KALIMAT SYARAT
Alhamdulillahirrabila’lamiin, hal pertama, dan yang paling lebih utama marilah kita
panjatkan puji serta syukur kita ke hadirat illahi rabbi yang bagaimana telah memberikan kepada
kita beribu-ribu nikmat, diantaranya nikmat iman dan nikmat islam. Shalawat serta salam marilah
kita curah limpahkan kepada Nabi besar kita, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Yang
bagaimana beliau telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman ilmu pengetahuan,
zaman kegelapan hingga zaman terang benderang seperti sekarang ini Jazakumullah khairan
katsiran, kepada dosen yang telah membimbing selama pelajaran berlaku, sahabat-sahabat yang
selalu menginspirasi, serta kedua orang tua yang selalu meridhoi, khususnya kepada illahi rabbi
yang bagaimana telah memberikan kesehatan dan kemudahan hingga tersusunnya makalah ini
dengan baik. Segala kelebihan itu semua datangnya dari Allah, dan kekurangan datangnya dari diri
sendiri, sadar maupun tidak, kesalahan mungkin terjadi, oleh karena itu diperlukannya kritik dan
saran demi menyempurnakan makalah ini. Tujuan umum dibuatnya makalah ini untuk mengetahui
pembelajaran yang efektif dalam bahasa arab.
Penyusun
MATERI KALIMAT SYAR’AT
1. إنIN
Kalimah Huruf, Huruf Syarat, Amil Jazm dan tidak menempati posisi I’rob. Berfungsi sebagai
pencetus timbulnya Jawab atas adanya Syarat, tanpa memberlakukan penunjukan Zaman dan
Makan (waktu dan tempat) ataupun Aqil dan Gharu Aqil (berakal dan tidak).
Contoh :
MAN = Isim Syarat, Amil Jazem, Mabni Sukun dalam posisi Rofa’ menjadi Mubtada’.
JAA’A = Fi’il Madhi Mabni Fathah dalam posisi Jazem menjadi Fi’il Syarat.
Jumlah Syarat disini sebagai Khobar dari Mubtada’ menurut qoul yg lebih rojih.
MAN = Mubtada’
KAANA = Fi’il Madhi, Fi’il Syarat. Isimnya dhamir mustatir yg merujuk pada MAN.
KAANA + YURIIDU = Jumlah dalam mahal Rofa’ menjadi Khobar dari Mubtada MAN.
MAN YA’MAL SUU’AN YUJZA BIHI = Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu (QS. An-Nisaa’ 123)
I’rob :
MAN = Isim Syarat, Amil Jazm, mabni sukun, mahal rofa’ menjadi Mubtada.
YA’MAL = Fi’il Syarat, dijazemkan dengan sukun, Faa’ilnya berupa dhamir mustatir Jawazan
takdirannya Huwa merujuk pada MAN. Jumlah Fiil Syarath ini sebagai khobar jumlah dari
mubtada’ MAN.
MAN TUSAA’ID USAA’ID HU = kepada siapa pun kamu membantu niscaya aku ikut
membantunya.
I’rob :
MAN Syarat menempati posisi JARR apabila diawali dengan huruf Jar atau menjadi Mudhaf
Ilaih. Contoh :
AN-MAN TATA’ALLAM ATA’ALLAM = dari siapa pun kamu belajar niscaya aku ikut
belajar.
كتاب من تقرأ أقرأ
KITAABA MAN TAQRO’ AQRO’ = kitab siapa pun kamu baca niscaya aku ikut baca.
3. ماMAA
Isim Syarat, Amil Jazm, digunakan untuk yg tidak berakal, dii’rob seperti keterangan I’rob pada
MAN.
Contoh :
MAA TUNFIQ MIN KHAIRIN TAJID TSAWAABAHU = apa saja yg kamu nafakahkan dari
nafaqah baik, niscaya kamu akan mendapat pahalanya.
Contoh dalam Al-Qur’an :
MAA = Isim Syarat, Amil jazem, Mabni Sukun, dalam mahal Nashab menjadi Maf’ul Bih
Muqaddam.
4. MAHMAA مهما
Isim Syarat, Amil Jazem (menurut qoul rojih), untuk yg tidak berakal. Menempati posisi I’rob
seperti Isim Syart “MAA”.
Contoh :
ََوقَالُوا َمه َما ت َأ ِتنَا بِ ِه ِمن آيَ ٍة ِلِّتَس َح َرنَا ِب َها فَ َما نَحنُ لَكَ بِ ُمؤ ِمنِين
MAHMAA = Isim Syarat, Amil Jazm, Mabni Sukun dalam Mahal Rofa’ sebagai Mubtada’.
TA’TINAA = Fi’il Syarat berikut Fa’ilnya menjadi khobar dari Mubtada’ Mahmaa.
5. AYYUN اي
Isim Syarat, Amil Jazem, status I’robnya dipertimbangkan menurut mudhaf ilaihnya.
AYYUHUM YAKUM AKUM MA’AHU = siapapun dari mereka berdiri niscaya aku ikut
berdiri bersamanya.
AYYUHUM = sebagai Mubtada’
AYYAL-KUTUBI TAQRO’ AQRO’ = apapun kitab yg kamu baca niscaya aku mau
membacanya.
AYYAL-KUTUBI = sebagai Maf’ul Muqaddam.
AYYA BALADIN TASKUN ASKUN = Di negri manapun kamu berhenti niscaya aku ikut
berhenti.
AYYA BALADIN = sebagai Zharaf Makan
Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang
terbaik)
I’rob :
AYYAN = Isim Syarat, Amil Jazem, dinashabkan menjadi Maf’ul Bih muqaddam.
TAD’UU = Fi’il Syarat, dijazemkan dengan membuang huruf Nun termasuk dari Af’alul-
Khomsah, faa’ilnya berupa wawu dhamir jamak.
Tanwin pada lafazh AYYAN adalah tanwin iwadh pengganti dari mudhaf ilaihnya yg dibuang
takdirannya AYYA ISMIN.
Huruf MAA Zaidah, demikian menurut salah satu qoul yakni sebagai Taukid bagi lafazh
AYYUN yg samar. Sedangkan menurut qoul yg lain, MAA juga sebagai Isim Syarat dan
berkumpulnya kedua Syarat tersebut sebagai Taukid.
6. MATAA متى
Isim Syarat, Amil Jazem. Penggunaannya untuk penunjukan zaman secara mutlak, kemudian
dicakupi pada penggunaan makna Syarat, secara posisi I’robnya ia menempati mahal Nashab
atas Zharaf Zaman.
Contoh :
Contoh :
AYYAANA = Isim Syarath Amil Jazem, Mabni Fathah pada posisi Nashab menjadi Zharaf.
8. AINA أين
Isim Syarat dan Amil Jazem, diutamakan bersambung dengan MAA untuk memungkinkan
makna Syarat. Penggunaannya untuk penunjukan makan/tempat, kemudian dicakupi pada
penggunaan makna Syarat, secara posisi I’robnya ia menempati mahal Nashab atas Zharaf
Makan.
Contoh :
AINAMAA YUWAJJIHHU LAA YA’TI BI KHAIRIN = ke mana saja dia disuruh oleh
penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. (QS. An-Nahl 76)
I’rob :
AINA = Isim Syarat dan Amil jazem, Mabni Fathah dalam posisi Nashab sebagai Zharaf Makan
yang berta’alluq pada lafazh YUWAJJIHHU.
LAA YA’TI BI KHAIR = Jawab Syarat, YA’TI dijazemkan dengan membuang huruf Illat Ya’.
TAKUUNUU = Fi’il Syarat, Wawu dhamir manjadi Fa’ilnya, tashrif dari KAANA Tamm,
bimakna TUUJIDUU (kamu berada).
9. IDZMAA إذما
Termasuk dari Huruf Syarat dan Amil Jazem (menurut qaul yg lebih rojih), tidak menempati
mahal I’rob (laa mahalla minal I’rob) digunakan khusus hanya untuk menggantungkan Jawab
pada Syarat seperti faidah IN syarthiyah. Bersambung dengan MAA Zaidah untuk
menjadikannya sebagai Amil Jazem.
Contoh :
IDZMAA TAF’AL SYARRAN TANDAM = jikalau kamu kerjakan kejelekan, maka kamu
menyesal.
I’rob :
IDZMAA = Huruf Syarat Amil Jazm, Mabni sukun tanpa menempati mahal I’rob.
Isim Syarat dan Amil Jazem, bersambung dengan MAA zaidah merupakan syarat Amil
Jazemnya, menempati Mahal I’rob Nashab sebagai Zharaf Makan.
Contoh:
HAITSUMAA = Isim Syarat Amil Jazem, Mabni Dhammah mahal Nashob (dinashobkan
menjadi khobar muqaddam dari KUNTUM apabila diberlakukan sebagai Fi’il Naqish, atau
dinashobkan sebagai Zharaf Makan berta’alluq pada KUNTUM yg diberlakukan Fi’il Tamm).
MAA sebagai shilah.
KUNTUM = Fi’il Madhi Naqish, Mabni Sukun Mahal Jazem sebagai Fi’il Syarat. TUM sebagai
isim Kaana dan MIM tanda jamak.
FAWALLUU = Jumlah Fi’il dan Faa’il dalam posisi Mahal Jazem menjadi Jawab Syarat.
Tidak ditemukan contoh lain dalam Ayat Al=Qur’an kecuali Ayat ini.
Isim Syarat & Amil Jazem, digunakan untuk menunjukkan tempat kemudian dipergunakan juga
untuk makna Syarat, menepati posisi I’rob Mahal Nashab atas Zharaf Makan seperti AINAMAA
& HAITSUMAA.
Contoh :
ANNAA YANZAL DZUL-‘ILMI YUKROM = dimana saja orang berilmu itu turun, ia
dihormati.
PERTANYAAN :
1. LELA PADILAH (171130124)
Apa yang dimaksud dengan kalimat pengandai dan ciri-ciri kalimat syarat?
2. SITI RODIYAH(171130151)
Bisakah kalimat syarat menggunakan fi’il mudhore?
MENYANGKAL :
1. NABANI (171130135)
من تساعد أساعدهYang artinya: kepada siapa pun kamu membantu niscaya aku ikut membantunya.
2. SITI RODIYAH(171130151)
Bisakah kalimat syarat menggunakan fi’il mudhore?
Sangat bisa sekalia fi’il mudhore di gunakan di kaliamt syar’at contohnya :
عمن تتعلم أتعلم
Artinya: dari siapa pun kamu belajar niscaya aku ikut belajar.ini contoh isim syarat yang
kemasukan fiil mudhore
3. AGUNG CAHYANA (171130130)
Ada berapa huruf-huruf kalimat syarat dan berikan satu contohnya?
khuruf syarat menurut kitab amil ada:9
khuruf syarat menurut kitab jurumiah ada:13
khuruf menurut kitab alfiah ada: 11
salah satu contoh dari khuruf tersebut adalah:
أنى ينزل ذو العلم يُكرمartinya adalah: dimana saja orang berilmu itu turun, ia dihormati.
4. AHMAD MAULANA AZAM (171130153)
Dalam kalimat syarat adakah penyusunannya? Dan adakah syarat khusus dan penempatan
kalimat syarat? Dalam kaliamt syarat ada yang namaya penyusunan dan ada yang namanya
syarat khususnya, penyusunannya di awali dengan memberikan khuruf syarat terlebih dahulu
baru kemudian di tambahkan fiil mudhore atau fiil madi dan baru di tambahi jawabnya,syarat
khususnya harus memiliki jawab setiap ada kalimat syarat ya.