Surat An-Naas (Manusia) adalah surah penutup (ke-114) dalam Al-Qur'an. Nama An-Naas diambil
dari kata An-Nas yang berulang kali disebut dalam surah ini yang berarti manusia. Surat ini
termasuk dalam golongan surah makkiyah.
Isi surah adalah anjuran supaya manusia memohon perlindungan kepada Allah Swt terhadap
pengaruh hasutan jahat setan yang menyelinap di dalam diri
ِِّ ن
. للا بِس ِِْم ِِ الرحْ َم
َّ يم
ِِ ِالرح
َّ Bismilaahirahmanirahiim
ِب أَعُو ِذُ قُ ْل ِ ِ َّ الن1. Qul Auudzu bi rabbinnaas. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang
ِِّ اس بِ َر
memelihara dan menguasai) manusia. ِِاس َملِك ِ ِ َّالن
4. min syarril waswaasil khannaas. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, الَّذِي
ُِ ُور فِي ي َُو ْس ِو
س ِِ صد ِ ِ َّالن
ُ اس
5. alladzii yuwaswisu fii suduurinnaas. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, َِمِ ن
اس َِو ْال ِجنَّ ِِة
ِ ِ َّالن
Penjelasan surat Ayat pertama hingga ketiga mengisyaratkan bahwa memuja dan mengagungkan
Allah swt (sebagai tanda pengakuan sebagai hamba dan rasa hormat) adalah hal yang diperlukan
sebelum memohon kepada Dia supaya dikasihani dan diberkatiNya. Pada ayat keempat hingga
terakhir memberi pelajaran bahwa segala dorongan jahat dalam diri manusia bukan berasal
keinginan nafsu semata, melainkan nafsu yang dibisiki oleh Penghasut/setan, sebab pada dasarnya
nafsu diciptakan bukan untuk melawan Kehendak Tuhan, sebagaimana hewan atau makhluk-
makhluk kecil yang memiliki nafsu namun tidak melawan perintah Allah Swt. Pemilik asli kejahatan
dan perlawanan terhadap Allah Swt adalah Iblis yang diwariskan kepada setan dan jin; yang
merasuki manusia secara tidak sadar apabila nafsu tidak dapat dikendalikan sehingga 'menular' di
antara kedua golongan ini. Hasutan setan adalah penyebab utama manusia berpikir jahat, memiliki
dendam, benci dan berlaku kejam terhadap manusia lain apabila nafsu telah terbujuk dan tergoda
yang pada akhirnya menyebabkan kerugian pada diri sendiri dan orang yang disakiti hingga seluruh
umat manusia (Nas). Oleh sebab itu teramat penting, untuk mengingat Surah ini apabila dada
merasa sesak akibat keadaan sekitar atau masalah yang sedang dihadapi, sebab Tuhan akan
selalu bersedia menjadi Pelindung dan Pemelihara kehidupan manusia, sebab Dia dijuluki
Penguasa, Yang Kuasa atas segala kekuasaan untuk menciptakan Alam Semesta dan
Memusnahkannya dalam sekejap mata demikian pula memberi ujian dan memberi pertolongan
untuk siapa yang berkenan bagiNya. Surat an-Naas merupakan salah satu surat disebut dengan al-
mu’awwidzatainِyaitu dua surat yang mengandung perlindungan. Surat lainnya yaitu al-Falaq.
Perlindungan yang dimaksud di sini adalah yang utama adalah memohon perlindungan dari iblis dan
bala tentaranya yaitu setan manusia dan setan jin yang senantiasa mengintai manusia dengan
tanpa putus asa dan berbagai cara. Al Imam Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya ketika
membawakanِpenafsiranِdariِSa’idِbinِJubairِdanِIbnuِ‘Abbas,ِyaitu:ِ“Syaithanِbercokolِdiِdalamِ
hati manusia, apabila dia lalai atau lupa maka syaithan menghembuskan was-was padanya, dan
ketikaِdiaِmengingatِAllahِsubhanahuِwata’alaِmakaِsyaithanِlariِdarinya."ِDalamِsebuahِhaditsِ
yang riwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu Tamimah yang meriwayatkan dari
seseorang yang pernah membonceng Nabi SAW katanya, الشيطان تعس فقلت حماره وسلم عليه هللا صلى بالنبي عثر.
يصير حتى تصاغر هللا باسم قلت وإذا صرعته بقوتى وقال تعاطم الشيطان تعس قلت إذا الشيطان تعس تقل ال وسلم عليه هللا صلى النبي فقال
“ الذباب مثلKeledai Nabi SAW terjatuh, lalu aku mengatakan “calakalah setan”ِlalu Nabi berdabda.
‘janganlahِkamuِkatakanaِ‘celakalahِsetan’ِsebabِiaِakanِsemakinِbesarِtubuhnyaِdanِ
mengatakanِ‘denganِkekuatankuِakuِakanِmengalahkannya.’ِNamunِapabilaِkamuِmengatakanِ
bismillah maka ia akan mengecil sehingga menjadi sekecil lalat. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam
Ahmad namun sanadnya bagus. Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah
Swt adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nyaِsubhanahuِwata’ala.ِTermasukِNabiِ
Muhammad Saw, beliau adalah manusia biasa yang butuh akan pertolongan-Nya. Sehingga beliau
adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan
perlindungan, dan bukan tempat bergantung. Ajaran tauhid juga jelas tersirat dalam isi kandungan
surat an-Naas ini, mengingat penghambaan manusia yang dalam kepada Allah Swt sebagaimana
dijelaskan pada ayat 3 akan mengantarkan rasa ketidak berdayaannya dan menyandarkan hanya
kepada Allah Swt dari semua kejahatan yang dibisikkan syaitan. Maka sudah sepantasnya bagi kita
selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah Swt semata. Mengakui bahwa
sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya subhanahu
wata’ala.ِSemuaِkejadianِiniِterjadiِatasِkehendak-Nyaِsubhanahuِwata’ala.ِDanِtiadaِyangِbisa
memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nyaِsubhanahuِwata’alaِ
pula. Semoga Allah Swt menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta
pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang isi kandungan Al-Qur'an surat An-Naas.
Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Riwayat yang hampir sama dengan di atas, terdapat di dalam shahih Bukhari dan
shahih Muslim. namun tanpa menyebut turunnya kedua surah. (lihat Shahih
Bukhari kitab Ath-Thibb, hadits no 5766; kitab Shahih Muslim kitab As-Salaam,
hadits no 2189)
Akan tetapi terdapat riwayat serupa yang disertai penyebutan turunnya kedua
surah.
Abu Nu'aim meriwayatkan dalam kitab ad-Dalaa'il dari jalur Abu Ja'far ar-Razi dari
Rabi' bin Anas dari Anas bin Malik yang berkata, "Seorang laki-laki Yahudi
membuatkan sesuatu terhadap Rasulullah sehingga beliau menderita sakit parah.
Tatkala para sahabat menjenguk, mereka meyakini bahwa Rasulullah telah terkena
sihir, Malaikat Jibril kemudian turun membawa al-rnu'awwidzatain (surah al-Falaq
dan an-Naas) untuk mengobatinya. Akhirnya, Rasulullah pun kembali sehat."
Surat Al Falaq merupakan surat ke-113 dalam Al Quran. Namun dalam urutan
turunnya, ia merupakan surat ke-20. Berikut ini terjemahan Surat Al Falaq, asbabun
nuzul dan tafsirnya dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir
Al Munir dan Tafsir Al Misbah.
Artikel ini bukanlah tafsir baru. Kami berusaha mensarikan dari lima tafsir di atas agar
ringkas dan mudah dipahami, bukan membuat tafsir tersendiri yang kami sangat jauh
dari maqam tersebut.
ُ َ بِ أ
ِعو ِذُ قُ ْل ِ ّ ق بِ َر ِِ َ ْالفَل. ن ِّ ِ َخلَقَِ َما ش. نََو
ِْ َر ِم ِْ َر ِم ِّ ِ غَا ِسقِ ش بِ ِإ َذا َ ََوق
.ن ِْ َر َو ِم ِِ ْالعُقَ ِِد فِي النَّفَّاثَا. ن
ِّ ِ ت ش ِْ َر َو ِمِّ ِ ا ِسدََِح ش س َِد ِإ َذا
َ َح
(Qul a’uudzu birobbil falaq. Min syarri maa kholaq. Wa min syarri ghoosiqin idzaa
waqob. Wa min syarrin naffaatsaati fil ‘uqod. Wa min syarri haasidin idzaa hasad)
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan
makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan
wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan
pendengki bila ia dengki”.
Asbabun Nuzul Surat Al Falaq
Surat Al Falaq terdiri dari lima ayat. Kata Al Falaq yang berarti “yang terbelah” diambil
dari ayat pertama. Ia disebut pula surat Qul a’udzu birabbil falaq.
Bersama surat An Nas, keduanya disebut al mu’awwidzatain. Yakni dua surat yang
menuntun pembacanya menuju tempat perlindungan. Surat Al Falaq disebut al
mu’awwidzah al ‘ula. Sedangkan Surat An Nas disebut al mu’awwidzah ats tsaaniyah.
Surat Al Falaq dan Surat An Nas juga disebut al muqasyqisyatain. Yaitu dua surat yang
membebaskan manusia dari kemunafikan.
Surat ini turun satu paket dengan surat An Nas. Menurut pendapat Hasan, Atha’,
Ikrimah dan Jabir, keduanya adalah surat makkiyah. Ini merupakan pendapat
mayoritas. Namun ada juga yang berpendapat keduanya adalah madaniyah
berdasarkan riwayat Ibnu Abbas dan Qatadah.
Asbabun nuzul surat Al Falaq ini, kafir Quraisy Makkah berupaya mencederai Rasulullah
dengan ‘ain. Yakni pandangan mata yang merusak atau membinasakan. Ada
kepercayaan tertentu bahwa mata melalui pandangannya bisa membinasakan. Dan
memang ada orang-orang tertentu yang matanya demikian.
Maka Allah menurunkan dan mengajarkan Surat Al Falaq dan Surat An Nas kepada
Rasulullah untuk menangkalnya. Ini asbabun nuzul yang menjadi tumpuan pendapat
bahwa Surat Al Falaq adalah makkiyah.
Asbabun nuzul yang menjadi dasar pendapat ayat ini Madaniyah, surat ini diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad saat seorang Yahudi Madinah bernama Lubaid bin
A’sham menyihir beliau. (Baca: Kisah Rasulullah Disihir)
Lubaid bin A’sham menyihir Rasulullah dengan media pelepah kurma berisi rambut
beliau yang rontoh ketika bersisir, beberapa gigi sisir beliau serta benang yang terdapat
11 ikatan yang ditusuk jarum. Lalu Allah menurunkan Surat Al Falaq dan An Nas.
Setiap satu ayat dibacakan, terlepaslah satu ikatan hingga Rasulullah merasa lebih
ringan. Ketika seluruh ayat telah dibacakan, terlepaslah seluruh ikatan tersebut. Namun
riwayat ini ditolak oleh Ibnu Katsir. Beliau menguatkan pendapat bahwa surat Al Falaq
dan An Nas adalah surat makkiyah.
Kata qul ( )قلartinya katakanlah. Yakni “katakanlah wahai Muhammad dan ajarkanlah
juga kepada umatmu.”
A’uudzu ( )أعوذterambil dari kata ‘audz ( )عوذyakni menuju kepada sesuatu untuk
menghindar dari sesuatu yang ditakuti.
Al Falaq ( )الفلقberasal dari kata falaqa ( )فلقyang artinya membelah. Kata ini dapat
berarti subjek sehingga maknanya “pembelah” juga bisa berarti objek yang maknanya
“yang dibelah.”
Sebagian ulama menafsirkan al falaq sebagai pagi atau subuh. Sebab malam itu
tertutup dan kehadiran cahaya pagi dari celah-celah kegelapan malam menjadikannya
bagai terbelah. Dengan demikian Rabbul Falaq tidak lain adalah Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Karena Dialah yang menjadikan pagi, membawa terang muncul di tengah
kegelapan.
Jabir dan Ibnu Abbas juga mengatakan al falaq ( )الفلقartinya subuh. Demikian pula
Mujahid, Sa’id bin Jubair, Qatadah dan mufassirin lainnya. Dalam riwayat lainnya, Ibnu
Abbas mengatakan al falaq artinya makhluk. Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari
memilih pendapat pertama.
Dengan menyadari bahwa Allah mampu membelah kegelapan malam dengan terangnya
pagi, seseorang akan yakin bahwa Allah juga kuasa menyingkirkan kejahatan dan
kesulitan dengan memunculkan pertolongan.
Sebagian ulama lainnya menafsirkan al falaq dalam pengertian luas. Yakni segala
sesuatu yang terbelah; tanah dibelah oleh tumbuhan, tanah terbelah oleh mata air, biji-
bijian juga terbelah, dan masih banyak lagi. Allah mensifati diriNya faaliqu al habb wa
an nawa (“ )والنوى الحب فالقpembelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan” dalam
Surat Al An’am ayat 95. Allah juga mensifati diriNya faliqu al isbah ()األصباح فالق
“pembelah kegelapan malam dengan cahaya pagi” dalam Surat Al An’am ayat 96.
Kata syar ( )شرpada mulanya berarti buruk atau mudharat. Lawan dari khair ( )خيرyang
berarti baik. Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan, syar mencakup dua hal yaitu sakit
(pedih) dan yang mengantar kepada sakit (pedih). Penyakit, kebakaran, tenggelam
adalah sakit. Sedangkan kekufuran, maksiat dan sebagainya mengantar kepada sakit
atau kepedihan siksa Ilahi.
Kata maa ( )ماberarti apa. Sedangkan khalaq ( )خلقadalah bentuk kerja masa lampau
(madhi) dalam arti yang telah diciptakan. Sehingga maa khalaq ( )خلق ماberarti makhluk
ciptaanNya.
Ketika menafsirkan Surat Al Falaq ayat 2 ini, Ibnu Katsir mengatakan: “yakni dari
kejahatan semua makhluk.”
Surat Al Falaq ayat 3
ِ بِ ِإذَا غَا ِس
ِق ش ِ َّرِ َو ِم ْن َ ََوق
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita
Kata ghaasiq ( )غاسقartinya adalah malam, berasal dari kata ghasaqa ( )غسقyang
berarti penuh. Malam dinamai ghaasiq karena kegelapannya memenuhi angkasa.
Kata waqaba ( )وقبberasal dari kata al waqb ( )الوقبyaitu lubang yang terdapat pada
batu sehingga air masuk ke dalam lubang itu. Sehingga ayat ini bermakna malam yang
telah masuk ke dalam kegelapan sehingga ia menjadi sangat kelam.
Sering kali kejahatan direncanakan dan terjadi pada waktu malam. Mulai dari pencuri,
perampok, pembunuh, hingga binatang buas dan penjaja maksiat.
Namun malam tidak selalu identik dengan kejahatan karena waktu terbaik mendekat
kepada Allah juga pada malam hari. Maka ayat ini tidak mengajarkan berlindung dari
malam tetapi berlindung dari kejahatan yang terjadi di waktu malam.
Mujahid mengatakan bahwa maksud Surat Al Falaq ayat 3 ini adalah bila matahari telah
tenggelam. Abu Hurairah mengatakan maksudnya adalah bintang, sedangkan hadits
dari Aisyah mengisyaratkan artinya adalah rembulan.
Sebagian ulama berpendapat ta’ marbuthah pada kata ini menunjukkan arti muannats
(perempuan). Namun sebagian ulama berpendapat ta’ marbuthah pada kata ini sebagai
mubalaghah sehingga bisa laki-laki maupun perempuan.
Makna majazi terdapat pada Surat Al Baqarah ayat 235 dan Surat Al Baqarah ayat 237,
yakni uqdatun nikah. Serta pada surat Thaha ayat 27 yakni uqdatan min lisaanii.
Ketika menafsirkan Surat Al Falaq ayat 4 ini, Sayyid Qutb mengatakan, an naffaatsaat
fil uqad artinya adalah wanita-wanita tukang sihir yang berusaha mengganggu dan
menyakiti dengan jalan menipu indra, menipu saraf dan memberi kesan pada jiwa dan
perasaan.
Sedangkan Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan, bahkan kalaupun
orang yang hasad itu belum mengeluarkan dalam ucapan atau perbuatan, sikap
jiwanya bisa mengakibatkan keburukan. Hal seperti getaran dari jauh akibat hasad ini
merupakan misteri, maka untuk menangkalnya harus meminta perlindungan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dialah Rabb yang menguasai subuh dan seluruh makhluk. Maka orang yang beriman
harus memohon perlindunganNya dari kejahatan seluruh makhluk. Surat Al Falaq ayat
2 ini sebenarnya telah merangkum segala bentuk kejahatan yang kita minta
perlindungan kepadaNya.
Namun disebutkan tiga kejahatan yang lebih detil agar menjadi perhatian. Yakni
kejahatan yang terjadi di waktu malam. Kejahatan wanita-wanita tukang sihir. Serta
kejahatan pendengki bila ia dengki.
Untuk menangkal kejahatan makhluk, penyakit ‘ain dan sihir hingga was-was dari
setan, Allah mengajarkan Surat Al Falaq dan Surat An Nas. Rasulullah pun
mengajarkan kepada sahabatnya.
س ابْنَِ َيا
ِ عا ِب َِ َ ك أ
َ ال َِ ُّل أ َ ِْو أَدُل َِ ال قَا َِ ل أ ُ ْخ ِب ُر
َِ َ ك أ َ ل ْال ُمتَ َع ّ ِوذُونَِ ِب ِِه َيت َ َع َّو ِذُ َما ِبأ َ ْف
ِِ ض َِ ل َيا َبلَى قَا َِ سو
ُ َر
َِِّ ل
للا َِ ل قَا ِْ ُعو ِذُ قُ َ ق بِ َربِِّ أ ِِ َل َِو ْالفَلِْ ُعو ِذُ ق ُ َ اس بِ َربِِّ أِ ِ َّْن النِِ ْن هَاتَي
ِِ ورتَيَ سُّ ال
“Wahai Ibnu Abbas, maukah kamu aku tunjukkan –atau maukah kamu aku beritahu-
sesuatu yang paling baik digunakan untuk berlindung?” Ibnu Abbas menjawab, “Iya
wahai Rasulullah.” Beliapun bersabda: “Qul a’udzu birabbil falaq dan Qul a’udzu
birabbin nas, dua surat ini.” (HR. An Nasa’i; shahih)
Demikian Surat Al Falaq mulai dari terjemahan, asbabun nuzul hingga tafsir yang
disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir
dan Tafsir Al Misbah. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
Tafsir
Surat Al-Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah) adalah surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini
tergolong surat Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan keesaan Allah
sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu ahad,
Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas
pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap sebagai slogan
negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat. ل َِّ ِ أ َ َحد1. Katakanlah: "Dialah
ِْ ُللاُ ه َُِو ق
Allah, Yang Maha Esa, ُللا َّ ال2. Hanya Allah-lah tempat bergantung; يُولَ ِْد َولَ ِْم يَ ِل ِْد لَ ِْم3. Dia tidak
َِّ ص َِم ُِد
beranak, serta Dia tidak pula diperanakkan, ن َولَ ِْم ِْ أ َ َحدِ ُكفُ ًوا لَ ِه ُ يَ ُك4. Dan tiada satupun yang setara dengan
Dia." Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Ikhlas. Asbabun nuzul dari surat ini adalah sebagaimana
diterangkan dalam riwayat Imam Ahmad bahwa orang-orang musyrik telah mengatakan kepada
NabiِSawِ“HaiِMuhammad,ِterangkanlahِnasabِTuhanmuِkepadaِkamiِlaluِAllahِmenurunkanِ
wahyuِ“katakanlah,ِdialahِAllahِYangِMahaِEsa.ِAllah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya
segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara
denganِDia.”ِAyatِ1,ِ"Katakanlah,ِDialahِAllahِYangِMahaِEsa"ِartinyaِDiaِSatuِdanِTunggal,ِyangِ
tidak mempunyai bandingan, wakil, saingan, yang menyerupai dan yang menyamaiNya. Lafal ini
tidak boleh digunakan kecuali hanya kepada Allah Swt sebab Dialah Yang Maha Sempurna dalam
semuaِsifatِdanِperbuatanNya.ِFirmanِAllahِdalamِayatِ2ِ“AllahِTuhanِyangِbergantungِ
kepadanya segalaِsesuatu”ِIbnuِAbbasِraِmengatakanِ“Ash-Shamad”ِialahِYangِsemuaِmakhlukِ
menyandarkanِdiriِkepadaNyaِdalamِsetiapِkebutuhanِdanِpermasalahanِmereka.ِ“Diaِtidakِ
beranakِdanِtidakِdiperanakkanِ“ِdalamِayatِ3ِmenjelaskanِbahwaِAllahِSwtِtidakِmemilikiِ
keluarga yaitu yang beranggotakan anak, ayah, isteri. Dan dilanjutkan dengan ayat terakhir
bahwasannnya Allah Swt tidak sama dengan semua makhluk. Yaitu tidak ada seorangpun
tandingan dari makhlukNya yang akan menyainginya atau yang menyamai kedudukanNya. Allah
Swt Maha Tinggi dan Mahas suci dari semua itu. Dalam surat ini jelas dikatakan bahwa pengesaan
terhadap Allah Swt mutlak harus kita lakukan sepenuh hati, dimana sifat Allah Swt yang tidak
mungkin dimiliki oleh makhlukNya adalah Esa, tunggal. Sehingga keyakinan akan hal ini semakin
memperkuat dan memurnikan tauhid kita. Sehingga kita hanya mempersembahkan semua
penghambaan kita hanya kepadaNya. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang isi
kandungan Al-Qur'an Surat Al-Ikhlas. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga
bermanfaat. Aamiin. Share This: Facebook Twitter Google+ Pinterest
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
1. Surat Al Ikhlas menegaskan keesaan Allah dengan sifatNya Ahad. Yakni tidak ada
sesuatu pun selain Dia bersama Dia dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang sama
denganNya. Tidak ada hakikat kecuali hakikatNya dan tidak ada wujud yang hakiki
kecuali wujudNya.
2. Allah adalah Tuhan yang kepadaNya segala makhluk bergantung. Seluruh makhluk
butuh kepadaNya. Dialah satu-satunya yang dituju untuk memenuhi segala hajat
makhluk. Sedangkan Dia tidak butuh kepada siapa pun.
3. Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak mempunyai istri. Karenanya
keyakinan orang Yahudi yang mengatakan Uzair anak Allah adalah keyakinan yang
batil. Keyakinan orang Nasrani yang mengatakan Isa anak Allah adalah keyakinan yang
batil. Keyakinan orang-orang musyrik yang mengatakan malaikat adalah putri-putri
Allah adalah keyakinan yang batil.
4. Surat Al Ikhlas menjelaskan bahwa tidak ada yang sebanding dan setara dengan
Allah. Baik dalam hakikat wujudnya maupun dalam sifat dzatiyahnya.
5. Surat Al Ikhlas ini mengajarkan pokok-pokok tauhid dan pondasi keimanan. Ia juga
membantah keyakinan orang-orang kafir baik musyrik maupun ahli kitab yang
menyekutukan Allah dengan berhala atau manusia.
>>>>>>>>
>>>>>>>>>>>>>>>>
Al Lahab
Surat Al Lahab atau Al Massad merupakan surat ke-111 di dalam Al Quran yang terdiri dari 5 ayat dan
termasuk surat makiyyah. Nama surat ini diambil dari kata Al Lahab pada ayat ketiga surat tersebut
dengan arti gejolak api. Inti dari Surat ini berisikan tentang nasib paman Rasulullah SAW yakni Abu
Lahab dan juga isterinya yang terancam dengan siksaan neraka.
ads
Allah SWT berfirman, “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah
berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api
yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari
sabut.” [QS. Al Lahab: 1-5].
Dengan membaca Surat Al Lahab tentang kejamnya siksaan neraka, sudah seharunya membuat semua
umat muslim untuk lebih takut pada Allah SWT dan juga takut dalam mendurhakai Allah SWT khususnya
dalam hal yang berhubungan dengan kemaksiatan dan melakukan zina dalam Islam.
Hubungan dari keluarga bahagia menurut Islam akan memberikan manfaat apabila dibangun diatas
keimanan seperti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat dekat dengan Abu Lahab sebagai
kerabat akan tetapi tidak bermanfaat untuk Abu Lahab yang tidak memiliki iman.
3. Menahan Hujan
Apabila seseorang ingin mengadakan atau menyelenggarakan sebuah acara perkawinan atau upacara
lain, perjalanan dan tidak ingin turun hujan yang bisa menghambat acara tersebut, maka membaca surat
Al Lahab bisa dilakukan yang Insya Allah akan membuat hujan batal turun meksipun cuaca sedang
mendung.
Surat Al Lahab juga memberikan syafaat serta keutamaan bagi manusia seperti salah satunya adalah
saat behadapan dengan seseorang yang ditakuti dan mengancam diri secara tidak langsung. Surat Al
Lahab ini bisa dibacakan sebanyak dua kali saat berhadapan dengan orang tersebut.
Keutamaan lain yang bisa dipetik dari Surat Al Lahab adalah menjadi peringatan bagi siapa saja yang
mempunyai perangai dan watak seperti Abu Lahab yang senang melakukan fitnah dalam Islam, maka
akan dipastikan mengalami hidup yang dipenuhi dengan derita. Seseorang yang seperti ini akan
membuat dirinya jatuh dalam lembah yang tidak berujung.
Dalam Surat Al Lahab ini juga menjadi pertanda dari besarnya kekuasaan Allah SWT dimana Allah SWT
sudah menurunkan surat ini pada kondisi Abu Lahab dan istrinya selagi masih hidup dan keduanya
sudah ditetapkan akan di siksa dalam api neraka dan menjadi orang yang tidak beriman. Ini menandakan
jika apa saja yang sudah dikabarkan Allah SWT maka pasti akan terjadi.
Seperti yang dilakukan oleh Abu Lahab terhadap Rasulullah SAW dimana ini selalu dengki dan berbuat
tidak baik pada Nabi Muhammad, maka ini bisa dijadikan contoh jika mengganggu seseorang yang
memiliki iman adalah perbuatan haram yang merupakan dosa besar dalam Islam dan konsekuensi yang
harus dihadapi adalah masuk neraka dan menjadi orang yang tidak beriman.
Allah SWT berfirman, “Tidaklah berpelajaran kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan” [Al-
Lahab : 2]”.
Ini mengartikan jika harta dalam Islam yang diusahakan tidak akan memiliki manfaaat sedikit pun apabila
tidak bisa menyelematkan pemiliknya dari naar sehingga Allah SWT berfirman, “Maa agnaa anhu
maaluhu” yang artinya harta tidak akan bisa menyelamatkan dari siksaan Allah SWT.
Allah SWT berfirman, “Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak” [Al-Lahab : 3]
QS. An Nashr
Al Kairun
Surat ini merupakan surat yang menyatakan berlepas diri dari perbuatan yang dilakukan
oleh orang-orang musyrik, dimana ia memerintahkan untuk ikhlas di dalam mengerjakannya
“Surat ini memberi pedoman yang tegas bagi kita pengikut Nabi Muhammad bahwasanya
akidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang hak
hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil jualah yang menang. Oleh sebab itu
maka Akidah Tauhid itu tidaklah mengenal apa yang dinamaiCynscritisme, yang berarti
menyesuai-nyesuaikan. Misalnya di antara animisme dengan Tauhid, penyembahan berhala
dengan sembahyang, menyembelih binatang guna pemuja hantu atau jin dengan membaca
Bismillah.”[17]