Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ULUMUL HADIST

HADIST QUDSI

Dosen Pengampu : Helda Pratiwi, S.Pd.I, M.Pd.

Di Susun Oleh:

Kelompok 1

Dian Nurjaman

Aah Aminah

Resy Aisyah

Rima Juliana Pradita

Nika Yunika

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

NAHDLATUL ULAMA

2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
saw., karena berkat jasa beliaulah kita dapat mengenal Islam. Dan semoga kita mendapat
syafaatnya di Yaumil Kiyamah nanti.

Makalah ini berjudul “HADIST QUDSI”. Tujuan penulisan makalah ini adalah selain untuk
melengkapi tugas mata kuliah Ulumul Hadist juga sebagai informasi serta untuk menambah
wawasan khususnya mengenai Hadist Qudsi dan adapun metode yang kami ambil dalam
penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber informasi.

Semoga makalah ini dapat manfaat bagi pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata pelajaran guna menjadi acuan bagi
saya untuk lebih baik dimasa yang akan datang.

Garut, 16 Juli 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari
Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits
dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal
ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.

Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-
haditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi,
Imam Ahmad, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah.

Hadis dilihat dari sumber berita, dari siapa berita itu dimunculkan pertama kali terdapat
empat macam, yaitu qudsi, marfu’, mawquf, dan, maqthu’. Secara umum dapat dikatakan jika
sumber berita itu dari Allahdinamakan hadis qudsi, jika sumber berita datang dari nabi disebut
hadis marfu’, jika datangnya sumber berita itu dari sahabat disebut hadis mawquf, dan jika
datangnya dari tabi’in disebut hadis maqthu’. Sumber berita utama di atas tidak dapat
menentukan keshahihan suatu hadis sekalipun datangnya dari Allah atau nabi, karena tinjauan
kualitas shahih, hasan dan dha’if tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan tetapi lebih
dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita.

Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang Hadits Qudsi. Kami juga akan membahas
tentang perbedaannya dengan Al-Quran dan Hadits biasa.

B. Rumusan Masalah

Untuk membahas masalah Hadits Qudsi ini, maka kami mengambil rumusan masalah sebagai
berikut:

1.Pengertian Hadits Qudsi.

2.Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran.

3.Perbedaan Hadits Qudsi dengan Hadits biasa.


C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah di atas.

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada kita semua
mengenai Hadits Qudsi, dan perbedaannya dengan Al-Quran dan Hadits biasa. Dan apabila terdapat
permasalahan yang ingin dibahas, sekiranya kita dapat memecahkannya bersama-sama.

D. Metode Penulisan

Penulis memakai metode studi literature dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi
makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain seperti e-book, web, blog,
dan perangkat media massa yang diambildari internet.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup.
Adapun bab pendahuluan terbagi atas : Latar belakang, Rumusan makalah, Tujuan dan manfaat penulisan,
Metode penulisan, dan Sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab
yang berkaitandengan Hadist Qudsi dan perbedaannya dengan Alquran dan Hadits biasa. Terakhir, bab
penutup terdiri atas saran dan kesimpulan.
BAB II

HADITS QUDSI

A.PENGERTIAN HADITS QUDSI

Secara etimologi kata al-qudsi adalah nisbah atau sesuatu yang dihubungkan kepada al-
quds yang berarti suci. Dengan demikian hadis qudsi berarti hadis yang dihubungkan kepada zat
yang quds yaitu dihubungkan kepada Yang Maha Suci adalah Allah SWT. Lalu disusuli dengan
pengertian menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan kepada kita dari Nabi SAW yang
disandarkan oleh beliau kepada Allah SWT, dengan arti lain bahwa sesuatu yang dikhabarkan
oleh Allah SWT kepada Rasullah SAW melaui ilham atau mimpi kemudian baginda menyampaikan
dengan menggunakan perkataan baginda sendiri kepada manusia.

Definisi di atas menjelaskan bahwa hadis qudsi itu adalah perkataan yang bersumber dari
Rasul SAW namun disandarkan beliau kepada Allah SWT akan tetapi itu adalah perkataan atau
firman Allah SWT. Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi, maka Hadîts Qudsiy bisa
dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits.

Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :

1. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari


Allah ‘azza wa jalla”.

Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzarradliyallaahu ‘anhu
dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah
berfirman :

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada diri-Ku dan
Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di antara kalian”.

2. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah berfirman….”.

Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman : Aku selalu dalam
persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila dia mengingat-Ku. Maka jika
dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya”.

Di antara buku yang paling masyhur mengenai Hadits Qudsi adalah kitab Al-Ithâfât as-
Saniyyah Bi al-Ahâdîts al-Qudsiyyah karya ‘Abdur Ra`uf al-Munawiy. Di dalam buku ini terkoleksi
272 buah hadits.

Contoh Hadits Qudsi:

‫ وأنا معه حين يذكرني‬،‫ “أنا عند ظن عبدي بي‬:‫قال صلّى هللا عليه وسلّم فيما يرويه عن ربه – تعالى – أنه قال‬

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang beliau meriwayatkan dari Rabnya, bahwa Allah
berfirman, “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya jika dia mengingat-Ku…".(HR.
Bukhari, no.7405).

B. PERBEDAAN HADITS QUDSI DENGAN AL-QURAN

1. Al-Quran mampu mengungguli sastra Arab yang waktu itu merupakan sastra yang terbaik,
sehingga orang Arab tidak mampu membuat karya sastra yang seindah dan sebaik al-
Quran, walaupun hanya satu surat. Tidak demikan halnya dengan Hadits Qudsi.
2. Lafadz dan arti al-Quran berasal dari Allah. Sedangkan Hadits Qudsi, artinya berasal dari
Allah, akan tetapi lafadznya dari Nabi Muhammad.
3. Tidak boleh meriwayatkan al-Quran secara makna. Adapun Hadits Qudsi, boleh
meriwayatkannya secara makna.
4. .Al-Quran tidak boleh dipegang oleh orang yang mempunyai hadats. Al-Quran juga tidak
boleh dibaca oleh orang yang mempunyai hadats besar. Dua larangan ini tidak berlaku di
dalam Hadits Qudsi.
5. Al-Quran harus dibaca di dalam shalat. Sedangkan Hadits Qudsi, apabila dibaca di dalam
shalat maka dapat menyebabkan shalat menjadi batal.
6. Al-Quran ditransformasikan secara tawattur. Oleh karena itu, ia berstatus qath’i al-tsubut.
Adapun mayoritas Hadits Qudsi ditransformasikan secara ahad (individual), sehingga ia
berstatus dhanni al-Tsubut.
7. Orang yang mengingkari al-Quran terkategorikan sebagai orang kafir, karena al-Quran
bersifat qath’i al-Tsubut. Sedangkan orang yang mengingkari Hadits Qudsi tidak dianggap
orang kafir, karena Hadits Qudsi bersifat dhanni al-Tsubut.
8. Membaca al-Quran termasuk ibadah. Satu huruf al-Quran sebanding dengan 10 kebaikan.
Hal ini tidak berlaku pada Hadits Qudsi.
9. Di dalam al-Quran terdapat penamaan ayat dan surat untuk kalimat-kalimatnya. Tidak
demikian dengan Hadits.

C. PERBEDAAN HADITS QUDSI DENGAN HADITS BIASA

Hadits Nabawi adalah segala hal yang disandarkan kepada Rasulullah SAW yang berupa
ucapan, perbuatan, sifat dan ketetapan.

Rasulullah adalah imam bagi seluruh umat dan suri tauladan yang paling baik bagi mereka.
Dia memiliki hak terhadap seluruh umat untuk ditaati sebagaimana penjelasan Allah SWT dalam
QS An-Nur (24) : 56 :” Dan Taatilah Rasul, semoga kamu diberi rahmat”. Allah SWT menjelaskan
juga dalam QS An-Nisa (4):80: “Barang siapa mentaati Rasul maka sungguh ia telah mentaati
Allah”.

Pebedaan antara Hadits Nabawi dengan Hadits Qudsi antara lain:

❖ Hadits Nabawi dinisbahkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad. Adapun Hadits Qudsi
dinisbahkan kepada Allah. Nabi Muhammad hanya berstatus sebagai penyambung lidah
dari-Nya

Bentuk Hadits Nabawi ada dua macam 1. Tauqifi, yaitu hadits yang kandungannya
diterima oleh Nabi Muhammad melalui wahyu, kemudian beliau sampaikan kepada umatnya. 2.
Taufiqi, yaitu hadits yang tercipta murni dari pemahaman Nabi Muhammad terhadap al-Quran,
atau dari perenungan dan ijtihad beliau. Adapun keseluruhan kandungan Hadits Qudsi
bersumber dari Allah.
❖ Perbedaan antara Hadits Qudsi, Al-Quran dan Hadits Biasa (Nabawi) ini bisa juga
dijabarkan sebagai berikut.
➢ Perbedaan dari segi bahasa dan makna adalah sbb.
• Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa dan maknanya langsung dari Allah swt
• Hadis Qudsi adalah hadis yang maknanya dari Allah swt., sedangkan bahasanya dari
Nabi saw.
• Hadis Nabawi adalah bahasa dan maknanya dari Nabi saw.
➢ Perbedaan dari segi periwayatan adalah sbb :
• Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja sebab dapat mengurangi
kemujizatannya.
• Hadis qudsi dan hadis nabawi boleh diriwayatkan dengan maksudnya saja. Yang
terpenting dalam hadis adalah penyampaian maksudnya.
➢ Perbedaan dari segi kemukjizatan adalah sbb :
• Al-Qur’an, baik lafal maupun maknanya merupakan mukjizat.
• Hadis qudsi dan hadis nabawi bukan merupakan mukjizat
➢ Perbedaan dari segi nilai membacanya adalah sbb :
• Al-Qur’an diperintahkan untuk dibaca, baik pada waktu shalat (surah al-fatihah)
maupun di luar shalat sebagai ibadah, baik orang yang membacanya itu
mengerti maksudnya maupun tidak.
• Hadis qudsi dan hadis nabawi dilarang dibaca ketika shalat dan membacanya
tidak bernilai ibadah. Yang terpenting dalam hadis adalah untuk dipahami,
dihayati dan diamalkan.

Jika tak merasakan namanya cobaan bagaikan seekor kupu-kupu yang di paksa untuk keluar
dari kepompongnya.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Secara etimologi kata al-qudsi adalah nisbah atau sesuatu yang dihubungkan kepada al-
quds yang berarti suci. Dengan demikian hadis qudsi berarti hadis yang dihubungkan kepada zat
yang quds yaitu dihubungkan kepada Yang Maha Suci adalah Allah SWT. Lalu disusuli dengan
pengertian menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan kepada kita dari Nabi SAW yang
disandarkan oleh beliau kepada Allah SWT, dengan arti lain bahwa sesuatu yang dikhabarkan
oleh Allah SWT kepada Rasullah SAW melaui ilham atau mimpi kemudian baginda menyampaikan
dengan menggunakan perkataan baginda sendiri kepada manusia.

Salah satu perbedaan Al-Quran dengan Hadits Qudsi adalah Lafadz dan arti al-Quran
berasal dari Allah. Sedangkan Hadits Qudsi, artinya berasal dari Allah, akan tetapi lafadznya dari
Nabi Muhammad.

Salah satu perbedaan Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi adalah Hadits Nabawi
dinisbahkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad. Adapun Hadits Qudsi dinisbahkan kepada
Allah. Nabi Muhammad hanya berstatus sebagai penyambung lidah dari-Nya.

Anda mungkin juga menyukai