Anda di halaman 1dari 18

Amil-amil Jazem

Posisikan Jazem pada Fiil Mudhari sebagai Tholab sebab dimasuki LAA (Nahi) atau Lam
(Amar). Demikian juga jazem sebab LAM (Nafi) dan LAMMAA (Nafi)




Juga Jazemkan! (pada dua Fiil) sebab IN, MAN, MAA, MAHMAA, AYYUN, MATAA,
AYYAANA, AINA, IDZMAA,



HAITSUMAA dan ANNAA. Adapun IDZMAA berupa Kalimah Huruf (Huruf Syarat) seperti
halnya IN. Sedangkan Amil Jazem/Adawat Syarat sisanya (selain Idzmaa dan In) berupa
Kalimah Isim (Isim Syarat).

Pada Bab sebelumnya diterangkan bahwa Fiil Mudhari mempunyai tiga Irob ROFA, NASHAB
dan JAZEM. Mengenai keterangan Rofa dan Nashabnya telah dibahas pada Bab Irob Fiil.
Selanjutnya pada Bab Amil-amil jazem disini akan membahas mengenai Fiil Mudhari
Jazem/Majzum. Nazham Bab ini sebenarnya bagian atau Fasal dari Bab sebelumnya, karena
masih tergolong dari pembahasan Bab Irob Fiil. Dibuatkan Bab khusus oleh Mushannif
dikarenakan panjangnya pembahasannya.

Amil Jazm terbagi dua:

1. Menjazemkan satu fiil

2. Menjazemkan dua fiil

Amil Jazem pada satu Fiil ada 5 :

1. Tholab

Sebagai jawab dari AMAR/NAHI sebagaimana telah dijelaskan pada Bab Irob Fiil sebelumnya,
tepatnya pada Bait ke 689-690.
2. LAA Tholabiyah.

Disebut LAA Nahiy, apabila diucapkan dari yg lebih tinggi kepada yg lebih rendah derajatnya,
contoh dalam Al-Quran :




Yaa bunayya LAA TUSYRIK billaahi innasy-syirka lazhulmun azhiim = Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar. (QS. Luqman 13).

Disebut LAA Dua, apabila diucapkan dari yg lebih rendah kepada yg lebih tinggi, contoh dalam
Al-Quran :




Robbanaa LAA TUAAKHIDZNAA in nasiinaa aw akhthonaa = Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.

Disebut LAA Iltimas, jika diucapkan pada sesamanya, contoh ucapan seseorang pada teman
sejawatnya :


LAA TATAAKHKHOR fil-hudhuuri = Jangan terlambat hadir!

3. Lam Tholab

Ababila diucapkan dari yg lebih tinggi kepada yg lebih renda derajatnya maka disebut Amar,
contoh dalam Ayat Al-Quran :



LI YUNFIQ dzuu saatin min saatihi = Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah
menurut kemampuannya. (QS Ath-Thalaq 7)

Ababila diucapkan dari yg lebih rendah kepada yg lebih tinggi derajatnya maka disebut Dua,
contoh dalam Ayat Al-Quran :



Wa naadaw yaa maalik LI YAQDHI alainaa robbuka = Mereka berseru: Hai Malik biarlah
Tuhanmu membunuh kami saja.

Ababila diucapkan pada sesamanya maka dinamakan Iltimas, contoh ucapan seseorang pada
teman sejawatnya :


LI TAKHUDZ hadzal kitaaba = Ambillah kitab ini.

Perlu diketahui bahwa harkat Lam Tholab adalah kasroh (LI). Dan jika jatuh sesudah Fa atau
Wawu maka yg banyak diharkati Sukun, contoh :



FALYASTAJIIBUU lii WALYUMINUUNII bii = maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku (QS. Al-baqarah 186).

Dan terkadang diharkati Sukun jika jatuh sesudah TSUMMA, contoh :



TsummaLYAQTHO faLYANZHUR = kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian
hendaklah ia pikirkan (QS. Al-Hajj 15)

4. LAM Nafi

Adalah huruf nafi yg khusus masuk pada Fiil Mudhari serta menjazemkannya, merubah
zamannya dari Hal atau Istiqbal kepada zaman Madhi, contoh Ayat Al-Quran :


LAM YALID wa LAM YUULAD = Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (QS Al-
Ikhlash 3)

Sebagai pengecualian apabila LAM Nafi dimasuki oleh adawat syarat, maka fungsi perubahan
zaman dari Hal/Istiqbal ke zaman madhi menjadi batal, maka LAM nafi disini diberlakukan
khusus untuk zaman Istiqbal. Contoh pada Ayat Al-Quran berikut:




Fa in LAM TAFALUU fadzanuu bi harbin minallaahi wa rosuulihi = Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. (QS al-Baqarah 279)

Irob :

Lafazh TAFALUU = dijazemkan dengan membuang Nun karena Afalul Khomsah. Amil
Jazemnya dalam hal ini boleh LAM Nafi karena khusus masuk pada Fiil Mudhari. Dan boleh IN
Syarthiyah karena lebih awal dan lebih kuat beramal baik pada zamnnya (Istiqbal) dan lafazhnya
(Jazem).

Terkadang LAM Nafi dimasuki oleh Hamzah Istifham Taqririy (yg berfungsi sebagai penetapan
kepada mukhotob), maka pengamalan LAM Nafi tetap berlaku dan banyak ditemukan di dalam
Ayat-ayat Al-Quran, contoh :



ALAM NASYROH laka shodrok = Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
(QS. Alam Nasyrah 1).

5. LAMMAA (Amil Jazem)

Khusus masuk pada Fiil Mudhari dan menjazemkannya. Bersekutu dengan LAM dalam hal
sama-sama berupa Kalimah huruf, Amil Jazem, Merubah zaman ke Madhi, boleh dimasuki
Hamzah Istifham, dan sama-sama Huruf Nafi namun untuk LAMMA lebih mencapai
penafiannya dari Madhi hingga Hal/sekarang.

Contoh ayat dalam Al-Quran :





Qoolatil-aroobu aamannaa, qul LAM TUMINUU walaakin quuluu aslamnaa wa LAMMAA
YADKHULIL-iimaanu fii quluubikum = Orang-orang Arab Badui itu berkata: Kami telah
beriman. Katakanlah: Kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk, karena
iman itu belum masuk ke dalam hatimu (QS Al Hujuraat 14)

Irob :

LAM dan LAMMA = Huruf Nafi, Amil Jazem, dan merubah zaman.
TUMINUU = Fiil Mudhari Majzum sebab Amil Jazem LAM, tanda jazemnya membuang
huruf Nun karena Afalul-Khosah.

YADKHULil = Fiil Mudhari Majzum sebab Amil Jazem LAMMAA, tanda jazemnya sukun,
diharkati kasroh karena bertemu dua huruf mati yakni bertemu dengan AL.

Perbedaan penggunaan LAMMAA dan LAM

Ada beberapa hal yg menjadi ciri khas LAMMAA :

1. Kebolehannya membuang Majzumnya dan cukup berhenti di kata LAMMAA sekalipun pada
situasi Ikhtiyar (longgar dalam sebuah perkataan) contoh :


QOOROBTU MAKKATA WA LAMMAA = aku sudah mendekati Mekkah dan masih belum.

Yakni takdirannya :


QOOROBTU MAKKATA WA LAMMAA ADKHUL HAA = aku sudah mendekati kota
mekkah dan masih belum memasukinya.

2. Wajibnya penempatan waktu penafian dari zaman Madhi (sebelum masa pembicaraan) hingga
zaman Haal (ketika pembicaraan). Contoh :


AJABANIY TAFSIIRU IBNI KATSIIRI WA HUSNU THIBAAATIHII WA LAMMAA
ASYTARIHI = Tafsir Ibnu Katsir berikut pencetakanya yg bagus itu membuatku kagum, dan
aku belum membelinya.

Yakni tidak membelinya pada masa lalu dan tidak pula hingga sekarang.

3. Bolehnya Fiil yg dijazemkannya tersebut berupa kejadian yg dapat terjadi. Contoh :



wa LAMMAA YADKHULIL-iimaanu fii quluubikum = karena iman itu belum masuk ke
dalam hatimu (QS Al Hujuraat 14)
Yakni belum beriman hingga sekarang dan suatu saat nanti boleh jadi beriman.



BAL LAMMAA YADZUUQUU ADZAABI = dan sebenarnya mereka belum merasakan
azab-Ku. (QS. Shaad 8)

Yakni belum merasakan Azab sekarang dan boleh akan merasakannya nanti.

Oleh karena itu tidak boleh mempergunakan LAMMAA untuk peristiwa yg tidak akan mungkin
terjadi, maka tidak boleh mengatakan :


LAMMAA YAJMA ALLAILU WAN-NAHAARU = Malam dan siang belum berkumpul.

Sebab malam dan siang memang tidak mungkin bersatu.

Ada beberapa hal yg menjadi ciri khas LAM Nafi :

1. Dapat dimasuki sebagian Adawat Syarat, contoh dalam Al-Quran :

WA MAN LAM YATUB FA ULAAIKA HUMUZH-ZHAALIMUUN = dan barangsiapa yang


tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Hujuraat 11)

WA IN LAM TAFAL FAMAA BALLAGHTA RISAALATAHU = Dan jika tidak kamu


kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. (QS.
Al-Maaidah 67)

Berbeda dengan Amil Jazem LAMMA yg tidak boleh jatuh sesudah ataupun sebelum adawat
Syarat.

2. Kebolehannya makna penafian Fiil Mudhari terlepas sebelum masa pembicaraan, contoh
dalam Al-Quran :





HAL ATAA ALAL-INSAANI HIINUN MINAD-DAHRI LAM YAKUN SYAIAN
MADZKUUROO = Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia
ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. Al-Insaan 1)

Yakni dulu dan sekarang manusia sudah ada.

Dan terkadang ada yg tetap berlanjut tanpa terlepas hingga masa pembicara, contoh dalam Al-
Quran :



WA LAM AKUN BI DUAAIKA ROBBI SYAQIYYAA = dan aku belum pernah kecewa
dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. (QS Maryam 4).

Dengan mengetahui perbedaan masa antara LAM Nafi dan LAMMAA Nafi, maka benar
mengatakan :


LAM YAHDHUR ADH-DHAIFU WA QOD HADHARA = tamu itu tidak datang dan telah
datang.

Tidak benar mengatakan :


LAMMAA YAHDHUR ADH-DHAIFU WA QOD HADHARA = tamu itu belum datang dan
telah datang.

Yang benar mengatakan :


LAMMAA YAHDHUR ADH-DHAIFU WA QOD YAHDHURU = tamu itu belum datang dan
terkadang datang.
Atau benar mengatakan :


LAMMAA YAHDHUR ADH-DHAIFU WA SAUFA YAHDHURU = tamu itu belum datang
dan akan datang.

000

Amil Jazem pada dua Fiil, sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Malik pada Bait diatas semua
berjumlah 11.

Amil Jawazim tsb ada yg berupa Kalimah Isim yg menempati mahal/posisi Irob. Dan ada yg
berupa Kalimah Harf tanpa menempati mahal Irob. Mengenai ini, InsyaAllah akan dijelaskan
satu-persatu mengingat pentingnya mengetahui posisi didalam Irobnya. Semoga Allah memberi
kemudahan khususnya bagi saya dan bagi antum semua pencinta Bahasa Arab. Aamiin.

1. IN

Kalimah Huruf, Huruf Syarat, Amil Jazm dan tidak menempati posisi Irob. Berfungsi sebagai
pencetus timbulnya Jawab atas adanya Syarat, tanpa memberlakukan penunjukan Zaman dan
Makan (waktu dan tempat) ataupun Aqil dan Gharu Aqil (berakal dan tidak).

Contoh :


IN TASHHABIL-ASYROORO TANDAM = jika kamu temani orang-orang jahat niscaya
kamu menyesal.

Contoh dalam AL-Quran :


IN YASYA YUDZHIBKUM = Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu.

2. MAN

Isim Syarat, Amil Jazem, Mabni Sukun, digunakan untuk yg berakal.

MAN Syarat menempati posisi ROFA sebagai MUBTADA apabila :


> Fiil Syaratnya berupa FIIL LAZIM.

Contoh :




MAN YAKTSUR KALAAMUHU YAKTSUR MALAAMUHU = barang siapa yg banyak
bicaranya maka banyak celaannya.

Contoh dalam Ayat Al-Quran :



MAN JAAA BIL-HASANATI FALAHUU KHAIRUN MINHAA = Barangsiapa yang
membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik dari padanya (QS.
Annaml 89)

Irob :

MAN = Isim Syarat, Amil Jazem, Mabni Sukun dalam posisi Rofa menjadi Mubtada.

JAAA = Fiil Madhi Mabni Fathah dalam posisi Jazem menjadi Fiil Syarat.

FALAHUU KHAIRUN MINHUM = Jawab Syarat dalam posisi Jazem.

Jumlah Syarat disini sebagai Khobar dari Mubtada menurut qoul yg lebih rojih.

> Fiil Syaratnya berupa FIIL NAWASIKH

Contoh :



MAN YAKUN UJUULAN YAKTSUR KHOTHOUHU = barang siapa terburu-buru niscaya
akan banyak kekeliruannya.

Contoh dalam Ayat Al-Quran :




MAN KAANA YURIIDU HARTSAL-AAKHIROTI NAZID LAHU FI HARTSIHI = Barang
siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya.
(QS. Asy-Syuura 20)

Irob :

MAN = Mubtada

KAANA = Fiil Madhi, Fiil Syarat. Isimnya dhamir mustatir yg merujuk pada MAN.

YURIIDU = Khobar Jumlah.

NAZID LAHU = Jawab Syarat.

KAANA + YURIIDU = Jumlah dalam mahal Rofa menjadi Khobar dari Mubtada MAN.

> Fiil Syaratnya berupa FIIL MUTAADDI kepada selainnya :

Contoh:


MAN YAHTARIM AN-NAASA YAHTARIMUU HU = barang siapa menghormati orang lain
maka orang lain menghormatinya.

Contoh dalam Al-Quran :



MAN YAMAL SUUAN YUJZA BIHI = Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu (QS. An-Nisaa 123)

Irob :

MAN = Isim Syarat, Amil Jazm, mabni sukun, mahal rofa menjadi Mubtada.

YAMAL = Fiil Syarat, dijazemkan dengan sukun, Faailnya berupa dhamir mustatir Jawazan
takdirannya Huwa merujuk pada MAN. Jumlah Fiil Syarath ini sebagai khobar jumlah dari
mubtada MAN.

SAWAAAN = Maful Bih, Manshub dengan Fathah.

YUJZA = Jawab Syarat, Majzum dg membuang huruf Illat Alif.


MAN Syarat menempati posisi NASHAB sebagai MAFUL BIH apabila :

> Fiil Syaratnya berupa FIIL MUTAADDI kepada dirinya :

Contoh :


MAN TUSAAID USAAID HU = kepada siapa pun kamu membantu niscaya aku ikut
membantunya.

Irob :

MAN = Mahal Nashab menjadi Maful Muqaddam.

MAN Syarat menempati posisi JARR apabila diawali dengan huruf Jar atau menjadi Mudhaf
Ilaih. Contoh :


AN-MAN TATAALLAM ATAALLAM = dari siapa pun kamu belajar niscaya aku ikut
belajar.


KITAABA MAN TAQRO AQRO = kitab siapa pun kamu baca niscaya aku ikut baca.

3. MAA

Isim Syarat, Amil Jazm, digunakan untuk yg tidak berakal, diirob seperti keterangan Irob pada
MAN.

Contoh :


MAA TUNFIQ MIN KHAIRIN TAJID TSAWAABAHU = apa saja yg kamu nafakahkan dari
nafaqah baik, niscaya kamu akan mendapat pahalanya.

Contoh dalam Al-Quran :






MAA NANSAKH MIN AAYATIN AW NUNSI HAA NATI BI KHAIRIN MINHAA AW
MITSLIHAA, ALAM TALAM ANNALLAAHA ALAA KULLI SYAIIN QODIIR = Ayat
mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (QS. Al-Baqarah
106).

IROB :

MAA = Isim Syarat, Amil jazem, Mabni Sukun, dalam mahal Nashab menjadi Maful Bih
Muqaddam.

NANSAKH = Fiil Syarat.

NATI = Jawab Syarat, dijazemkan dengan membuang huruf illat Ya.

4. MAHMAA

Isim Syarat, Amil Jazem (menurut qoul rojih), untuk yg tidak berakal. Menempati posisi Irob
seperti Isim Syart MAA.

Contoh :


MAHMAA TUNFIQ FIL-KHAIRI YUKHLIFHU ALLAAHU = apapun jua kamu
bernafaqah di dalam kebaikan niscaya Allah akan menggantikannya.

Contoh dalam Al-Quran :

WA QAALUU MAHMAA TATINAA BIHII MIN AAYATIN LITAS-HARONAA BIHAA


FAMAA NAHNU LAKA BI MUMINIIN. = Mereka berkata: Bagaimanapun kamu
mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka
kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu. (QS, Al-Araaf 132)
Irob :

MAHMAA = Isim Syarat, Amil Jazm, Mabni Sukun dalam Mahal Rofa sebagai Mubtada.

TATINAA = Fiil Syarat berikut Failnya menjadi khobar dari Mubtada Mahmaa.

FAMAA NAHNU LAKA BI MUMINIIN = Jawab Syarat dalam Mahal Jazem.

5. AYYUN

Isim Syarat, Amil Jazem, status Irobnya dipertimbangkan menurut mudhaf ilaihnya.

Contoh mudhaf pada yg berakal :


AYYUHUM YAKUM AKUM MAAHU = siapapun dari mereka berdiri niscaya aku ikut
berdiri bersamanya.

AYYUHUM = sebagai Mubtada

Contoh mudhaf pada yg tidak berakal :



AYYAL-KUTUBI TAQRO AQRO = apapun kitab yg kamu baca niscaya aku mau
membacanya.

AYYAL-KUTUBI = sebagai Maful Muqaddam.

Contoh mudhaf pada Isim Zaman :



AYYA YAUMIN TUSAAFIR USAAFIR = Di hari apapun kamu pergi niscaya aku ikut pergi.

AYYA YAUMIN = sebagai Zharaf Zaman

Contoh mudhaf pada Isim Makan :



AYYA BALADIN TASKUN ASKUN = Di negri manapun kamu berhenti niscaya aku ikut
berhenti.

AYYA BALADIN = sebagai Zharaf Makan

Contoh mudhaf pada Mashdar :



AYYA NAFIN TANFAIN-NAASA YASYKURUUKA ALAIHI = apapun manfaat yg kamu
berikan kepada manusia, niscaya mereka akan bersyukur atasnya.

AYYA NAFIN = sebagai Maful Muthlaq

Contoh dalam Ayat Al-Quran :

Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama
yang terbaik)

Irob :

AYYAN = Isim Syarat, Amil Jazem, dinashabkan menjadi Maful Bih muqaddam.

MAA = Huruf Zaidah sebagai penaukidan makna.

TADUU = Fiil Syarat, dijazemkan dengan membuang huruf Nun termasuk dari Afalul-
Khomsah, faailnya berupa wawu dhamir jamak.

FALAHUL-ASMAAUL-HUSNAA = Jawab Syarath, menempati mahal Jazem.

Tanwin pada lafazh AYYAN adalah tanwin iwadh pengganti dari mudhaf ilaihnya yg dibuang
takdirannya AYYA ISMIN.

Huruf MAA Zaidah, demikian menurut salah satu qoul yakni sebagai Taukid bagi lafazh
AYYUN yg samar. Sedangkan menurut qoul yg lain, MAA juga sebagai Isim Syarat dan
berkumpulnya kedua Syarat tersebut sebagai Taukid.

6. MATAA

Isim Syarat, Amil Jazem. Penggunaannya untuk penunjukan zaman secara mutlak, kemudian
dicakupi pada penggunaan makna Syarat, secara posisi Irobnya ia menempati mahal Nashab
atas Zharaf Zaman.
Contoh :


MATAA YATI FASHLUSH-SHAIFU YANDHAJ AL-INABU = bilamana datang musim
panas maka masaklah buah anggur.

7. AYYAANA

Isim Syarat dan Amil Jazem serupa penggunaannya dengan MATAA.

Contoh :


AYYAANA YAKTSUR FARAAGHUSY-SYABAABI YAKTSUR FASAADUHUM = bilamana
muda-mudi banyak nganggurnya maka banyak pula rusaknya.

Irob :

AYYAANA = Isim Syarath Amil Jazem, Mabni Fathah pada posisi Nashab menjadi Zharaf.

YAKTSUR = Fiil Syarat.

YAKTSUR FASAADUHUM = Jawab Syarat, Fasaaduhum sebagai Faailnya.

Contoh MATAA dan AYYAANA Syartiyah di dalam Al-Quran tidak ditemukan.

8. AINA

Isim Syarat dan Amil Jazem, diutamakan bersambung dengan MAA untuk memungkinkan
makna Syarat. Penggunaannya untuk penunjukan makan/tempat, kemudian dicakupi pada
penggunaan makna Syarat, secara posisi Irobnya ia menempati mahal Nashab atas Zharaf
Makan.

Contoh :


AINAMAA TADZHAB ASHHABKA = ke mana pun kamu pergi, aku menemanimu.

Contoh dalam Al-Quran :




AINAMAA YUWAJJIHHU LAA YATI BI KHAIRIN = ke mana saja dia disuruh oleh
penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. (QS. An-Nahl 76)

Irob :

AINA = Isim Syarat dan Amil jazem, Mabni Fathah dalam posisi Nashab sebagai Zharaf Makan
yang bertaalluq pada lafazh YUWAJJIHHU.

MAA = sebagai Taukid.

YUWAJJIHHU = Fiil Syarat, HU dhamir menjadi Maful Bih.

LAA YATI BI KHAIR = Jawab Syarat, YATI dijazemkan dengan membuang huruf Illat Ya.


AINAMAA TAKUUNUU YUDRIKKUMUL-MAUTU = Di mana saja kamu berada, kematian
akan mendapatkan kamu (QS. Annisaa 78)

Irob :

AINAMAA = idem, zharaf makan bertaalluq pada lafazh YUDRIKKUM

TAKUUNUU = Fiil Syarat, Wawu dhamir manjadi Failnya, tashrif dari KAANA Tamm,
bimakna TUUJIDUU (kamu berada).

YUDRIKKUM = Jawab Syarat.

9. IDZMAA

Termasuk dari Huruf Syarat dan Amil Jazem (menurut qaul yg lebih rojih), tidak menempati
mahal Irob (laa mahalla minal Irob) digunakan khusus hanya untuk menggantungkan Jawab
pada Syarat seperti faidah IN syarthiyah. Bersambung dengan MAA Zaidah untuk
menjadikannya sebagai Amil Jazem.

Contoh :


IDZMAA TAFAL SYARRAN TANDAM = jikalau kamu kerjakan kejelekan, maka kamu
menyesal.

Irob :

IDZMAA = Huruf Syarat Amil Jazm, Mabni sukun tanpa menempati mahal Irob.

TAFAL = Fiil Syarat.

TANDAM = Jawab Syarat.

Tidak ditemukan contohnya dalam Al-Quran.

10. HAITSUMAA

Isim Syarat dan Amil Jazem, bersambung dengan MAA zaidah merupakan syarat Amil
Jazemnya, menempati Mahal Irob Nashab sebagai Zharaf Makan.

Contoh:


HAITSUMAA TAJID SHIDDIIQAN WAFIYYAN TAJID KANZAN TSAMIINAN = Dimana
saja kamu dapati jujur lagi menepati, maka kamu dapati simpanan yg berharga.



WA HAITSUMAA KUNTUM FAWALLUU WUJUUHAKUM SYATHRAH = Dan dimana
saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS. Albaqarah 144)

Irob :

HAITSUMAA = Isim Syarat Amil Jazem, Mabni Dhammah mahal Nashob (dinashobkan
menjadi khobar muqaddam dari KUNTUM apabila diberlakukan sebagai Fiil Naqish, atau
dinashobkan sebagai Zharaf Makan bertaalluq pada KUNTUM yg diberlakukan Fiil Tamm).
MAA sebagai shilah.

KUNTUM = Fiil Madhi Naqish, Mabni Sukun Mahal Jazem sebagai Fiil Syarat. TUM sebagai
isim Kaana dan MIM tanda jamak.

FAWALLUU = Jumlah Fiil dan Faail dalam posisi Mahal Jazem menjadi Jawab Syarat.

Tidak ditemukan contoh lain dalam Ayat Al=Quran kecuali Ayat ini.
11. ANNAA

Isim Syarat & Amil Jazem, digunakan untuk menunjukkan tempat kemudian dipergunakan juga
untuk makna Syarat, menepati posisi Irob Mahal Nashab atas Zharaf Makan seperti AINAMAA
& HAITSUMAA.

Contoh :


ANNAA YANZAL DZUL-ILMI YUKROM = dimana saja orang berilmu itu turun, ia
dihormati.

Anda mungkin juga menyukai