jihad seperti hukum berperang, syaratwajib
berperang, urusan tawanan, hal-hal kesopanan dalam berperang, dan
pembagian harta rampasan.

3) Yang berhubungan dengan mu`amalat perdagangan seperti jual beli,


sewa-menyewa dan lain-lain.

4) Yang berhubungan dengan hukuman terhadap tindak kejahatan seperti


qishas dan hudud.

5. Perbedaan Pemahaman tentang turunnya Al Qur`an


Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, bahwa Al Qur`an itu diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw oleh Allah swt melalui malaikat Jibril as secara berangsur-angsur
atau bertahap, tidak sekaligus. Sehingga masa atau waktu turunnya Al Qur`an itu dari
ayat yang pertama sampai dengan ayat terakhir dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22
hari sebagaimana telah disebutkan di atas. Namun menurut sementara ulama
sebagaimana yang dikutip oleh Dr. H.A. Athaillah, M.Ag, bahwa Al Qur`an tersebut
diturunkan dalam tiga tahapan: (1) Diturunkan ke Lauh Mahfuzh. (2) Ke Bait al `Izzah di
langit dunia dan yang ke (3) (baru) diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara
berangsur-angsur sesuai dengan keperluan yang ada dan kasus-kasus yang dihadapi oleh
Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin. Al Zarkasi dalam kitabnya al Burhan fi ’ulum
al Qur`an, dan Ibnu Jahar dalam ktabnya Fath al Bari menyatakan bahwa penadapat
tersebut adalah pendapat yang benar dan diperpegangi oleh mayoritas `ulama. Sedangkan
Dr. Muhammad Subhi Shalih dalam kitabnya Mabahis fi `Ulum al Qur`an menolak
pendapat tersebut dengan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Keshahihan sanad yang dijadikan dasar belum cukup menjadi dasar untuk
wajib dipercayai, kecuali jika sanad-sanad tersebut sudah mutawatir.

2. Al Qur`an sendiri tidak pernah menyebutkan tentang adanya tahapantahapan


tersebut, kecuali hanya sebagaimana dimaksud pada surah al Furqan ayat 32
tersebut di atas.
C. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Al Qur`an adalah kalam Allah swt dalam bentuk bahasa Arab yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw, dengan perantaraan malaikat Jibril as. Dan selanjutnya dari Nabi
Muhammad saw disampaikan kepada para sahabat secara mutawatir. Bagi orang yang
membaca Al Qur`an tersebut akan diberikan pahala oleh Allah swt, karena membaca Al
Qur`an itu dianggap sebagai ibadah kepada Allah swt.
2. Al Qur`an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah secara berangsur-angsur,
disamping untuk memperkokoh ketahanan mental atau memperkuat hati Nabi
Muhammad saw, juga dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada para sahabat
untuk menyimak, mempelajari, memahami dan menghafalnya, serta agar ayat-ayat yang
diturunkan sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan masyarakat.
3. Al Qur`an menempati posisi yang pertama dan utama sebagai sumber hukum Islam, baru
disusul dengan hadis-hadis Nabi saw dan sumber-sumber hukum lainnya yang
merupakan hasil ijtihad atau ar ra`yu seperti ijma`, qiyas, mashlahah mursalah, istihsan
dan lain-lain. Hal itu terjadi, karena ayat-ayat Al Qur`an banyak yang bersifat umum,
global atau kully, kecuali dalam masalahmasalah ibadah dan al ahwal asy syakhshiyah
yang dijelaskan secara rinci/mendetail.
4. Para `ulama sepakat bahwa turunnya Al ur`an kepada Nabi Mauhammad saw adalah
secara berangsur-angsur. Namun mereka berbeda pendapat tentang adanya tahapan-
tahapan turunnya Al Qur`an dari Allah ke Lauh Mahfuzh, dari Lauh Mahfuzh ke Bait al
`Izzah di langit dunia. Dan terakhir dari Bait al `Izzah kepada Nabi Muhammad saw
secara berangsur-angsur.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, H. Prof., Dr., S.H., S.IP, M.Hum, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, PT.
Raja Grafindo, 2007

A. Djazuli, H. Prof. Ilmu Fiqh, Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam,
Kencana Prenada Media Group, Ed. Rev., 2005

A. Hanafie, M.A. Ushul Fiqh, Wijaya, Jakarta, 1981.

Athaillah, A.H. Dr, M. Ag Sejarah Al Qur`an, Verifikasi tentang otentisitas Al Qur`an,


Antasari Prees, 2007.

Bakry Hasbullah, Drs. Pokok-pokok Ilmu Agama Islam, Siti Syamsiyah, Solo, 1961

Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, cet.II, 1999.

Daryanto, S.S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Apollo, Surabaya, 1997.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
ed.II.1985

Hamzah Ya`qub, H. Dr. Pengantar Ilmu Syari`ah (Hukum Islam), CV Diponegoro, Bandung,
2004. Husnan Budiman, Drs. H. Pengantar Ilmu Fiqih, Usaha Nasional, Surabaya, 1984.

Khallaf, Abdul Wahhab, Dr. Sumber-Sumber Hukum Islam, Terjemahan dari judul asli
Mashadir at Tasyri` al-Islami fima la nashsha fihi, Risalah Bandung, 1984.

Mahmud Yunus, Prof. H. Kamus Arab Indonesia,Yayasan Penyelenggara Penterjemah


/Penafsir Al Qur`a, Jakarta, 1973.

Muhammad Daud Ali, H., Prof., Dr., S.H., Asas-Asas Hukum Islam, Rajawali Pers, Jakarta,
1990. Nasruddin Razak, Drs. Dienul Islam, PT Al Ma`arif, Bandung, 1986.

Anda mungkin juga menyukai