Anda di halaman 1dari 16

AL-AQSAM FII AL-QUR’AN

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:

‘Azzah Nurin Taufiqotuzzahro’, M.A

Oleh:

Lailiya Fatinatun Nissa 2019.01.01.1440

Raudhatul Yani 2019.01.01.1423

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR

SARANG REMBANG

2020
Al-Aqsam Fii al-Qur’an

Oleh: Lailiya Fatinatun Nissa dan Raudhatul Yani

A. Pendahuluan

Al-Aqsam al-Qur’an atau sumpah-sumpah yang terdapat dalam al-Qur’an


yang mana sumpah-sumpah tersebut merupakan sumpah dari Allah SWT. Adapun
ilmu aqsam al-Qur’an adalah sebuah disiplin ilmu yang sangat penting untuk
dipelajari karena menyangkut sumpah-sumpah Allah yang terdapat didalam al-
Qur’an. Aqsam atau sumpah disini memang tujuanya adalah untuk menguatkan
maksutnya menguatkan atau menegaskan ayat-ayat atau firman Allah SWT, tapi
tidak semua aya tmemilliki aqsam atau sumpah. Ada sebagian ayat yang tidak ada
penguat atau aqsam tapi tidak dapat dipungkiri kita harus meyakini apapun yang
difirmankan Allah SWT, bukan karena ayat tersebut tidak mengandung sumpah
maka kita tidak meyakininya.

Qasam atau sumpah disini bukan sekedar mengucapkan kata “sumpah” saja
akan tetapi harus disertai dengan menggunakan lafadz Allah, sifat-sifatnya dan
harus diberingi dengan huruf-huruf Qasam yaitu huruf Wawu, Ba’, dan Ta’. Qasam
disini juga mempunyai kesamaan dengan Al-Hilf (‫ ) حلف‬yang mana keduanya sama-
sama bertujuan untuk meyakinkan mukhattab agar percaya atau yakin dengan apa
yang dikatakan oleh orang yang bersumpah. Mengenai perbedaan al-Qasam dan al-
Hilfini akan kita bahas pada pembahasan yang akan datang. Selanjutnya Qasam
disini dibagi menjadi dua yaitu Qasam Dhahir dan Qasam Mudhmar yang mana
keduanya memiliki pengertian dan contoh masing-masing. Dalam qasam atau
bersumpah juga selain diucapkan oleh orang yang bersumpah maka ada juga orang
yang diberikan sumpah (Mukhattab), mukhattab disini mempunyai beberapa
tingkatan dalam menanggapi sumpah tingkatan tersebut yaitu tingkat Ibtida’I,
Talabi dan yang terakhir Inkari. Mengenai al-Aqsam al-Qur’an ini secara lebih
jelasnya akan kita bahas dibawah ini.

B. Al-Aqsam Fiil Qur’an


1. Pengertian Al- Aqsam fiil Qur’an
Menurut bahasa Qasam berarti al-Hilf dan al-Yamin yang berarti sumpah.
Sedangkan menurut Syara’ Qasam adalah menguatkan sesuatu dengan menyebut
nama Allah SWT atau menggunakan salah satu sifatnya. Kata qasam disini sama
artinya dengan kata Hilf (‫)حلف‬, yamin (‫)يمين‬, dan aliyah )‫) ألية‬. Qasam diartikan al-
Yamin atau tangan kanan dikarenakan orang-orang arab kalau bersumpah saling
memegang tangan kanan masing-masing. Menurut Khazim Fath al-Rami, qasam
diartikan dengan sesuatu yang diungkapkan oleh orang yang bersumpah untuk
meyakinkan atau menguatkan apa yang diungkapkan baik untuk memastikan atau
mengingkari sesuatu.1 Menurut Ibnu al-Qayyim juga mengartikan qasam dengan
ungkapan atau perkataan yang digunakan untuk menegaskan atau menguatkan
sebuah berita jika berita-berita itu disertai dengan kesaksian (syahadah). 2
Bersumpah merupakan upaya seseorang untuk meyakinkan mukhattab agar
yakin dan percaya dengan apa yang ia katakan. Upaya meyakinkan tersebut disertai
dengan menyebut nama Allah SWT maupun sifat-sifat Allah. Ketika seseorang
bersumpah maka ia telah menyatakan kesungguhan terhadap kebenaran apa yang
diucapkanya, sehingga mukhattab akan benar-benar mempercayainya. Qasam atau
sumpah memang sudah ada sejak zaman dulu, yang mana sudah menjadi kebiasaan
orang Arab pra Islam dalam berkomunikasi untuk meyakinkan lawan bicara
(Mukhattab). Kebiasaan bersumpah orang-orang Arab pra Islam tersebut terus
berlanjut hingga Islam datangdengan al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam.
Bahkan kebiasaan dalam hal bersumpah ini sudah ada sejak nilai doktrin Islam
belum eksis dalam tatanan bangsa Arab.Meskipun bangsa Arab dikenal dengan
penyembah berhala namun mereka tetap menggunakan kata Allah ketika
bersumpah. Seperti disinyalir dalam al-Qur’an Surat Al-Fathiir: 42 sebagai
berikut:

َ‫ىَمنَََاِ َحدَىَالَمَ َِمَفَلَمَاَجَاَءَهَمََنَ َِذيََرمَا‬


َِ َ‫انِِمََلََئِنََجَاءَهَنَ َِذيَرََلَيَكَ َونَنَََأ َهد‬
َ َ‫للَِجَ َهدََاَي‬
َ ‫َواَقَسَمََواَ َِب‬

َ‫َزادَهَمَََإِ َّلَنَفََوَرا‬

1 Kāzhim Fathī al-Rāwī. Asālib al Qasam fī al-Lughah al-`Arabiyyah. Baghdad: Mathba`ah al-
Jāmi`ah al-Mustanshirah. (1977 M). 30.
2
`Abd al-Raḫman bin Abi Bakr, Jalāl al-Dīn al-Suyūthī. Al- Itqān fi ` Ulūmal Qur`ān. Editor:
Muḫammad Abu al-Fadhl Ibrāhīm. Mesir: Al-Hai`ah al-Mishriyyah al `Āmmah li al-Kitāb.
(1974M). jilid: 4. 53.
Artinya: Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat
sumpah, sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan
niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang
lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatanganya itu
tidak menambah kepada meraka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran).
Bangsa Arab dalam mengucapkan suatu perkataan mereka menggunakan
Taukid atau pengukuhan dalam menyampaikan suatu berita, ini bertujuan agar
mukhattab benar-benar percaya dengan apa yang diakatakan. Taukid yang
digunakan pun bertingkat-tingkat sesuai dengan sikap mukhattab dalam menerima
berita. Jika dia belum mengambil sikap, maka Taukid kalaupun akan digunakan
cukup dengan ala kadarnya, misalnya menambahkan pada awal kalimat huruf
Inna/sesungguhnya. Tetapi jika keraguan/penolakan telah mencapai tingkat yang
amat tinggi, maka redaksi pengukuhan semakin diperlukan.

‫“ وهللاَ إنَ امحدَ لقادم‬Demi Allah, sesungguhnya Ahmad pasti akan datang”.
Disini ditemukan tiga kata untuk menguatkan si Ahmad yaitu sumpah (Demi
Allah), Inna (Sesungguhnya), dan lam yang juga digunakan untuk mengukuhkan.
Bentuk pengukuhan atau sumpah yang terdapat dalam al-Qur’an disebut dengan
Qasam, dimana qasam disini memang sudah dipastikan kebenaranya. Sedangkan
ada istilah lain dalam sumpah yaitu Hilf (‫ ) حلف‬yang juga disebut dengan sumpah,
akan tetapi Hilf ini masih diragukan akan kebenaranya atau orang yang
mengucapkan sumpah mengisyaratkan sebuah kebohongan yang mana berpotensi
dibatalkanya dengan membayar kaffarat/sanksi.
Sumpah terdiri dari empat unsur:
a. Orang Yang bersumpah, adalah yang bersumpah ini Allah atau manusia dinamai
al-Muqsim atau al-Halif (‫المقسم‬/‫)الحالف‬.
b. Huruf atau kata yang menunjukkan bahwa ucapan tersebut adalah sumpah yaitu

huruf-huruf: Wawu (‫)و‬, Ba (‫)ب‬,Ta’ (‫ )ت‬dan kata Uqsimu (‫ )اقسم‬ini adalah adat

al-Qasam (‫)اداةَالقسم‬.
c. Muqsam bihi (‫)مقسمَ به‬ atau penguat dari Sumpah, sebuah sumpah itu harus

diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan oleh orang yang bersumpah yaitu
berupa Allah SWT. Sumpah ditinjau dari muqsam bihnya maka hanya dengan
menggunakan sesuatu yang diagungkan atau dibesarkan. Dimana sesuatu itu adalah
asma Allah SWT, zat, sifat ataupun perbuatanya. Al-Baqa’I berpendapat bahwa
sumpah Allah kepada makhluknya itu dikarenakan adanya kemuliaan dan
keagungan akan indahnya ciptaan Allah SWT, hal ini menunjukkan pada kemaha
kuasaan Allah yang sangat luar biasa.3

d. Informasi yang dikukuhkan (‫)جوابَالقسم‬.

Jawab Qasam (‫ ) جوابَالقسم‬dapat disebut juga dengan Muqsam ‘Alaih (َ‫املقسم‬

‫)َعليه‬ yang berupa ucapan yang ingin diterima atau dipercaya oleh orang yang

mendengar, lalu diperkuat dengan sumpah tersebut. Dengan demikian bentuk asli
dalam sumpah ialah bentuk sumpah yang terdiri dari tiga unsur, ketiga unsur
tersebut yaitu: Fi’il Qasam, Muqsam bih dan Muqsam ‘alaih.
2. Macam-Macam Aqsamul Qur’an
a. Qasam Dhahir atau Qasam Sharih, yaitu qasam yang didalamnya terdapat fi’il
Qasam dan muqsam bih tapi ada juga yang dalam Qasam Dhahir atau Sharih
ini tidak menyebutkan fi’il Qasamnya akan tetapi dicukupkan dengan
menggunakan huruf Jar berupa Wawu, Ba’ dan Ta’. Fadhil Al-Samirani
menjelaskan mengenai Qasam Dhahir ini dengan penjelasan qasam yang
didalamnya terdapat salah satu huruf qasam (Wawu, Ba’ dan Ta’) atau salah
satu lafadz qasam.
Contoh dari Qasam Dhahir atau Sharih ini adalah dalam surat Al-Qiyamah ayat
1-2:

ِ ‫)َوّلَأق ِسمَ ِبلن ف‬١(َ‫ّلأق ِسمَبِي وِمَال ِقيام َِة‬


)٢(َ‫سَالوام َِة‬
Qasam Dhahir atau Qasam Sharih sendiri terbagi menjadi dua yaitu:

3Burhān al-Dīn Abī al-Ḫasan Ibrāhīm bin `Umar al-Biqā`ī. Nazhm al-Durarfī Tanāsubi al-Āyāt
wa al-Suwar. Jilid: 8. Beirūt: Dār al Kutub al `Ilmiyyah. 1995. 386.
1) Isti’thafiy adalah sumpah atau qasam yang jawab al-Qasamnya itu berupa
jumlah insya’iyyah (sebuah kalimat yang mengandung harapan), dan huruf
qasam yang digungakan hanyalah Ba’ dan hanya sedikit terdapat dalam
uslub qasam. Contohnya yaitu Surat al-An’am ayat 109:

َ ََ‫انِِ َمَلََئِنََجَاءَتَ َمَايَةََلَيَ َؤَِمنَنََ َِباَقَلَََاِّنَاَاَّليتََ َِعنَد‬


َ‫هللاَِ َومَا‬ َ ‫َللَِجَهَ َدَاَ َي‬
َ ‫َواَقَسَمَوََ َِب‬

َ ‫اَاَِذ‬
‫اَجاءَتََّلََيَ َؤَِمنَ َو َن‬ َ َ‫يَشََعِركَمَََاِن‬
2) Ghairu Isti’thafiy adalah Qasam yang jawam al qasam yaitu berupa jumlah
khabariyyah (sebuah kalimat berita). Contohnya yaitu surat Yasin ayat 2-3

َ ِ‫انَالَ َِكيَ َِمََاِنَكََلَ َِمنََالَمََر َسل‬


‫ي‬ َِ ‫َوالَقََر‬
b. Qasam, Mudhmar (Qasam tersembunyi) atau Ghairu Sharih adalah sumpah
atau Qasam yang didalamnya tidak terdapat fi’il qasam dan muqsam bihnya,
akan tetapi sumpah ini ditujukkan oleh “Lam Taukid” yang terdapat pada
muqsam ‘alai atau jawab qasam.

Contoh dari Qasam Mudhmar adalah seperti dalam Surat Ali Imran ayat 186
sebagai berikut:

)َ١۸٦(ََ‫لت ب لون َِِفَأموالِكمَوان ف ِسكم‬

Jadi dari contoh surat Ali Imran diatas tidak disebutkan adanya fi’il qasam
dan muqsam bihya akan tetapi qasamnya tersebut diperkuat dengan adanya “Lam
Taukid” yang terdapat pada lafadz ‫لتبلون‬.

3. Sighat-sighat Aqsamul Qur’an


a. Fiil yang di Muta’addikan dengan Ba’
Didalam sumpah sighat qasam adalah fi’il yang mana kata kerja dari
“aqsama” atau “ahlafa”. Jadi qasam disini ialah di Muta’addikan dengan
huruf “ba” agar yang di Muta’addikannya itu sampai kepada Muqsam Bih dan
Muqsam ‘Alaih. 4
Minsalnya firman Allah dalam surah an-Nahl ayat 38 sebagai berikut:

َ‫وأقسمواَ ِبللَِجهدَأَ َيانِِمَّۙلَي ب عثَهللاَمنَيوتََۚب لىَوعداَعلي ِهَحقًّا‬

ِ ‫ول ِكنَأكث رَالن‬


)٣۸(ََ‫اسَّلَي علمون‬
Artinya: “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan
sumpahnya yang sungguh-sungguh: “Allah tidak akan akan
membangkitkan orang yang mati”. (tidak demikian), bahkan (pasti
Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari
Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. An-
Nahl ayat 38)
Secara keterusan qasam ini sering dipakai dalam ucapan, maka
dari itu fi’il nya di cukupkan dengan huruf “ba” dan kemudian
diganti dengan huruf “wawu”. Seperti dalam surah at-Tin ayat 1-3
yang berbunyi:
‫ن ن‬
َِ ‫َس نينِ نيَو ٰهذاَالب ل َِدَاّل ِم ن‬
‫ي‬ ِ ‫والتِ ن‬
ِ ‫يَوالزني ت نو َِنَوط نوِر‬

Artinya: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi bukit Sinai,

dan demi negeri (Mekah) yang aman ini”. (Qs. At-Tin ayat 1-3)

Kemudian qasam “ta” diganti dengan lafadz Jalalah,

sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah Swt yang

berbunyi:

‫ن‬ ‫ن‬
َ)٥٧(ََ‫وََت ّٰللَِّلكِ نيدنَا نصنامك نمَب نعدَانَت ولُّ نواَمدبِ ِرنين‬

4Misnawati, “Aqsam al-Qur’an: Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam Penyampaian Pesan”, Jurnal
Mudarrisuna, 2 (april-juni, 2020), 3.
Artinya: “Dan demi Allah, sungguh, aku akan melakukan
tipu daya terhadap berhala berhalamu setelah kamu pergi
meninggalkannya”. (Qs. Al-Anbiya’ ayat 57)
Jadi kesimpulannya disini adalah qasam huruf “Ta” jarang

dipakai sedangkan qasam huruf “Wawu” sering dipakai. Oleh

karena itu Penggunaan qasam huruf “ta” dan “wawu” ini fi’ilnya

dihilangkan. 5

b. Muqsam bih
Muqsam bih adalah sesuatu yang digunakan untuk bersumpah. Dalam
muqsam bih sumpah Allah mempunyai sifat-sifat yang khusus terhadap
ayat-ayatnya. Bagian-bagian Sumpah muqsam bih ini menggunakan nama
Allah dan juga ciptaannya (makhluk). Oleh karena itu sumpah Allah sendiri
didalam al-Qur’an itu ada tujuh yaitu:
1) Dalam Qs. at-Taqabun ayat 7
۟ ۟
ََۚ‫زعمَٱل ِذينَكفرٓواَأنَلنَي ب عثواََۚقلَب ل ٰىَورِّبَلت ب عثنَُثَلت ن ب ؤن َِِباَع ِملتَم‬

َ‫و ٰذلِكَعلىَٱّللَِي ِسي‬


Artinya: “Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak
akan dibangkitkan. Katakanlah (Muhammad), “Tidak demikian,
demi Tuhanku, kamu pasti dibangkitkan, kemudian diberitakan
semua yang telah kamu kerjakan”. Dan yang demikian itu mudah
bagi Allah.” (Qs. At-Taqabun ayat 7)
2) Dalam Qs. As-Saba’ ayat 3

‫ن‬ ‫ن‬
َ ِ‫وقالَال ِذ نينَكفرنواَّلََتتِني ناَالساعةََؕق نلَب ٰلىَور‬
َ‫ّبَل تاتِي نك نم‬

Artinya: “Dan orang-orang yang kafir berkata, “Hari Kiamat itu


tidak akan datang kepada kami.” Katakanlah, “Pasti datang, demi

5 Ani Jailani, Hasbiyallah, “Kajian Amtsal dan Qasam dalam Al-Quran”, Jurnal Islamika: Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman, 02, (Desember, 2019), 23.
Tuhanku yang mengetahui yang gaib, Kiamat itu pasti akan datang
kepadamu.” (Qs. Saba’ ayat 3)

3) Dalam Qs.Yunus ayat 53


ۡۤ
‫ق نلَاِ نىَورِ نّبَاِنهَل َق‬
Artinya: “Katakanlah, “Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya (azab)
itu pasti benar”. (Qs. Yunus ayat 53)
4) Dalam Qs. Maryam ayat 68
ِ ‫ضرنمََحولَجهنم‬
‫َجثِيًّا‬ ِ ‫ٰطيَُثََلنح‬
ِ ‫ف وربِكَلنحشرنمَوٱلشي‬

Artinya: “Maka demi Tuhanmu, sungguh, pasti akan Kami


kumpulkan mereka bersama setan, kemudian pasti akan Kami
datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut.” (Qs.
Maryam ayat 68)
5) Dalam Qs. Al-Hijr ayat 92

َ‫ف وربِك َل ن س أ ل ن ه م َأ ْج عِي‬


Artinya: ”Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai
mereka semua.” (Qs. Al-Hijr ayat 92)
6) Dalam Qs. An-Nisa ayat 65

َ‫فَلَوربِكَّلَي ؤِمنونَح َّٰتَُي ِكموكَفِيماَشجرَب ي ن هم‬

Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum


mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan.” (Qs. An-Nisa ayat 65)

7) Dalam Qs. Al-Ma’arij ayat 40

َ‫بَإَِّنَل ٰق ِدرون‬ ِ ‫فَلَٓأق ِسمَبِر‬


ِ ‫بَٱلم ٰش ِرِقَوٱلم ٰغ ِر‬

Artinya: “Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur


tempat-tempat terbit dan terbenamnya (matahari, bulan dan
bintang), sungguh, Kami pasti mampu.” (Qs. Al-Ma’arij ayat 40)
Selain sumpah yang ada tujuh diatas ada juga sumpah didalam
al-Qur’an tentang Makhluk yakni surah al-Lail, al-Fajr, at-Takwir.
a) Dalam al-Qur’an surah al-lail ayat 1-4

‫ن ن‬ ‫ن‬
)َ٣(َ‫)وماَخلقَالذكرَواّلن ٰثٓى‬٢(َ‫)َوالن ها ِرَاِذاََت ٰلى‬١(َ‫وال ني ِلَاِذاَي غ ٰشى‬

َ ٰ ‫َاِنَس نعيك نمَلش‬


َ)٤(َؕ‫َّت‬

Artinya: “(1) Demi malam apabila menutupi (cahaya siang).


(2) Demi siang apabila terang benderang. (3) Demi penciptaan laki-
laki dan perempuan. (4) Sungguh, usahamu memang beraneka
macam.” (Qs. Al-Lail ayat 1-4)

b) Dalam al-Qur’an surah al-Fajr ayat 1-4

‫ن ن ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
َ‫والف نجرَََولي ٍالَعش ٍَرَََوالشف ِعَوالوت َِرََوال ني ِلَاِذاَي نسَََِۚر‬

Artinya: “(1) Demi fajar (2) demi malam yang sepuluh (3)
demi yang genap dan yang ganjil (4) demi malam apabila berlalu.”
(Qs. Al-Fajr ayat 1-4)

c) Dalam al-Qur’an surah at-Takwir ayat 15

‫ن‬
ِ ‫فَ َۤۡلَا نق ِسمَ ِبۡلن‬
َ‫س‬

Artinya: aku bersumpah demi bintang-bintang. (Qs. At-


Takwir ayat 15) 6
Jadi kesimpulannya bahwa didalam al-Qur’an qasam
makhluk yang paling banyak. Kehendak Allah Swt bersumpah
dengan apapun. Akan tetapi setiap sumpah manusia selain Allah

6 Manna’ al-Qatthan, Mabahits fii Ulum al-Qur’an, (al-Qahirah: Maktabah Wahbah, 1995), 287.
Swt itu berupa bentuk kemusyrikan. Telah dijelaskan didalam
kisah Umar bin Khattab Ra. Diceritakan Rasulullah berkata:

َ‫منَحلفَبِغ ِيَهللاَِف قدَكفرَأوَأشرك‬

“Barang siapa bersumpah dengan selain (nama) Allah,


maka ia telah kafir atau telah mempersekutukan (Allah).”

c. Muqsam ‘Alaih
Jawab qasam atau disebut juga dengan Muqsam ‘Alaih adalah isi dari
sumpah yang telah disampaikannya, yang mana keduanya ini berupa ucapan
yang ingin diterima atau dipercaya oleh orang yang mendengar, lalu
diperkuat dengan sumpah tersebut. 7
Didalam al-qur’an Allah bersumpah dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Pokok keimanan dan ketauhidan. Misalnya dalam surah ash-Shaffat ayat
1-4 yang berbunyi:

ِ ‫)َاِنَاِ ٰٰلك نمَلو‬٣(َ‫َذ نكرا‬


)َ٤(َ‫احد‬ ِ‫ت‬ ٰ ‫)َف‬٢(َ‫تَز نجرا‬
ِ ‫التلِٰي‬ ِ ‫الزِج ٰر‬ ِ ‫الص ٰف‬
ٰ ‫)َف‬١(َ‫تَصفًّا‬ ٰٓ ‫و‬

Artinya: “ (1) Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf


(2) demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh (3) demi
(rombongan) yang membacakan peringatan (4) sungguh, Tuhanmu benar-
benar Esa.”

2) Penegasan bahwa Rasulullah benar-benar utusan Allah. Misalnya dalam


surah yasin ayat 1-3 yang berbunyi:

‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬


)٣(َ‫)َاِنكَل ِمنَالم نرسلِ ني‬٢(َ‫)َوالق نراٰ ِنَال ِك ني ِم‬١(َ‫س‬
ٓ ‫ٰي‬

Artinya: “ (1) Yasin (2) Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah (3)
sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul”.

7Misnawati, “Aqsam al-Qur’an: Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam Penyampaian Pesan”, Jurnal
Mudarrisuna, 2 (april-juni, 2020), 10.
3) Ketetapan akan kebenaran al-Qur’an. Misalnya dalam surah al-Waqiah
ayat 75-76 yang berbunyi:

)َ٧٦(َ‫)َوإِنهۥَلقسمَلوَت علمونَع ِظيم‬٧٥(َ‫فَلَٓأق ِسم َِِب ٰوقِ ِعَٱلنُّج ِوم‬

Artinya: “(75) Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-


bagian Al-Quran (76) Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang
besar kalau kamu mengetahui.”

4) Kebenaran tentang balasan, janji, dan ancaman. Misalnya dalam surah


az-Zariyat ayat 1-6 yang berbunyi:

ِ ‫)َف نالمق ِس ٰم‬٣(َََ‫تَي نسرا‬


ََ‫تَا نمرَا‬
‫ن‬
ِ ٰ‫اۡل ِري‬ ‫ن ِٰ ِ ن‬
ٰ ‫)َف‬٢(َ‫تَ ِوق را‬ ٰ ‫)َف‬١(ََ‫تَذ نرو َا‬
‫المل‬ ٰ‫و‬
ِ ٰ‫الذ ِري‬

)َ٦(َ‫َالد نينَلواقِع‬
ِ ‫)َواِن‬٥(َ‫)َاِّناَت نوعد نونَلص ِادق‬٤(

Artinya: “ (1) Demi (angin) yang menerbangkan debu, (2) dan awan
yang mengandung (hujan), (3) dan (kapal-kapal) yang berlayar dengan
mudah, (4) dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan, (5)
sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, (6) dan sungguh,
(hari) pembalasan pasti terjadi.

5) Penjelasan tentang ihwal manusia. Misalnya dalam surah al-lail ayat 1-4
yang berbunyi:

‫ن ن‬ ‫ن‬
َ‫)َاِن‬٣(َ‫َ)َوماَخلقَالذكرَواّلن ٰثٓى‬٢(َ‫)َوالن ها ِرَاِذاََت ٰلى‬١(َ‫وال ني ِلَاِذاَي غ ٰشى‬

َ ٰ ‫س نعيك نمَلش‬
)َ٤(َؕ‫َّت‬

Artinya: “ (1) Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), (2)


demi siang apabila terang benderang, (3) demi penciptaan laki-laki dan
perempuan, (4) sungguh, usahamu memang beraneka macam.8

8 Ahmad Gozali al-Mandili, “ Aqsam Qur’an” ibid, 2.


3) Faedah-faedah Aqsamul Qur’an
Didalam kaedah bahasa arab Aqsam Fil Qur’an ini memiliki faedah,
yang mana keistimewaan tersendiri. Baik dari lemah lembutnya perkataan,
dan uslubnya yang beraneka ragam dengan bermacam-macam tujuan.
Telah dituliskan didalam kitab Mabahits Fii Ulumul Qur’an karangan
Manna’ al-Qatthan bahwa Mukhatab (lawan bicara) disini memiliki
bermacam keadaan yang mana telah dijelaskan dalam Ilmu Ma’ani adalah
“adrubul Khabar as-Salasah” yang artinya tiga macam pola penggunaan
kalimat berita, yaitu Ibtida’i, Talabi, dan Inkari.
a. Ibtida’i
Ibtida’ ialah orang yang berbicara tidak mempunyai rasa keragu-
raguan ataupun ingkar didalam ucapannya tersebut. Jadi qasam
didalam perkataannya itu tidak usah menggunakan penguat (ta’kid).
Misalnya dalam pemakain kita sehari-hari seperti “saya sudah menyapu
sekeliling halaman pondok”. Nah perkataan yg disampaikannya itu
tidak ada kata keragu-raguan ataupun ingkar.
b. Talabi
Talabi ialah orang yang berbicara mempunyai rasa keragu-raguan
dalam perkataan yang disampaikannya. Jadi qasam disini harus lebih
diperkuat lagi supaya dapat menghilangkan keraguan. Misalnya dalam
pemakain kita sehari-hari seperti “saya sudah membersihkan jendela
pondok”. Nah qasam yang disampaikannya ini masih ada ragu-ragu.
Misalnya contoh didalam al-Qur’an surah al-Hadid ayat 8 yang
berbunyi:
‫ن‬ ‫ن‬
َ‫وماَل ك نمَّلَت نؤِمن نونَ ِبللََِۚوالرس نولَيدع نوك نمَلِت نؤِمن نواَبِربِك نمَوقدَاخذ‬
‫ن ن‬
)۸(َ‫َم نؤِمنِ ني‬ ‫ن‬
ُّ ‫ِمي ثاقك نمَاِنَكن ت نم‬
Artinya: “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah,
padahal Rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu? Dan Dia
telah mengambil janji (setia)mu, jika kamu orang-orang mukmin.”
c. Ingkari
Ingkari adalah orang yang bicara ingkar terhadap apa yang
disampaikannya. Jadi qasam disini harus diperkuat sesuai dengan kadar
keingkarannya. Misalnya dalam pemakain kita sehari-hari “saya sudah
selesai mencuci piring”. Nah perkataan seperti ini ia masih ingkar.
Misalnya dalam al-Qur’an surah an-Nisa ayat 40 yang berbunyi:

َ‫ت َِمنَلدنهَأجرا‬ ِ ‫إِنَهللاَّلَيظلِم َِمث قالَذرةٍَوإِنَتكَحسنةَيض‬


ِ ‫اعفهاَويَؤ‬

َ)٤٠(
Artinya: “Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang
walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil dzarrah),
niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang
besar dari sisi-Nya.9
C. Kesimpulan
Qasam adalah menguatkan sesuatu dengan menyebut nama Allah
SWT atau menggunakan salah satu sifatnya. Kata qasam disini sama artinya
dengan kata Hilf (‫)حلف‬, yamin (‫)يمين‬, dan aliyah )‫) ألية‬. Qasam diartikan al-
Yamin atau tangan kanan dikarenakan orang-orang arab kalau bersumpah
saling memegang tangan kanan masing-masing.
Bersumpah merupakan upaya seseorang untuk meyakinkan
mukhattab agar yakin dan percaya dengan apa yang ia katakan. Upaya
meyakinkan tersebut disertai dengan menyebut nama Allah SWT maupun
sifat-sifat Allah. Ketika seseorang bersumpah maka ia telah menyatakan
kesungguhan terhadap kebenaran apa yang diucapkanya, sehingga
mukhattab akan benar-benar mempercayainya.
Didalam al-Aqsam fii al-Qur’an macam-macamnya dibagi menjadi
tiga yakni: Qasam Dhahir atau Qasam Sharih dan Qasam Mudmar atau
ghairu Sharih. Sighat-sighatnya dibagi menjadi tiga juga yakni: fi’il yang
di muta’adikan dengan ba’, muqsam bihi, dan muqsam ‘Alaih.

9 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Litera AntarNusa,2016), 17: 415-416.
Tujuan qasam sendiri ialah menguatkan dan mewujudkan muqsam
‘Alaih yakni jawab qasam, pernyataan yang dikarenanya qasam diucapkan.
Diantaranya ialah menghilangkan keraguan, mengingkari, ada juga yang
memusuhi, menghilangkan kesalah pahaman, menegakkan hujjah,
menguatkan khabar dan menetapkan hukum degan cara yang paling
sempurna.
Dengan melihat bermacam bentuk qasam didalam al-Qur’an yang
paling banyak digunakan pada sumpahnya Makhluk, disitu kelihatan jelas
bahwa Allah tidak memaksa manusia untuk menerima wahyu sebagai
sebuah kebenaran muthlak yang sampai kepadanya. Namun Allah
memberikan kebebasan kepada manusia untuk berfikir secara logis dengan
akal yang telah diberikan kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Raḫman bin Abi Bakr, Jalāl al-Dīn al-Suyūthī. Al- Itqān fi `
Ulūmal Qur`ān. Mesir: Al-Hai`ah al-Mishriyyah al `Āmmah li al-Kitāb,
1974 M.
Ani Jailani, Hasbiyallah, “Kajian Amtsal dan Qasam dalam Al-
Quran”, Desember, 2019.
Ahmad Gozali al-Mandili, “ Aqsam Qur’an” ibid, 2.
Burhān al-Dīn Abī al-Ḫasan Ibrāhīm bin `Umar al-Biqā`ī, Nazhm al-
Durarfī Tanāsubi al-Āyāt wa al-Suwar, Beirūt: Dār al Kutub al `Ilmiyyah,
1995.
Kāzhim Fathī al-Rāwī, Asālib al Qasam fī al-Lughah al-`Arabiyyah,
Baghdad: Mathba`ah al-Jāmi`ah al-Mustanshirah. 1977 M.
Misnawati, “Aqsam al-Qur’an: Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam
Penyampaian Pesan”, april-juni, 2020.
Manna’ al-Qatthan, Mabahits fii Ulum al-Qur’an, al-Qahirah:
Maktabah Wahbah, 1995
Misnawati, “Aqsam al-Qur’an: Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam
Penyampaian Pesan”, april-juni, 2020.
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Litera
AntarNusa, 2016.

Anda mungkin juga menyukai