Makalah
Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu:
Oleh:
SARANG REMBANG
2020
Al-Aqsam Fii al-Qur’an
A. Pendahuluan
Qasam atau sumpah disini bukan sekedar mengucapkan kata “sumpah” saja
akan tetapi harus disertai dengan menggunakan lafadz Allah, sifat-sifatnya dan
harus diberingi dengan huruf-huruf Qasam yaitu huruf Wawu, Ba’, dan Ta’. Qasam
disini juga mempunyai kesamaan dengan Al-Hilf ( ) حلفyang mana keduanya sama-
sama bertujuan untuk meyakinkan mukhattab agar percaya atau yakin dengan apa
yang dikatakan oleh orang yang bersumpah. Mengenai perbedaan al-Qasam dan al-
Hilfini akan kita bahas pada pembahasan yang akan datang. Selanjutnya Qasam
disini dibagi menjadi dua yaitu Qasam Dhahir dan Qasam Mudhmar yang mana
keduanya memiliki pengertian dan contoh masing-masing. Dalam qasam atau
bersumpah juga selain diucapkan oleh orang yang bersumpah maka ada juga orang
yang diberikan sumpah (Mukhattab), mukhattab disini mempunyai beberapa
tingkatan dalam menanggapi sumpah tingkatan tersebut yaitu tingkat Ibtida’I,
Talabi dan yang terakhir Inkari. Mengenai al-Aqsam al-Qur’an ini secara lebih
jelasnya akan kita bahas dibawah ini.
ََزادَهَمَََإِ َّلَنَفََوَرا
1 Kāzhim Fathī al-Rāwī. Asālib al Qasam fī al-Lughah al-`Arabiyyah. Baghdad: Mathba`ah al-
Jāmi`ah al-Mustanshirah. (1977 M). 30.
2
`Abd al-Raḫman bin Abi Bakr, Jalāl al-Dīn al-Suyūthī. Al- Itqān fi ` Ulūmal Qur`ān. Editor:
Muḫammad Abu al-Fadhl Ibrāhīm. Mesir: Al-Hai`ah al-Mishriyyah al `Āmmah li al-Kitāb.
(1974M). jilid: 4. 53.
Artinya: Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat
sumpah, sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan
niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang
lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatanganya itu
tidak menambah kepada meraka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran).
Bangsa Arab dalam mengucapkan suatu perkataan mereka menggunakan
Taukid atau pengukuhan dalam menyampaikan suatu berita, ini bertujuan agar
mukhattab benar-benar percaya dengan apa yang diakatakan. Taukid yang
digunakan pun bertingkat-tingkat sesuai dengan sikap mukhattab dalam menerima
berita. Jika dia belum mengambil sikap, maka Taukid kalaupun akan digunakan
cukup dengan ala kadarnya, misalnya menambahkan pada awal kalimat huruf
Inna/sesungguhnya. Tetapi jika keraguan/penolakan telah mencapai tingkat yang
amat tinggi, maka redaksi pengukuhan semakin diperlukan.
“ وهللاَ إنَ امحدَ لقادمDemi Allah, sesungguhnya Ahmad pasti akan datang”.
Disini ditemukan tiga kata untuk menguatkan si Ahmad yaitu sumpah (Demi
Allah), Inna (Sesungguhnya), dan lam yang juga digunakan untuk mengukuhkan.
Bentuk pengukuhan atau sumpah yang terdapat dalam al-Qur’an disebut dengan
Qasam, dimana qasam disini memang sudah dipastikan kebenaranya. Sedangkan
ada istilah lain dalam sumpah yaitu Hilf ( ) حلفyang juga disebut dengan sumpah,
akan tetapi Hilf ini masih diragukan akan kebenaranya atau orang yang
mengucapkan sumpah mengisyaratkan sebuah kebohongan yang mana berpotensi
dibatalkanya dengan membayar kaffarat/sanksi.
Sumpah terdiri dari empat unsur:
a. Orang Yang bersumpah, adalah yang bersumpah ini Allah atau manusia dinamai
al-Muqsim atau al-Halif (المقسم/)الحالف.
b. Huruf atau kata yang menunjukkan bahwa ucapan tersebut adalah sumpah yaitu
huruf-huruf: Wawu ()و, Ba ()ب,Ta’ ( )تdan kata Uqsimu ( )اقسمini adalah adat
al-Qasam ()اداةَالقسم.
c. Muqsam bihi ()مقسمَ به atau penguat dari Sumpah, sebuah sumpah itu harus
diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan oleh orang yang bersumpah yaitu
berupa Allah SWT. Sumpah ditinjau dari muqsam bihnya maka hanya dengan
menggunakan sesuatu yang diagungkan atau dibesarkan. Dimana sesuatu itu adalah
asma Allah SWT, zat, sifat ataupun perbuatanya. Al-Baqa’I berpendapat bahwa
sumpah Allah kepada makhluknya itu dikarenakan adanya kemuliaan dan
keagungan akan indahnya ciptaan Allah SWT, hal ini menunjukkan pada kemaha
kuasaan Allah yang sangat luar biasa.3
)َعليه yang berupa ucapan yang ingin diterima atau dipercaya oleh orang yang
mendengar, lalu diperkuat dengan sumpah tersebut. Dengan demikian bentuk asli
dalam sumpah ialah bentuk sumpah yang terdiri dari tiga unsur, ketiga unsur
tersebut yaitu: Fi’il Qasam, Muqsam bih dan Muqsam ‘alaih.
2. Macam-Macam Aqsamul Qur’an
a. Qasam Dhahir atau Qasam Sharih, yaitu qasam yang didalamnya terdapat fi’il
Qasam dan muqsam bih tapi ada juga yang dalam Qasam Dhahir atau Sharih
ini tidak menyebutkan fi’il Qasamnya akan tetapi dicukupkan dengan
menggunakan huruf Jar berupa Wawu, Ba’ dan Ta’. Fadhil Al-Samirani
menjelaskan mengenai Qasam Dhahir ini dengan penjelasan qasam yang
didalamnya terdapat salah satu huruf qasam (Wawu, Ba’ dan Ta’) atau salah
satu lafadz qasam.
Contoh dari Qasam Dhahir atau Sharih ini adalah dalam surat Al-Qiyamah ayat
1-2:
3Burhān al-Dīn Abī al-Ḫasan Ibrāhīm bin `Umar al-Biqā`ī. Nazhm al-Durarfī Tanāsubi al-Āyāt
wa al-Suwar. Jilid: 8. Beirūt: Dār al Kutub al `Ilmiyyah. 1995. 386.
1) Isti’thafiy adalah sumpah atau qasam yang jawab al-Qasamnya itu berupa
jumlah insya’iyyah (sebuah kalimat yang mengandung harapan), dan huruf
qasam yang digungakan hanyalah Ba’ dan hanya sedikit terdapat dalam
uslub qasam. Contohnya yaitu Surat al-An’am ayat 109:
َ اَاَِذ
اَجاءَتََّلََيَ َؤَِمنَ َو َن َ َيَشََعِركَمَََاِن
2) Ghairu Isti’thafiy adalah Qasam yang jawam al qasam yaitu berupa jumlah
khabariyyah (sebuah kalimat berita). Contohnya yaitu surat Yasin ayat 2-3
Contoh dari Qasam Mudhmar adalah seperti dalam Surat Ali Imran ayat 186
sebagai berikut:
Jadi dari contoh surat Ali Imran diatas tidak disebutkan adanya fi’il qasam
dan muqsam bihya akan tetapi qasamnya tersebut diperkuat dengan adanya “Lam
Taukid” yang terdapat pada lafadz لتبلون.
Artinya: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi bukit Sinai,
dan demi negeri (Mekah) yang aman ini”. (Qs. At-Tin ayat 1-3)
berbunyi:
ن ن
َ)٥٧(ََوََت ّٰللَِّلكِ نيدنَا نصنامك نمَب نعدَانَت ولُّ نواَمدبِ ِرنين
4Misnawati, “Aqsam al-Qur’an: Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam Penyampaian Pesan”, Jurnal
Mudarrisuna, 2 (april-juni, 2020), 3.
Artinya: “Dan demi Allah, sungguh, aku akan melakukan
tipu daya terhadap berhala berhalamu setelah kamu pergi
meninggalkannya”. (Qs. Al-Anbiya’ ayat 57)
Jadi kesimpulannya disini adalah qasam huruf “Ta” jarang
karena itu Penggunaan qasam huruf “ta” dan “wawu” ini fi’ilnya
dihilangkan. 5
b. Muqsam bih
Muqsam bih adalah sesuatu yang digunakan untuk bersumpah. Dalam
muqsam bih sumpah Allah mempunyai sifat-sifat yang khusus terhadap
ayat-ayatnya. Bagian-bagian Sumpah muqsam bih ini menggunakan nama
Allah dan juga ciptaannya (makhluk). Oleh karena itu sumpah Allah sendiri
didalam al-Qur’an itu ada tujuh yaitu:
1) Dalam Qs. at-Taqabun ayat 7
۟ ۟
ََۚزعمَٱل ِذينَكفرٓواَأنَلنَي ب عثواََۚقلَب ل ٰىَورِّبَلت ب عثنَُثَلت ن ب ؤن َِِباَع ِملتَم
ن ن
َ ِوقالَال ِذ نينَكفرنواَّلََتتِني ناَالساعةََؕق نلَب ٰلىَور
َّبَل تاتِي نك نم
5 Ani Jailani, Hasbiyallah, “Kajian Amtsal dan Qasam dalam Al-Quran”, Jurnal Islamika: Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman, 02, (Desember, 2019), 23.
Tuhanku yang mengetahui yang gaib, Kiamat itu pasti akan datang
kepadamu.” (Qs. Saba’ ayat 3)
ن ن ن
)َ٣(َ)وماَخلقَالذكرَواّلن ٰثٓى٢(َ)َوالن ها ِرَاِذاََت ٰلى١(َوال ني ِلَاِذاَي غ ٰشى
ن ن ن ن ن
َوالف نجرَََولي ٍالَعش ٍَرَََوالشف ِعَوالوت َِرََوال ني ِلَاِذاَي نسَََِۚر
Artinya: “(1) Demi fajar (2) demi malam yang sepuluh (3)
demi yang genap dan yang ganjil (4) demi malam apabila berlalu.”
(Qs. Al-Fajr ayat 1-4)
ن
ِ فَ َۤۡلَا نق ِسمَ ِبۡلن
َس
6 Manna’ al-Qatthan, Mabahits fii Ulum al-Qur’an, (al-Qahirah: Maktabah Wahbah, 1995), 287.
Swt itu berupa bentuk kemusyrikan. Telah dijelaskan didalam
kisah Umar bin Khattab Ra. Diceritakan Rasulullah berkata:
c. Muqsam ‘Alaih
Jawab qasam atau disebut juga dengan Muqsam ‘Alaih adalah isi dari
sumpah yang telah disampaikannya, yang mana keduanya ini berupa ucapan
yang ingin diterima atau dipercaya oleh orang yang mendengar, lalu
diperkuat dengan sumpah tersebut. 7
Didalam al-qur’an Allah bersumpah dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Pokok keimanan dan ketauhidan. Misalnya dalam surah ash-Shaffat ayat
1-4 yang berbunyi:
Artinya: “ (1) Yasin (2) Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah (3)
sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul”.
7Misnawati, “Aqsam al-Qur’an: Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam Penyampaian Pesan”, Jurnal
Mudarrisuna, 2 (april-juni, 2020), 10.
3) Ketetapan akan kebenaran al-Qur’an. Misalnya dalam surah al-Waqiah
ayat 75-76 yang berbunyi:
)َ٦(ََالد نينَلواقِع
ِ )َواِن٥(َ)َاِّناَت نوعد نونَلص ِادق٤(
Artinya: “ (1) Demi (angin) yang menerbangkan debu, (2) dan awan
yang mengandung (hujan), (3) dan (kapal-kapal) yang berlayar dengan
mudah, (4) dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan, (5)
sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, (6) dan sungguh,
(hari) pembalasan pasti terjadi.
5) Penjelasan tentang ihwal manusia. Misalnya dalam surah al-lail ayat 1-4
yang berbunyi:
ن ن ن
َ)َاِن٣(ََ)َوماَخلقَالذكرَواّلن ٰثٓى٢(َ)َوالن ها ِرَاِذاََت ٰلى١(َوال ني ِلَاِذاَي غ ٰشى
َ ٰ س نعيك نمَلش
)َ٤(ََّؕت
َ)٤٠(
Artinya: “Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang
walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil dzarrah),
niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang
besar dari sisi-Nya.9
C. Kesimpulan
Qasam adalah menguatkan sesuatu dengan menyebut nama Allah
SWT atau menggunakan salah satu sifatnya. Kata qasam disini sama artinya
dengan kata Hilf ()حلف, yamin ()يمين, dan aliyah )) ألية. Qasam diartikan al-
Yamin atau tangan kanan dikarenakan orang-orang arab kalau bersumpah
saling memegang tangan kanan masing-masing.
Bersumpah merupakan upaya seseorang untuk meyakinkan
mukhattab agar yakin dan percaya dengan apa yang ia katakan. Upaya
meyakinkan tersebut disertai dengan menyebut nama Allah SWT maupun
sifat-sifat Allah. Ketika seseorang bersumpah maka ia telah menyatakan
kesungguhan terhadap kebenaran apa yang diucapkanya, sehingga
mukhattab akan benar-benar mempercayainya.
Didalam al-Aqsam fii al-Qur’an macam-macamnya dibagi menjadi
tiga yakni: Qasam Dhahir atau Qasam Sharih dan Qasam Mudmar atau
ghairu Sharih. Sighat-sighatnya dibagi menjadi tiga juga yakni: fi’il yang
di muta’adikan dengan ba’, muqsam bihi, dan muqsam ‘Alaih.
9 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Litera AntarNusa,2016), 17: 415-416.
Tujuan qasam sendiri ialah menguatkan dan mewujudkan muqsam
‘Alaih yakni jawab qasam, pernyataan yang dikarenanya qasam diucapkan.
Diantaranya ialah menghilangkan keraguan, mengingkari, ada juga yang
memusuhi, menghilangkan kesalah pahaman, menegakkan hujjah,
menguatkan khabar dan menetapkan hukum degan cara yang paling
sempurna.
Dengan melihat bermacam bentuk qasam didalam al-Qur’an yang
paling banyak digunakan pada sumpahnya Makhluk, disitu kelihatan jelas
bahwa Allah tidak memaksa manusia untuk menerima wahyu sebagai
sebuah kebenaran muthlak yang sampai kepadanya. Namun Allah
memberikan kebebasan kepada manusia untuk berfikir secara logis dengan
akal yang telah diberikan kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Raḫman bin Abi Bakr, Jalāl al-Dīn al-Suyūthī. Al- Itqān fi `
Ulūmal Qur`ān. Mesir: Al-Hai`ah al-Mishriyyah al `Āmmah li al-Kitāb,
1974 M.
Ani Jailani, Hasbiyallah, “Kajian Amtsal dan Qasam dalam Al-
Quran”, Desember, 2019.
Ahmad Gozali al-Mandili, “ Aqsam Qur’an” ibid, 2.
Burhān al-Dīn Abī al-Ḫasan Ibrāhīm bin `Umar al-Biqā`ī, Nazhm al-
Durarfī Tanāsubi al-Āyāt wa al-Suwar, Beirūt: Dār al Kutub al `Ilmiyyah,
1995.
Kāzhim Fathī al-Rāwī, Asālib al Qasam fī al-Lughah al-`Arabiyyah,
Baghdad: Mathba`ah al-Jāmi`ah al-Mustanshirah. 1977 M.
Misnawati, “Aqsam al-Qur’an: Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam
Penyampaian Pesan”, april-juni, 2020.
Manna’ al-Qatthan, Mabahits fii Ulum al-Qur’an, al-Qahirah:
Maktabah Wahbah, 1995
Misnawati, “Aqsam al-Qur’an: Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam
Penyampaian Pesan”, april-juni, 2020.
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Litera
AntarNusa, 2016.