Anda di halaman 1dari 7

1

Tauhid Kepada Allah SWT 


Ujang Jaenal Mutakin, S.Ag.,MM*

I. Landasan Ayat Qur’an Surat Al – Ikhlas 1-4


A. Surah Al Ikhlas dan Terjemah

ِ
ُ‫﴾ َومَلْ يَ ُكن لَّه‬٣﴿ ‫﴾ مَلْ يَل ْد َومَلْ يُولَ ْد‬٢﴿ ‫الص َم ُد‬
َّ ُ‫﴾ اللَّه‬١﴿ ‫َأح ٌد‬
َ ُ‫قُ ْل ُه َو اللَّه‬
﴾٤﴿ ‫َأح ٌد‬ َ ‫ُك ُف ًوا‬
Artinya: Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia

B. Asbabun Nuzul Q.S ; Al-Ikhlas


Ada beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang
mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan
penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala
sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan
(Al-Ikhlas[112]:3), dan tidak ada yang setara dengan Dia (Al-Ikhlas [112]:4).
Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas'udmeriwayatkan
bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah meminta Nabi Muhammad untuk
menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat lain bersumber
dari Ubay bin Ka'ab danJarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum
Musyrikin berkata kepada Nabi Muhammad, "Jelaskan kepada kami sifat-sifat
Tuhanmu." Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu. Dalam
hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa
surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbasdan Sa'id bin Jubair menyebutkan
bahwa kaum Yahudi yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab
 Materi Pengajian/Bimbingan Penyuluhan ini pernah di sampaikan di MT Masjid Agung
Nurul Ikhlas Cilegon, MT Al-Iman BBS III, MT Baiturrohman BBS III, MT Al-Hikmah Cigading,
MT Baitul Muhlisin Cigading, MT Al-Mubarok Komplek Sinyar Cilegon, MT Abtadiul
Mubtadi’in Jombang Cilegon, MT Al-Inaroh Jombang Cilegon
* Penyuluh Agama Madya Kota Cilegon
2

datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama,
kemudian turun surah ini. Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa
surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadahmenyebutkan Nabi
Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan antara kaum Bani
Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dariThaif dan Munafiqin Madinah dan
beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan gambaran Allah dan
diikuti dengan turunnya surah ini.
Karena adanya berbagai sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah
atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak
kotradiksi satu-sama lain. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang
meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling awal terjadi, surah ini
termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode awal Islam
di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian
peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab
lain menanyakan gambaran Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi,
sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan
berulang-ulang. Jika di suatu tempat ada Nabi Muhammad dan ada yang
mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau
surah yang sama akan diwahyukan kembali untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa
majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Saat disiksa ia menyeru,
"Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!).
Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga
menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal
terinspirasi ayat surah ini.Pendapat lain yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya
kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka'ab tertuju
pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini
Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas.Dan dengan begitu menurutnya
tidak ada pertentangan antara dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah.
Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayatAbus Syaikh di dalam Kitab al-
Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi
3

Khaibar datang menemui Nabi dan berkata, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan
malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang,
langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang
Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini
untuk menjawab permintaan Yahudi Khaibar.
C. Keutamaan Q.S. Al - Ikhlas
Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Nabi Muhammadpernah bersabda
bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca
sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam
Al-Qur'an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah
ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk mengkhatam Al-Qur'an dalam
semalam. Umar menganggap mustahil hal itu, namun begitu Alimenyanggupinya.
Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih
muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi
Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan
surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur'an sehingga sekali
membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.
Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas
yaitu dimana 70.000 malaikat diutus kepada seorangsahabat di Madinah yang
meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya
karena ia sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus,
Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad di Tabukmerasakan
cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian
malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah.
Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan Nabi Muhammad ketika
melakukan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar
sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapatpadang Sahara sebanyak
12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap
padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca
surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka
diberikan kepada orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.
4

Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa Qul Huwallahu


Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad(ayat 2) pada
sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam
Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-
Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu
berkaitan sahabat, Nabi pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1)
tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar,Lam Yalid
Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan
Ahad (ayat 4) pada dahi Ali.
Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas
ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan
dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqimmenuju surga.

II. Pembahasan
A. Tafsir Surah  Al – Ikhlas

١﴿ ‫﴾قُلْ ه َُو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬

Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa[1]

Yakni diahlah tuhan yang satu,yang esa, yang tidak ada tandinganya,tiada

pembantunya. Lafaz ini tidak boleh dikatan secara I’sbat terhadap seseorang

kecuali kepada allah SWT.karna dia maha sempurna dalam segala sifat dan

perbuatanya.

َّ ‫﴾هَّللا ُ ال‬
٢﴿ ‫ص َم ُد‬

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu

Makna bergantung kepadanya adalah semua mahluk dalam kebutuhan dan

sarana mereka bergantung dan memohon kepada allah.Ali Ibnu Thalhah telah

meriwayatkan dari ibnu abbas bahwa makna yang dimaksud adalah tuhan yang

maha sempurna dalam kemulianya maha besar yang mahasempurna atas


5

kebesaranya,maha penyatun yang maha sempurna dalam sifat penyantunya,maha

mengetahui yang sempurna dalam psegala pengetahuanya dan maha bijaksana

yang maha sempurna dalam kebijaksanaanya.

٣﴿ ‫لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬

Mustahil Dia beranak. Yang memerlukan anak hanyalah makhluk

bernyawa yang menghendaki keturunan yang akan melanjutkan hidupnya.

Seseorang yang hidup di dunia ini merasa cemas kalau dia tidak mendapat anak

keturunan. Karena dengan keturunan itu berarti hidupnya akan bersambung.

Orang yang tidak beranak kalau mati, selesailah sejarahnya hingga itu. Tetapi

seseorang yang hidup, lalu beranak dan bersambung lagi dengan cucu, besarlah

hatinya, karena meskipun dia mesti mati, dia merasa ada yang menyambung

hidupnya.

Oleh sebab itu maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mustahil memerlukan

anak. Sebab Allah hidup terus, tidak akan pernah mati-mati. Dahulunya tidak

berpemulaan dan akhirnya tidak berkesudahan. Dia hidup terus dan kekal terus,

sehingga tidak memerlukan anak yang akan melanjutkan atau menyambung

kekuasaan-Nya sebagai seorang raja yang meninggalkan putera mahkota.[2]

٤﴿ ‫﴾ َولَ ْم يَ ُكن لَّهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬

“Dan tidak ada bagi-Nya yang setara, seorang jua pun.” (ayat 4). Keterangan:

Kalau diakui Dia beranak, tandanya Allah Tuhan itu mengenal waktu tua. Dia

memerlukan anak untuk menyilihkan kekuasaan-Nya.

Kalau diakui diperanakkan, tandanya Allah itu pada mulanya masih muda

yaitu sebelum bapa-Nya mati. Kalau diakui bahwa Dia terbilang, ada bapa ada

anak, tetapi kedudukannya sama, fikiran sihat yang mana jua pun akan
6

mengatakan bahwa “keduanya” akan sama-sama kurang kekuasaannya. Kalau ada

dua yang setara, sekedudukan, sama tinggi pangkatnya, sama kekuasaannya atas

alam, tidak ada fikiran sihat yang akan dapat menerima kalau dikatakan bahwa

keduanya itu berkuasa mutlak. Dan kalau keduanya sama tarafnya, yang berarti

sama-sama kurang kuasa-Nya, yakni masing-masing mendapat separuh, maka

tidaklah ada yang sempurna ketuhanan keduanya. Artinya bahwa itu bukanlah

tuhan. Itu masih alam, itu masih lemah.[3]

Yang Tuhan itu ialah Mutlak Kuasa-Nya, tiada berbagi, tiada separuh

seorang, tiada gandingan, tiada bandingan dan ada tiada tandingan. Dan tidak pula

ada tuhan yang nganggur, belum bertugas sebab bapanya masih ada!

Itulah yang diterima oleh perasaan yang bersih murni. Itulah yang dirasakan oleh

akal cerdas yang tulus. Kalau tidak demikian, kacaulah dia dan tidak bersih lagi.

Itu sebabnya maka Surat ini dinamai pula Surat Al-Ikhlas, artinya sesuai dengan

jiwa murni manusia, dengan logika, dengan berfikir teratur.

Tersebutlah di dalam beberapa riwayat yang dibawakan oleh ahli tafsir

bahwa asal mula Surat ini turun: “Shif lanaa rabaka” ialah karena pernah orang

musyrikin itu meminta kepada Nabi (Coba jelaskan kepada kami apa macamnya

Tuhanmu itu, emaskah dia atau tembaga atau loyangkah?).

Menurut Hadis yang dirawikan oleh Termidzi dari Ubay bin Ka’ab,

memang ada orang musyrikin meminta kepada Nabi supaya diuraikannya nasab

(keturunan atau sejarah) Tuhannya itu. Maka datanglah Surat yang tegas ini

tentang Tuhan.
7

DAFTAR PUSTAKA
^ Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama
Media ISBN 979-95526-1-3
^ Hudzaifah.org - Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya Ayat)   Surat Al Qadr
^ Thabathaba'i, Allamah MH. 1987. Mengungkap Rahasia Al-Qur'an. Bandung:
Mizan
^ a b c d e f g h i "Nama-nama lain dari Surah Al-Ikhlas",Hidayah, Februari 2009
^ Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-
Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim, Baihaqi
^ Ibnu Abi Hatim, Ibnu Adi, Baihaqi dalam Al-Asma was-Sifat
^ The Noble Qur'an. Madudi's Introduction of Al-Ikhlas.
^ Al-Qur'an Digital. Ver.2.1. Surah Al-Ikhlas:1
^ Kitab Hayatun Quluubi
^ Kitab Tadzikaratul Qurthuby
Al-farran Ahmad Mustafa. Tafsir al-  Imam asy Syafi’I, terjemah Ghazali
masykur.Jakarta:Almahira. 2008.
Al hafiz. Syaikh imam,.Tafsir Ibnu Katsir & Jalalain Samudera Al Fatihah,al-
Ikhlas,Al-Falaq&An-Nas.Jakarta:KDT.2015.
Hamka ,Buya,Tafsir Al – Azhar http://tafsir.cahcepu.com/alikhlas/al-ikhlas-1-
4/ diakses 19 Maret 2016 pukul 20.30 Wib.

[1] Syaikh imam al hafiz,Tafsir Ibnu Katsir & Jalalain Samudera Al Fatihah,al-


Ikhlas,Al-Falaq&An-Nas,(Jakarta:KDT,2015)hal.259
[2] Ibid.hal.246
[3] Buya Hamka,Tafsir Al – Azhar http://tafsir.cahcepu.com/alikhlas/al-ikhlas-1-
4/diakses 19 Maret 2016 pukul 20.30 Wib.
[4] Ahmad Mustafa al-farran,Tafsir al-  Imam asy Syafi’I, terjemah Ghazali
masykur  ( Jakarta:Almahira,2008).hal .93

Anda mungkin juga menyukai