Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Tawabi ( Taat, Ataf, Tauhid, Badal )

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab

Dosen Pengampu : Abdul Fattah, S.S,.M.Ag

Oleh : Kelompok 12

Dian Nurjaman

Emad Hasan

Heri irawan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

NAHDLATUL ULAMA GARUT

Jl. Pembangunan No. 58 Tarogong Kidul Garut Jawa Barat 44151

Telp. (0262) 2803224 e-mail: stiebsnu@gmail.com

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
BAB I

PEMBAHASAN

A Pengertian Naat dan Man’ut ‫) ) ﺍﻟﻨﻌﺕ ﻮﺍﻟﻣﻧﻌﻭﺕ‬


Menurut bahasa naat adalah menerangkan suatu sifat. Sedangkan menurut istilah naat
adalah isim tabi’yang menerangkan sifat dari lafadz yang diikutinya.semisal contohnya
Budi anak yang rajin,kata rajin pada contoh ini dinamakan naat sedangkan budi
dinamakan man’ut.
Contoh: ‫ ﻣﺭﺮﺖ‬,‫ ﺑﺮﺟﻞ‬,‫ ﻜﺮﯿﻢ‬Artinya saya bertemu seorang laki2 muliya. ‫ ﻣﺭﺮﺖ‬:adalah fiil
madi yang bertemu dengan domir rofa’hukumnya adalah mabni sukun. ‫ ﺑﺮﺟﻞ‬:adalah
man’ut,I’robnya adalah jer karna kemasukan huruf jer ba’. ‫ ﻜﺮﯿﻢ‬:adalah na’at I’robnya
adalah jer karna mengikuti man’ut.
‫ ﺍﺮﺑﻌﺔ‬,‫ ﺍﻵ‬,‫ ﻭﺍﺤﺪ‬,‫ ﻭﻗﺖ‬,‫ ﻓﻲ‬,‫ ﻜﻟﮭﺍ‬,‫ ﺘﺠﺗﻤﻊ‬,‫ ﻭﻻ‬,‫ ﻋﺷﺭﺓ‬,‫ ﻤﻦ‬,‫ ﻭﺍﺤﺪ‬,‫ ﻓﻲ‬,‫ ﻟﻠﻤﻨﻌﻭﺖ‬,‫ ﺘﺍﺑﻊ‬,‫ ﺍﺍﻧﻌﺖ‬ ‫ ﺍﻻﻋﺮﺍﺐ‬,‫ ﺍﻮﺠﻪ‬,‫ ﻤﻦ‬,‫ﺍﻻﻮﻝ‬
‫ ﻓﻲﺍﻟﺗﻨﻜﯾﺮ‬,‫ ﻭﺍﻟﺮﺍﺑﻊ‬,‫ ﺍﻭﺍﻟﻣﺆﻨﺚ‬,‫ ﻓﻲﺍﻟﺗﺬﻛﻳﺮ‬,‫ ﻭﺍﻟﺛﺍﻟﺚ‬,‫ ﺍﻭﺍﻟﺠﻣﻊ‬,‫ ﺍﻭﻟﺗﺛﻧﻳﺔ‬,‫ ﻓﻲﻺﻓﺮﺍﺩ‬,‫ ﻭﺍﻟﺛﺍﻧﻲ‬,‫ ﻮﺍﻟﺤﻓﺽ‬,‫ ﻮﺍﻠﻧﺻﺐ‬,‫ ﺍﻠﺮﻓﻊ‬,‫ ﻮﮬﻮ‬,‫ﺍﻠﺛﻟﺍﺛﺔ‬
‫ ﺍﻭﺍﻟﻣﻌﺮﻓﺔ‬Na’at mengikuti man’ut dalam beberapa hal: 1.dalam hal I’rob Yaitu I’rob
rofa’irob nasob dan irob jer. 2.dalam mufrod ,tasniah dan jama’. 3.didalam muzdakar dan
muannas. 4.didalam ma’rifat dan nakiroh. Catatan: dalam I’rob naat harus mengikuti
manut,apabila manut rofa’naat harus dirofa’bila man;ut nasob naat harus dinasob,bila
man’ut dijer naat pun harus dijer.begitupun juga apabila man’ut mufrod na’at harus
mufrod,bila man;ut tasniah na;at harus tasniah,bila man’ut jama’na’at harus jama’dan jika
man’ut muzakar na’at harus muzakar,bila man’ut muanas na’at pun harus muanas,bila
man;ut ma’rifat na;at juga ma’rifat,bila na’at nakiroh naat juga harus nakiroh.
Selanjutnya akan kami berikan contoh2nya : I’Rob (berubahnya akhir kalimah karna
berbeda bedanya amil yang masuk)
 Rofa’:‫ ﻜﺭﯾﻢ‬,‫ ﺰﯾﺫ‬,‫ ﺠﺍﺀ‬o ‫ﺍﺠﺍﺀ‬:adalah fiil madi mabniyun alal fatkhi. o ‫ﺯﻳﺫ‬:adlah man’ut
dirofa’ karna menjadi fail tandanya adalah dhommah. o ‫ﻛﺭﻳﻢ‬:adalah na;at
dirofa’karna mengikuti man’ut
 Nasob :‫ ﻋﺍﻟﻤﺍ‬,‫ ﺯﯾﺫﺍ‬,‫ ﺭﺍﯾﺖ‬o ‫ﺭﺍﻳﺕ‬:adalah fiil madi mabni sukun karna bertemu dengan
domir rofa. o ‫ﺯﻳﺫﺍ‬:adalah man’ut dinasob karna menjadi maf;ul bih tandanya
adalah fatha o ‫ﻋﺍﳌﺍ‬:adalah na’at dinasob karna mengikuti man’ut.
 Jer : ‫ ﺍﻤﺭﺭﺖ‬,‫ ﻓﻗﯾﮫ ﺑﺰﯾﺫ‬o ‫ﻣﺭﺭﺕ‬:adalah fiil madi mabni sukun karna bertemu dengan
domir rofa’tandanya adalah kasroh. o ‫ﺑﺯﻳﺫ‬:adalah man’ut dijer karna kemasukan
huruf jer yaitu ba; o ‫ﻓﻗﻳﻪ‬:adalah na’at dijer karna mengikuti man’ut.

2
 .Mufrod: ‫ ﻋﺍﺮﻴﻑ ﺍﺴﺗﺍﺬ ﺟﺍﺀ‬Artinya :telah datang seorang ustad yang arif
 .tasniah: ‫ ﺍﻟﻌﺍﻟﻣﺍﻦ ﺯﻳﺬﺍﻦ ﺠﺍﺀ‬Artinya :dua zaid yang berilmu teleh datang
 jama’ : ‫ ﺍﻟﺼﺍﻟﺤﻭﻦ ﺍﻟﻣﺴﻟﻣﻭﻦ ﺠﺍﺀ‬artinya :kaum muslimin yang soleh telah datang
 muzdakar: ‫ ﺻﺍﻟﺡ ﻮﻟﺪ ﻋﻟﻲ‬Artinya :ali anak yang pandai
 muanas : ‫ ﺍﻟﻌﺍﻟﻣﺔ ﮪﻧﺩ ﺖ ﺠﺍﺀ‬Artinya :hindun yang berilmu teleh datang
 Ma’rifat: ‫ ﺍﻟﺻﺍﺑﺭ ﺍﻟﺭﺠﻭﻝ ﻋﻣﺭﻭ‬Artinya :umar laki laki sabar
 Nakirah : ‫ ﻋﺍﻘﻝ ﺭﺠﻝ ﺠﺍﺀ‬Artinya :laki laki berakal telah datang.
‫ ﻭﻸﺴﻡﺍﻟﺬﯤ‬,‫ ﻧﺤﻭﮪﺬﺍﻭﮪﺬﮦ‬,‫ ﺍﻟﻣﺑﮭﻡ‬,‫ ﻭﻸﺴﻡ‬,‫ ﻭﻣﻜﺔ‬,‫ ﺯﻴﺬ‬,‫ ﻭﻸﺴﻡﺍﻟﻌﻟﻡﻧﺤﻭ‬,‫ ﺍﻧﺍﻭﺍﻧﺗﺍ‬,‫ ﺍﻟﻣﺿﻣﺮﻧﺤﻭ‬,‫ ﺍﻸﺴﻡ‬,‫ ﺍﺸﯾﺍﺀ‬,‫ ﺧﻣﺸﺔ‬,‫ﻭﺍﻟﻣﻌﻔﺔ‬
‫ ﻻﻴﺨﺗﺺ‬,‫ ﻓﻲﺠﻧﺴﻪ‬,‫ ﺸﺍﺀﻊ‬,‫ ﻜﻝﺍﺴﻡ‬,‫ ﻭﺍﻠﻧﻜﺮﺓ‬,‫ ﻣﻦﻫﻨﻩﻸﺮﺒﻌﺔ‬,‫ ﻭﻣﺍﺍﻀﻴﻔﺍﺍﻟﻲﻲﻭﺍﺣﺪ‬,‫ ﺍﻟﻐﻟﺍﻡ‬,‫ ﻧﺤﻭﺍﻟﺮﺠﻝ‬,‫ ﻭﻼﻡ‬,‫ ﻸﻟﻒ‬,‫ﻓﯿﻪ‬
‫ﺒﻪ ﻮﺍﺤﺪ ﺩﻮﻥ ﺍﺨﺮ ﻮﺗﻗﺮﻴﺒﻪ ﻛﻝ ﻤﺍ ﺼﻟﺡ ﺩﺨﻮﻝﺍﻻﻟﻒ ﻮﻼﻢ ﻋﻠﻳﻪ ﻨﺤﻮﺍﻠﺮﺟﻞ ﻮﺍﻠﺮﺠﻝ‬
B Isim marifat :
Isim marifat itu ada lima a.isim mudmar(ana waanta)b.isim
alam/nama(zaidun ,makah)c.isim mubham,isim isaroh(hada ,hadihi,aladi)d.isim yang
kemasukan al(algulamu)e.kalimah yang di idofahkan salah satu empat diatas. Isim
nakiroh adalah isim mau menerima al tarif.lebih jelasnya ini dijelaskan dalam bab
marifat nakiroh. Catatan :na;at dalam b indonesia biasa disebut dengan keterangan
sifat Man’ut adalah orang atau benda yang yang disebutkan sifatnya.
‫ ﺍﺷﺗﺭﻳﺕ‬,‫ ﺍﻟﻜﺘﺍﺏ‬,‫ ﺍﻟﺠﺪﻳﺪ‬Saya membeli buku baru,kata baru(‫ )ﺍﻟﺠﺪﻳﺪ‬disamping adalah
na’at, Kata buku(alkitaaba)adalah man’ut. Penutup Bahasa Arab adalah bahasa
Agama Islam dan bahasa Al-Qur’an, seseorang tidak akan dapat memahami kitab dan
sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari penyelewengan) kecuali
dengan bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan Bahasa Arab akan
mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap
permasalahan agama.
Sungguh sangat ironis dan menyedihkan, sekolah-sekolah dinegeri kita, bahasa
Arab tersisihkan oleh bahasa-bahasa lain, padahal mayoritas penduduk negeri kita
adalah beragama Islam, sehingga keadaan kaum muslimin dinegeri ini jauh dari
tuntunan Alloh Ta’ala dan Rasul-Nya.
Maka seyogyanya anda sekalian wahai penebar kebaikan… mempunyai andil dan
peran dalam memasyarakatkan serta menyadarkan segenap lapisan masyarakat akan
pentingya bahasa Al Qur’an ini, dengan segala kemampuan yang dimiliki, semoga
Allah menolong kaum muslimin dan mengembalikan mereka kepada ajaran Rasul-

3
Nya yang shohih. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Alloh
Ta’ala. Segala puji hanyalah bagi Alloh Tuhan semesta alam.
Adapun Na’at adalah Tabi’ penyempurna lafazh sebelumnya dengan sebab
menyifatinya (Na’at Haqiqi) atau menyifati lafazh hubungannya (Na’at Sababi). 
C TABI’ / TAWABI‘

Pengertian Tabi’ (yang mengikuti) : adalah Isim yang bersekutu dengan lafazh
sebelumnya di dalam i’robnya secara mutlak.
Penjelasan Definisi: Lafazh sebelumnya disebut Matbu’ (yang diikuti). Di dalam
i’robnya secara mutlak dimaksudkan untuk semua keadaan i’rob Rofa’, Nashob dan Jar.
Contoh:

‫المهذب‬
ُ ‫جاء الرج ُل‬

JAA’A AR-ROJULU AL-MUHADZDZABU = Laki-laki yang baik itu telah


datang
‫المهذب‬
َ ‫الرجل‬
َ ‫رأيت‬

RO’AITU AR-ROJULA AL-MUHADZDZABA = Aku melihat laki-laki yang


baik itu
‫ب‬
ِ ‫الرجل المهذ‬
ِ ‫سلمت على‬

SALLAMTU ‘ALAA AR-ROJULI AL-MUHADZDZABI = Aku memberi salam


pada laki-laki yang baik itu

Pada tiga contoh diatas, lafazh AL-MUHADZDZAB (Tabi’) mengikuti lafazh


AR-ROJUL (Matbu’) di dalam tiga bentuk i’robnya masing-masing.

Keluar dari definisi Tabi’ adalah Khobar dari Mubtada’ dan Haal dari Isim
Manshub.

Contoh Khobar dari Mubtada’ :

‫الدنيا متاع‬

AD-DUNYA MATAA’UN = Dunia itu perhiasan.


Contoh Haal dari Isim Manshub :

‫ال تشرب الماء كدر ًا‬

4
LAA TASYROB! AL-MAA’A KADIRON = jangan kamu minum air dalam
keadaan keruh!
Dua lafazh Khabar dan Haal pada contoh diatas tidak disebut Tabi’ karena tidak
bersekutu dengan lafazh sebelumnya secara mutlak pada semua keadaan i’robnya,
namun hanya pada sebagian keadaan i’rob saja.

Isim-isim Tabi’ atau dijamak Tawabi’ menurut pokoknya ada empat: Na’at,
Taukid, ‘Athaf dan Badal. InsyaAllah akan dijelaskan nanti secara rinci untuk semua
bentuk-bentuk tawabi’ pada bab-bab selanjutnya.

Menurut yang masyhur : Matbu’ tidak boleh diakhirkan dari Tabi’nya yakni
dengan sebab mengedepankan Tabi’nya, demikian mafhum dari perkataan Mushannif
pada Bait diatas “AL-ASMAA’IL-AWWALI”.

Penjelasan definisi: Tabi’ adalah nama jenis yang mencakup semua Tabi. Sebagai


penyampurna matbu’ dengan sebab menjelaskan sifatnya, untuk membedakan dengan
bentuk-bentuk tabi’ lain yang tidak menunjukan sifat Matbu’ ataupun sifat yang
berta’alluq pada Matbu’. Dengan demikian Na’at harus berupa Isim Musytaq untuk
melaksanakan penunjukan suatu makna sekaligus si empunya makna

Diambil dari definisi Na’at tersebut, maka Na’at terbagi dua macam:

1. Na’at Hakiki:
Adalah Na’at yang menunjukkan sifat bagi Isim sebelumnya. Contoh:

‫أقمت في المنزل الفسيح‬

AQIMTU FIL-MANZILIL-FASIIHI = saya tinggal di rumah yang luas


Lafazh AL-FASIIHI = Na’at Hakiki yang menunjukkan sifat bagi Isim yang ada
sebelumnya (AL-MANZILI). Dan disebut Na’at Kakiki karena yang punya sifat AL-
FASIIHI (luas) hakikatnya adalah Man’ut sendiri yaitu lafazh AL-MANZILI (tempat
tinggal/rumah).

Ciri-ciri Na’at Haqiqi adalah: menyimpan dhamir mustatir yang merujuk pada
Man’ut.

2. Na’at Sababi
Adalah Na’at yang menunjukkan sifat bagi Isim yang mempunyai irthibat/ikatan
dengan Matbu’. Contoh:

5
‫أقمت في المنزل الفسيح فناؤه‬

AQIMTU FIL-MANZILIL-FASIIHI FINAA’U HUU = saya tinggal di rumah


yang luas halamannya
Lafazh AL-FASIIHI disebut Na’at, akan tetapi bukanlah Na’at bagi lafazh
Matbu’ AL-MANZILI, karena AL-FASIIHI bukan sifat bagi AL-MANZILI. Hanya saja
sifat tersebut diperuntukan bagi Isim yang mempunyai ikatan dengan Isim Matbu’ yaitu
lafazh FANAA’U HUU/halamannya. Oleh karena itu disebut Na’at Sababi.

AL-FASIIHI = Na’at, majrur dengan tanda jar kasroh. FANAA’U = Fa’ilnya,


dirofa’kan oleh sifat dengan tanda rofa’ dhammah. HUU = Mudhaf Ilaih, Dhamir Bariz
Muttashil yang merujuk pada Matbu’ sebagai robit/pengikat antara isim zhahir dan
matbu’.

Ciri-ciri Na’at Sababi: yakni setelah Na’at didatangkannya Isim Zhahir yang
dirofa’kan oleh Na’at dan mencakup ada dhamir yang kembali pada Man’ut.

D. Faidah-faidah Na’at sebagai penyempurna faidah lafaz sebelumnya, yang


masyhur adalah sebagai berikut :
1. Faidah IDHAH (menjadikan jelas) apabila Man’utnya berupa Isim Ma’rifah.
Yakni: menghilangkan isytirok lafzhiy (persekutuan lafazh) di dalam lafazh Isim
ma’rifah, dan menghilangkan ihtimal ma’nawiy (kemungkinan makna) yang
mengarah kepada makna Isim ma’rifah. Contoh:

‫حضر خالد التاجر‬

HADHARA KHAALIDUN AT-TAAJIRU = Khalid yang pedagang itu telah


hadir.
2. Faidah TAKHSHISH (penghususan) apabila Man’utnya berupa isim Nakirah.
Yakni: mengurangi Isytirok makna di dalam makna isim nakirah dan
mempersempit bilangan jumlah yang mencakupinya. Contoh:

‫جاء رجل واعظ‬

JAA’A ROJULUN WAA’IZHUN = seorang lelaki penasehat telah datang.


3. Faidah MUJARRODUL-MADAH (pujian khusus). Contoh:
‫الرحيم قل ُبه‬
ِ ‫الشامل عد ُله‬
ِ ‫ب‬
ِ ‫بن الخطا‬
ِ ‫عمر‬
َ ‫رضي هللاعن‬

6
RODHIYALLAAHU ‘AN UMAROBNIL-KHOTHTHOOBI ASY-SYAAMILI
‘ADLUHUU AR-ROHIIMI QOLBUHUU = semoga Allah memberi Rahmat
pada Umar bin Khaththab yang keadilannya luas dan hatinya penuh kasih .
4. Faidah MUJARRODUDZ-DZAMM (celaan khusus). Contoh:
‫أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬

A’UUDZU BILLAAHI MINASY-SYAITHOONIR-ROJIIMI = aku


berlindung kepada Allah dari Syetan yang terkutuk.
5. Faidah TAROHHUM (menaruh belas kasih). Contoh:
‫اللهم ارحم عبدك المسكين‬

ALLAHUMMA IRHAM ‘ABDAKA AL-MISKIINA = ya.. Allah, kasihanilah


hambaMu yang miskin.

6. Faidah TAUKID (pengokohan). Contoh dalam Ayat Al-Qur’an:


‫فإذا نفخ في الصور نفخة واحدة‬

FA IDZAA NUFIKHO FISH-SHUURI NAFKHOTUN WAAHIDATUN = Maka


apabila sangkakala ditiup sekali tiup (QS. Al-haaqqah:13)
Lafazh WAAHIDATUN = Na’at yang berfaidah sebagai Taukid, sebab makna
wahidah sudah dimafhumi dari Man’ut lafazh NAFKHOTUN yang berupa Isim
Murroh.

‫فاسلك فيها من كل زوجين اثنين‬

FASLUK FIIHAA MIN KULLIN ZAUJAINI ITSNAINI = maka masukkanlah ke


dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis) (QS. Al-Mu’minun:27)
Lafazh ITSNAINI = Na’at yg berfaidah sebagai Taukid, dari lafazh man’ut
ZAUJAINI.

Membedakan ‘Hal’ (‫ )الحال‬dalam Bentuk Jumlah dan ‘Na’at’ (‫ )النعت‬Dalam


Bentuk Jumlah man’ut .
Hal, adalah diantara jenis isim manshub, yang menjelaskan keadaan (hal)
dari shohibul-hal-nya.
Isim ini WAJIB manshub dan NAKIROH. AdapunNa’at adalah diantara
isim Taabi’ yang I’robnya :
mengikuti Matbu’. JadiNa’at, bisasaja marfu’, atau manshub atau majruur. Da
lamh l nakirohdan ma’rifat nyapun, na at mengikuti man’ut nya.Hal dan na’at,

7
seperti juga khobarnya mubtada dapat
berbentuk mufrod,jumlah (ismiyah maupun fi’liyyah) dan syibhu jumlah (susunan jar
– majruur dan dzorof – madzruuf)
Jika Haal dalam bentuk mufrod, insyaaAllah masih mudah dibedakan dengan na’at
mufrod. Tapi jika hal sudah berbentuk jumlah, kalau tidak jeli, bisa tertukar tukar..
Coba lihat contoh contoh berikut ini:

Yang bergaris bawah di bagian (‫ )أ‬itu semuanya hal; ada yang mufrod ada juga yang
dalam bentuk jumlah. Dan yang bergaris bawah di bagian (‫ )ب‬ituna’at semua, ada
yang bentuk mufrod ada juga yang  jumlah. Coba perhatikan yang bentuk jumlah.
Mirip-mirip kan?
Di bagian (‫ )أ‬adalah hal. Perhatikan bahwa shohibul haal nya semuanya dalam
bentuk ma’rifat. Di nomer 1, hal nya mufrod. Sedangkan nomer 2 dan 3, hal nya
dalam bentuk jumlah. Adapun nomor 4 dan 5, maka hal nya dalam bentuk syibhu
jumlah. Dan hal semuanya nashob atau fii mahalli nashbin pada hal jumlah.
ُّ ‫ )ال ُخ َز‬karenaman’utnya (‫أبو‬
Di bagian (‫)ب‬, na’at. Di nomer 1, na’atnya ma‘rifat (‫اعي‬
‫)معبد‬ juga ma’rifat. Sedangkan di nomer 2, kita lihat na’atnya (
‫)كريمة‬ nakiroh karena man’utnya (ٌ‫ )امر َءة‬juga nakiroh. Adapun nomer selanjutnya
yang na’atnya berupa jumlah, ternyata man’ut nya seluruhnyanakiroh baik
dina’at berupa jumlah (contoh nomor 3, ‫)خلَّفها الهزال‬, maupun yang berupa syibhul

8
jumlah (nomer 4 “‫”في الفناء‬  dan 5 “‫ط الصحراء‬,,,,,‫)”في خيمة وس‬.Bandingkan
dengan shohibul hal yang WAJIB ma’rifat. Nahh ini kuncinya!

Maka, man’ut dapat
berupa ma’rifat atau nakiroh jika na’atnya mufrod;karena naat mengikuti man’utny
a dalam
hal nakiroh – ma’rifat. Seperti contoh nomer 1 dan 2. Adapun jika na’atnya
berupa jumlah atau syibhu jumlah maka man’utnya WAJIB nakiroh.

D Kaidah
1. Hal berupa isim nakiroh jika dia
dalambentuk mufrod. Sedangkan na’atmufrod mengikuti man’ut dalam hal nakiroh
ma’rifat nya.

2. Shohibul hal selalu ma’rifat. Sedangkan na’at, bisa nakiroh atauma’rifat,


tergantung man’utnya jika na’at dalam bentuk mufrod. Adapun
jika na’at berupa jumlah atau syibhu jumlah, maka man’ut harus nakiroh.
3. Hal itu selalu manshub. Sedangkan na’at maka ia mengikuti I’rob man’utnya
dalam hal rofa, nashob atau jarrnya.

9
BAB III
PENUTUP

A) Kesimpulan
Perbedaannya jelas sekarang: Yang satu (shohibul hal) mesti nakiroh, yang satu
(man’ut) mesti ma’rifat
naat adalah menerangkan suatu sifat. Sedangkan menurut istilah naat adalah isim
tabi’yang menerangkan sifat dari lafadz yang diikutinya
Isim marifat itu ada lima a.isim mudmar(ana waanta)b.isim
alam/nama(zaidun ,makah)c.isim mubham,isim isaroh(hada ,hadihi,aladi)d.isim
yang kemasukan al(algulamu).
Pengertian Tabi’ (yang mengikuti) : adalah Isim yang bersekutu dengan lafazh
sebelumnya di dalam i’robnya secara mutlak.
B) Saran

Sangat disarankan bagi para pembaca yang telah membaca makalah ini
agar terus memperbanyak pengetahuan kita akan adawatul istifham dan
adawatul jazmi, kita bisa mendalami pengetahuan kita akan bahasa arab.
Bukan hanya dari segi pengetahuan saja, tapi sisi positif lainnya kita
dapat mendalami Al-Quran dan makna-makna yang tersimpan di dalam Al-
Quran.

Daftar pustaka

10
Sonhaji Iman,Matan jurniah Sofwan Solihuddin,Makosidun Nahwi jus tsani :2002 Anwar
Muhammad,Ilmu Nahwu,1992 Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt

2006. Al-Qur’an Terjemah Indonesia. Kudus: Penerbit Menara Kudus.


Al-Hasyim, Ahmad. 2005. Jawahir al-Balaghah. Kairo: Penerbit Maktabah Al-Adab.
Cetakan kedua.
Anwar, Abu. 2005. Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Pekanbaru: Penerbit Amzah. Cetakan
kedua.
Chirzin, Muhammad. 1998.  Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Jakarta: Penerbit Dana Bhakti
Prima Yasa. Cetakan pertama.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997. Cetakan keempat belas.

11

Anda mungkin juga menyukai