Anda di halaman 1dari 9

1

Tafsir Qur’an Surat Al-Falaq 


Ujang Jaenal Mutakin, S.Ag.,MM*

I. Landasan Ayat Qur’an Surat Al-Falaq


A. Q.S. Al-Falaq dan Terjemahannya
ۡ
‫ق‬ ِ ‫ َو ِمن َشرِّ َغ‬ )٢( ‫ق‬
ٍ ‫اس‬ ِ َ‫قُ ۡل َأ ُعو ُذ ِب َربِّ ٱلفَل‬
َ َ‫ ِمن َشرِّ َما َخل‬ )١( ‫ق‬

ِ ‫رِّ َح‬# ‫ َو ِمن َش‬ )٤( ‫ت فِى ۡٱل ُعقَ ِد‬


‫ ٍد‬# ‫اس‬ ِ ‫ َو ِمن َشرِّ ٱلنَّفَّ ٰـثَ ٰـ‬ )٣( ‫ب‬
َ َ‫ َوق‬#‫ِإ َذا‬
)٥( ‫ َح َس َد‬#‫ِإ َذا‬
Artinya : “Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (Penguasa) waktu
Subuh.” “Dari kejahatan apa-apa yang telah Dia ciptakan.” “Dan dari
kejahatan malam apabila telah masuk dalam kegelapan.” “Dan dari kejahatan
wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada tali-tali ikatan.” “Dan dari
kejahatan orang dengki apabila ia dengki.”

B. Pengenalan Qur’an Surat Al-Falaq


Surat ini dan surat sesudahnya (surat An Naas) diturunkan secara
bersamaan sebagaimana dikatakan oleh Al Baihaqi dalam Dalailin Nubuwwah.
Oleh karena itu, kedua surat ini dinamakan Al Maw’izatain. Surat ini merupakan
surat Makkiyyah (turun sebelum hijrah) dan ada juga yang mengatakan bahwa
surat ini adalah surat Madaniyyah. Surat ini turun sesudah surat Al Fiil. (Aysarut
Tafasir, hal. 1503; At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim)
C. Asbabun Nuzul Qur’an Surat Al-Falaq
Dalam suatu riwayat dikemukan bahwa Rosululla saw. pernah sakit yang
agak parah, sehingga datanglah kepadanya dua malaikat, yang satu duduk di

 Materi Pengajian/Bimbingan Penyuluhan ini pernah di sampaikan di MT Masjid Agung


Nurul Ikhlas Cilegon, MT Al-Iman BBS III, MT Baiturrohman BBS III, MT Al-Hikmah Cigading,
MT Baitul Muhlisin Cigading, MT Al-Mubarok Komplek Sinyar Cilegon, MT Abtadiul
Mubtadi’in Jombang Cilegon, MT Al-Inaroh Jombang Cilegon
* Penyuluh Agama Madya Kota Cilegon
2

sebelah kepalanya dan yang satu lagi di sebelah kakinya. Berkatalah malaikat di
sebelah kakinya kepada yang ada di sebelah kepalanya :  "Apa yang engkeau
lihat?" Ia berkata : " Dia kena guna-guna ". "Apa guna-guna itu?". "Guna-guna
itu sihir"."Siapa yang membuat sihirnnya?". Ia menjawab : "Labid bin al-
A'sham Alyahudi yang sihirnya berupa gulungan yang disimpan di sumur
keluarga si Anu di bawah sebuah batu besar. Datanglah ke sumur itu, timbalah
airnya dan angkat batunya kemudian ambillah gulungannya dan bakarlah".
Pagi hari Rasulullah saw. mengutus 'Ammar bin Yasir dengan kawan-
kawannya. Setibanya di sumur itu tampaklah arinya merah seperti air pacar.
Air itu ditimbanya dan diangkat batunya serta dikeluarkan gulungannya terus
dibakar dan ternyata di dalam gulungan itu ada tali yang terdiri atas sebelas
simpul.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum yahudi membuatkan
makanan bagi Rasulullah saw. Setelah makan makanan itu tiba-tiba Rasulullah
sakit keras sehingga Sahabat-sahabatnya mengira bahwa penyakit itu timbul
dari perbuatan Yahudi itu.
Maka turunlah Jibril membawa dua surat ini (S.113 dan S 114) dan
membacakan ta'udz. Setelah itu juga Rasulullah keluar menemui Shahabat-
shahabatnya dalam keadaa sehat Wal'afiat. (Diriwayatkan oleh Abu Na'im
dalam kitab ad-Dalail dari Abi Jafar ar-Razi bin Anas yang bersumber dari
Anas bin Malik).
Dalam keterangan yang lain, Asbabun Nuzul Surat Al-Falaq ini
adalah, Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disihir oleh orang Yahudi
yang bernama Labid bin Al A’shom di Madinah, Allah Ta’ala menurunkan Al
Maw’izatain (surat Al Falaq dan An Naas). Lalu Jibril ’alaihis salam meruqyah
(membaca kedua ayat tersebut) kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam.
Berkat izin Allah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sembuh. (Aysarut
Tafasir, hal. 1503) [Namun, riwayat sabab nuzul untuk surat Al falaq dan An
Naaas dinilai dhaif oleh Syaikh Muqbil dalam as Shahih al Musnad min Asbab
anNuzul, lihat juga penjelasan Ibnu Katsir]
3

II. Pembahasan
A. Tafsir Ayat Pertama

ِّ ‫قُ ْل َأعُوذُ بَِر‬


‫ب الْ َفلَ ِق‬
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (Penguasa) waktu Subuh.”
Dalam bahasa Arab, al-falaq berarti sesuatu yang terbelah atau terpisah.
Yang dimaksud dengan al-falaq dalam ayat ini adalah waktu subuh, karena makna
inilah yang pertama kali terdetik dalam benak orang saat mendengar kata al-falaq.
Ia disebut demikian karena seolah-olah terbelah dari waktu malam.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk berlindung (isti’adzah) kepada
Allah semata. Isti’adzah termasuk ibadah, karenanya tidak boleh dilakukan
kepada selain Allah. Dia yang mampu menghilangkan kegelapan yang pekat dari
seluruh alam raya di waktu subuh tentu mampu untuk melindungi para peminta
perlindungan dari semua yang ditakutkan.
Yang dimaksud dengan ‘Robbil Falaq’ adalah Allah. Al Falaq berasal dari
kata ‘falaqo’ yang berarti membelah. Dalam ilmu shorof ‘Al Falaq’
bermakna isim maf’ul sifat musyabbahah yang berartiterbelah.Lebih khusus ‘Al
Falaq’ bisa bermakna Al Ishbah (pagi/shubuh)karena Allah membelah malam
menjadi pagi.Secara umum ‘Al Falaq’ bermakna segala sesuatu yang
muncul/keluar dari yang lainnya. Seperti mata air yang keluar dari gunung, hujan
dari awan, tumbuhan dari tanah, anak dari rahim ibunya. Ini semua dinamakan ‘Al
Falaq’.
 Allah Ta’ala berfirman,
‫ق ْال َحبِّ َوالنَّ َوى‬
ُ ِ‫ِإ َّن هّللا َ فَال‬
“Sesungguhnya Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-
buahan.” (QS. Al An’am [6] : 95).
Allah juga berfirman,
ُ ِ‫فَال‬
ِ َ‫ق اِإل صْ ب‬
‫اح‬
4

“Dia menyingsingkan pagi.” (QS. Al An’am [6] : 95) (Tafsir Juz ‘Amma, 294;
Ruhul Ma’ani)
B. Tafsir Ayat Kedua

َ َ‫ِم ْن َش ِّر َما َخل‬


‫ق‬
“Dari kejahatan apa-apa yang telah Dia ciptakan.”
Ayat yang pendek ini mengandung isti’adzah dari kejahatan semua
makhluk. Al-Hasan Al-Bashri berkata : “Jahannam dan iblis beserta keturunannya
termasuk apa yang telah Dia ciptakan.” Kejahatan diri kita sendiri juga termasuk
di dalamnya, bahkan ia yang pertama kali masuk dalam keumuman kata ini,
sebagaimana dijelaskan  Syaikh al-‘Utsaimin. Hanya Allah yang bisa memberikan
perlindungan dari semua kejahatan, karena semua makhluk di bawah
kekuasaanNya. Setelah memohon perlindungan secara umum dari semua
kejahatan, kita berlindung kepada Allah dari beberapa hal secara khusus pada ayat
berikut; karena sering terjadi dan kejahatan berlebih yang ada padanya. Di
samping itu, ketiga hal yang disebut khusus berikut ini juga merupakan hal-hal
yang samar dan tidak tampak, sehingga lebih sulit dihindari.
Ayat ini mencakup seluruh yang Allah ciptakan baik manusia, jin, hewan,
benda-benda mati yang dapat menimbulkan bahaya dan darikejelekan seluruh
makhluk. (Taysir Al Karimir Rahman; Aysarut Tafasir).Ibnu Katsir mengatakan
bahwa ayat ini berarti berlindung dari kejelekan seluruh makhluk. Tsabit Al
Bunani dan Al Hasan Al Bashri menafsirkan berlindung dari jahannam dan iblis
serta keturunannya. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Ayat ini juga mencakup meminta perlindungan pada diri sendiri. Ingatlah, nafsu
selalu memerintahkan pada kejelekan.
 Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫س َأَل َّم‬
‫ارةٌ بِالسُّو ِء ِإاَّل َما َر ِح َم َربِّي‬ َ ‫ِإ َّن النَّ ْف‬
“Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf [12] : 53).
Maka setiap kali seseorang mengucapkan ayat ini, maka yang pertama kali
tercakup dalam ayat tersebut adalah dirinya sendiri. Jadi dia berlindung dari
5

kejelekan dirinya sendiri, yang mungkin sering ujub (berbangga diri) atau yang
lainnya. Sebagaimana yang terdapat dalam khutbatul hajjah:
‫ر َأ ْنفُ ِسنَا‬#ِ ْ‫نَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُو‬
“Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan diriku sendiri.” (HR. At
Tirmidzi. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa
Dho’if Sunan At Tirmidzi no. 1105) (Tafsir Juz ‘Amma, 294-295)
Lalu bagaimana jalan keluar agar terbebas dari tiga kejelekan (kejahatan)
ini?
Pertama, dengan bertawakkal pada Allah, yaitu menyerahkan segala
urusan kepada Allah Ta’ala.
Kedua, membaca wirid-wirid (dzikir-dzikir) yang dapat membentengi dan
menjaga dari segala macam kejelekan. Perlu diingat bahwasanya kebanyakan
manusia dapat terkena sihir, ’ain, dan berbagai kejelekan lainnya dikarenakan lalai
dari dzikir-dzikir. Ingatlah bahwa bacaan dzikir merupakan benteng yang paling
kokoh dan lebih kuat daripada benteng ’Ya’juj dan Ma’juj’. Namun, banyak dari
manusia yang melupakan hal ini. Banyak di antara mereka yang melalaikan dzikir
pagi dan petang, begitu juga dzikir ketika hendak tidur. Padahal dzikir-dzikir
tersebut mudah untuk dihafalkan dan dibaca. (Tafsir Juz ’Amma, 296)
C. Tafsir Ayat Ketiga

َ َ‫ق ِإ َذا َوق‬


‫ب‬ ِ ‫َو ِم ْن َشرِّ َغ‬
ٍ ‫اس‬
“Dan dari kejahatan malam apabila telah masuk dalam kegelapan.”
Kata ghasiq berarti malam, berasal dari kata ghasaq yang berarti
kegelapan. Kata kerja waqaba mengandung makna masuk dan penuh, artinya
sudah masuk dalam gelap gulita.
Kita berlindung dari kejahatan malam secara khusus, karena kejahatan
lebih banyak terjadi di malam hari. Banyak penjahat yang memilih melakukan
aksinya di malam hari. Demikian pula  arwah  jahat  dan binatang-binatang yang
berbahaya. Di samping itu, menghindari bahaya juga lebih sulit dilakukan pada
waktu malam.
6

Ghosiq dalam ayat ini adalah Al Lail (malam) dan juga ada


yang mengatakan Al Qomar (bulan). Sedangkan Idza
Waqob bermakna apabila masuk (Tafsir Juz ‘Amma, 295; Adhwaul
Bayan).Mujahid mengatakan bahwa ‘ghosiq’ adalah Al Lail (malam)
ketika matahari telah tenggelam sebagaimana diriwayatkan oleh
Bukhari dan Ibnu Abi Najih. Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu
Abbas, Muhammad bin Ka’ab Al Qurtubhy, Adh Dhohak, Khushoif,
dan Al Hasan. Qotadah mengatakan bahwa maksudnya adalah malam
apabila telah gelap gulita. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim). Syaikh Asy
Syinqithi mengatakan bahwa pendapat yang kuat adalah tafsiran yang
pertama (ghosiq adalah malam) sebagaimana didukung dengan
tafsiran Al Qur’an.
ِ ُ‫َأقِ ِم الصالة لِ ُدل‬
‫وك الشمس إىل َغ َس ِق الليل‬
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam.” (QS. Al Israa’ [17] : 78)
Sedangkan bulan merupakan bagian dari malam. Dan di malam harilah
setan serta manusia dan hewan yang suka berbuat kerusakan bergentayangan ke
mana-mana (Adhwaul Bayan). Kepada Allah-lah kita meminta perlindungan dari
kejahatan dan kejelekan seperti ini.
D. Tafsir Ayat Keempat

‫ات يِف الْعُ َق ِد‬


ِ َ‫و ِمن َشِّر النَّفَّاث‬
ْ َ
“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada tali-tali
ikatan.”
Para tukang sihir biasa membaca mantra dan jampi-jampi, kemudian
mereka tiupkan pada tali-tali yang di ikat. Inilah yang di maksud dengan ruqyah
syirik. Sihir merupakan salah satu dosa dan kejahatan terbesar, karena disamping
syirik, ia juga samara dan bisa mencelakakan manusia di dunia dan akhirat.
7

Karenanya kita berlindung secara khusus kepada Allah dari kejahatan ini.
Penyebutan wanita tukang sihir dalam bentuk muannats (feminin) dikarenakan
jenis sihir ini yang paling banyak melakukannya adalah wanita. Dalam riwayat
tentang sihir Labid bin al-A’sham yang ditujukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga disebutkan bahwa puteri-puteri Labid yang menghembus pada
tali-tali.
Mujahid, Ikrimah, Al Hasan, dan Qotadah mengatakan bahwa yang
dimaksudkan adalah sihir. Mujahid mengatakan, ”Apabila membaca mantera-
mantera dan meniupkan (menyihir) di ikatan tali” (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim).Dalam ayat ini disebut dengan ’An Nafatsaat’ yaitutukang sihir wanita.
Karena umumnya yang menjadi tukang sihir adalah wanita. Namun ayat ini juga
dapat mencakup tukang sihir laki-laki dan wanita, jika yang dimaksudkan adalah
sifat dari nufus (jiwa atau ruh) (Ruhul Ma’ani; Tafsir Juz ’Amma, 295). Namun
perlu diingat bahwa dalam syari’at ini terdapat pula penyembuhan penyakit
dengan do’a-do’a yang disyari’atkan yang dikenal dengan ruqyah. Dari Abu
Sa’id, beliau menceritakan bahwa Jibril pernah mendatangi Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam. Lalu mengatakan,”Ya Muhammad, apakah engkau merasa
sakit?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan,”Iya”.
Kemudian Jibril meruqyah Nabi dengan mengatakan,
َ‫ك بِاس ِْم هَّللا ِ َأرْ قِيك‬ ِ ‫س َأوْ َع ْي ِن َح‬
َ ‫اس ٍد هَّللا ُ يَ ْشفِي‬ َ ‫بِاس ِْم هَّللا ِ َأرْ قِي‬
ٍ ‫ك ِم ْن ُك ِّل َش ْى ٍء يُْؤ ِذيكَ ِم ْن َش ِّر ُك ِّل نَ ْف‬
“Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang
menyakitimu, dari kejelekan (kejahatan) setiap jiwa atau ’ain orang yang hasad
(dengki).Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan menyebut nama Allah, aku
meruqyahmu” (HR. Muslim no. 2186. Ada yang berpendapat bahwa kejelekan
nafs (jiwa) adalah ’ain, yakni pandangan hasad).
E. Tafsir Ayat Kelima

‫َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد ِإ َذا َح َس َد‬


“Dan dari kejahatan orang dengki apabila ia dengki.”
Dengki (hasad) adalah membenci nikmat Allah atas orang lain dan
menginginkan hilangnya nikmat itu darinya. Yang dimaksud dengan ‘apabila ia
8

dengki’ adalah jika ia menunjukkan kedengkian yang ada di hatinya dan


karenanya terbawa untuk membahayakan orang yang lain.  Kondisi yang
demikianlah yang membahayakan orang lain. Orang yang hasad akan menempuh
cara yang bisa ditempuh untuk mewujudkan keinginannya. Hasad juga bisa
menimbulkan mata jahat (‘ain) yang bisa membahayakan sasaran kedengkiannya.
Pandangan mata dengkinya bisa mengakibatkan orang sakit, gila, bahkan
meninggal. Barang yang dilihatnya juga bisa rusak atau tidak berfungsi.
Karenanya, kitapun berlindung kepada Allah dari keburukan ini secara khusus.
Ada juga orang dengki yang hanya menyimpan kedengkiannya dalam hati,
sehingga ia sendiri gundah dan sakit hati, tapi tidak membahayakan orang lain,
sebagaimana dikatakan Umar bin Abdil Aziz: “Saya tidak melihat orang zhalim
yang lebih mirip dengan orang terzhalimi daripada orang yang dengki.”
Hasad adalah berangan-angan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain
baik agar pindah kepada diri kita ataupun tidak (Aysarut Tafasir).
Allah menutup surat ini dengan hasad, sebagai peringatan bahayanya perkara ini.
Hasad adalah memusuhi nikmat Allah.Sebagian Ahli Hikmah mengatakan bahwa
hasad itu dapat dilihat dari lima ciri :
Pertama, membenci suatu nikmat yang nampak pada orang lain; Kedua,
murka dengan pembagian nikmat Allah; Ketiga, bakhil (kikir) dengan karunia
Allah, padahal karunia Allah diberikan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya;
Keempat, tidak mau menolong wali Allah (orang beriman) dan menginginkan
hilangnya nikmat dari mereka; Kelima, menolong musuhnya yaitu Iblis. (Al
Jaami’ liahkamil Qur’an).
Jadi, untuk melindungi diri dari semua kejahatan kita harus
menggantungkan hati kita dan berlindung hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa,
dan membiasakan diri membaca dzikir yang telah dicontohkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini adalah salah satu wujud kesempurnaan
agama Islam. Kejahatan begitu banyak pada zaman kita ini, sementara banyak
umat Islam yang tidak tahu bagaimana cara melindungi diri darinya. Adapun yang
sudah tahu banyak yang lalai, dan yang membacanya banyak yang tidak
menghayati. Semua ini adalah bentuk kekurangan dalam beragama. Andai umat
9

Islam memahami,mengamalkan dan menghayati sunnah ini, niscaya mereka


terselamatkan dari berbagai kejahatan.

III. Khulasoh
1. Surat ini adalah surat yang utama, dan dianjurkan dibaca setelah shalat,
sebelum dan sesudah tidur, dalam dzikir pagi dan sore, juga dalam ruqyah.
2. Kita memohon perlindungan hanya kepada Allah dari semua kejahatan
secara umum, dan beberapa hal secara khusus karena lebih sering terjadi,
lebih samar atau karena mengandung bahaya yang lebih.
3. Mewaspadai kejahatan malam, tukang sihir dan pendengki.
4. Sihir dan ‘ain adalah perkara yang hakiki.
5. Kesempurnaan agama Islam yang mengajarkan cara melindungi diri dari
berbagai kejahatan.
6. Kekurangan sebagian umat Islam dalam memahami, mengamalkan dan
menghayati ajaran Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Quran dan Terjemahnya, Percetakan Mushaf Madinah.
2. Irsyadul ‘Aqlis Salim Ila Mazayal Kitabil Karim (Tafsir Abu Su’ud),
Maktabah Syamilah.
3. Fathul Qadir, asy-Syaukani, Darul Hadits.
4. Taysirul Karimir Rahman,  Muassasah ar-Risalah.
5. Riyadhush Shalihin, an-Nawawi, al-Maktab al-Islami.
6. Tafsir Juz ‘Amma, Website Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.
7. Anas Burhanudin, MA. Sumber: http://muslim.or.id/2055-memahami-
surat-al-falaq.html http://muslim.or.id/2055-memahami-surat-al-falaq.html

Anda mungkin juga menyukai