Nim : 2020205056
Mata Kuliah : Bahasa Arab
Dosen pengampu : Alihan Sastra, M.Pd
ISIM MAJZUM
1. Fi’il mudhari’ dimajzumkan apabila didahului oleh salah satu perangkat penjazem.
2. Tanda majzumnya fi’il mudhari’ adalah:
a. Sukun: Contoh:
Contoh:
Contoh:
ش ُك – لَ ْم يَ ْر ِم
ْ َض – لَ ْم ي
َ لَ ْم يَ ْر
3. Perangkat penjazem ada dua macam:
لَم: Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk menafikan fi’il pada masa yang lalu.
Contoh:
ُ لَ ْم يَ ْح
ض ْر ُم َح َّم ُد
Muhammad belum hadir.
لَ َّما: Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk menafikan fi’il pada masa yang lalu sampai
waktu berbicara.
Contoh:
اَل ُم األَ ْم ِر: Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk tuntutan.
Contoh:
اَل ال َّنا ِه َية: Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk larangan. Contoh:
ُّ َ َما – َم ْه َما – َمتَى – أَيَّانَ – أَينَ – أَينَ َما – أَنَّى – َحيثُ َما – كَيفَ َما – أ – ْإنْ – َمن
ي
Jika – Siapa pun – Apa pun – Apa pun – Kapan pun – Kapan pun – Di mana pun – Di mana
pun – Di mana pun – Di mana pun – Bagaimana pun – …. apa pun
Perangkat-perangkat ini dinamakan perangkat syarat dan penjazem, di mana ia menjazemkan
dua fi’il, fi’il syarat dan jawab syarat.
Semua perangkat ini adalah isim kecuali (( )) إِ ْنia adalah huruf. Sebagaimana semua
ّ )) أia adalah mu’rab.
perangkat ini mabni kecuali (( ي
ْ : Mengikat antara jawab dan syarat dan dii’rab sebagai ((Huruf syarat penjazem)).
إن
Contoh:
إِنْ تَ ْع َم ْل تَ ْن َج ْح
Apabila engkau berusaha maka engkau akan berhasil.
( إِ ْن: Huruf syarat penjazem mabni atas sukun – ْ تَ ْع َمل: Fi’il syarat majzum dengan sukun,
fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ْ أنت – تَ ْن َجح: Jawab syarat majzum dengan sukun, fa’ilnya
dhamir mustatir tersiratnya ) أنت
َم ْن: Untuk yang berakal dan dii’rab pada posisi rafa’ mubtada’ atau pada posisi nashab
maf’ul bih apabila fi’il syarat adalah muta’addi dan mengenai maknanya.
Contoh:
ُ َمنْ يَ ْز َر ْع يَ ْح
ص ْد
Barang siapa yang menanam dia akan menuai.
( َم ْن: Isim syarat penjazem mabni atas sukun pada posisi rafa’ mubtada’ – يَ ْز َر ْع: Fi’il syarat
majzum dengan sukun mabni atas sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ( ) هوdan
jumlah (kalimat) syarat dari fi’il dan fa’il pada posisi rafa’ khabar mubtada’ – ص ْد ُ ْ يَح: Jawab
syarat majzum dengan sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ())هو
َماdan َم ْه َما: Untuk tidak berakal. Dii’rab pada posisi rafa’ mubtada’ atau pada posisi nashab
maf’ul bih apabila fi’il syarat muta’addi dan mengenai maknanya.
Contoh:
( َم ْه َما: Isim syarat penjazem mabni pada posisi nashab maf’ul bih karena fi’il syarat َر ْأhتَ ْق
mengenai maknanya – تَ ْق َر ْأ: Fi’il syarat majzum dengan sukun mabni atas sukun, fa’ilnya
dhamir mustatir tersiratnya ( َك – ) أنت َ يَ ِز ْد: Fi’il syarat majzum dengan sukun mabni atas
sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ( ) هو dan kaf dhamir mabni pada posisi nashab
maf’ul bih)
َمتَىdan َ أَيَّان: Untuk waktu dan dii’rab pada posisi nashab maf’ul fih (zharaf zaman) bagi fi’il
syarat.
Contoh:
أَنَّى, أَينَ َما, َ أَينdan َحيثُ َما: Untuk tempat dan dii’rab pada posisi nashab maf’ul fih (zharaf makan)
bagi fi’il syarat.
Contoh:
ُط َمأْنِينَة
ُّ س َّد اأْل َ ْمنُ تَ ُع َّم ال
ُ َأَينَ َما ي
Di mana pun keamanan stabil, maka ketenangan merata.[5]
ُ ب األَ ْر
ض َ َحيثُ َما يَ ْج ِر النِّي ُل ت َْخ
ِ ص
Di mana pun Sungai Nil mengalir, bumi akan menjadi makmur.
َكيفَ َما: Untuk keadaan dan dii’rab pada posisi nashab, hal.
Contoh:
ُّ أَي: Bisa untuk yang berakal dan tidak berakal, bisa untuk waktu, tempat dan keadaan, sesuai
dengan mudhaf ilaihnya. Ia mu’rab sehingga menjadi mubtada’ apabila diidhafahkan kepada
isim dzat dan maf’ul bih jika diidhafahkan kepada isim zaman atau tempat, maf’ul mutlaq
jika diidhafahkan kepada mashdar[6] dan hal jika diidhafahkan kepada isim yang bermakna
keadaan.
Contoh:
Contoh:
َّ َ أ: Maf’ul mutlak manshub dengan fathah karena diidhafahkan kepada mashdar)
(ي
Fi’il syarat boleh dihapus setelah إِ ْنyang diidghamkan kepada La nafiyah ( ) إِاَّل.
Contoh:
( َوإِاَّل: Wawu huruf athaf – إِ ْن: إِاَّلhuruf syarat dan penjazem – ال: Huruf penafi – Fi’il
syaratnya dihapus tersiratnya َ تُ َعا ِملْ – يَ ْك َرهُوك: Fi’il mudhari’ majzum dengan hadzfun nun,
wawu fa’il, kaf dhamir mabni pada posisi nashab maf’ul bih. Jumlah sebagai jawab syarat)
Terkadang fi’il mudhari’ dimajzumkan apabila terletak sebagai jawaban bagi amr atau nahi.
Ketika itu fi’il dimajzumkan oleh syarat yang dihapus.
Contoh:
( َ يَحْ ت َِر ُموك: Majzum dengan hadzfun nun karena terletak pada jawab amr – Tersiratnya adalah:
َ َّ) إِ ْن تَحْ ت َِر ِم الن
َاس يَحْ ت َِر ُموك
a. Fi’il mudhari’ mu’tal akhir dimajzumkan dengan dihapus huruf ‘illahnya (sebagaimana
yang lewat penjelasannya)
ض – لَ ْم يَ ْر ِم
َ لَ ْم يَ ْعفُ – لَ ْم يَ ْر
Apabila fi’il mudhari’ huruf akhirnya shahih dan huruf sebelum akhir adalah huruf ‘illah,
maka dimajzumkan dengan sukun, hanya saja huruf ‘illah sebelum terakhir dihapus untuk
menghindari bertemunya dua sukun.
Contoh:
b. Tidak disyaratkan setelah perangkat penjazem dua fi’il harus ada dua fi’il mudhari’, akan
tetapi bisa juga salah satunya adalah fi’il madhi dan lainnya mudhari’, atau kedua-duanya fi’il
madhi.
– Apabila kedua fi’il mudhari’, maka keduanya dijazemkan (sebagaimana yang telah lewat
penjelasannya).
– Apabila salah satunya fi’il madhi dan lainnya mudhari’, maka fi’il mudhari’ dimajzumkan
dan fi’il madhi tetap mabni pada posisi jazm.[7]
Contoh:
Contoh:
c. Perlu diperhatikan bahwa kata: (( ُّ أَي, َ أَين, َمتَى, َما, )) َمنdigunakan sebagai perangkat syarat
dan istifham.
Dalam kedua keadaan ini, semuanya mabni (kecuali ُّ أَيia mu’rab)
Apabila isim-isim ini digunakan sebagai perangkat syarat, maka selalu berada di awal
kalimat dan menjazemkan dua fi’il, dii’rab sesuai dengan yang telah lewat penjelasannya.
Adapun apabila digunakan sebagai perangkat istifham, maka berada di awal kalimat dan
boleh diidhafahkan atau didahului oleh huruf jar tanpa adanya pengaruh kepada fi’il
setelahnya dan dii’rab sesuai kedudukannya dalam kalimat.