ISLAM
Jl. Mesjid No. 2 Sidikalang
ABSTRAK
Qasam (sumpah) adalah kebiasaan orang Arab dalam setiap melakukan kegiatannya, baik itu
akan dilaksanakan atau pun tidak. Bagi orang Arab sumpah adalah suatu kebiasaan tidak seperti
kita, sumpah adalah suatu hal yang sangat identik dengan janji yang mana agar janji itu di tepati.
Karena sumpah yang kita katakan haruslah kita tepati, kalau tidak kita sebagai orang yang
bersumpah akan dikenakan kaffarah.
Dalam arti dengan peringatan dan bentuk kalimat yang kuat dan kokoh, sehingga dengan demikian
barulah tergoyahkan keingkarannya tersebut. Disamping itu qasam (sumpah) dalam pembicaraan
merupakan salah satu uslub pengukuhan kalimat yang diselingi dengan bukti konkrit dan dapat
menyeret lawan untuk mengakui apa yang diingkarinya. Dan hal inilah merupakan salah satu cara
yang ampuh untuk menyadarkan mereka.
Sebagaimana di ketahui bahwa sudah menjadi kebiasaan manusia dalam semua masa atau waktu
jika berbicara, berjanji dan bersemboyang, maka mereka selalu ingin memperkuatnya dengan
berbagai cara, diantaranya adalah dengan sumpah. Dengan sumpah, pendengar akan yakin dan
mantap dalam menerima dan mempercayai ucapan yang didengarnya. Sebab pembicaraan yang
diperkuat dengan itu, berarti sudah dipersaksikan di hadapan Tuhan.
Sumpah (qasam) termasuk salah satu cara al-Qur‟an yang berfungsi sebagai pengukuhan kalimat
dan penguat kebenaran yang diselingi dengan bukti-bukti konkrit yang akan berimplikasi pada
pengakuan dan ketundukan bagi orang-orang yang mengingkarinya.
PENDAHULUAN
Ulumul Qur’an adalah ilmu yang mempelajari tentang hal – hal yang ada hubungannya
dengan Al Qur’an. Maka ilmu yang ada dalam Al Qur’an disebut Ulumul Qur’an. Ilmu tersebut
diantaranya adalah Ilmu Aqsamul Qur’an yang berisi tentang sumpah didalam al qur’an.
Sumpah dalam konotasi bahasa Al Qur’an disebut qasam yang membicarakan tentang pengukuhan
kalimat yang diselingi dengan bukti yang konkrit dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa
yang di ingkarinya.
1
Uslub atau metode qasam secara bahasa adalah salah satu cara untuk menguatkan bahasa (kalam)
dan mengeluarkan makna-maknanya serta maksud-maksudnya berdasarkan apa yang dikehendaki
oleh orang yang berbicara (mutakallim) ketika diungkapkannya. Adakalanya ungkapan itu untuk
menolak orang yang mengingkarinya atau untuk menghilangkan keraguan terhadap orang yang
ragu.
Metode pemberitaan (khabariyah) itu berbeda-beda, sebab berbeda maksud orang yang berbicara
dan keadaan lawan bicara. Apabila lawan bicara itu tidak membantah,maka pemberitaan dari orang
yang berbicara tidak akan menegaskan berita yang dibawanya dengan sumpah (qasam) atau selain
sumpah. Apabila orang yang berbicara melihat lawan bicaranya ragu terhadap apa yang
diungkapkannya, maka dia akan menegaskan ucapannya dengan salah satu penegas (taukid) dalam
ucapan itu lebih utama dan lebih dipastikan.
PEMBAHASAN
Aqsam adalah bentuk jamak dari “qasam” yang mengandung arti “sumpah” 1 Dalam bahasa
Arab, kata “sumpah” juga sering disebut dengan “al-hilf” ( )الحلفatau “al-yamin” ()المين. Adapun
shighat asli dari kata “qasam” ialah fi’il atau kata kerja “aqsama” atau “ahlafa” yang dimuta’addi
(transitif) dengan “ba” menjadi muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), kemudian
muqsam alaih yang dinamakan dengan jawab qasam2.
Qasam didefenisikan sebagai “mengikat jiwa (hati) agar tidak melakukan atau melakukan
sesuatu, dengan “suatu makna” yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki maupun secara
i’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu. Sumpah dinamakan juga dengan “yamin” (tangan kanan),
karena orang Arab ketika bersumpah memegang tangan kanan orang yang diajak bersumpah3.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, sumpah (aqsam) berarti dengan pernyataan yang
diucapkan secara resmi dengan bersakasi kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggap suci bahwa apa
yang dikatakan atau dijanjikan itu benar
Abu al-Qosim al-Qusyairiy menerangkan bahwa rahasia Allah SWT menyebutkan kalimat
“qasam” atau sumpah dalam Kitab-Nya adalah untuk menyempurnakan serta menguatkan
“hujjah”Nya, dan dalam hal ini, kalimat “qasam” memiliki dua keistimewaan, yaitu pertama
sebagai “syahadah” atau persaksian serta penjelasan dan kedua sebagai “qasam” atau sumpah itu
sendiri.4
1 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989), hal. 341
2 Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, terjemahan Aunar Rafiq El-Mazni, (Jakarta: Pustaka Al
Kautsar, Cet. IV, 2009), hal. 364
2
Jadi dapat disimpulkan bahwa Aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu tentang al-
Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia sumpah-sumpah Allah yang
terdapat dalam al-Qur’an.Selain pengertian diatas, qasam dapat pula diartikan dengan gaya bahasa
Al-Qur’an menegaskan atau mengukuhkan suatu pesan atau pernyataan menyebut nama Allah atau
ciptaan-Nya sebagai muqsam bih. Dalam Al-Qur’an, ungkapan untuk memaparkan qasam dengan
memakai kata aqsama, dan kadang menggunakan kata halafa.
1. Muqsim
Muqsim atau qasim atau halif adalah kata yang maknanya sama, yaitu “yang bersumpah”. 7
Dalam Al-Qur’an ada tiga yang bersumpah: Pertama Allah SWT. Kedua, Manusia, baik mukmin
maupun kafir. Ketiga, setan.8 Apabila al-halif itu adlah Allah, maka muqsam bih yang digunakan
adakalanya zat-Nya sendiri, dengan perbuatan-Nya, atau dengan objek ciptaan-Nya. 9 Contohnya
sebagai berikut:
a. Allah telah bersumpah dengan zat-Nya sendiri dalam Al-Qur’an terdapat pada tujuh tempat,
yaitu:10
َز َع َم اَّلِذ يَن َكَفُروا َأْن َلْن ُيْبَع ُثواۚ ُقْل َبَلٰى َو َر ِّبي َلُتْبَع ُثَّن ُثَّم َلُتَنَّبُؤَّن ِبَم ا َع ِم ْلُتْم ۚ َو َٰذ ِلَك َع َلى ِهَّللا َيِس يٌر
Artinya: Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan
diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Q.S. at-Tagabun 64:7).
َو َقاَل اَّلِذ يَن َكَفُروا اَل َتْأِتيَنا الَّساَع ُةۖ ُقْل َبَلٰى َو َر ِّبي َلَتْأِتَيَّنُك ْم َعاِلِم اْلَغْيِبۖ اَل َيْع ُز ُب َع ْنُه ِم ْثَقاُل َذ َّر ٍة ِفي الَّسَم اَو اِت َو اَل ِفي اَأْلْر ِض َو اَل
َٰذ
َأْص َغُر ِم ْن ِلَك َو اَل َأْك َبُر ِإاَّل ِفي ِكَتاٍب ُم ِبيٍن
Artinya: Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami".
Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu
pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di
1. Sighah
Sighah artinya lafal, yaitu lafal yang diucapkan. Dalam sumpah lafal tersebut dapat dinyatakan
secara jelas (zhahir) dan dapat pula disembunyikan (mudimar). Al-qasam al-zahir adalah sumpah
yang fi’l al-qasam dan al-muqsam bihnya jelas tampak, namun terkadang fi’l al-qasamnya dibuang.
Dan hal ini biasa. Karena itu dicukupkan dengan memakai harf jar ba, waw, atau ta. Dan terkadang
masuk la al-nafiyah pada fi’l al-qasam.16
Contoh sumpah fi’l qasam dan muqsam bihnya disebutkan adalah Q.S. At- Tagabun/ 64:7.
َز َع َم اَّلِذ يَن َكَفُروا َأْن َلْن ُيْبَع ُثواۚ ُقْل َبَلٰى َو َر ِّبي َلُتْبَع ُثَّن ُثَّم َلُتَنَّبُؤَّن ِبَم ا َع ِم ْلُتْم ۚ َو َٰذ ِلَك َع َلى ِهَّللا َيِس يٌر
Artinya: Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan
diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Q.S. At- Tagabun:7)
Sedangkan contoh yang memakai huruf qasam dan la nafiyah adalah Q.S. Al-‘Ashri/ 103:1
dan Q.S. Al-Qiyamah/ 75:1-2
َو اْلَع ْص ِر
Artinya: Demi masa. (Q.S. Al-‘Ashr:1)
)٢() َو اَل ُأْقِس ُم ِبالَّنْفِس الَّلَّواَم ة١(ِ ِاَل ُأْقِس ُم ِبَيْو ِم اْلِقَياَم ة
Artinya: 1. Aku bersumpah demi hari kiamat, 2. Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri). (Q.S. Al-Qiyamah/ 75:1-2)
1. Sabab al-Qasam
Sabab al-Qasam adalah sebab sumpah, yaitu sebab atau latar belakang terjadinya sumpah.
Sumpah Allah itu bervariasi seperti bersumpah dengan masa, tempat, dan lain sebagainya .18 Secara
umum, sabab sumpah itu terjadi dengan melihat keadaan orang yang menerima petunjuk Al-Qur’an.
Sebab manusia tidak sama dalam menerima petujuk. Adakalanya orang tersebut tidak mengetahui
sesuatu yang dikemukakan kepadanya, sehingga tidak perlu adanya penekanan. Adakalanya orang
tersebut ragu tentang benar atau tidaknya sesuatu yang disampaikan kepadanya, maka harus
diberikan penegasan. Dan ada pula orang yang menolak apa yang dikemukakan kepadanya, maka
perlu diberikan penegasan yang kuat.19 Sebab lain atau latar belakang terjadinya qasam, setidaknya
ada dua sebab, yaitu: karena kelebihannya atau ada manfaatnya.
Jelasnya, latar belakang Allah bersumpah di dalam Al-Qur’an disebabkan ada kelebihannya atau
manfaatnya.20 Contohnya Q.S. At-Tin/ 95:1-2.
(٢) ) َو الِّتيِن َو الَّز ْيُتوِن١ ( َو ُطوِر ِس يِنيَن
Artinya: 1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, 2. Dan demi bukit Sinai. (Q.S. At-Tin:1-2).
3. Muqsam ‘alaih
Muqsam ‘alaih adalah perwujudan terhadap suatu pernyataan atau disebut juga dengan jawab al-
Qasam.22 Abu Bakar Ismail menjelaskan bahwa muqsam ‘alaih adalah sesuatu yang diinginkan
pengokohannya atau pengagungannya atau untuk menjadi perhatian terhadap hal yang terdapat
padanya pengajaran-pengajaran, pandangan-pandangan, manfaat, dan kemudratannya.23
Di dalam Al-Qur’an pada umumnya muqsam ‘alaih itu disebut secara jelas, namun kadang-
kadang ada juga yang dihilangkan. Contoh ayat Al-Qur’an yang disebutkan muqsam ‘alaihnya
secara jelas sebagai berikut:
a. Tentang dasar iman kepada Allah, Q.S. Al-Shaffat/ 37:1-4:
)٤( ) ِإَّن ِإَٰل َهُك ْم َلَو اِح ٌد٣() َفالَّتاِلَياِت ِذ ْك ًرا٢() َفالَّز اِج َر اِت َز ْج ًرا١(َو الَّص اَّفاِت َص ًّفا
Artinya: 1. Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya, 2. dan demi
(rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), 3. dan
demi (rombongan) yang membacakan pelajaran, 4. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. (Q.S.
Al-Shaffat:1-4)
4. Adat al-Qasam
Adat al-Qasam adalah huruf sumpah. Huruf sumpah itu ada tiga, yaitu ba’, waw, dan ta’. Adapun
huruf sumpah ba’ adalah asal huruf sumpah, maka ada beberapa hukum daripadanya:
a. Disebutkan fi’l bersamanya;
Sumpah dilakukan untuk memperkuat pembicaraan agar dapat diterima atau dipercaya oleh
pendengarnya. Sementara sikap pendengar sesudah mendengar qasam akan bersikap salah satu dari
beberapa kemungkinan di bawah ini:26
1. Pendengar yang netral, tidak ragu dan tidak pula mengingkarinya. Maka pendengar yang
seperti ini akan diberi ungkapan ibtida’ (berita yang diberi penguat taukid ataupun sumpah).
2. Pendengar mengingkari berita yang didengar. Oleh karenanya berita harus berupa kalam
ingkari (diperkuat sesuai kadar keingkarannya). Bila kadar keingkarannya sedikit, cukup
dengan satu taukid saja.
3. Apabila berita itu sampai pada pendengar dan dia tidak menolak, tentunya berita tersebut
dapat diterima dan dipercaya. Karena telah diperkuat dengan sumpah apalagi dengan
menggunakan kata Allah swt.
4. Bahwa pembawa berita akan merasa lega, karena telah menyampaikan berita dengan
diperkuat sumpah atau dengan beberapa taukid (penguat). Hal ini sangat berbeda apabila
membawa berita dengan tidak menggunakan qasam.
Dengan bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, maka hal ini sama dengan
mengagungkan Allah swt karena telah menjadikan namanya selaku dzat yang diagungkan sebagai
penguat sumpah.
Qasam muakkad (sumpah untuk menguatkan) terkenal dengan memungkinkan sesuatu itu pada
diri seseorang dan menguatkannya. Al-Qur`an itu diturunkan kepada umat manusia itu seluruhnya.
Orang mengangkat sumpah itu gunanya ialah untuk membuktikan sesuatu. Karena sebagian dari
orang itu ada yang masih ragu-ragu. Ada pula yang mengingkari, dan ada pula yang memusuhi.
Bersumpah dengan menyebut nama Allah itu ialah untuk menghilangkan keragu-raguan.
Menghapuskan syubuhat, menegakkan hujah, menguatkan berita dan menegakkan hukum dalam
bentuk yang lebih sempurna.
Hikmah penggunaan Aqsam di dalam Al-Qur`an:27
1. Memperkuat informasi yang hendak disampaikan
25 Ismail, Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 369.
26 Cylpa Nur Fitriani, Aqsamul Qur’an, diakses dari http://blog.pesantrenmedia.com/aqsamul-quran, pada tanggal 25
Desember 2019 pukul 03.23 WIB.
27 Andra Setiawan, Makalah Sumpah atau Qasam, diakses dari
https://andrasetiawan466.blogspot.com/2018/06/makalah-sumpah-atau-qasam.html pada tanggal 25 Desember
2019 pukul 03.32 WIB.
8
Berita itu sudah sampai pada pendengar, dan kalau dia bukan orang yang apriori menolak,
tentunya berita tersebut sudah diterima dan dipercaya karena sudah diperkuat dengan sumpah,
apalagi memakai nama Allah SWT.
As-Suyuthi telah mengemukakan jawaban terhadap pertanyaan, “Apakah hikmah sumpah dari
Allah SWT? Bila sumpah itu ditunjukan kepada orang-orang mukmin, tidaklah ada hikmahnya
sebab mereka akan segera membenarkan berita dari-Nya sekalipun tanpa diiringi sumpah. Bila
ditujukan bagi orang-orang kafir, hal itu juga tidak ada hikmahnya.” As-Suyuthi menjawab bahwa
sesungguhnya Al-Qur`an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab dan sebagian dari
kebiasaan bahasa Arab adalah menggunakan sumpah ketika hendak memperkuat suatu hal.
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dibahas, kita dapat menyimpulkan Aqsamul Qur’an adalah salah satu
kajian dalam Ulumul Qur’an yang membahas tentang pengertian, unsur-unsur, bentuk-bentuk,
tujuan, serta manfaat (faedah) sumpah-sumpah Allah, dalam menegaskan suatu pernyataan tertentu,
yang terdapat di dalam Al-Qur’an, dimana sumpah-sumpah dalam Al-Qur’an itu menyebut nama
Allah atau ciptaan-Nya sebagai Muqsam bih.
Aqsamul Qur’an mempunyai tujuan untuk memberikan penegasan atas suatu informasi yang
disampaikan dalam Al-Qur’an atau untunuk memperkuat informasi kepada orang lain yang
mungkin sdang mengingkari suatu kebenarannya, sehingga informasi itu dapat diterimanya dengan
penuh keyakinan.
SARAN
Dalam mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, terutama dalam pembahasan di bidang qasam, masih
jarang literatur yang memuat dan membahas tentang masalah Qasam ini. Kurangnya literatur
tersebut menjadi kendala utama dalam pembahasan materi ini. Karenanya, kami menyusun makalah
ini agar sedikitnya menanbah literatur materi pembahasan Qasam meskipun materi yang kami susun
hanya sedikit dan terbatas pula. Untuk itu, kami menyarankan kepada para penerjemah bahasa arab,
9
untuk lebih sering menerbitkan buku terjemahan tentang Ulumul Qur’an sehingga mahasiswa
maupun masyarakat tidak akan merasa tabu dengan hal yang dinamakan Qasam.
10