Anda di halaman 1dari 2

Nama : Moch.

Fauzan Misbahudin

Prodi : Manajemen keuangan syariah

Npm : 203971001

Mata kuliah : sejarah peradaban Islam

Dosen : Ilyas suhendar, M. Pd

Tanggal : 05 Agustus 2021

Jawaban

1. Tanggapan saya, khilafah yang dalam konsep HTI dan FPI adalah sistem pemerintahan, jelas-jelas
ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Karena khilafah yang mereka perjuangkan adalah satu
negara kebangsaan yang berdasarkan islam yang meliputi beberapa bangsa di dunia. Sedangkan
Indonesia, sebagai negara dengan sistem Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan
ketuhanan maka Indonesia juga sudah sangat islami. Menurut Mahfud, mengutip pendapat dosennya
yang mengampu mata kuliah Hukum Islam, KH. Ahmad Azhar Basyir, mengatakan bahwa tidak ada
khilafah (dengan Sistem baku) yang harus diikuti. Bahkan menurut mantan Pimpinan Muhammadiyah
tersebut, Indonesia ini adalah negara yang sangat sesuai dengan syariat islam.

2. Menurut saya, karena di kota madinah itu mayoritas umatnya beragama islam. Dan sebelum nabi
Muhammad Saw hijrah ke kota madinah pun umat kota madinah kebanyakan beragama Islam. Jadi yg
saya tahu nabi tidak mendirikan negara islam. Namun nabi meneruskan dakwah nya di sana wallahu
alam.

3. Menurut saya, dri hasil penelitian itu: 1) Negara adidaya adalah negara superpower, yaitu negara
yang mampu memberikan pengaruh dan intervensi kepada negara-negara/wilayah lain. Islam memiliki
pengaruh dan kekuatan yang besar, sehingga mampu memiliki wilayah yang luas dan mempunyai
kemampuan untuk mengatur wilayah-wilayah tersebut. Islam sebagai adidaya berlangsung lama. Pada
masa Dinasti Umayyah, Islam semakin kokoh dalam poros adidaya, terlebih lagi memang telah dibangun
pondasi-pondasi adidaya itu pada masa sebelum Dinasti Umayyah berkuasa. Keadidayaan Islam
dibuktikan dengan intonasi-intonasi dalam bidang militer, ekonomi, dan bidang-bidang lainnya, sehingga
membuktikan keberhasilannya membangun peradaban dan menempatkannya dalam poros adidaya. 2)
Faktor-faktor pendukung Islam sebagai adidaya pada masa Dinasti Umayyah khususnya, yaitu tidak
dinafikan dari dua faktor. Faktor internal dan eksternal. Faktor Internal yaitu, ajaran dan nilai Islam,
luasnya wilayah, dukungan militer, dan ekonomi. Adapun faktor eksternal yaitu, kelemahan imperium
Persia dan Romawi timur.
4. Hal itu terjadi lantaran Eropa pada masa sebelum Islam datang, masih sangat terbelakang dan diliputi
oleh kegelapan. Selama rentang waktu kurang lebih tujuh setengah abad, umat Islam di Spanyol telah
mencapai kemajuan yang pesat baik di bidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan.

Dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, Islam di Spanyol telah mulai membangunnya pada awal
abad ke-9 M, selama masa pemerintahan Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman. Kebijakan mengenai filsafat
kemudian dilanjutkan oleh penguasa selanjutnya, Al Hakam, yang mengeluarkan kebijakan untuk
mengirimkan hasil karya ilmiah dari timur dalam jumlah besar ke wilayah Andalusia. Kebijakannya itu
telah menjadikan Cordoba sebagai pusat pengetahuan Islam di Eropa, sejajar dengan Baghdad.

5. Menurut Quraish Shihab, imam dan khalifah dua istilah yang digunakan Alquran untuk menunjuk
pemimpin. Kata imam diambil dari kata amma-ya’ummu, yang berarti menuju, dan meneladani. Kata
khalifah berakar dari kata khalafa yang pada mulanya berarti “di belakang”. Kata khalifah sering
diartikan “pengganti” karena yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang
digantikannya.

6. Masyarakat madani (civil society) adalah sebuah tatanan peradaban yang amat didambakan oleh
setiap bangsa. Dalam perspektif Islam arti masyarakat madani lebih mengacu kepada penciptaan sebuah
peradaban. Kata Madinah sebenarnya berasal dari kata al din artinya agama, berkaitan dengan makna al
tamaddun, atau peradaban.

7. Sistem politik yang dipakai di indonesia telah sesuai dengan prinsip - prinsip Islam hal ini


karena Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas umat Islam dan terdapat pemeluk agama
lain maka sistem demokratis Pancasila telah sesuai dengan kehidupan bangsa dan bernegara.

8. Metode Ijtihad MUI yang digunakan dalam menetapkan fatwa-fatwanya meliputi 3 (tiga) pendekatan,
yaitu: Pertama, pendekatan Nash Qath’i. Namun, pendekatan nash qath’i yang dipergunakan oleh MUI
dalam mengeluarkan fatwa hanya sebatas perbentangan akan dalil-dalil dari ayat-ayat al-Qur’an dan
Hadist shahih Nabi tanpa menjelaskan petunjuk (dilalah) makna pada masalah yang dikaji. Kedua,
pendekatan Qauli. dalam menetapkan fatwa Komisi Fatwa MUI tidak hanya menukil pendapat empat
imam madzhab saja tapi MUI terkadang juga menukil pendapat dari luar empat imam madzhab beserta
pengikutnya itu seperti madzhab imamiyah dan dzahiriyah. Bahkan terkadang MUI juga menukil
pendapat yang bersifat kolektif. Ketiga, pendekatan Manhaji. digunakan hanya apabilah metode Nash
Qath’I dan Qauli tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan pada permasalahan yang sedang
dikaji. Dalam aplikasinya MUI terkadang tidak konsisten dalam menggunakan ketiga pendekatan
tersebut, itu dapat dilihat dari hasil penetapan fatwanya. Ketidak konsistenan itu dapat di lihat dari
prsosedur penetapan hukum yang mestinya mula-mula harus melihat nash al-Qur’an dan Hadits shahih
kemudian qaul ulama dan setelah itu barulah pendekatan manhaji. Namun dalam aplikasinya MUI
terkadang langsung menggunakan pendekatan yang terkahir (manhaji) dalam menetapkan fatwanya
tanpa memperhatikan kedua pendekatan yang ada di atasnya. Hal tersebut lebih disebabkan oleh faktor
kemaslahatan umat Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai