Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Robil’alamin, segala puji bagi Allah atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Maf’ul
bih dan maf’ul muthlaq” ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya kami memperoleh banyak dukungan
dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata
kuliah Pancasila: Bapak Aulia Ilham Iskandar, M.Ag, orangtua, serta kepada
rekan mahasiswa yang ikut membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Karena tidak ada kesuksesan tanpa adanya kerjasama dan dukungan. Seemoga
kerja kelompok kami ini dapat membantu pada langkah yang lebih baik di masa
yang akan datang.
Adapun kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini tentunya
kami menyadari karena kami masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Sukabumi, 04 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................2

PEMBAHASAN................................................................................................................2

A. PENGERTIAN ISIM FA’IL...................................................................................2

B. MACAM-MACAM ISIM FA’IL............................................................................3

C. PENJELASAN ISIM FA’IL DHOMIR.............................................................4


BAB III..............................................................................................................................8

PENUTUP.........................................................................................................................8

A. SIMPULAN...........................................................................................................8

B. SARAN..................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai ummat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan
mempelajari al-Qur’an dan Sunnah, sebagai dua sumber utama
ajaran Islam yang harus kita pegang teguh. Tentunya kita tidak
mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah mengetahui
kaidah-kaidah bahasa Arab, khususnya Ilmu Nahwu dan Ilmu
Sharaf, karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-
Qur’an dan Sunnah.1
Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting sebagai
media komunikasi dalam bidang sosial, politik, dan religiuvitas
khususnya agama Islam . Bahasa Arab dan Islam adalah dua dari
asumsi ini, sisi yang mustahil tertpisahkan. Bahasa Arab sudah
dikenal oleh masyarakat luas diseluruh blahan dunia, karena
sudah digunakan sejak dahulu kala, hingga hari ini, bahasa Arab
masih tetap eksis dan dipelajari baik sebagai bahasa komunikasi
maupun buadaya, lebih khusus sebagai bahasa kitab suci al-
Qur’an.2
Demikian dalam Bahasa Arab, memiliki fungsi yang
istimewa dari bahasa lainnya. Bukan saja bahasa Arab yang
memiliki nilai sastra yang bermutu tinggi bagi mereka yang
mengetahui dan mendalaminya, akan tetapi bahasa Arab
ditakdirkan sebagai bahasa Al-Qur’an, yakni mengkomunikasikan
kalam Allah yang mengandung uslub bahasa yang sungguh
mengagumkan manusia, dan manusia tidak akan mampu
menandinginya. Ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat
dibantah. Kenyataan lain, bahwa mempelajari bahasa Arab adalah
syarat mutlak menguasai isi Al-Qur’an. Mempelajari isi Al-Qur’an

1A. Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam (Cet. I, Ibn Azka
Press; Garut 2004), h.1
2Amrah Kasim, Bahasa Arab di Tengah-Tengah Bahasa Dunia (Cet. I.
Kota Kembang :Yogyakarta, 2009), h.1

1
berarti mempelajari bahasa Arab. Dengan demikian peranan
bahasa Arab disamping sebagai alat komunikasi manusia
sesamanya juga komunikasi manusia beriman kepada Allah swt.
yang berwujud dalam bentuk shalat, do’a dan sebagainya. Hal
inilah yang membuat penyusun memaparkan salah satu
pembahasan dalam Ilmu Nahwu, yaitu tentang Maf’ul bih dan
Maf’ul Muthlaq.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian maf’ul Bih?
2. Berapa pembagian maf’ul Bih secara umum?
3. Bagaimana pola-pola penempatan maf’ul Bih?
4. berdasarkan tanda nasab-nya?
5. Apa pengertian maf’ul muthlaq?
6. Apa fungsi dari maf’ul muthlaq?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian maf’ul Bih dan maf’ul muthlaq
2. Unuk mengetahui Macam-macam pembagian maf’ul bih
3. Untuk Mengetahui pola-pola maf’ul bih
4. Untuk Mengetahui pengertian dan fungsi maf’ul muthlaq

2
‫‪BAB II‬‬

‫‪PEMBAHASAN‬‬
‫‪A. Pengertian maf’ul bih‬‬

‫ي لوقللع لعللكيله فلكعحل اكللفاَلعلل‪ ,‬لو للهح ححككمم‬


‫ب اللللذ ك‬
‫صكو ح‬ ‫الكللمكفحعكوحل بلله هحلو ا ك للكسحم اكللمكن ح‬
‫ب "‪ .‬الكللمكفحعكوحل بلله إلكسمم‬‫صكو م‬ ‫ي ألنلهح لدائلمماَ " لمكن ح‬ ‫ب " أل ك‬ ‫ص ح‬‫إلكعلرابلكي لوهحلو " لالنل ك‬
‫صكولرةح‬‫ب يلحدلُل لعللىَ لمكن لوقللع لعللكيله اكلفلكعحل اكللفاَلعحل لو للتلتللغييحر لملعهح ح‬ ‫صكو م‬‫لمكن ح‬
‫اكلفلكعلل‬
‫‪Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il‬‬
‫‪dan fa’il, dan hukum i’rabnya adalah nasab. Dan Maf’ul Bih‬‬
‫‪adalah isim yang menunjukkan kepada objek penderita.‬‬

‫‪ :‬مثل‬
‫مدَّ ابلَمدَّرر ب‬
‫س‬ ‫ب ممبح م ٌ‬
‫بكتب ب‬

‫بمرفعمرومل بههه‬ ‫بفاَهعٌل‬ ‫فهرعمل لَاربماَض‬


‫; ‪*Penjelasan‬‬
‫‪Dari contoh kalimat diatas,‬‬
‫‪Menulis‬‬ ‫) ‪: Fi’il ( Pekerjaan‬‬
‫) ‪Muhammad : Fa’il ( Pelaku‬‬
‫‪Pelajaran‬‬ ‫) ‪: Maf’ul Bih ( Objek‬‬

‫‪3‬‬
B. Pembagian Maf’ul Bih
Maf’ul Bih terbagi kepada dua bagian, yaitu ;
1. Maf’ul Bih yang terdiri dari Isim Zahir, contoh ;

‫ب لعلليي اكللككل ل‬
‫ب‬ ‫ضلر ل‬
‫ل‬

( Ali memukul anjing )

‫يلكقلرأح حملحلممد اكلقحكرآْلن‬

( Muhammad sedang membaca al-Qur’an )

‫ت لفاَلطلمةح اكللعلناَ ل‬
‫ب‬ ‫أللكلل ك‬

( Fathimah sedang makan anggur )

2. Maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir, contoh ;

‫لسأ لكلتح ل‬
‫ك‬

( Aku bertanya kepadamu )

‫أللمكرتحهحكم‬

( Aku perintahkan kepada mereka )

‫لرألكيتح ل‬
‫ك‬

( Saya melihatmu)

C. Pola-Pola Penempatan Maf’ul Bih.

‫ مموفلعوولل بههه‬+ ‫ مفاَهعلل‬+ ‫فهوعلل‬

‫مفعول به‬ ‫فاَعل‬ ‫فعل‬

4
‫اكلقحكرآْلن‬ ‫حملحلممد‬ ‫قللرأل‬
‫ا ك للكنلساَلن‬ ‫اح‬ ‫لخلل ل‬
‫ق‬

‫فهوعلل ‪ +‬مموفلعوولل بههه ‪ +‬مفاَهعلل‬

‫فاَعل‬ ‫مفعول به‬ ‫فعل‬


‫لرحجمل‬ ‫النلبل ل‬
‫ي‬ ‫لسأ للل‬
‫لرلُبهح‬ ‫إلكبلرالهكيلم‬ ‫لوإللذا اكبتلللىَ‬

‫مموفلعوولل بههه ‪ ) +‬فهوعلل مفاَهعلل (‬

‫مموفلعوولل بههه‬ ‫) فهوعلل مفاَهعلل (‬


‫لرحسكولل ال‬ ‫لسأ لكل ح‬
‫ت‬
‫اكللملجللةل‬ ‫ت‬‫قللركأ ح‬

‫) فهوعلل مفاَهعلل مموفلعوولل بههه (‬

‫)فهوعلل مفاَهعلل مموفلعوولل بههه(‬


‫أللمكرتح ل‬
‫ك‬
‫ك‬‫ألكسأ للح ل‬

‫مفاَهعلل ‪ ) +‬فهوعلل مموفلعوولل بههه (‬

‫مفاَهعلل‬ ‫) فهوعلل مموفلعوولل بههه (‬


‫لرحسكوحل ال‬ ‫أللملرنلكي‬
‫أحكسلتاَمذ‬ ‫لسأ لللنلكي‬

‫‪5‬‬
( ‫ ) فهوعلل مفاَهعلل‬+ ‫مموفلعوولل بههه‬

( ‫) فهوعلل مفاَهعلل‬ ‫مموفلعوولل بههه‬


‫نلكعبححد‬ ‫ك‬
‫إللياَ ل‬
‫ت‬‫أللككل ح‬ ‫حخكبمزا‬
D. Pembagian Maf’ul Bih berdasarkan tanda nasabnya.

1. Tanda Nasab Fathah


a. Isim Mufrad

(Muhammad sedang mengulangi pelajaran ) ‫يرذذاَككرر رمذممرد اَذلَمدررسْذ‬


(Anak itu telah menulis pelajaran ) ْ‫درس‬
‫ب اَلَرذولَذرد اَلَ م ر‬
‫ذكتذ ذ‬
(Guru itu telah memukul anak) َ‫ب اَرلررسذتاَذر ذولَذددا‬
‫ضذر ذ‬
‫ذ‬
b. Jama’ Taksir
(Guru itu sedang mengajar para siswa ) ‫ب‬‫ييرذعلرم اَرلررسذتاَذر اَلَططمل ذ‬
(Para tentara sedang membawa senjata ) ‫لنُجْريورد اَذرلذسلكحةذ‬ ‫ك‬
‫ر ذ‬ ‫ذريمرل اَ رر ر‬
(Fatimah sedang membawa pulpen-pulpen) ‫طمةر اَرلذقرذلم‬ ‫ك ك‬
‫ذ‬ ‫ذرتمرل ذفاَ ذ‬
2. Tanda Nasab Kasrah, hanya ada pada Jama’ Muannats
Salim

‫تذرش كتي اَلَمطاَلَكباَت اَرلَمجمل ك‬


‫ت‬
(Para mahasiswi sedang membeli majalah )
‫ذ ر ذ‬ ‫ذ ر‬
‫ذيمع اَلَططملب اَلَرركمراَساَ ك‬
Para mahasiswa sedang mengumpulkan buku ) ‫ت‬
‫ذ‬ ‫ر‬ ‫رذ ر‬
(catatan

‫ييرغكسل أذرحرد اَلَمسمياَراَ ك‬


‫ت‬
(Ahmad sedang mencuci banyak mobil )
‫ذ‬ ‫ذ ر ذ‬
3. Tanda Nasab Ya’
a. Mutsanna

(Siswa sedang membawa dua buku) ‫ذريكمرل اَلَتليرلكمريرذ اَلَرككذتبذيريك‬

6
‫تذيرقرأر اَلَرمذدلرذسةر اَلَرمذقاَذلَتذي ر ك‬
‫ي‬
(Guru itu sedang membaca dua makalah )
‫ذ‬ ‫ذ ر‬
‫س اَلَررمرجكرذمريك‬ ‫ي‬‫ييرقبكض اَرلَبيولَك‬
(Polisi sedang menangkap dua penjahat )
‫ذ ر رر ر‬
‫ر‬
b. Jama’ Muzakkar Salim

‫ك‬ ‫ك‬
‫ي‬‫س اَلَررمرجكرم ر ذ‬
(Polisi sedang menangkap para penjahat ) ‫يذيرقبك ر‬
‫ض اَرلَبريرولَري ر‬
(Para siswa itu sedang menunggu para hadirin ) ‫ضكريرن‬ ‫ييرنُجْتذكظر اَلَططملب اَ ر ك‬
‫لاَ ذ‬ ‫ر ذ‬ ‫ذ ر‬
‫ك‬ ‫ك‬
Direktur itu sedang berbicara dengan para ) ‫ي‬ ‫يرذكلرم اَلَررمديريرر اَلَررمذوظمف ر ذ‬
(pegawai

E. Maf’ul Muthlaq

1. Pengertian Maf’ul Mut}laq

‫صلدكر( يحكذلكحر لملعهح للتلكولككيلدله الكو‬


‫ب لمكن للكفلظ اكلفلكعلل )لم ك‬ ‫ق هحلو إلكسحم لمكن ح‬
‫صكو م‬ ‫لاكللمكفحعحل اكلحم ك‬
‫طلل ح‬
.‫للبللياَلن نلكولعله ألكو لعلدلدله‬
.‫ب يحكذلكحر بلكعلد فلكعلل لمكن للكفلظله‬ ‫صلدمر لمكن ح‬
‫صكو م‬ ‫الكللمكفحعكوحل اكلحم ك‬
‫طلل ح‬
‫ق هحلو لم ك‬
Maf’ul Muthlaq adalah Isim Mansub dari lafadz fi’il

(Mashdar) disebut bersamanya untuk menguatkan atau

menjelaskan bentuknya maupun jumlahnya. Maf’ul Mutlaq


adalah Masdar (dari fi’il) yang di nasab, disebutkan setelah

kata kerja itu sendiri.

Contoh:
‫يكقف اَلَططاَلَكب أذماَم اَرلَبيي ك‬
.َ‫ت روقريرودفا‬ ‫ر ذ ذ ذر‬ ‫ذ ر‬
(Siswa berhenti di depan rumah dengan sebenar-benarnya
berhenti).

Penjelasan : Pada contoh diatas yang menjadi fi’il (kata


kerja) adalah berhenti , yang menjadi fa’il (pelaku) adalah

7
Siswa, maka sebenar-benarnya berdiri yang diambil dari
kata kerja berdiri pada contoh diatas adalah sebagai
Maf’ul Mut}laq.

F. Penjelasan Isim Fa’il Dhomir


Fa'il Dhomir (mudhmar) adalah lafadz yang menunjukan kepada kata ganti
orang yang berbicara (dhomir Mutakallim), kata ganti orang yang diajak
bicara (dhomir mukhotob), atau kata ganti orang yang tidak ada (dhomir
ghoib, contoh: dia & mereka).
1. Dhomir mutakallim (‫المتكلم‬ ‫ )الضمير‬dibagi menjadi dua, yaitu
a. dhomir mutakallim wahdah "‫وحده‬ ‫"ضمير متكلم‬
b. mutakallim ma'al ghoir '‫الغير‬ ‫'متكلم مع‬.
 Mutakallim Wahdah "‫"ضمير متكلم وحده‬.
yaitu kata ganti orang yang berbicara 'mutakallim' menunjukan arti satu atau
sendiri contohnya َ‫( ألنا‬saya), tapi ketika ia menjadi fa'il pada fi'il madhi maka
‫ ح‬yang di letakan di akhir
diganti dengan ta' ta'nits yang berharokat dhommah ‫ت‬

kata, lalu huruf sebelum ta' harus disukun, contoh ‫' فلتللح‬dia telah membuka' --->

8
menjadi ‫فلتلكح ح‬
‫ت‬ 'saya telah membuka'. berikut ini contoh mutakallim wahdah

ketika menjadi fa'il dalam sebuah kalimat lengkap: ‫فلتلكحتتتتت اللكتلتتاَ ل‬


‫ب‬ Saya
‫ ح‬yang berarti dhomir
membuka bukujadi fa'il dari contoh di atas adalah huruf ‫ت‬
mutakallim wahdah artinya "Saya" sedangkan ketika menjadi fa'il pada fi'il

‫اللكلتاَ ل‬
mudhore' maka tambahkan huruf hamzah ‫ أ‬di awal kata, contoh:‫ب‬ ‫ألكفتلحح‬
Saya sedang membuka buku

 Mutakallim Ma'al Ghoir " ‫الغير‬ ‫"متكلم مع‬


yaitu kata ganti orang yang berbicara 'mutakallim' menunjukan arti sendiri
berserta lainnya (maksudnya menunjukan arti orang banyak), contoh: ‫نلكحتتحن‬
(kami / kita), tapi ketika ia menjadi fa'il pada fi'il madhi maka diganti dengan
nun dan alif yang diletakan di akhir kata lalu huruf sebelum nun alif berharokat
sukun, contoh ‫' فلتللح‬dia telah membuka' ---> menjadi َ‫' فلتلكحلنا‬Kami telah membuka'.
berikut ini contoh mutakallim ma'al ghoir ketika menjadi fa'il dalam sebuah

kalimat lengkap: ‫فلتلكحتتلناَ اللكلتاَ ل‬


‫ب‬ Kami membuka bukujadi fa'il dari contoh di
atas adalah huruf َ‫ لنا‬yang berarti dhomir mutakallim ma'al ghoir artinya 'kami'
sedangkan ketika menjadi fa'il pada fi'il mudhore' maka tambahkan huruf nun ‫ن‬

di awal kata, contoh ‫لنتتكفتلحح اللكلتاَ ل‬


‫ب‬ Kami sedang memuka buku

2. Dhomir Mukhotob (‫)الضمير المخاَطب‬ yaitu kata ganti orang yang diajak
bicara atau lawan bicara, berikut ini dhomir mukhotob:
‫' أكنتت ل‬Kamu
‫ت‬ (laki-laki)' ---> ditunjukan untuk seorang mukhotob laki-laki.
‫ ل‬yang berharokat
ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi ‫ت‬

‫ لذهلكبتتتت ل‬Kamu (laki-laki) sudah pergi. Sedangkan ketika


FATHAH, contoh:‫ت‬
‫ ل‬di awal kata,
menjadi fa'il pada fi'il mudhore', maka tambahkan huruf ta ‫ت‬

contoh ‫لتتتكذهل ح‬
‫ب‬ Kamu (laki-laki) sedang pergi.

‫' أكن ل‬Kamu (perempuan)' ---> ditunjukan untuk seorang mukhotob perempuan.
‫ت‬
ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi ‫ت‬
‫ ل‬yang berharokat

KASROH, contoh ‫لذهلكبتت ل‬


‫ت‬ Kamu (perempuan) sudah pergi. Sedangkan ketika
‫ ل‬di awal kata, dan
menjadi fa'il pada fi'il mudhore', maka tambahkan ta ‫ت‬

9
tambahkan juga ya dan nun ‫ كيلن‬di akhir kata, dan huruf sebelum ‫كيلن‬ harus

berharokat kasroh, contoh ‫لتتتكذهللبتتكيلن‬ Kamu (perempuan) sedang pergi.

َ‫أكنتحلما‬ 'Kamu berdua' ---> ditunjukan kepada dua orang, baik laki-laki maupun
perempuan. Ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi َ‫تحلما‬, contoh

َ‫لذهلكبتتتحلما‬ Kamu berdua sudah pergi. Sedangkan ketika menjadi fa'il di fi'il
‫ ل‬di awal kata, dan tambahkan juga alif dan nun
mudhore, maka tambahkan ta ‫ت‬

‫ لتتتكذهللبتتاَ ل‬Kamu berdua sedang pergi.


‫ ان‬di akhir kata, contoh ‫ن‬

‫' أكنتحكم‬kalian (laki-laki)' ---> ditunjukan untuk orang banyak mukhotob laki-laki,
ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi ‫تحكم‬, contoh ‫لذهلكبتتتحكم‬ Kalian
(laki-laki) sudah pergi. Sedangkan ketika menjadi fa'il di fi'il mudhore', maka
‫ ل‬di awal, dan tambahkan juga wawu dan nun ‫ كولن‬di akhir kata,
tambahkan ta ‫ت‬

dan beri harokat dhommah sebelum wawu contoh ‫لتتتكذهلحبتتكولن‬ Kalian (laki-
laki) sedang pergi.
‫أكنتحتتلن‬ 'kalian (perempuan)' ---> ditunjukan untuk orang banyak mukhotob
perempuan, ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi ‫تحلن‬, contoh

‫لذهلكبتتتحلن‬ Kalian (perempuan) sudah pergi. Sedangkan ketika menjadi fa'il di


fi'il mudhore', maka tambahkan ta di awal kata, lalu tambahkan nun di akhir

kata, contoh ‫لتتتكذهلكبتتلن‬ Kalian (perempuan) sedang pergi

3. Dhomir Ghoib (‫)الضمير الغيب‬


yaitu kata ganti orang yang tidak ada atau ghoib, yaitu dia dan mereka. Berikut
ini dhomir ghoib:
‫' هحلو‬Dia (laki-laki)' ---> ditunjukan untuk kata ganti orang yang tidak ada 'dia
(laki-laki)'. Nah, dalam Bahasa Arab ada namanya fi'il madhi dan fi'il
mudhore', pada awal bentuk kedua fi'il tersebut sebenarnya sudah mempunyai

‫ لذهل ل‬DIA (laki-laki) telah pergi


fa'il yang tersembunyi, yaitu ‫' هو‬dia'. contoh:‫ب‬

‫يلكذهل ح‬
‫ب‬ DIA (laki-laki) sedang pergi.

10
‫لهلي‬ 'Dia (perempuan)' ---> ditunjukan untuk kata ganti orang yang tidak ada
'dia (perempuan)'. Nah, dalam Bahasa Arab ada namanya fi'il madhi dan fi'il
‫ ك‬di akhir kata, dan
mudhore', ketika fi'il madhi maka tambahkan ta ta'nits ‫ت‬
‫ ل‬di
ketika menjadi fa'il di fi'il mudhore maka tambahkan ta berharokat fathah ‫ت‬

‫ تلكذهل ح‬Dia (perempuan)


‫ لذهلبل ك‬DIA (perempuan) telah pergi. ‫ب‬
awal kata . contoh: ‫ت‬
sedang pergi.

َ‫هحلما‬ 'Mereka berdua' ---> ditunjukan kepada dua orang yang tidak ada atau
ghoib, baik laki-laki maupun perempuan, ketika menjadi fa'il pada fi'il madhi

maka menggunakan alif di akhir fi'il, contoh: َ‫ لذهللبتتتتا‬Mereka berdua telah


pergisedangkan ketika menjadi fa'il pada fi'il mudhore' maka menggunakan
huruf ya di awal kata dan tambahkan huruf alif dan nun di akhir kata, contoh:

‫ليتكذهللبتتاَلن‬ Mereka berdua sedang pergi.

‫هحكم‬ 'Mereka (laki-laki)' ---> ditunjukan kepada orang banyak yang tidak ada
atau ghoib untuk laki-laki. ketika menjadi fa'il di fi'il madhi maka tambahkan
huruf ‫ وا‬di akhir kata dan ubah harokat akhir menjadi dhommah, contoh:

‫لذهلحبتتكوا‬ Mereka (laki-laki) telah pergi.sedangkan ketika menjadi fa'il di fi'il


mudhore' maka menggunakan huruf ya di awal kata dan tambahkan huruf ‫ون‬

pada akhir kata, contoh: ‫ ليتتكذهلحبتتكولن‬Mereka (laki-laki) sedang pergi.

‫' هحلن‬Mereka (perempuan)' ---> ditunjukan kepada orang banyak yang tidak ada
atau ghoib untuk perempuan. ketika menjadi fa'il di fi'il madhi maka beri
harakat sukun pada huruf akhir dan tambahkan huruf nun di akhir kata, contoh:

‫لذهلكبتتلن‬ Mereka (perempuan) telah pergisedangkan ketika menjadi fa'il di fi'il


mudhore' maka tinggal di beri huruf ya di awal, harokat sukun pada fa' fi'il, dan
beri harakat sukun pada huruf akhir dan tambahkan huruf nun di akhir kata,

contoh: ‫ليتتكذهلكبتتلن‬ Mereka (perempuan) sedang pergi.

11
BAB III

PENUTUP
A. SIMPULAN
Fa’il adalah isim yang dibaca rafa’ yang jatuh setelah fi’il yang mabni
ma’lum (fi’il yang diketahui pelakunya/kalimat aktif). Setelah fi’il pasti
ada fa’il. Fa’il itu ada 2 macam yaitu fa’il isim dhamir (pelakunya
tersimpan) dan fa’il isim dhahir (pelakunya tampak).
Apabila ada fi’il yang fa’ilnya berupa tasniyah/jamak maka fi’ilnya
disunyikan dari tanda tasniyah/jamak yakni sebagaimana ia mempunyai
fa’il mufrad.jika ad fi’il yang mempunyai fa’il berupa muannats haqqi
maka fi’ilnya harus diberi ta’ ( ‫ )ت‬sedangkan jika fi’ilnya berupa muannats
majazi maka boleh diberi ta’ dan boleh tidak. Fi’il jika mmepunyai fa’il
dan maf’ul yang mmepunyai keserupaan atau iltibas amka maf’ul harus
diakhirkan sedangkan fa’il itu harus diakhirkan ketika maf’ul menagndung
dhamir yang rujuk pada fa’ilnya.

12
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih focus dan details dalam menjelaskan makalah dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Mochammad. t.t Ilmu Nahwu dan Terjemahan Matan Al Jurumiyyah dan
Imrithy. Bandung: Sinar Baru Algensindo
_________________.t.t. Ilmu Shorof terjemahan Matan Al Kailani dan Nazham
Al Maqshud. Bandung: Sinar Baru
Abubakar, Muhammad. 1995. Metode Praktis Tashrif: Suatu Teori Mentashrif
Bahasa Arab Untuk Menguasai Kaidah Sharaf. Surabaya: Karya Aditama.

13
14

Anda mungkin juga menyukai