َ اْلِْنس { ِم ْن
ْعلَق} ََجْع َعلَ َقة َوِه َي الْ ِقطْ َعة الْيَ ِس َرية ِم ْن الدَّم الْغَلِيظ ْ }سان ِْ { َخلَ َق
َ ْْاْلن
002. (Dia telah menciptakan manusia) atau jenis manusia (dari 'alaq) lafal 'Alaq bentuk jamak dari lafal 'Alaqah, artinya
segumpal darah yang kental.
---------------------------------------------------------------------------------------
Tafsir Surat al Alaq ayat 3
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 15 menerangkan para ulama sepakat bahwa wahyu pertama
yang turun kepada Rasul SAW adalah lima ayat pertama Surat Al-Alaq. Menurut pendapat jumhur ulama, kelima
ayat ini tepatnya turun pada tanggal 17 Ramadhan.
Akram Dhiya' Al-Umuri dalam bukunya Seleksi Sirah Nabawiyah juga menyebutkan, Nabi SAW diutus sebagai
seorang rasul pada usianya yang ke-40 tahun, dan turunnya wahyu pertama kali lah yang menjadi pertandanya.
Dijelaskan pula Surat Al-Alaq ayat 1-5 turun pada hari Senin, bulan Ramadhan 610 M di gua Hira.
isah Turunnya Wahyu Pertama
Mengutip Tafsir Ibnu Katsir, turunnya Surat Al-Alaq ayat 1-5 dinukil dari riwayat Aisyah. Aisyah mengatakan:
"Wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar melalui tidur. Di mana
beliau tidak bermimpi melainkan datang sesuatu seperti falaq Subuh. Setelah itu, beliau menjadi lebih senang
mengasingkan diri. Kemudian beliau mendatangi gua Hira.
Di sana beliau beribadah untuk beberapa malam dengan membawa perbekalan yang cukup. Setelah itu, beliau
pulang kembali kepada Khadijah untuk mengambil bekal yang sama sampai akhirnya datang kepada beliau
wahyu secara tiba-tiba, yang ketika itu beliau masih berada di gua Hira.
Di gua itu beliau didatangi oleh Malaikat Jibril seraya berkata, 'Bacalah!'
Lebih lanjut, beliau bersabda: "Lalu Jibril memegangku seraya mendekapku sampai aku merasa kepayahan.
Selanjutnya, Jibril melepaskanku dan berkata: 'Bacalah.'
'Aku tidak dapat membaca,' jawabku.
Kemudian Jibril mendekapku untuk kedua kalinya sampai aku benar-benar kepayahan. Selanjutnya, dia
melepaskanku lagi seraya berkata, 'Bacalah.'
Aisyah menuturkan, "Maka beliau pun pulang dengan sekujur tubuh dalam keadaan menggigil hingga akhirnya
masuk menemui Khadijah dan berkata, «ْْزِّملُ ِوِن ِ ُ»زِّمل
َ وِن َ 'Selimuti aku, selimuti aku.'
Mereka pun segera menyelimuti beliau sampai akhirnya rasa takut beliau hilang. Selanjutnya beliau bersabda,
'Apa yang terjadi padaku?'
Lalu beliau menceritakan peristiwa yang dialaminya seraya bersabda, 'Aku khawatir sesuatu akan menimpa
diriku.'
Maka Khadijah pun berkata kepada beliau, 'Tidak, bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan pernah
menghinakanmu. Sesungguhnya engkau adalah orang yang paling suka menyambung tali silaturahmi, berkata
jujur, menanggung beban, menghormati tamu, dan membantu menegakkan pilar-pilar kebenaran.'
Kemudian Khadijah mengajak Rasulullah SAW pergi hingga akhirnya dia membawa beliau menemui Waraqah
bin Naufal bin Asad bin 'Abdil 'Uzza bin Qushay, yaitu anak paman Khadijah, saudara laki-laki ayahnya.
Dia seorang penganut Nasrani pada masa Jahiliyyah. Dia yang menulis sebuah kitab berbahasa Arab dan juga
menulis Injil dengan bahasa Arab dengan kehandak Allah SWT. Dia adalah seorang yang sudah berumur lagi
buta.
Lalu Khadijah berkata, 'Wahai anak paman, dengarkanlah cerita dari anak saudaramu ini.'
Kemudian Waraqah berkata, 'Wahai anak saudaraku, apa yang telah terjadi padamu?'
Kemudian Rasulullah SAW menceritakan apa yang beliau alami kepadanya. Lalu Waraqah berkata, 'Ini adalah
Namus (Malaikat Jibril) yang diturunkan kepada Musa AS. Andai saja saat itu aku masih muda. Andai saja nanti
aku masih hidup saat engkau diusir oleh kaummu.'
Waraqah menjawab, 'Ya. Tidak akan ada seorang pun yang datang dengan membawa apa yang engkau bawa
melainkan akan disakiti. Dan jika aku masih hidup pada masamu, niscaya aku akan mendukungmu dengan
pertolongan yang sangat besar.'
Dan tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan wahyu terhenti, sehingga Rasulullah SAW benar-benar
bersedih hati.
Berdasarkan pada berita yang sampai kepada kami, kesedihan beliau itu berlangsung terus-menerus, agar beliau
turun dari puncak gunung. Setiap kali beliau sampai di puncak gunung dengan tujuan menjatuhkan diri, maka Jibril
muncul seraya berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau benar-benar Rasul Allah."
Dengan demikian, maka hati beliau pun menjadi tenang dan jiwanya menjadi stabil dan setelah itu beliau kembali
pulang. Dan jika tenggang waktu tidak turunnya wahyu itu terlalu lama, maka beliau akan melakukan hal yang
sama. Di mana jika beliau sampai di puncak gunung, maka Malaikat Jibril tampak olehnya dan mengucapkan hal
yang sama kepada beliau." (HR Bukari & Muslim, Hadits Shahih).
Mula-mula wahyu Al-Qur'an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia lagi diberkati, ayat-ayat ini merupakan
permulaan rahmat yang diturunkan oleh Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan merupakan
nikmat yang mula-mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam surat ini terkandung peringatan yang
menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari 'alaqah. Dan bahwa di antara kemurahan
Allah Swt. ialah Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah
memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot tersendiri yang membedakan
antara Abul Basyar (Adam) dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan,
adakalanya pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan
di tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak
sebaliknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya: