PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan bahasa arab, banyak ilmu-ilmu yang perlu diketahui,
seperti: ilmu Nahwu,ilmu Sharaf, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa
Arab. Dalam ilmu nahwu banyak materi-materi yang disajikan, oleh karena itu
penulis mengangkat sebuah materi yang berjudul “JAZM FI’IL MUDHARI’”,
yang mana materi ini salah satu materi penting yang harus diketahui dalam Ilmu
nahwu. Materi ini juga merupakan materi yang penting ketika kita ingin
mempelajari ilmu tafsir,ilmu hadits dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu
islam yang lain.Makalah ini juga disusun karena merupakan tugas kelompok yang
diberikan oleh dosen yang bersangkutan dalam mata kuliah ini.
B. Tujuan
1. Amil-amil Jazm Fi’il Mudhari’
2. Penyebab Fi’il Mudhari’ dijazm serta Perbahannya
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
سيينا أيكو أيكخطيأكينا
يربيينا لي تبيؤارخكذينا رإن ني ر
Robbanaa LAA TU’AAKHIDZNAA in nasiinaa aw akhtho’naa = “Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
tersalah.
Disebut LAA Iltimas, jika diucapkan pada sesamanya, contoh ucapan
seseorang pada teman sejawatnya :
ل تتأخر في الحضور
LAA TATA’AKHKHOR fil-hudhuuri = Jangan terlambat hadir!
2) Lam Tholab
Apabila diucapkan dari yg lebih tinggi kepada yg lebih renda derajatnya
maka disebut Amar, contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
سيعترره ق بذو ي
سيعةة شمن ي لربينفر ك
LI YUNFIQ dzuu sa’atin min sa’atihi = Hendaklah orang yang
mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. (QS Ath-Thalaq 7)
Apabila diucapkan dari yg lebih rendah kepada yg lebih tinggi derajatnya
maka disebut Du’a, contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
ض يعليكيينا يرببيك
يوينايدكوا ييا يمالربك لرييكق ر
Wa naadaw yaa maalik LI YAQDHI ‘alainaa robbuka = Mereka
berseru: “Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.”
Apabila diucapkan pada sesamanya maka dinamakan Iltimas, contoh
ucapan seseorang pada teman sejawatnya :
3
فيكليي ك
ستيرجيببوا رلي يوكليبكؤرمبنوا ربي
FALYASTAJIIBUU lii WALYU’MINUUNII bii = maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku (QS. Al-baqarah 186).
Dan terkadang diharkati Sukun jika jatuh sesudah TSUMMA, contoh :
سولرره
ار يوير ب فيإ ركن ليكم تيكفيعبلوا فيأكيذبنوا بريحكر ة
ب رمين ي
Fa in LAM TAF’ALUU fa’dzanuu bi harbin minallaahi wa rosuulihi
= Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. (QS al-
Baqarah 279)
I’rob :
Lafazh TAF’ALUU = dijazemkan dengan membuang Nun karena Af’alul
Khomsah. Amil Jazemnya dalam hal ini boleh LAM Nafi karena khusus masuk
4
pada Fi’il Mudhari. Dan boleh IN Syarthiyah karena lebih awal dan lebih kuat
beramal baik pada zamnnya (Istiqbal) dan lafazhnya (Jazem).
Terkadang LAM Nafi dimasuki oleh Hamzah Istifham Taqririy (yg
berfungsi sebagai penetapan kepada mukhotob), maka pengamalan LAM Nafi
tetap berlaku dan banyak ditemukan di dalam Ayat-ayat Al-Quran, contoh :
أيليكم ني ك
شيركح لييك ي
صكديريك
ALAM NASYROH laka shodrok = Bukankah Kami telah
melapangkan untukmu dadamu? (QS. Alam Nasyrah 1).
4) لماLAMMAA (Amil Jazem)
Khusus masuk pada Fi’il Mudhari’ dan menjazemkannya. Bersekutu
dengan LAM dalam hal sama-sama berupa Kalimah huruf, Amil Jazem, Merubah
zaman ke Madhi, boleh dimasuki Hamzah Istifham, dan sama-sama Huruf Nafi
namun untuk LAMMA lebih mencapai penafiannya dari Madhi hingga
Hal/sekarang.
Contoh ayat dalam Al-Qur’an :
5
2. Amel jazem 2 FI’il
Amil Jazem pada dua Fi’il, sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Malik pada
Bait diatas semua berjumlah 11.
Amil Jawazim tsb ada yg berupa Kalimah Isim yg menempati mahal/posisi
I’rob. Dan ada yg berupa Kalimah Harf tanpa menempati mahal I’rob. Mengenai
ini, InsyaAllah akan dijelaskan satu-persatu mengingat pentingnya mengetahui
posisi didalam I’robnya. Semoga Allah memberi kemudahan khususnya bagi saya
dan bagi antum semua pencinta Bahasa Arab. Aamiin.
a. إنIN
Kalimah Huruf, Huruf Syarat, Amil Jazm dan tidak menempati posisi
I’rob. Berfungsi sebagai pencetus timbulnya Jawab atas adanya Syarat, tanpa
memberlakukan penunjukan Zaman dan Makan (waktu dan tempat) ataupun Aqil
dan Gharu Aqil (berakal dan tidak).
Contoh :
شأك يبكذرهكببككم
رإن يي ي
IN YASYA’ YUDZHIBKUM = Jika Allah menghendaki, niscaya Dia
musnahkan kamu.
b. منMAN
Isim Syarat, Amil Jazem, Mabni Sukun, digunakan untuk yg berakal.
MAN Syarat menempati posisi ROFA’ sebagai MUBTADA’ apabila :
1) Fi’il Syaratnya berupa FI’IL LAZIM.
Contoh :
6
2) Fi’il Syaratnya berupa FI’IL NAWASIKH
Contoh :
7
MAN = Isim Syarat, Amil Jazm, mabni sukun, mahal rofa’ menjadi Mubtada.
YA’MAL = Fi’il Syarat, dijazemkan dengan sukun, Faa’ilnya berupa dhamir
mustatir Jawazan takdirannya Huwa merujuk pada MAN. Jumlah Fiil Syarath ini
sebagai khobar jumlah dari mubtada’ MAN.
SAWAA’AN = Maf’ul Bih, Manshub dengan Fathah.
YUJZA = Jawab Syarat, Majzum dg membuang huruf Illat Alif.
MAN Syarat menempati posisi NASHAB sebagai MAF’UL BIH apabila :
4) Fi’il Syaratnya berupa FI’IL MUTA’ADDI kepada dirinya :
Contoh :
8
(manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau
yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (QS. Al-Baqarah 106).
I’ROB :
MAA = Isim Syarat, Amil jazem, Mabni Sukun, dalam mahal Nashab menjadi
Maf’ul Bih Muqaddam.
NANSAKH = Fi’il Syarat.
NA’TI = Jawab Syarat, dijazemkan dengan membuang huruf illat Ya’.
d. MAHMAA مهما
Isim Syarat, Amil Jazem (menurut qoul rojih), untuk yg tidak berakal.
Menempati posisi I’rob seperti Isim Syart “MAA”.
Contoh :
9
f. MATAA متى
Isim Syarat, Amil Jazem. Penggunaannya untuk penunjukan zaman secara
mutlak, kemudian dicakupi pada penggunaan makna Syarat, secara posisi
I’robnya ia menempati mahal Nashab atas Zharaf Zaman.
Contoh :
10
أينما تذهب أصحكبك
AINAMAA TADZHAB ASHHABKA = ke mana pun kamu pergi, aku
menemanimu.
Contoh dalam Al-Qur’an :
شكطيره
ث يما بككنتبكم فييوبلوا بوبجويهبككم ي
يويحكي ب
WA HAITSUMAA KUNTUM FAWALLUU WUJUUHAKUM SYATHRAH =
Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS.
Albaqarah 144)
I’rob :
11
HAITSUMAA = Isim Syarat Amil Jazem, Mabni Dhammah mahal Nashob
(dinashobkan menjadi khobar muqaddam dari KUNTUM apabila diberlakukan
sebagai Fi’il Naqish, atau dinashobkan sebagai Zharaf Makan berta’alluq pada
KUNTUM yg diberlakukan Fi’il Tamm). MAA sebagai shilah.
KUNTUM = Fi’il Madhi Naqish, Mabni Sukun Mahal Jazem sebagai Fi’il Syarat.
TUM sebagai isim Kaana dan MIM tanda jamak.
FAWALLUU = Jumlah Fi’il dan Faa’il dalam posisi Mahal Jazem menjadi Jawab
Syarat.
Tidak ditemukan contoh lain dalam Ayat Al=Qur’an kecuali Ayat ini.
j. ANNAA أنى
Isim Syarat & Amil Jazem, digunakan untuk menunjukkan tempat
kemudian dipergunakan juga untuk makna Syarat, menepati posisi I’rob Mahal
Nashab atas Zharaf Makan seperti AINAMAA & HAITSUMAA.
Contoh :
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amil-amil yang menjazmkanfi’ilmudhari’ ada 18. Amil-amil tersbut
terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
1. Amil-amil yang menjazmkan satu fi’il.
2. Amil-amil yang menjazmkan dua fi’il.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kesalahan baik dalam
penulisan ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, kami mohon maaf.
Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan pastisipasinya
13
DAFTAR PUSTAKA
Akroni Fahmi AH, Ilmu Nahwu dan Sharaf, Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada,
1995.
Moch. Anwar K.H, Ilmu Nahwu,Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995.
14