Anda di halaman 1dari 43

Tafsir Surat Al-Lail

Surat Al Lail
Surah al-Lail disebut juga Surah Wa al-Lail.
Terdiri atas 21 ayat.
Termasuk golongan surah Makkiyah, yakni diturunkan di Makkah.
Surah ke-92 dalam al-Qur’an, yakni sesudah Asy Syams dan sebelum Adh Dhuha.
Surah ke-9 dari segi turunnya, yakni sesudah Al A'la dan sebelum Al-Fajr.

Nama Al Lail terdapat pada ayat pertama.


Al-Lail dari segi bahasa artinya hitam. Arti lain dari “lail” adalah malam dan rambut,
karena keduanya berwarna hitam.
Tujuan Surah Al Lail

Menurut Al Biqa'i, tujuan Surah Al Lail adalah memperjelas Surah asy-Syams.


Yakni bahwa Allah Maha Kuasa mengendalikan manusia.
Sehingga manusia menjadi berbeda-beda dalam amal perbuatannya.
Kandungan Surah Al Lail
Surah ini mengungkapkan perbedaan pada alam semesta. Dan juga pada manusia. Cara
pengungkapan ini termasuk salah satu bentuk keindahan Al Qur'an.
Adanya perbedaan tersebut merupakan bukti bahwa Allah Maha Kuasa menciptakan
keteraturan.

Surah ini juga mengungkapkan kemuliaan orang-orang yang beriman dan keutamaan
amal mereka, serta Allah memudahkan mereka dan memberikan balasan berupa surga.
Juga kecelakaan orang-orang yang kafir, kebakhilan mereka, serta Allah menyulitkan
mereka dan memberikan balasan berupa neraka.
Hubungan Surah Al Lail dengan Asy Syams
Dalam Surah Asy Syams, Allah bersumpah bahwa Dia Maha Kuasa mengarahkan
manusia menuju kedurhakaan dan ketakwaan.

Sedangkan dalam Surah Al Lail, Allah bersumpah tentang keajaiban perbuatan-Nya.


Hal ini membuktikan bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Berbuat sesuai kehendak-Nya.
Allah mengarahkan manusia menuju rencana-Nya.

Demikian lebih kurang al-Biqa‘i menghubungkan surah ini dengan surah sebelumnya.
Keutamaan Membaca Surah Al Lail
1. ‫عن ابي بن كعب قال‬: ‫قال لي النبي صىل هللا عليه وسلم من قرأ سورة والليل اذا يغشي اعطاه هللا يرضي‬
‫وعافاه من العرس ويرس له اليرس‬

Dari Ubay bin Ka’ab, dia berkata; Nabi Saw berkata kepadaku, ‘Barangsiapa membaca
surah Wal laili idza yaghsya, maka Allah akan memberinya hingga Dia ridha, dan Dia
akan menyelamatkannya dari kesulitan serta Dia akan mempermudah urusannya.

2. Hadis riwayat Imam Al-Baihaqi dari Jabir bin Samurah, dia berkata;
ْ ْ َ ْ ْ ُّ ْ َ َ ‫َّ ي َ َ ه‬ َ
‫ىل اّللي عل ْيهي وسلمي يقرأي في الظهري والع ْ ي‬
‫ص يوالل ْيلي إذا يغشي ونحوها‬ ‫بص ي‬
‫كاني الن ي‬

Nabi Saw dalam shalat Dhuhur dan Ashar membaca surah Wal laili idzaa yaghsyaa dan
surah sejenis.
Keutamaan Membaca Surah Al Lail
3. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz:
ٰ ْ ْ َ ٰ ‫ه‬ ْ َّ َ ْ ْ ِّ ْ ِّ ْ َ َّ
‫ واليليياذاييغش؟‬,‫ والشمسيوضحىهي‬,‫ىل‬
‫ سبحياسميربكياْلع ي‬:‫هَّليصليتيب ـ‬

“Mengapa engkau tidak shalat dengan membaca surat al-A’laa, surat asy-Syams, dan
surat al-Lail?”
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 1-2 Surah Al Lail :
ْ ْ َ
ٰ‫ش‬
‫والليلي إذا يغ ي‬
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)”
ٰ‫ىل‬َ َّ
‫والنهاري إذا تج ي‬
“Demi siang apabila terang benderang”

Allah mengajak manusia untuk memperhatikan betapa teraturnya pergantian malam


dan siang. Ini adalah bukti bahwa ada Zat Yang Maha Mengatur segala sesuatu.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 1-2 Surah Al Lail senada dengan ayat 3-4 Surah Asy Syams.

Pada Surah Al Lail kata lail (malam) disebut lebih dahulu daripada kata nahar (siang).
Sebaliknya, di Surah Asy Syams kata lail disebut belakangan. Hal ini dikarenakan Surah Al
Lail turun di saat kegelapan (kekufuran) masih pekat. Demikian tafsiran Ibn ‘Asyur.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 1-2 Surah Al Lail

Pada umumnya surat-surat Makiyah terutama yang terdapat dalam Juz Amma diawali
dengan sumpah.

Pada surat-surat yang diturunkan di Makkah, pembicaraannya ditujukan kepada orang-


orang musyrikin Arab yang mengingkari hari kebangkitan dan mengingkari Rasulullah.
Untuk orang semacam ini dibutuhkan penekanan dalam penyampaian informasi. Dan
diantara uslub bahasa Arab, salah satu cara untuk memberikan penekanan adalah
dengan menggunakan sumpah.

Ketika sumpah di sini adalah dengan sesuatu yang berlawanan (yakni siang dan malam,
laki-laki dan perempuan), maka berarti obyek sumpah yang dituju juga berlawanan
(orang yang bertaqwa dengan orang yang ingkar).
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 3 :
‫ْه‬ َ َّ َ
ٰ‫نب‬
‫وما خلقي الذكري واْل ي‬
“Dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan”

Abu Darda r.a. berpendapat ayat tersebut dibaca "wadz dzakaro, wal untsa", yakni
seperti bacaannya Abdullah bin Mas’ud r.a., yaitu tanpa " Wa maa kholaqo".

Bacaan tersebut dimansukh dari Al-Quran ketika Nabi menyetorkan bacaannya yang
terakhir kepada Jibril sebelum Nabi meninggal,
‫ْه‬ َ َّ dimana
َ Nabi merubah bacaannya
menjadi sebagaimana yang sekarang ‫نبي‬ٰ ‫ ومايخلقيالذكريواْل‬dan inilah yang dipilih oleh
jumhur (mayoritas) dan yang termaktub di rosm al-mushaf al-Utsmani yang tersebar di
seluruh dunia.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 3 :
‫ْه‬ َ َّ َ
ٰ‫نب‬
‫وما خلقي الذكري واْل ي‬
“Dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan”

Ibnu Abbas r.a, Hasan r.a. dan Al Kali berpendapat "laki-laki dan perempuan" di ayat ini
adalah Nabi Adam dan Hawa. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa itu adalah
semua laki dan perempuan dari kalangan manusia maupun binatang.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 4 :
ٰ‫ب‬َّّ َ ْ ْ َّ
‫م لش ي‬ ‫ن سعيك ي‬
‫إي‬

“Sesungguhnya usaha kalian bermacam-macam”

Yakni ada yang melakukan kebaikan, ada yang melakukan keburukan.


Arti kata sa’yu adalah berjalan dengan
cepat walau belum sampai pada tingkat berlari. Makna sa’yu berkembang
sehingga ia diartikan juga dengan upaya sungguh-sungguh. Makna inilah yang
dimaksud oleh ayat di atas.

Menurut Ikrimah as sa’yu (usaha) adalah al ‘amalu (pekerjaan).


Tafsir Surah Al Lail
Ayat 4 :
ٰ‫ب‬َّّ َ ْ ْ َّ
‫م لش ي‬ ‫ن سعيك ي‬
‫إي‬

“Sesungguhnya usaha kalian bermacam-macam”

Kata syatta adalah bentuk jamak dari kata syatiit, yang


berasal dari kata asy-syatt yaitu keterpencaran yang sangat jauh. Yang
dimaksud di sini adalah perbedaan yang menonjol dalam berbagai hal, sifat
dan kondisi.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 5 :
ّ َّ ْ َ ْ َّ َ
‫ط وات ٰ ي‬
‫ق‬ ‫ن أع ٰ ي‬‫فأما م ي‬

“Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa”

Kata para ulama, jika berkumpul antara kata “amal” dan “taqwa” dalam satu kalimat,
maka “amal” adalah mengerjakan ketaatan, sedangkan “taqwa” adalah meninggalkan
kemaksiatan.
Adapun jika kata “taqwa” disebutkan tanpa kata “amal”, maka taqwa berarti
mengerjakan ketaatan sekaligus meninggalkan kemaksiatan.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 5 :
ّ َّ ْ َ ْ َّ َ
‫ط وات ٰ ي‬
‫ق‬ ‫ن أع ٰ ي‬‫فأما م ي‬

“Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa”

Beramal tapi belum bertaqwa, contohnya adalah riya’ , ujub, mengungkit-ungkit


pemberian, menyakiti perasaan penerima, serta mengeluarkan harta untuk hal yang sia-
sia.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 5 hingga akhir Surah : Imam Al Hakim meriwayatkan sebuah hadis melalui Amir
ibnu Abdullah ibnuz Zubair yang ia terima dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa
Abu Quhafah berkata kepada Abu Bakr r.a.: "Aku lihat kamu telah memerdekakan
banyak budak yang lemah. Alangkah baiknya seandainya kamu memerdekakan budak-
budak yang kuat-kuat yang mampu membela dan melindungi dirimu, hai anakku". Abu
Bakr r.a. menjawab: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku melakukan demikian hanyalah
karena mengharapkan pahala yang ada di sisi Allah".
Tafsir Surah Al Lail
Sebagian ulama lainnya
mengemukakan riwayat yang menyatakan bahwa ayat 5 sampai
ayat 7 menceritakan seorang sahabat lainnya yakni Abu ad-Dahda’ al-Anshari r.a, yang
membeli pohon korma untuk dihadiahkan kepada sebuah keluarga miskin.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 6 :
ٰ‫ب‬ ْ ‫ْ ه‬ َّ
‫وصدقي بالحس ي‬

“Dan membenarkan yang terbaik”

Ath Thabari menafsirkan 3 macam arti Al Husna, yakni “Laa Ilaaha Illallah”, “Surga” dan
“penggantian / balasan oleh Allah”.
Dan arti yang lebih tepat untuk konteks ayat ini adalah yang terakhir, yakni penggantian
oleh Allah.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 6 :
ٰ‫ب‬ ْ ‫ْ ه‬ َّ
‫وصدقي بالحس ي‬

“Dan membenarkan yang terbaik”

Menurut Abdurrahman As Sulami dan Ad Dahhak arti al-Husna adalah Laa Ilaaha Illallah.
Ibnu Abi Hatim dari Ubay bin Ka’ab r.a., dia berkata, aku pernah bertanya kepada
Rasulullah s.a.w. mengenai kata al-Husnaa, maka Beliau s.a.w. menjawab “al-Husnaa
berarti surga”.
Menurut Qatadah arti al-Husna adalah diberikan balasan.

Bentuk balasan kebaikan itu ada 3 : digantikan seketika saat di dunia, digantikan nanti
di akhirat, dan diberikan kebahagiaan sewaktu beramal sholeh.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 7:
ٰ‫ى‬ ْ ‫ه ِّ ه ه ْ ه‬
‫فسنيرسيه لليرس ي‬

“Maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)”

Kata nuyassir berasal dari kata yusr yang berarti mudah.


Sebagian ulama mengartikan kata nuyassir dengan “menyiapkan”,
karena sesuatu yang disiapkan dengan baik akan menghasilkan kemudahan.

Ada juga yang mengartikan nuyassir sesuai dengan makna asalnya yakni memudahkan,
tetapi dengan makna “kami mudahkan kemudahan baginya”. Ini memberi makna
kemudahan berganda, karena sesuatu yang telah mudah, masih dimudahkan
lagi.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 7:
ٰ‫ى‬ ْ ‫ه ِّ ه ه ْ ه‬
‫فسنيرسيه لليرس ي‬

“Maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)”

Menurut Ibnu Abbas r.a. arti al-Yusro adalah kebaikan.


Menurut Zaid ibnu Aslam arti al-Yusro adalah surga.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 8:

ْ ْ َّ َ
‫وأما من بخلي واستغ ٰ ي‬
‫ب‬

“Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup”

Yakni merasa cukup dengan kelezatan dunia dan tidak butuh dengan kenikmatan
akhirat. Enggan membantu orang, tidak membutuhkan pahala dan pertolongan Allah.
Demikian menurut Fathul Qodir.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 9 :
ْ ‫ْ ه‬ َّ َ
ٰ‫ب‬
‫وكذبي بالحس ي‬
“Serta mendustakan yang terbaik”

yakni mendustakan adanya ganjaran Allah


Tafsir Surah Al Lail
“Perumpamaan bakhil (orang yang pelit bersedekah) dengan mutashaddiq (orang yang
gemar bersedekah) seperti dua orang yang masing-masing mengenakan baju jubah
terbuat dari besi yang mengekang keduanya sehingga terpaksa kedua tangan mereka
terbelenggu terlipat ke dada dan kerongkongan mereka berdua. Setiap kali mutashaddiq
hendak bersedekah maka bajunya akan melonggar dan akhirnya menutupi ujung kakinya
dan menutupi bekas jalannya. Jika orang yang bakhil (pelit) ingin berinfak, baju besinya
mengerut, dan setiap baju besi tetap di tempatnya (tidak melebar)”. (Abu Hurairah
berkata), Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil meletakkan jari-
jarinya di sakunya beliau berkata, “Kalau engkau melihatnya (orang yang bakhil)
berusaha melonggarkan bajunya akan tetapi bajunya tidak menjadi longgar.” (HR Bukhari
no. 2917 dan Muslim no. 1021 dari Abu Hurairah)
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 10 :
ٰ‫ى‬ ْ ‫ه‬ ْ ‫ه ِّ ه ه‬
‫فسنيرسيه للعرس ي‬

“Maka Kami akan mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan)”

Makna dari kesukaran adalah neraka.

Menurut Ibnu Katsir, ayat 7 dan ayat 10 berkaitan dengan takdir, yakni surga dan
neraka.
Tafsir Surah Al Lail
Suraaqah Bin Malik bertanya kepada Rasulullah:
ْ َ ‫ه‬ ْ ْ ‫ه‬ ْ ْ ْ َّ َ ْ ْ ‫ْ ه‬ ْ ْ ‫َ َ َّ ه‬ َ ْ ِّ
‫ير أ يم فيما‬
‫ت بهي المق ْاد ي‬‫ت بهي اْلق َّْل يم و ْجر ي‬
‫ أ ْفيما ْجف ْ ي‬،َّ ‫ل اليومي‬
‫ فيما العم ي‬،‫ي لنا ديننا ْكأنا خلقنا اْلني‬ ‫ ب ي‬،‫يا ر هسولي هللاي‬
ْ
‫ن ْستقب هل؟ قالي‬: ‫ير‬ ‫ت بهي المقاد ه ي‬‫ت بهي اْلقَّل هيم وجر ي‬‫ل فيما جف ي‬ ‫ ب ْي‬،‫ل‬ ‫اعملوا فكلي همي َّ ر ي‬
‫ ي‬. ‫قالي‬: ‫ففيمي العم هل؟ فقالي‬: ‫رس‬

“Wahai Rasulullah, mohon berikan penjelasan tentang agama ini kepada kami, seolah-
olah kami diciptakan sekarang ini. Untuk apakah kita beramal hari ini, apakah pada hal-
hal yang pena telah kering dan takdir yang berjalan, ataukah untuk yang akan datang?”
Beliau menjawab, “Bahkan pada hal-hal yang pena telah kering darinya dan takdir yang
berjalan.” Ia bertanya, “Lalu apa guna beramal?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Beramallah kalian, karena masing-masing dipermudah (untuk melakukan
sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya).” (HR Muslim no. 2648)
Tafsir Surah Al Lail
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan, bahwa ketika
kami sedang bersama Rasulullah Saw. di Baqi'ul Garqad saat mengebumikan jenazah,
maka beliau Saw. bersabda: Tiada seorang pun dari kalian melainkan telah ditetapkan
kedudukannya di surga dan kedudukannya di neraka. Maka para sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah itu berarti kita bertawakal saja?" Rasulullah Saw. bersabda:
Berbuatlah, maka tiap-tiap orang itu dimudahkan untuk mengerjakan apa yang dia
diciptakan untuknya. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Adapun orang
yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (Al-
Lail: 5-7) Sampai dengan firman-Nya: (jalan) yang sukar. (Al-Lail: 10)
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 11 :
َّ ‫ه‬ ‫ْ ه‬ ْ‫ه‬
‫وما يغبي عن يه مال يه إذا ترد ٰىي‬
“Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila dia telah binasa”

Kata maa pada ayat ini memiliki dua tafsiran. Pertama, maa nafiyah (untuk meniadakan)
yakni “tidak bermanfaat”. Kedua, maa istifhamiyah (untuk mempertanyakan) yakni “apa
manfaatnya”.

Kata taradda terambil dari kata ar-rada yakni


kebinasaan. Dan memiliki dua penafsiran, yakni “masuk neraka” dan “mati”.
Kata ini digunakan juga dalam arti jatuh meluncur ke bawah.
Memang, siapa yang ditimpa murka Allah, maka dia telah jatuh meluncur
ke bawah (baca QS. Thaha [20]: 81).
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 12 :
ٰ‫ى‬ ‫َّ َ ْ َ ْ ه‬
‫ن علينا للهد ي‬‫إي‬
“Sesungguhnya Kamilah yang memberi petunjuk”

Ayat ini senada dengan ayat 10 Surah Al Balad dan ayat 3 Surah Al Insan berikut ini :

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebaikan dan kejahatan).” (QS Al-
Balad : 10)

“Sungguh Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan
ada pula yang kufur.” (QS Al-Insan : 3)
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 12 :
ٰ‫ى‬ ‫َّ َ ْ َ ْ ه‬
‫ن علينا للهد ي‬‫إي‬
“Sesungguhnya Kamilah yang memberi petunjuk”

Kata ‘ala bila terletak antara kata benda dan kata kerja, maka berarti kewajiban.
Karena itu ayat di atas bermakna Allah mewajibkan atas diri-Nya memberi petunjuk.
Walaupun tentu saja kewajiban itu ditetapkan-Nya atas dasar rahmat
dan kasih sayang-Nya kepada makhluk.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 13 :

َ ‫ْه‬
ٰ‫ول‬
ْ َ َ َّ
‫ن لنا لْلخرةي واْل ي‬
‫وإ ي‬

“Dan sesungguhnya milik Kami lah akhirat dan dunia itu”

Di dahulukannya kata al-akhirah atas al-uula karena kaum musyrikin tidak mempercayai
adanya akhirat.

Jika manusia mengakui bahwa dunia beserta akhirat itu milik Allah, dan Allah lah yang
mengatur keduanya, lantas kepada siapa lagi dia harus menyembah dan beribadah kalau
bukan kepada Allah semata.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 14 :

ٰ‫ط‬َ َ ً ْ ‫َ ْه‬
‫م نارا تل ي‬
‫فأنذرتك ي‬

“Maka Aku memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala”

Yakni orang yang tidak beriman dengan hari akhir dan orang yang tidak mau berinfak di
jalan Allah akan berakhir di neraka.

Asal kata talazhzha adalah tatalazhzha, yakni menyala-nyala.


Menurut Mujahid arti talazhzha adalah “berkobar-kobar”.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 15 :

ْ ْ َّ
‫ق‬ ّ
‫ل اْلش ي‬‫لي ي ْصَّلها إ ي‬
“Tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang paling celaka”

Asyqa artinya adalah “paling celaka”, sebagai bentuk superlatif dari syaqiyy (celaka),
karena masuk neraka itu adalah kecelakaan yang paling besar. Dalam ayat ini maknanya
adalah “orang yang paling celaka”.

Menurut Thabaththaba’i, asyqa itu adalah semua orang kafir.


Tafsir Surah Al Lail
Ayat 15 :

ْ ْ َّ
‫ق‬ ّ
‫ل اْلش ي‬‫لي ي ْصَّلها إ ي‬
“Tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang paling celaka”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. telah bersabda: Tiada yang masuk neraka selain orang yang celaka. Ketika
ditanyakan kepada beliau Saw.”Siapakah orang yang celaka itu?" Maka beliau Saw.
menjawab: Orang yang tidak mau mengamalkan ketaatan kepada Allah dan tidak mau
meninggalkan perbuatan durhaka kepada-Nya.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 15 :

ْ ْ َّ
‫ق‬ ّ
‫ل اْلش ي‬‫لي ي ْصَّلها إ ي‬
“Tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang paling celaka”

“Pada hari kiamat nanti akan didatangkan penduduk neraka yang ketika di dunia adalah
orang yang paling merasakan kesenangan di sana. Kemudian dia dicelupkan di dalam
neraka sekali celupan, lantas ditanyakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah kamu
pernah melihat kebaikan sebelum ini? Apakah kamu pernah merasakan kenikmatan
sebelum ini?’ Maka dia menjawab, ‘Demi Allah, belum pernah wahai Rabbku!’.” (HR
Muslim no. 2807)
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 16 :

َ َّ َ َ
ٰ‫ل‬
‫الذي كذبي وتو ي‬

“Yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman)”

Makna dari kadzdzaba adalah hatinya mendustakan hal tersebut.


Makna dari tawalla adalah semua anggota tubuhnya tidak mau mengamalkannya.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 17 :

ّ ْ ْ ‫ه َّ ه‬
‫ق‬
‫وسيجنبها اْلت ي‬
“Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang bertakwa”

Al atqa menunjukkan tafdhil, sedangkan maknanya adalah at taqiyyu yakni orang yang
bertakwa.

Imam Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui Urwah,


bahwa Abu Bakar Ash-$hiddiq r.a. telah memerdekakan tujuh orang hamba sahaya
yang semuanya disiksa oleh majikan mereka karena beriman kepada Allah.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 18 - 21 :
َ ‫هْ ّ َ ه‬ َ
‫ب مال يه ي ّت ٰي‬
‫ّك‬ ‫الذي يؤ ي‬
“Yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya)”
ٰ‫ى‬ ْ ‫ه‬ ْ ِّ ‫ه‬
‫وما ْلحدي عند يه من نعمةي تجز ي‬
“Dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya”
ٰ‫ىل‬ َ ْ ْ ِّ ْ ْ َّ
‫ل ابتغاءي وجهي ربهي اْلع ي‬ ‫إي‬
“Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha
Tinggi”
َ
‫ولس ْوفي ي ْر ٰي‬
‫ض‬
“Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna)”
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 18 - 21 :

Orang kafir menganggap Abu Bakr r.a. membeli dan membebaskan Bilal r.a. dari
perbudakan dan penyiksaan adalah karena berhutang budi kepada Bilal r.a. Padahal Abu
Bakr r.a. berbuat demikian adalah semata karena Allah, seperti yang disebutkan
di ayat 20 dan ayat 21.

Imam Al Bazzar meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnuz Zubair r.a. bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan amal perbuatan yang dilakukan oleh Abu Bakr r.a.
Tafsir Surah Al Lail
Ayat 18 - 21 :

Wajah adalah bagian yang termulia dari sesuatu dan yang menunjukkan
identitasnya.
Anda dapat mengenali seseorang yang terbuka wajahnya walau
tertutup semua badannya, dan tidak kalau sebaliknya. Karena itu wajah
diartikan dengan Dzat atau diri sesuatu, dan itulah menurut banyak ulama
dewasa ini makna kalimat “Wajhu Rabbika”/wajah Tuhan-Mu.

Menurut Thabathaba’i makna “Wajhi” adalah “sifat-sifat-Nya yang


Mulia”.
Bahan Bacaan
Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8.5
Tafsir Al Mishbah jilid 15, Qufraish Shihab
Tafsir Al Qurthubi, jilid 20
Asbabun Nuzul, As Suyuthi
https://bekalislam.firanda.com/3790-tafsir-surat-al-lail.html
https://assunnahcirebon.com/2020/02/24/tafsir-surat-al-lail/
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai