sebelah kepalanya dan yang satu lagi di sebelah kakinya. Berkatalah malaikat di
sebelah kakinya kepada yang ada di sebelah kepalanya : "Apa yang engkeau
lihat?" Ia berkata : " Dia kena guna-guna ". "Apa guna-guna itu?". "Guna-guna
itu sihir"."Siapa yang membuat sihirnnya?". Ia menjawab : "Labid bin al-
A'sham Alyahudi yang sihirnya berupa gulungan yang disimpan di sumur
keluarga si Anu di bawah sebuah batu besar. Datanglah ke sumur itu, timbalah
airnya dan angkat batunya kemudian ambillah gulungannya dan bakarlah".
Pagi hari Rasulullah saw. mengutus 'Ammar bin Yasir dengan kawan-
kawannya. Setibanya di sumur itu tampaklah arinya merah seperti air pacar.
Air itu ditimbanya dan diangkat batunya serta dikeluarkan gulungannya terus
dibakar dan ternyata di dalam gulungan itu ada tali yang terdiri atas sebelas
simpul.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum yahudi membuatkan
makanan bagi Rasulullah saw. Setelah makan makanan itu tiba-tiba Rasulullah
sakit keras sehingga Sahabat-sahabatnya mengira bahwa penyakit itu timbul
dari perbuatan Yahudi itu.
Maka turunlah Jibril membawa dua surat ini (S.113 dan S 114) dan
membacakan ta'udz. Setelah itu juga Rasulullah keluar menemui Shahabat-
shahabatnya dalam keadaa sehat Wal'afiat. (Diriwayatkan oleh Abu Na'im
dalam kitab ad-Dalail dari Abi Jafar ar-Razi bin Anas yang bersumber dari
Anas bin Malik).
Dalam keterangan yang lain, Asbabun Nuzul Surat Al-Falaq ini
adalah, Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disihir oleh orang Yahudi
yang bernama Labid bin Al A’shom di Madinah, Allah Ta’ala menurunkan Al
Maw’izatain (surat Al Falaq dan An Naas). Lalu Jibril ’alaihis salam meruqyah
(membaca kedua ayat tersebut) kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam.
Berkat izin Allah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sembuh. (Aysarut
Tafasir, hal. 1503) [Namun, riwayat sabab nuzul untuk surat Al falaq dan An
Naaas dinilai dhaif oleh Syaikh Muqbil dalam as Shahih al Musnad min Asbab
anNuzul, lihat juga penjelasan Ibnu Katsir]
3
II. Pembahasan
A. Tafsir Ayat Pertama
“Dia menyingsingkan pagi.” (QS. Al An’am [6] : 95) (Tafsir Juz ‘Amma, 294;
Ruhul Ma’ani)
B. Tafsir Ayat Kedua
َ س َأَل َّم
ارةٌ بِالسُّو ِء ِإاَّل َما َر ِح َم َربِّي َ ِإ َّن النَّ ْف
“Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf [12] : 53).
Maka setiap kali seseorang mengucapkan ayat ini, maka yang pertama kali
tercakup dalam ayat tersebut adalah dirinya sendiri. Jadi dia berlindung dari
5
kejelekan dirinya sendiri, yang mungkin sering ujub (berbangga diri) atau yang
lainnya. Sebagaimana yang terdapat dalam khutbatul hajjah:
ر َأ ْنفُ ِسنَا#ِ ْنَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُو
“Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan diriku sendiri.” (HR. At
Tirmidzi. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa
Dho’if Sunan At Tirmidzi no. 1105) (Tafsir Juz ‘Amma, 294-295)
Lalu bagaimana jalan keluar agar terbebas dari tiga kejelekan (kejahatan)
ini?
Pertama, dengan bertawakkal pada Allah, yaitu menyerahkan segala
urusan kepada Allah Ta’ala.
Kedua, membaca wirid-wirid (dzikir-dzikir) yang dapat membentengi dan
menjaga dari segala macam kejelekan. Perlu diingat bahwasanya kebanyakan
manusia dapat terkena sihir, ’ain, dan berbagai kejelekan lainnya dikarenakan lalai
dari dzikir-dzikir. Ingatlah bahwa bacaan dzikir merupakan benteng yang paling
kokoh dan lebih kuat daripada benteng ’Ya’juj dan Ma’juj’. Namun, banyak dari
manusia yang melupakan hal ini. Banyak di antara mereka yang melalaikan dzikir
pagi dan petang, begitu juga dzikir ketika hendak tidur. Padahal dzikir-dzikir
tersebut mudah untuk dihafalkan dan dibaca. (Tafsir Juz ’Amma, 296)
C. Tafsir Ayat Ketiga
Karenanya kita berlindung secara khusus kepada Allah dari kejahatan ini.
Penyebutan wanita tukang sihir dalam bentuk muannats (feminin) dikarenakan
jenis sihir ini yang paling banyak melakukannya adalah wanita. Dalam riwayat
tentang sihir Labid bin al-A’sham yang ditujukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga disebutkan bahwa puteri-puteri Labid yang menghembus pada
tali-tali.
Mujahid, Ikrimah, Al Hasan, dan Qotadah mengatakan bahwa yang
dimaksudkan adalah sihir. Mujahid mengatakan, ”Apabila membaca mantera-
mantera dan meniupkan (menyihir) di ikatan tali” (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim).Dalam ayat ini disebut dengan ’An Nafatsaat’ yaitutukang sihir wanita.
Karena umumnya yang menjadi tukang sihir adalah wanita. Namun ayat ini juga
dapat mencakup tukang sihir laki-laki dan wanita, jika yang dimaksudkan adalah
sifat dari nufus (jiwa atau ruh) (Ruhul Ma’ani; Tafsir Juz ’Amma, 295). Namun
perlu diingat bahwa dalam syari’at ini terdapat pula penyembuhan penyakit
dengan do’a-do’a yang disyari’atkan yang dikenal dengan ruqyah. Dari Abu
Sa’id, beliau menceritakan bahwa Jibril pernah mendatangi Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam. Lalu mengatakan,”Ya Muhammad, apakah engkau merasa
sakit?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan,”Iya”.
Kemudian Jibril meruqyah Nabi dengan mengatakan,
َك بِاس ِْم هَّللا ِ َأرْ قِيك ِ س َأوْ َع ْي ِن َح
َ اس ٍد هَّللا ُ يَ ْشفِي َ بِاس ِْم هَّللا ِ َأرْ قِي
ٍ ك ِم ْن ُك ِّل َش ْى ٍء يُْؤ ِذيكَ ِم ْن َش ِّر ُك ِّل نَ ْف
“Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang
menyakitimu, dari kejelekan (kejahatan) setiap jiwa atau ’ain orang yang hasad
(dengki).Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan menyebut nama Allah, aku
meruqyahmu” (HR. Muslim no. 2186. Ada yang berpendapat bahwa kejelekan
nafs (jiwa) adalah ’ain, yakni pandangan hasad).
E. Tafsir Ayat Kelima
III. Khulasoh
1. Surat ini adalah surat yang utama, dan dianjurkan dibaca setelah shalat,
sebelum dan sesudah tidur, dalam dzikir pagi dan sore, juga dalam ruqyah.
2. Kita memohon perlindungan hanya kepada Allah dari semua kejahatan
secara umum, dan beberapa hal secara khusus karena lebih sering terjadi,
lebih samar atau karena mengandung bahaya yang lebih.
3. Mewaspadai kejahatan malam, tukang sihir dan pendengki.
4. Sihir dan ‘ain adalah perkara yang hakiki.
5. Kesempurnaan agama Islam yang mengajarkan cara melindungi diri dari
berbagai kejahatan.
6. Kekurangan sebagian umat Islam dalam memahami, mengamalkan dan
menghayati ajaran Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Quran dan Terjemahnya, Percetakan Mushaf Madinah.
2. Irsyadul ‘Aqlis Salim Ila Mazayal Kitabil Karim (Tafsir Abu Su’ud),
Maktabah Syamilah.
3. Fathul Qadir, asy-Syaukani, Darul Hadits.
4. Taysirul Karimir Rahman, Muassasah ar-Risalah.
5. Riyadhush Shalihin, an-Nawawi, al-Maktab al-Islami.
6. Tafsir Juz ‘Amma, Website Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.
7. Anas Burhanudin, MA. Sumber: http://muslim.or.id/2055-memahami-
surat-al-falaq.html http://muslim.or.id/2055-memahami-surat-al-falaq.html