Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nabila Sri Agustina

Nim : 2020205056
Mata Kuliah : Bahasa Arab
Dosen pengampu : Alihan Sastra, M.Pd

ISIM MAJZUM

Fi’il Mudhari’ Majzum

1. Fi’il mudhari’ dimajzumkan apabila didahului oleh salah satu perangkat penjazem.
2. Tanda majzumnya fi’il mudhari’ adalah:

a. Sukun: Contoh:

‫لَ ْم أَ ْكت ُْب – لَ ْم تَ ْكت ُْب – لَ ْم نَ ْكت ُْب – لَ ْم يَ ْكت ُْب‬

b. Sukun digantikan oleh:

– Hadzfun nun[2] : Apabila fi’il termasuk af’al khamsah.

Contoh:

‫لَ ْم يَ ْكتُبَا – لَ ْم تَ ْكتُبَا – لَ ْم تَ ْكتُبُوا – لَ ْم يَ ْكتُبُوا – لَ ْم تَ ْكتُبِي‬


– Hadzfu harfi ‘illah[3] : Apabila fi’il mu’tal akhir.

Contoh:

‫ش ُك – لَ ْم يَ ْر ِم‬
ْ َ‫ض – لَ ْم ي‬
َ ‫لَ ْم يَ ْر‬
3. Perangkat penjazem ada dua macam:

Penjazem satu fi’il – Penjazem dua fi’il

a. Perangkat yang menjazem satu fi’il, yaitu:

‫لَ ْم – لَ َّما – اَل ُم اأْل َ ْم ِر – اَل النَّا ِهيَة‬


Semua perangkat ini adalah huruf dan dinamakan huruf penjazem.
Berikut ini penjelasan ringkas bagi masing-masing huruf penjazem satu fi’il:

‫ لَم‬: Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk menafikan fi’il pada masa yang lalu.

Contoh:

ُ ‫لَ ْم يَ ْح‬
‫ض ْر ُم َح َّم ُد‬
Muhammad belum hadir.

( ْ‫ يَحْ ضُر‬: Fi’il mudhari’ majzum dengan sukun)[4]

‫ لَ َّما‬: Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk menafikan fi’il pada masa yang lalu sampai
waktu berbicara.

Contoh:

ُ ‫ان َولَ َّما تَ ْد ُر‬


‫سوا‬ ِ ‫اال ْمتِ َح‬
ِ ‫َجا َء َم ْو ِع ُد‬
Telah datang waktu ujian dan kalian belum belajar.

(‫ تَ ْد ُرسُوا‬: Fi’il mudhari’ majzum dengan hadzfun nun)

‫ اَل ُم األَ ْم ِر‬: Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk tuntutan.

Contoh:

ُ‫الغنَى ِمنْ ِغنَاه‬


ِ ‫ب‬ ُ ‫صا ِح‬ ْ ِ‫لِيُ ْنف‬
َ ‫ق‬
Yang berkecukupan hendaknya menginfakkan sebagian kecukupannya.

(‫ يُ ْنفِ ْق‬: Fi’il mudhari’ majzum dengan sukun)

‫ اَل ال َّنا ِه َية‬: Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk larangan. Contoh:

‫وف‬ َ ‫اَل تَ ْن‬


َ ‫س ال َم ْع ُر‬
Jangan lupakan kebaikan.

َ ‫ تَ ْن‬: Fi’il mudhari’ majzum dengan hadzfu harfi ‘illah)


(‫س‬

b. Perangkat yang menjazem dua fi’il, yaitu:

ُّ َ‫ َما – َم ْه َما – َمتَى – أَيَّانَ – أَينَ – أَينَ َما – أَنَّى – َحيثُ َما – كَيفَ َما – أ‬  –  ْ‫إنْ – َمن‬
‫ي‬

Jika – Siapa pun – Apa pun – Apa pun – Kapan pun – Kapan pun – Di mana pun – Di mana
pun – Di mana pun – Di mana pun – Bagaimana pun – …. apa pun
Perangkat-perangkat ini dinamakan perangkat syarat dan penjazem, di mana ia menjazemkan
dua fi’il, fi’il syarat dan jawab syarat.

Semua perangkat ini adalah isim kecuali (( ‫ )) إِ ْن‬ia adalah huruf. Sebagaimana semua
ّ ‫ )) أ‬ia adalah mu’rab.
perangkat ini mabni kecuali (( ‫ي‬

Berikut ini penjelasan ringkas bagi masing-masing penjazem.

ْ : Mengikat antara jawab dan syarat dan dii’rab sebagai ((Huruf syarat penjazem)).
‫إن‬

Contoh:

‫إِنْ تَ ْع َم ْل تَ ْن َج ْح‬
Apabila engkau berusaha maka engkau akan berhasil.

(‫ إِ ْن‬: Huruf syarat penjazem mabni atas sukun – ْ‫ تَ ْع َمل‬: Fi’il syarat majzum dengan sukun,
fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ْ‫ أنت – تَ ْن َجح‬: Jawab syarat majzum dengan sukun, fa’ilnya
dhamir mustatir tersiratnya ‫) أنت‬

‫ َم ْن‬: Untuk yang berakal dan dii’rab pada posisi rafa’ mubtada’ atau pada posisi nashab
maf’ul bih apabila fi’il syarat adalah muta’addi dan mengenai maknanya.

Contoh:

ُ ‫َمنْ يَ ْز َر ْع يَ ْح‬
‫ص ْد‬
Barang siapa yang menanam dia akan menuai.

(‫ َم ْن‬: Isim syarat penjazem mabni atas sukun pada posisi rafa’ mubtada’ – ‫ يَ ْز َر ْع‬: Fi’il syarat
majzum dengan sukun mabni atas sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ( ‫ ) هو‬dan
jumlah (kalimat) syarat dari fi’il dan fa’il pada posisi rafa’ khabar mubtada’ – ‫ص ْد‬ ُ ْ‫ يَح‬:  Jawab
syarat majzum dengan sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya (‫))هو‬

‫ َما‬dan ‫ َم ْه َما‬: Untuk tidak berakal. Dii’rab pada posisi rafa’ mubtada’ atau pada posisi nashab
maf’ul bih apabila fi’il syarat muta’addi dan mengenai maknanya.

Contoh:

ً‫َم ْه َما تَ ْق َر ْأ يَ ِز ْد َك َم ْع ِرفَة‬


Apapun yang engkau baca, maka akan menambah pengetahuanmu.

(‫ َم ْه َما‬: Isim syarat penjazem mabni pada posisi nashab maf’ul bih karena fi’il syarat ‫ َر ْأ‬h‫تَ ْق‬
mengenai maknanya – ‫ تَ ْق َر ْأ‬: Fi’il syarat majzum dengan sukun mabni atas sukun, fa’ilnya
dhamir mustatir tersiratnya ( َ‫ك – ) أنت‬ َ ‫ يَ ِز ْد‬: Fi’il syarat majzum dengan sukun mabni atas
sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ( ‫ ) هو‬  dan kaf dhamir mabni pada posisi nashab
maf’ul bih)
‫ َمتَى‬dan َ‫ أَيَّان‬: Untuk waktu dan dii’rab pada posisi nashab maf’ul fih (zharaf zaman) bagi fi’il
syarat.

Contoh:

‫ف‬ َ ‫اس إِلَى ال َم‬


ِ ِ‫صاي‬ ُ َّ‫سافِ ِر الن‬
َ ُ‫صيفُ ي‬ ِ ْ‫َمتَى يَأ‬
َّ ‫ت ال‬
Kapan pun datang waktu musim panas, maka masyarakat berwisata ke tempat liburan musim
panas.

‫ أَنَّى‬,‫ أَينَ َما‬, َ‫ أَين‬dan ‫ َحيثُ َما‬: Untuk tempat dan dii’rab pada posisi nashab maf’ul fih (zharaf makan)
bagi fi’il syarat.

Contoh:

ُ‫ط َمأْنِينَة‬
ُّ ‫س َّد اأْل َ ْمنُ تَ ُع َّم ال‬
ُ َ‫أَينَ َما ي‬
Di mana pun keamanan stabil, maka ketenangan merata.[5]

ُ ‫ب األَ ْر‬
‫ض‬ َ ‫َحيثُ َما يَ ْج ِر النِّي ُل ت َْخ‬
ِ ‫ص‬
Di mana pun Sungai Nil mengalir, bumi akan menjadi makmur.

‫ َكيفَ َما‬: Untuk keadaan dan dii’rab pada posisi nashab, hal.

Contoh:

َ َّ‫َكيفَ َما تُ َعا ِم ِل الن‬


‫اس يُ َعا ِملُو َك‬
Bagaimanapun engkau memperlakukan manusia, maka begitulah manusia
memperlakukanmu.

ُّ‫ أَي‬: Bisa untuk yang berakal dan tidak berakal, bisa untuk waktu, tempat dan keadaan, sesuai
dengan mudhaf ilaihnya. Ia mu’rab sehingga menjadi mubtada’ apabila diidhafahkan kepada
isim dzat dan maf’ul bih jika diidhafahkan kepada isim zaman atau tempat, maf’ul mutlaq
jika diidhafahkan kepada mashdar[6] dan hal jika diidhafahkan kepada isim yang bermakna
keadaan.

ّ ‫ )) أ‬berbentuk lafadz tunggal, baik untuk mudzakkar, muannats, mufrad,


Pada asalnya (( ‫ي‬
mutsanna atau jama’, hanya saja boleh juga memakai ta’ untuk muannats.

Contoh:

ْ َّ‫ي ا ْم َرأَ ٍة (أَ ْو أَيَّةُ ا ْم َرأَ ٍة) ت ََخل‬


‫ص فِي َع َملِ َها ت ََخ َّد ْم بِاَل َد َها‬ ُّ َ‫أ‬
Wanita mana saja yang memfokuskan pekerjaannya maka ia berkhidmat kepada negaranya.
(ُ‫ أَيَّة‬/ ُّ‫ أَي‬: Mubtada’ marfu’ dengan dhammah karena diidhafahkan kepada isim dzat)

Contoh:

‫ش ُك ُروكَ َعلَي ِه‬


ْ َ‫اس ي‬ َّ َ‫أ‬
ّ َّ‫ي نَ ْف ٍع تَ ْنفَ ِع الن‬
Engkau memberi kemanfaatan apa saja kepada manusia, maka mereka akan berterima kasih
kepadamu.

َّ َ‫ أ‬: Maf’ul mutlak manshub dengan fathah karena diidhafahkan kepada mashdar)
(‫ي‬

4. Dihapusnya Fi’il Syarat:

Fi’il syarat boleh dihapus setelah ‫ إِ ْن‬yang diidghamkan kepada La nafiyah ( ‫) إِاَّل‬.

Contoh:

‫سنَى َوإِاَّل يَ ْك َرهُو َك‬


ْ ‫الح‬ َ َّ‫َعا ِم ِل الن‬
ُ ِ‫اس ب‬
Pergaulilah manusia dengan baik, kalau tidak mereka akan membencimu.

( ‫ َوإِاَّل‬: Wawu huruf athaf – ‫ إِ ْن‬: ‫ إِاَّل‬huruf syarat dan penjazem – ‫ ال‬: Huruf penafi – Fi’il
syaratnya dihapus tersiratnya َ‫ تُ َعا ِملْ – يَ ْك َرهُوك‬: Fi’il mudhari’ majzum dengan hadzfun nun,
wawu fa’il, kaf dhamir mabni pada posisi nashab maf’ul bih. Jumlah sebagai jawab syarat)

5. Fi’il Mudhari’ dimajzumkan pada Jawab Thalab

Terkadang fi’il mudhari’ dimajzumkan apabila terletak sebagai jawaban bagi amr atau nahi.
Ketika itu fi’il dimajzumkan oleh syarat yang dihapus.

Contoh:

َ َّ‫اِ ْحتَ ِر ِم الن‬


‫اس يَ ْحتَ ِر ُمو َك‬
Hormatilah manusia, niscaya mereka akan menghormatimu.

( َ‫ يَحْ ت َِر ُموك‬: Majzum dengan hadzfun nun karena terletak pada jawab amr – Tersiratnya adalah:
َ َّ‫) إِ ْن تَحْ ت َِر ِم الن‬
َ‫اس يَحْ ت َِر ُموك‬

Catatan Umum Seputar Fi’il Mudhari’ Majzum 

a. Fi’il mudhari’ mu’tal akhir dimajzumkan dengan dihapus huruf ‘illahnya (sebagaimana
yang lewat penjelasannya)

‫ض – لَ ْم يَ ْر ِم‬
َ ‫لَ ْم يَ ْعفُ – لَ ْم يَ ْر‬
Apabila fi’il mudhari’ huruf akhirnya shahih dan huruf sebelum akhir adalah huruf ‘illah,
maka dimajzumkan dengan sukun, hanya saja huruf ‘illah sebelum terakhir dihapus untuk
menghindari bertemunya dua sukun.

Contoh:

ْ َ‫ لَ ْم ي‬,ْ‫ لَ ْم يَ َكد‬, ْ‫لَ ْم يَ ُكن‬


‫ستَ ِط ْع‬
Asalnya:

ْ َ‫ لَ ْم ي‬,ْ‫ لَ ْم يَ َكاد‬, ْ‫لَ ْم يَ ُكون‬


‫ست َِطي ْع‬
Huruf ‘illahnya dihapus untuk menghindari bertemunya dua sukun.

b. Tidak disyaratkan setelah perangkat penjazem dua fi’il harus ada dua fi’il mudhari’, akan
tetapi bisa juga salah satunya adalah fi’il madhi dan lainnya mudhari’, atau kedua-duanya fi’il
madhi.

– Apabila kedua fi’il mudhari’, maka keduanya dijazemkan (sebagaimana yang telah lewat
penjelasannya).

– Apabila salah satunya fi’il madhi dan lainnya mudhari’, maka fi’il mudhari’ dimajzumkan
dan fi’il madhi tetap mabni pada posisi jazm.[7]

Contoh:

‫إِنْ َجا َء َزي ٌد يَقُ ْم َع ْم ٌرو‬


Apabila Zaid datang Amr berdiri.

– Apabila keduanya madhi, maka keduanya pada posisi jazm.

Contoh:

ِ ُ‫س ْنتُ ْم أِل َ ْنف‬


{‫س ُك ْم‬ َ ‫س ْنتُ ْم أَ ْح‬
َ ‫}إِنْ أَ ْح‬
“Apabila kalian berbuat baik, berarti kalian berbuat baik kepada diri-diri kalian sendiri.” (Al
Isra’: 7)

‫صبَ َر ظَفِ َر‬


َ ْ‫َمن‬
Barangsiapa bersabar maka ia menang.

c. Perlu diperhatikan bahwa kata: (( ُّ‫ أَي‬, َ‫ أَين‬,‫ َمتَى‬,‫ َما‬,‫ )) َمن‬digunakan sebagai perangkat syarat
dan istifham.

Dalam kedua keadaan ini, semuanya mabni (kecuali ُّ‫ أَي‬ia mu’rab)
Apabila isim-isim ini digunakan sebagai perangkat syarat, maka selalu berada di awal
kalimat dan menjazemkan dua fi’il, dii’rab sesuai dengan yang telah lewat penjelasannya.

Adapun apabila digunakan sebagai perangkat istifham, maka berada di awal kalimat dan
boleh diidhafahkan atau didahului oleh huruf jar tanpa adanya pengaruh kepada fi’il
setelahnya dan dii’rab sesuai kedudukannya dalam kalimat.

Anda mungkin juga menyukai