المصدر المؤول
Apa itu mashdar muawwal?
Mashdar muawwal adalah suatu susunan bahasa yang tersusun dari huruf mashdar dan jumlah
ismiyah atau fi’liyah, posisinya bisa ditempati oleh mashdar sharih yang semakna dan mashdar
muawwal mempunyai i’rab sebagaimana isim mufrad.
Mashdar muawwal tersusun dari:
1. ( َّ) أَن
Susunannya seperti ini: صد ٌَر ُمؤ ََّو ٌل ْ س ِم َّيةٌ = َم
ْ ُج ْملَةٌ ا+ ( َّ)أَن
َ
Contoh: س َّرنِي أنَّكَ ُمجْ تَ ِه ٌد
َ : Engkau rajin, menyenangkan aku.
(س َّرَ : Fi’il madhi mabni atas fathah – Nun: Nun wiqayah – Ya’: Dhamir muttashil mabni
pada posisi nashab maf’ul bih – أ َ َّن: َ أَنَّك: Huruf taukid dan nashab – Kaf : Dhamir muttashil mabni
pada posisi nashab isim anna – ُمجْ تَ ِهد: Khabar anna marfu’dengan dhammah – Mashdar muawwal
( ) أَنَّكَ ُمجْ تَ ِهدpada posisi rafa’ fa’il, tersiratnya adalah: َس َّرنِي اِجْ تِ َهاد ُك
َ )
ْ )
2. ( أن
Susunannya seperti ini: صد ٌَر ُمؤ ََّو ٌل ْ ُج ْملَةٌ فِ ْع ِليَّةٌ = َم+ ( )أن
ْ
Contoh:{ ير لَ ُك ْم
ٌ خَ وامُ وصُ َ ت ْ
ن َ أ } : “Kalian berpuasa lebih baik bagi kalian”
َ
( أ ْن: Huruf mashdar – صو ُموا ُ َ ت: Fi’il mudhari’ manshub dengan dihilangkan nun – Wawul
jama’ah : Dhamir muttashil pada posisi rafa’ fa’il – Mashdar muawwal ُ َ ) أَ ْن ت: Pada
(صو ُموا
posisi rafa’ mubtada’, tersiratnya adalah: صيَا ُمك ْم خَير لك ْم – خَير ُ َ ُ ِ : Khabar mubtada’ marfu’ dengan
dhammah)
3. ( ) ك َْي
Susunannya: صد ٌَر ُمؤ ََّو ٌل ْ ُج ْملَةٌ فِ ْع ِليَّةٌ = َم+ ( )ك َْي
Contoh: ( ) اِجْ تَ ِه ْد ِلك َْي تَ ْن َج َح: Bersungguh-sungguhlah supaya engkau berhasil!
(Lam : Huruf jar – كي: Huruf mashdar – ت َ ْن َج َح: Fi’il mudhari’ manshub dengan fathah –
Mashdar muawwal ( ) كي تنج َحpada posisi jar, isim majrur, tersiratnya adalah: َاحك ِ ) ِاجْ ت َ ِه ْد ِلنَ َج
Catatan: Huruf ( ) َك ْيuntuk menjadi huruf mashdari disyaratkan harus didahului oleh huruf lam
ta’lil, yang nampak atau yang tidak nampak.
- Contoh yang nampak seperti contoh di atas.
- Contoh yang tidak nampak: َامعَةَ ك َْي أ َتَعَلَّ َم ِ اِ ْلت َ َح ْقتُ ا ْلج: Aku melanjutkan ke universitas itu untuk
menuntut ilmu. Tersiratnya: َام َعةَ ِلك َْي أَت َ َعلَّ َم
ِ اِ ْلتَ َح ْقتُ ا
ج ْ
ل
َ ِ اِ ْلتَ َح ْقتُ ال
Mashdar muawwalnya: جَامعَة ِللتَّعَلُّ ِم ْ
4. ( ) لَ ْو
Susunannya: صد ٌَر ُمؤ ََّو ٌل ْ ُج ْملَةٌ ُم ِفي َدةٌ = َم+ ير الش َّْر ِطيَّ ِة
ُ غَ ()لَ ْو
َ َ َوك َ
Contoh: ( َ ) َو َّد أبُ ل ْو نجَحْ ت: Ayahmu menginginkan supaya kamu berhasil.
( َّود: َ Fi’il madhi mabni atas fathah – أَبُو: َ أَبُوك: Fa’il marfu’ dengan wawu karena
termasuk asma’ khamsah, Kaf: Dhamir muttashil mabni pada posisi jar mudhaf ilaih – لَ ْو: Huruf
mashdari – نَ َج ْح: َ نَ َجحْ ت: Fi’il mudhari’ mabni atas sukun, Ta’ : Dhamir muttashil mabni pada posisi
rafa’ fa’il – Mashdar muawwal ( َ ) لَ ْو نَ َجحْ ت: Pada posisi nashab, maf’ul bih, tersiratnya adalah: ََّود
َ) أَبُوكَ نَ َجا َحك
Catatan:
Biasanya )لو ( غير الشرطيّةdiawali oleh fi’il ( ّ ) ودtanpa adanya jumlah syarat dan jumlah jawab
syarat. Adapun ) لو ( الشرطيّةsetelahnya ada jumlah syarat dan jumlah jawab syarat dan berada di
awal kalimat.
Contoh:
***************************
ْ َّ)أ ( َه ْم َزةُ الت
5. س ِويَ ِة
Susunannya:
Contoh:
“Sama saja bagi mereka apakah engkau beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan”
َ : Khabar muqaddam marfu’ dengan dhammah – أَأ َ ْنذَ ْرت َ ُه ْم: Hamzah : Hamzah taswiyah, huruf
(س َواء
mashdari, أ َ ْنذَ ْرت َ ُه ْم: Fi’il, fa’il dan maf’ul bih – Mashdar muawwal
( ) أَأَ ْنذَ ْرتَ ُه ْم: Pada posisi rafa’ mubtada’ muakhkhar – لَ ْم ت ُ ْنذ ِْر ُه ْم: Mashdar muawwal pada posisi rafa’
di’athafkan kepada ( – ) أَأَ ْنذَ ْرتَ ُه ْمTersiratnya:
Catatan:
Biasanya hamzah ini diawali oleh kata ( ) سواءdan biasanya dii’rab sebagai khabar muqaddam.
Mashdar muawwal setelahnya dii’rab sebagai mubtada’ muakhkhar.
***************************
6. )ما ( المصدريَّة
Susunannya:
( أَ ْف َر َح: أ َ ْف َر َحنِي: Fi’il madhi mabni atas fathah, Nun : Wiqayah, Ya’: Dhamir muttashil mabni atas
sukun pada posisi nashab maf’ul bih – َما: Huruf mashdari – َس ِم ْع: ُ َس ِم ْعت: Fi’il madhi mabni
atas sukun, Ta’ : Dhamir muttashil mabni atas dhammah pada posisi rafa’ fa’il – Mashdar
muawwal ( ُس ِم ْعت َ )أ َ ْف َر َحنِي
َ ) َما: Pada posisi rafa’ fa’il tersiratnya: س َما ِعي َع ْنك
***************************
7. )ما ( الظرفية
Susunannya:
Contoh:
َّ ) أَت َ َم
( ُسكُ ِبدِينِي َما ِعشْت
Catatan:
Lafadz ( ) ماmempunyai beberapa arti, bisa sebagai:
-isim maushul (sebagaimana dalam pembahasan isim maushul nanti),
Cara membedakan dengan selain mashdari adalah apabila huruf ini dan kalimat setelahnya bisa
ditakwilkan kepada mashdar maka ia adalah huruf mashdari, apabila tidak maka bukan huruf
mashdari.
***************************
8. ()الَّذِي
Susunannya:
Contoh:
“Dan kalian memperbincangkan seperti mereka yang telah memperbincangkan” (At Taubah: 69)
ضت ُ ْم َك َخ ْو ِض ِه ْم
ْ ) َو ُخ
Catatan:
Lafadz ini biasanya sebagai isim maushul, tetapi sebagian ulama menyatakan bahwa huruf ini
terkadang bisa menjadi huruf mashdari, sebagaimana dalam ayat di atas. Seandainya kata tersebut
adalah isim maushul maka seharusnya: َ اَلَّذِينkarena shilah maushulnya mengandungi dhamir jama’.
***************************
Bagaimana cara merubah mashdar muawwal menjadi mashdar sharih?
Cara merubah mashdar muawwal menjadi mashdar sharih adalah sebagai berikut:
1. Apabila setelah huruf mashdari adalah jumlah fi’liyah, maka langsung diberikan mashdar dari
fi’ilnya dan diidhafahkan kepada dhamir fi’il tersebut. Sebagaimana dalam contoh-contoh di
atas.
2. Apabila huruf mashdarinya adalah ( ) أ َ َّن, maka rinciannya sebagai berikut:
a. Apabila khabar berupa jumlah fi’liyyah, fi’ilnya fi’il mutasharrif atau isim musytaq mutasharrif
(isim fa’il, isim maf’ul, syifah musyabbahah), maka kita datangkan mashdar dari
khabar anna tersebut kemudian diidhafahkan kepada isim anna, contoh:
b. Apabila khabar berupa isim jamid atau fi’il jamid, maka ditakwilkan dengan lafadz ( ) ك َْونyang
diidhafahkan kepada isim anna.
Contoh:
c. Apabila khabar berupa jar wa majrur atau zharaf, maka ditakwil dengan lafadz ( ) اِستِ ْق َرارatau
yang semakna kemudian diidhafahkan kepada isim anna. Contoh:
ُ ستِ ْق َر
ْ ار َزي ٍد فِي ال َم
س ِج ِد ْ بَلَغَنِي أَنَّ َز ْيدًا فِي ال َم
ْ س ِج ِد = َبلَغَ ِني ا
d. Apabila khabar anna dinafikan, maka kita datangkan lafadz ( ) َعدَمkemudian diidhafahkan
kepada mashdar. Contoh:
Cara mengi’rab:
Apabila kita bisa merubah mashdar muawwal kepada mashdar sharih berarti kita bisa mengetahui
i’rabnya. I’rab mashdar muawwal antara lain:
Contoh:
Pengertian jumlah fi'liyyah => Kalimat dalam bahasa arab yang dimulai dengan fi'il (kata kerja).
Jumlah fi'liyyah terdiri dari tiga bagian, yaitu: fi'lun, faa'il, dan maf'ul bihi. ( فِ ْعل, فَاعِل, ) بِ ِه َم ْفعُول
Pengertian faa'il => faa'il adalah isim marfu', terletak setelah fi'il. Adapun faa'il ( ) فاعلadalah yang
Pengertian maf'ul bih => maf'ul bihi adalah isim manshub, yang terkena atasnya perbuatan si
Jumlah ismiyyah:
Jumlah fi'liyyah:
- Kalimat terdiri dari fi'il, faa'il, dan maf'ul bih (kata kerja, pelaku perbuatan, objek penderita).
Lihat gambar agar lebih mengerti perbedaan antara jumlah fi'liyyah dan jumlah ismiyyah
Penjelasan tentang faa'il
Faa'il bisa dinyatakan dengan jelas (kelihatan) dan juga tersembunyi (mustatir).
Contoh:
- ُسمِ ْعت
َ َاألَذَان = sami'tu al-adzaana = aku telah mendengar adzan.
- ْذَ َهبَت َم ْريَ ُم = dzahabat maryamu = maryam telah pergi.
* Lihat tashrif lughawi (isnadnya) fi'il madhi dalam bentuk tabel di sini:
http://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2016/04/tashrif-lughawi-fiil-madhi-tabel-contoh.html
http://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2016/04/penjelasan-fiil-mudhari-tashrif-pola.html
* Berdasarkan ada tidaknya objek (maf'ul bih), kata kerja (fi'il) terbagi dua, yaitu:
1. ال ِف ْع ُل الالَّ ِز ُم = fi'il laazim => fi'il yang tidak memerlukan objek.
Contoh:
- سأ َ َل
َ َحامِ د بِالَلا = sa-ala haamidun bilaalan = hamid bertanya kepada bilal.
- ُسأَلَه
َ َحامِ د = sa-alahu haamidun = hamid bertanya kepada dia.
a. maf'ul bihi => ُ >= هyang merupakan dhamir muttashil, kata ganti untuk dia laki-laki ()ه َُو
* Ketika mengungkapkan aktivitas dengan jumlah fi'liyyah, kita menggunakan fi'il yang mufrad,
ُّ س
- َ الطالَّبُ قَ َرأ َ = الد َّْرqara-ath thullaabu ad-darsa = Murid-murid membaca sebuah pelajaran.
Jika kita mau mengucapkan qara-uu, maka jadikan jumlahnya menjadi jumlah ismiyyah, yaitu:
ُّ س قَ َرا ُ ْوا
ُالطالَّب َ = الد َّْرath-thullaabu qara-uu ad-darsa.
a. untuk dhamir mereka ( ) ُه ْمisnad fi'il madhi nya => قَ َرا ُ ْوا
-ب
َ ض َر
َ س
ُ ِب ال ُم َد ِر َّ
َ الطال = dharaba al-mudarrisu ath-thaaliba = Guru itu memukul seorang murid.
- ْسلَت َ ُ ب آمِ نَة
َ غ َ = الث َّ ْوghasalat aaminatu ats-tsauba = aminah mencuci baju.
َ = القَ ْه َوة َ األ َ ْولَ ُد ش َِرsyariba al-aulaadu al-qahwata = Anak-anak meminum kopi.
-ب
-ت َّ ص َل
ِ َالطا ِلبَاتُ َد َخل ْ َ = الفdakhalati ath-thaalibaatu al-fashla = Siswi-siswi itu masuk ke kelas.
Maka, jelas sekali, yang dimaksud maf’ul bih menurut arti istilah ialah isim manshub dimana
posisinya menjadi sasaran tindakan si pelaku.
Contoh :
Dalam misal di atas, yang menjadi sasarn perbuatannya (memukul) ialah kata “kitaaban”, maka
kata tersebut menjadi maf’ul bih.
Contoh lainnya :
Yang menjadi sasaran perbuatannya (memakan) ialah makanan, maka kata tersebut menjadi
maf’ul bih.
Dengan dua misal di atas sudah paling jelas sekali untuk mengetahui pembahasan
mengenai maful bih dalam ilmu nahwu.
Dalam ulasan tentang maful bih , maka maf’ul bih terbagi atas dua bagian yakni maf’ul bihi isim
dzahir (nampak) dan isim dhamir (kata ganti). Maf’ul bih isim dzahir ialah maf’ul bih yang terdiri atas
isim dzahir (isim yang nampak) contohnya laksana yang dua tadi di atas, objeknya berupa kata
yang nampak dan bukan kata ganti, sementara yang dimaksud dengan maf’ul bih isim dhamir (kata
ganti) ialah maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir misal :
ض َربَنِى
َ = Dia (laki-laki) sudah memukulku.
َض َربَك
َ = Dia (laki-laki) sudah memukulmu (laki-laki)
Lafadz ب
َ ض َر
َ ialah fi’il madhi, fa’ilnya mustatir andai ditakdirkan menjadi ه َُو, dan huruf ka-nya
menjadi maf’ul bih.