Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nabila Sri Agustina

Nim : 2020205056
Mata Kuliah : Bahasa Arab
Dosen pengampu : Alihan Sastra, M.Pd

ISIM MARFU’
Marfu’ adalah salah satu kedudukan di antara empat kedudukan Nahwu, yaitu:
(marfu’/rafa’) (manshub/nashab) (majrur/khafadh) (majzum/jazm). Tanda marfu’ untuk isim
adalah: dhammah (ُ) dan Wau (... َ‫ـون‬.../
ْ ‫)ـو‬.
ْ Isim yang memiliki kedudukan marfu terdiri dari
tujuh macam, yaitu fa’il, maf’ul yang dibuang fa’ilnya, mubtada’, khabar, isim kana dan
saudaranya, khabar inna, serta isim yang mengikuti marfu’ (na’t, ‘ataf, taukid, dan badal).
Fa’il adalah isim yang berkedudukan marfu’ karena menjadi subjek (pelaku). Fail
biasanya terletak setelah fi’il (kata kerja). Jadi, fa’il hanya ada pada kalimat yang berupa
jumlah fi’liyah, yaitu kalimat yang dimulai dengan kata kerja

Fail dibagi menjadi dua:


      1.      Fail isim zahir (‫)فاعل اسم ظاهر‬, yaitu subjek yang berupa sesuatu atau nama.
      2.      Fail isim dhamir (‫ )فاعل اسم ضامر‬, yaitu subjek yang berupa kata ganti.

Maf’ul (objek) yang tidak disebutkan fa’ilnya (subjek/pelakunya) memiliki kedudukan


marfu’ karena dia menduduki tempat fa’il. Dalam bahasa indonesia, kalimat seperti ini
disebut kalimat pasif. Maf’ul yang menduduki tempat fail disebut NAIBUL FA’IL.

A.    Isim yang mengalami I’rab Rafa’ dinamakan Isim Marfu’ yang terdiri dari:
1.      Mubtada’ (Subjek) dan Khabar (Predikat) pada Jumlah Ismiyyah (Kalimat Nominal).
Perhatikan contoh-contoh Jumlah Ismiyyah di bawah ini:
‫ =اَ ْلبَيْتُ َكبِ ْي ٌر‬rumah itu besar
‫ =اَ ْلبَيْتُ َكبِ ْي ٌر َج ِم ْي ٌل‬rumah itu besar (lagi) indah
‫ =اَ ْلبَيْتُ ا ْل َكبِ ْي ُر َج ِم ْي ٌل‬rumah besar itu indah
‫ =اَ ْلبَيْتُ ا ْل َكبِ ْي ُر َج ِم ْي ٌل َغا ٌل‬rumah besar itu indah (lagi) mahal
Dalam contoh di atas terlihat bahwa semua Isim yang terdapat dalam Jumlah Ismiyah
ialah Marfu’ (mengalami I’rab Rafa’), tandanya adalah Dhammah.

2.      Fa’il (Subjek Pelaku) atau Naib al-Fa’il (Pengganti Subjek Pelaku) pada Jumlah


Fi’liyyah (Kalimat Verbal). Contoh:
‫=جا َء ُم َح َّم ٌد‬ َ Muhammad dating
‫ب ُع َم ُر‬ ْ
ُ ِ‫ =يَغل‬Umar menang
‫ب ا ْل َكافِ ُر‬ ُ َ‫ =يُ ْغل‬orang kafir itu dikalahkan
ُ‫ش ْيطَان‬ َّ ‫ =لُ ِعنَ ال‬syaitan itu dilaknat
‫ ُم َح َّم ٌد‬  (=Muhammad) –> Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah
‫ ُع َم ُر‬  (=Umar) –> Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah
‫ا ْل َكافِ ُر‬  (=orang kafir) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.
َ ‫ش ْي‬
ُ‫طان‬ َّ ‫ال‬ (=syaitan) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.

B.     Suatu isim menjadi marfu’ dalam 6 keadaan:


1.      Mubtada’ (H‫)المبتدأ‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat. Mubtada’ adalah isim yang memiliki
kedudukan marfu’ karena tidak terpengaruh oleh amil apapun. Hal itu terjadi karena
mubtada’ berada di awal kalimat.
Misal : ‫الكتابُ جدي ٌد‬ (Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru
Kata ‫الكتاب‬ (= buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.

2.      Khobar Mubtada’ (‫)الخبر‬


Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’. Khabar adalah penjelas dari mubtada’.
Karena disandarkan pada mubtada’, maka khabar juga sama seperti mubtada’,
kedudukannya marfu’. Khabar yang marfu’ adalah khabar mufrad.
Pada kalimat ‫الكتابُ جدي ٌد‬ , kata ٌ‫جديد‬ (= baru) merupakan khobar, karena menyempurnakan
makna mubtada’

3.      Isim kaana ( ‫ )اسم كان‬dan saudara-saudaranya


Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya. Pola kalimat
dengan diawali kana adalah salah satu pola kalimat khusus dalam Bahasa Arab yang
menyebabkan ketentuan-ketentuan khusus pula. Kalimat setelah kana memiliki isim dan
khabar. Isim pada kalimat inilah yang berkedudukan marfu. Misal:‫( كان الكتابُ جديدًا‬Kaana
al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

Kata ‫الكتاب‬ (=
ُ buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’,
setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.
Kana dan saudara-saudaranya:
1.     ‫كان‬  (menjadi/yang terjadi)
2.     ‫ليس‬  (bukan/tidak)
3.     ‫صار‬  (menjadi)
4.     ‫بات‬  (semalam)
5.     ‫اصبح‬  (di waktu pagi)
6.     ‫اضحى‬  (di waktu dhuha)
7.      ‫امسى‬  (di waktu sore)
8.     ‫ظلّى‬  (senantiasa/masuk waktu siang
9.     ‫ما زال‬  (senantiasa/masih)
10. ‫ما برح‬  (senantiasa/masih)
11. ‫ما فتئ‬  (senantiasa)
12. ‫ما انفك‬   (senantiasa)
13. ‫ما دام‬  (selama/selamanya)

ّ ‫ )خبر‬dan saudara-saudaranya
4.      Khobar Inna (‫إن‬
Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya. Pola
kalimat dengan diawali inna adalah salah satu pola kalimat khusus dalam Bahasa Arab
yang menyebabkan ketentuan-ketentuan khusus pula.
Kalimat setelah inna memiliki isim dan khabar. Khabar pada kalimat inilah yang
berkedudukan marfu.
Misal : ‫الكتاب جدي ٌد‬
َ َّ
‫إن‬ (inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
Kata ٌ‫جديد‬ (= baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi
“khobar inna”
Inna dan saudara-saudaranya:
ّ ‫إن‬ 
1.     ‫أن‬/ ّ (sesungguhnya)
ّ
2.     ‫ولكن‬/ ّ (tetapi)
‫لكن‬ 
ّ
3.     ‫كأن‬  (seakan-akan)
4.     ‫ليت‬  (tidaklah)
5.     ‫لع ّل‬  (bisa jadi, mungkin saja, semoga saja)
5.      Fa’il (‫)الفاعل‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan
menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati
perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.
Misal : ً‫قـَرأ الطالبُ رسالة‬ (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata ‫الطالب‬ (=
ُ siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu
membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa),
jadi siswa itu sebagai subjek.

6.      Naibul Fa’il (‫)نائب الفاعل‬


Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan
menempati kedudukan fa’il setelah dihapusnya fa’il tersebut.
Misal : ُ‫أت الرسالة‬
ْ ‫قـ ُ ِر‬ (Quri’at ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.
Kata ُ‫الرسالة‬ (= surat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja pasif (yaitu
dibaca).

C.    Isim-isim yang mengikuti sebuah kata yang marfu’, maka menjadi marfu’ pula.
Ada empat macam tabi’: Na’t, ‘ataf, taukid dan badal.

·         Na’t adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menjadi sifat.
‫َجا َء َز ْي ٌد اَ ْل َك ِر ْي ُم‬
‫اَ ْل ُم ْسلِ ُموْ نَ ْال ُمتَّقُوْ نَ يُ ِط ْيعُوْ نَ هللا‬
·         Ataf adalah isim yang mengikuti sebuah kata dengan diselingi oleh huruf ‘ataf.
‫َجا َء َز ْي ٌد ثُ َّم َك ِر ْي ٌم‬
َ ‫الطالَّبُ إِلَى ْال ُم َخا‬
‫ض َر ِة‬ ُّ ‫َب ْال ُم َد ِّرسُوْ نَ َو‬ َ ‫َذه‬
·         Taukid adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menguatkan kata
tersebut.
ُ‫َجا َء َز ْي ٌد نَ ْف ُسه‬
َ ‫يَتَطَهَ ُر ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ أَ ْنفُ ُسهُ ْم فِى َر َم‬
َ‫ضان‬
·         Badal adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan isim itu memberi status tambahan.
‫ك‬َ ْ‫َجا َء َز ْي ٌد أَ ُخو‬
َ‫يَ ْش َر ُح ْال ُمدَرِّ سُ َرا ِش ِدى اللُّ َغةَ ْال َع َربِيَّة‬

Anda mungkin juga menyukai