Anda di halaman 1dari 12

Transkrip Bisa Regular Pekan 2

•┈┈┈┈┈┈┈┈•❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈•
📝 Transkrip Program Bisa Reguler Pekan 2
🎧 Pengisi Materi ::: Ustadz Nur Fajri Romadhon ‫حفظه اهلل تعاىل‬
📚 Dars 3 ::: Ta’aruf: Mengenal Hamzah dan Cara
Penulisannya di Awal dan Akhir Kata
⌛ Durasi Video ::: 21.09 Menit
•┈┈┈┈┈┈┈┈•❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈•
َ
‫بسم اّلل الرمحن الرحيم‬
َ
‫السالم عليكم ورمحة اّلل وبراكته‬
ّ َ
‫ وال حول وال قوة إال‬،‫احلمد اّلل والصالة والسالم ىلع رسول اّلل وىلع آهل وصحبه ومن وااله‬
َ
‫ أما بعد‬،‫باّلل‬

Insya Allah kita kali ini akan belajar lanjutan dari program Ta’aruf -
Terampil Imla Huruf -. Dan kali ini kita akan membahas bagaimana menulis
hamzah.
Hamzah dalam bahasa Arab bisa menjadi nama orang dan bisa jadi nama
ْ َ
huruf. Kalau yang nama huruf maka ha-nya ha besar: ‫هم َزة‬. Kalau hamzah nama
َْ
orang, ha-nya ha kecil: ‫مح َزة‬. Misalnya Hamzah ‫ريض اهلل عنه‬, paman Nabi ‫ﷺ‬.

Hamzah ada dua:

①. Hamzah
ْ َْ
qatha’ (‫)هم َزة القطع‬
ْ َ

ْ ْ ْ َ
②. Hamzah washal (‫)هم َزة ال َوصل‬

Hamzah al-qatha’ adalah hamzah yang selalu ada dan selalu dibaca, baik
dia di depan, di tengah, atau di akhir, baik di awal kalimat, atau di tengah-
tengah kalimat. Kalau konteksnya al Qur’an, walaupun sekali lagi, ilmu imla’
jangan selalu merujuk kepada al Qur’an, karena al Qur’an memiliki aturan
lebih dari sekedar aturan imla’.
Tapi di dalam al Qur’an kita mengenal konsep hamzah washal dan hamzah
َ َ َ َْ
qatha’. Di mana hamzah qatha’ selalu dibaca. Misalnya: ‫( ألهاكم اتلَكثر‬ini selain
penulisan al Qur’an). Di surat at-Takatsur. Ini saya tulis tidak dengan tulisan

H a l . 1 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

rasm Utsmaniy, tapi dengan imlaiy saja. Di sini hamzahnya hamzah qatha’. Selalu
َ َ َ َْ ْ َ َْ َ
dibaca, misalnya: ‫ِمْسِب اهلل الرمحن الرحيم ألهاكم اتلَكثر‬.
َ ََْ
Tapi ketika di surat sebelumnya: ‫القارعة‬, hamzahnya hamzah washal. Kalau
َ َ ْ ْ َ ‫محن‬
kita sambung dengan basmalah: ‫الرحيم القارعة‬
َ ْ ‫الر‬
َ ‫ِمْسِب اهلل‬. Tidak di baca.
َ ََْ
Hanya di baca ketika di awal: ‫القارعة‬, kalau di tengah-tengah bacaan tidak
dibaca. Dan dia tentu hanya ada di awal kata, tidak mungkin di tengah atau
di akhir. Dan bentuknya memang mirip alif, walaupun di sebagian penulisan
َْ
ada yang membedakannya dengan ra’sush shad istilahnya (‫)ٱ‬. Disebut ‫رأس‬
َ (kepada shad) semata-mata karena dia seperti kepalanya shad. Dan kenapa
‫الصاد‬
ْ ْ ْ َ
shad yang dipilih? Karena singkatan dari washl (‫)هم َزة ال َوصل‬. Tapi itu di al
Qur’an biasanya, dan di sebagian mushaf juga, tidak di semua mushaf. Kalau
di tulisan biasa cukup dengan hamzah yang seperti alif. Di alif lam misalnya,
ْ ْ
baik yang syamsyiyah atau yang qamariah. Atau di fi’il amr: ‫ اق َرأ‬misalnya. Nanti
akan kita pelajari.
ْ ْ
Dan ‫ اق َرأ‬sendiri, hamzah yang kedua hamzah qatha’, kalau hamzah yang
awal ini hamzah washl. Adapun hamzah qatha’ maka pada dasarnya sering
disimbolkan dengan kepala (‫)أ‬, dan variasinya -nanti akan kita pelajari-. Dan
َْْ َْ
kepala ini disebut dengan ‫( رأس العي‬kepalanya ‘ain). Kenapa? Karena dahulu
sekali, ketika orang Arab menggunakan tartib abjadi, abjad hawas (yang telah
kita pelajari sebelumnya), mereka tidak memiliki dua huruf yang berbeda
untuk hamzah dan alif. Hamzah dan alif satu huruf, ya sudah itu-itu saja.
Hamzah tidak ada huruf tersendiri, dia alif, istilahnya alif yabisah.
Alif ada dua:
َ ْ َْ
َ
1. ‫( اْللف اْلابسة‬kering)
َ ِّ َ َْ
2. ‫( اْللف اللينة‬lembut)

Yang lembut itu maksudnya alif biasa, yang kita sebut alif. Alif yabisah itu
yang kita sebut hamzah. Jadi mereka dahulu tidak memiliki huruf tersendiri.
Tapi lama-lama mereka membutuhkan juga.
Tapi FYI, perlu di ketahui juga bahwa mushaf Utsmaniy awalnya selain
tidak bertitik untuk pembeda huruf, juga tidak berharakat. Tidak ada naqd
H a l . 2 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

i’jal, tidak ada naqd i’rab, dan juga tidak ada hamzah. Dan memang di antara
hikmahnya selain menyederhanakan penulisan dan mereka waktu itu belum
mengenal yang seperti itu; alasan yang ketiga adalah karena memang pada
akhirnya agar mengakomodir banyak qira’at.
Jadi tidak ditulisnya hamzah dalam mushaf-mushaf Utsmaniyyah adalah:
1. Karena memang mereka belum membedakan alif dalam penulisan. Dalam
pengucapan sudah pasti, dalam penulisan saja belum memberikan huruf
khusus untuk hamzah.
2. Karena mereka mau menyederhanakan. Toh mereka juga faham, jadi
sederhanakan saja tanpa perlu ditulis, belum butuh.
3. Agar satu mushaf, rasmnya bisa mengakomodir banyak qira’at.
Kemudian al Khalil bin Ahmad al Farahidi, salah seorang ulama tabi’in.
Wafat di tahun 170H. Tabi’in kecil atau tabi’ut tabi’in besar, wallahu a’lam bish
shawab. Beliau ini tokoh besar dalam ilmu Bahasa Arab. Beliau founder dari
ilmu ‘arudh. Beliau akhirnya melihat dan berijtihad: huruf yang paling dekat
makhrajnya dengan hamzah.

Beliau tidak membahas ‫ه‬, meskipun ada yang mengatakan demikian:


makhraj hamzah sama dengan ‫ه‬, kenapa tidak dikodekan dengan ‫ه‬, kenapa
dengan ‫ ?ع‬Padahal ‫ ع‬di atasnya sedikit, wasthul halqi. Kita tau makhraj paling
bawah, aqshal halq itu hamzah - ‫ه‬. Atasnya sedikit, ‫ ع‬- ‫ح‬.

Al Khalil memilih ‫ع‬, kepalanya saja sebagai simbol hamzah karena:

1. Kedekatan makhraj, sebagai alasan pertama. Tapi mungkin ada yang


mengatakan ‫ ه‬kan juga bisa?
2. Alasan yang kedua adalah karena orang non-Arab, di zaman al Khalil
juga sudah, kalau tidah fasih membaca ‫ ع‬menjadi hamzah. Kita juga begitu.
3. Alasan ketiga, karena di dalam bahasa Arab sendiri, ada dialeg ‘an’anah.
Ini bukan ‘an’anah dalam ilmu hadits. Ada ‘an’anah, ‘aj’ajah, tamtamah, ini
dialeg tersendiri dalam bahasa Arab. Dialeg ‘an’anah adalah
mengucapkan hamzah dengan huruf ‘ain. Ini lucu, justru hamzah jadi ‘ain.
Kalau tadi alasan kedua karena ‘ain menjadi hamzah bagi orang non-Arab,
atau orang yang baru belajar bahasa Arab. Kalau ini justru orang Arab
fasih membaca hamzah dengan ‘ain.

H a l . 3 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

Oleh karena ini al Khalil memilih ‘ain dan mengambil kepalanya saja.
jadilah tulisan hamzah.
Sekarang kita belajar hamzah qatha’ dahulu, karena hamzah washal
sederhana.
Bagaimana kita menulis hamzah qatha’? Misalnya thairatun (pesawat),
karena saya sedang di bandara. Apakah ‫ َطاإ َرة‬, atau ‫ َطائ َرة‬, atau ‫ َطاء َرة‬, atau ‫ َطاؤ َرة‬,
yang mana?
ََْ ََْ
Lalu menulis zarqa (biru), favorite saya. Apakah ‫زرقاأ‬, ataukah ‫زرقائ‬,
ََْ ََْ
ataukah ‫زرقاء‬, ataukah ‫ ?زرقاؤ‬Atau bagaimana?
ْ ْ ْ
Atau dzi’bun (serigala). Ataukah ‫ذأب‬, ataukah ‫ذئب‬, ataukah ‫ذؤب‬, ataukah
‫ ?ذ ْءب‬Ini pertanyaan.
Jadi bagaimana caranya ketika hamzah qatha’ di depan, di tengah, dan di
belakang?.

 Penulisan Hamzah Qatha’ di Depan


Pertama kita akan bahas bagaimana hamzah qatha’ di depan dahulu.
Kita langsung ke kaidahnya saja. Hamzah qatha’ di depan selalu ditulis
dengan alif. Baik kepalanya di atas ataupun di bawah. Selalu dengan alif.
Dan alif ini dalam ilmu imla’ kadang disebut juga asha (tongkat), tapi let says
alif saja. di atas alif atau di bawah alif.
Kapan di atas dan kapan di bawah? Di atas kalau berharakat fathah atau
dia dhammah, dan di bawah kalau dia kasrah. Sederhana.
Maka bagaimana cara menulis:
َ
 akhun (saudara)? Berarti ‫أخ‬.
ََ َ
 Akala? Berarti ‫أكل‬

Harus pakai alif, tidak boleh tidak, kalau tidak pakai alif salah.
Tapi bagaimana kalau:

 ukhuwah misalnya. Dhammah, sama saja berarti: ‫أخ َوة‬


َ
 Atau ukila. Begini: ‫أكل‬

H a l . 4 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

Kemudian yang kasrah sekarang:


َ ْ
 islaam : ‫إسالم‬
ْ
 ikhwaan (saudara-saudara): ‫إخ َوان‬

Ini di depan. Kaidahnya tadi: yaitu selalu ditulis dengan alif, kalau dia
fathah atau dhammah maka ra’sul ‘ainya ditaruh di atas; dan kalau dia kasrah,
kepala ‘ainnya ditulis di bawah tongkat alif.

‫واهلل أعلم بالصواب‬

 Penulisan Hamzah Qatha’ di Belakang


Berikutnya kalau di akhir/di belakang.
Kaidahnya adalah: dia mengikuti harakat sebelum hamzah/harakat
sebelum akhir. Hanya itu saja. dia ditulis sesuai dengan harakat sebelumnya.
ََ
Misalnya harakat sebelum hamzah adalah fathah, nabaun maka – ‫( نبأ‬berita
besar). Ingat kaidahnya kalau hamzah di belakang maka selalu mengikuti
harakat huruf sebelum terakhir.

Maka harus tau juga: fathah temannya alif, kasrah temannya ‫ي‬, dhammah
temannya ‫و‬, kalau sukun atau mad (tidak fathah, tidak kasrah, tidak dhammah)
maka tidak ada apa-apa, terbang, mufradah istilahnya.

‘alal alif ‫أ‬ َ


‫ـــ‬
‘alal ya’ ‫ئ‬ ‫ـــ‬
‘alal wawu ‫ؤ‬ ‫ـــ‬
mufradah ‫ء‬ ْ
‫ـــ‬

َ َ َ ََ ََ
Contoh yang fathah: ‫( نبأ‬berita besar), ‫( نشأ‬tumbuh). Tadi ‫نبأ‬, mungkin ada
ََ
yang bertanya, ini ‫ نبأ‬harakat hamzahnya kan dhammah? Jawabannya: karena
dia mengikuti harakat sebelumnya, bukan harakat hamzah. Kita tidak
pedulikan harakat si hamzah. Kalau hamzah di belakang kita hanya fokus pada
harakat sebelum huruf terakhir. Fokus di situ saja.

H a l . 5 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

Contoh yang di atas ‫ى‬, atau istilah lainnya di atas kursi, atau di atas
َ َ َ ْ
nabrah: ‫( قارئ‬pembaca). ‫ر‬-nya kasrah. Sama saja ‫قارئ‬, ‫قارئ‬. Kemudian fi’il ‫يْبئ‬
(menyembuhkan, membersihkan). Walaupun hamzahnya dhammah. Karena
yang penting adalah harakat sebelumnya.
ْ ْ
Yang ‫ و‬misalnya: ‫( لؤلؤ‬mutiara). Dhammah sebelumnya. Mau dia ‫ لؤلؤ‬sama,
ْ
ditulis di atas ‫ و‬hamzahnya. Atau misalnya: ‫( امرؤ‬seseorang). Lihat harakat
sebelumnya ‫ر‬.

Kalau sukun, atau pokoknya dia bukan fathah, bukan kasrah, bukan
َ ‫( َج‬datang), hamzahnya terbang.
dhammah, maka dia terbang. Misalnya: ‫اء‬
Sebelumnya alif, dianggap seperti sukun, tidak berharakat fathah, kasrah,
َ ْ
ْ ‫ن‬, ‫وضوء‬. Atau misalnya huruf liin:
dhammah. Atau misalnya huruf mad lain: ‫ِسء‬
ْ َ , atau sukun betulan: ‫( ج ْزء‬sebagian), ‫( م ْلء‬sepenuhnya). Ini terbang.
‫َشء‬
Jadi kaidahnya sekali lagi: kalau di belakang, cara menulis hamzah selalu
mengikuti harakat huruf sebelum terakhir. Kalau dia fathah maka dia ditulis
di atas alif; kalau dia kasrah, ditulis di atas ‫ ;ى‬kalau dia dhammah, di atas ‫;و‬
kalau dia sukun, terbang.
Kita ulangi. Kalau yang di depan tadi selalu dengan alif. Tinggal atas –
bawahnya saja.
Nanti atas bawahnya juga mempengaruhi yang di belakang juga.
ََ ََ
Misalnya tadi ‫نبأ‬, kalau ‫ نبإ‬kepala ‘ainnya diletakkan di bawah. Tapi tetap
ََ
pakai alif, hanya kepalanya saja: ‫نبإ‬. Atau mubtada misalnya, sama.

‫واهلل أعلم بالصواب‬


Demikian. Untuk pembahasan tentang hamzah di tengah dan hamzah
washal insya Allah di video berikutnya. Karena sudah 20 menit.
Terima kasih banyak, dan semoga Allah berikan taufiq kepada kita
semua untuk mempelajari ilmu yang bermanfaat, dan beramal yang shalih.

‫آمي يا رب العاملي‬
ً َ ً َ ً َ ْ َ َ َ َ َ
‫ َوع َمال متَق َبال‬،‫ َور ْزقا َطيِّبًا‬،‫الله َم إنا ن ْسألك عل ًما ناف ًعا‬
H a l . 6 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

‫ أستغفرك وأتوب إْلك‬،‫ أشهد أن ال هلإ إال أنت‬،‫سبحانك امهلل وحبمدك‬


Terima kasih banyak, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

‫والسالم عليكم ورمحة اهلل وبراكته‬

•┈┈┈┈┈┈┈┈•❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈•

H a l . 7 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

•┈┈┈┈┈┈┈┈•❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈•
📝 Transkrip Program Bisa Reguler Pekan 2
🎧 Pengisi Materi ::: Ustadz Nur Fajri Romadhon ‫حفظه اهلل تعاىل‬
📚 Dars 4 ::: Ta’aruf: Mengenal Hamzah dan Cara
Penulisannya di Tengah Kata
⌛ Durasi Video ::: 17.29 Menit
•┈┈┈┈┈┈┈┈•❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈•
َ
‫بسم اّلل الرمحن الرحيم‬
َ
‫السالم عليكم ورمحة اّلل وبراكته‬
ّ َ
‫ َوبعد‬،‫احلمد اّلل والصالة والسالم ىلع رسول اّلل‬

Ini adalah lanjutan dari pembahasan Ta’aruf - Terampil Imla Huruf -.


Dan kita di pertemuan sebelumnya sudah membahas tentang hubungan alif
dan hamzah, berdasarkan apa yang disebutkan oleh Imam Ibnu Khallikan
dalam Kitab Wafiyatul A’yan, juga bagaimana konsep hamzah itu sendiri,
dibagi menjadi hamzah qatha’ dan hamzah washal sebagaimana disebutkan
Imam al Azhari, dan juga bagaimana akhirnya jumlah huruf dari tadinya 28
menjadi 29, karena hamzah dipisahkan dari alif. Sudah dibahas
Alhamdulillah.
Kemudian kita sudah bahas juga hamzah qatha’ di depan dan di
belakang. Itu kita bahas dahulu karena itu yang paling mudah. Sederhananya
kalau di depan kita hanya memperhatikan harakat hamzah, tidak
memperhatikan harakat setelahnya. Dan selalu dia bersama alif. Kalau dia
fathah atau dhammah, ra’sul ‘ain/kepala ‘ain-nya ditaruh di atas alif, kalau dia
kasrah ditaruh di bawah alif. Tapi tetap dalam semua kondisi ditulis dengan
alif.
Kemudian kalau di belakang maka kita hanya memperhatikan harakat
sebelum hamzah atau harakat huruf sebelum terakhir. Kalau dia fathah maka
berarti hamzah ditulis di atas alif, kalau dia kasrah maka ditulis di atas ya’ (kita
sebut dia kursi, karena ya’nya tanpa titik), kalau dia dhammah maka ditulis di
atas wawu, dan kalau dia sukun, atau huruf-huruf mad maka ditulis
terbang/melayang, istilahnya hamzah mufradah.

H a l . 8 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

 Penulisan Hamzah Qatha’ di Tengah


Sekarang lanjut kalau hamzah di tengah. Ini cukup rumit, tapi insya Allah
Allah beri kemudahan.
Jadi kalau ini seperti paduan dari yang dua tadi. Kita harus
memperhatikan dua hal.
 Apa harakat si hamzah?
 Apa harakat sebelum si hamzah?
Nanti adu kuat-kuatan, yang menang dia yang menentukan.
Kita belajar bahwa urutan kekuatannya adalah:
1. Kasrah
2. Dhammah
3. Fathah
4. Sukun
Misalnya contoh: harakat si hamzah adalah sukun dan harakat sebelum
hamzah adalah fathah, misalnya kata ya’muru. Menulisnya bagaimana? Sukun
Vs fathah, maka menang fathah. Maka ingat kaidah yang huruf di belakang,
kalau fathah maka identik dengan alif, berarti di tulis dengan alif. Kata ya’muru
َْ
ditulisnya  ‫يأمر‬. Adu kuat-kuatan. Contoh lain: ya’kulu. Fathah vs sukun.
َْ
Tulis di atas fathah, karena menang fathah  ‫يأكل‬.

Misalnya: sukun (no.4) melawan dhammah (no.2). Menang mana? Lebih


ْ
kuat dhammah. Maka misalnya yu’minu  ‫يؤمن‬. Contoh lain: mu’minun 
ْ
‫مؤمن‬. Ditulis di atas wawu kenapa? Karena menang dhammah, dan dhammah
identik dengan wawu, seperti yang sudah dibahas di pembahasan
sebelumnya.
Bagaimana kalau sukun (no.4) lawan kasrah (no.1)? Ini lagi-lagi, lawan
yang paling kuat. Maka memang kasrah. Misalnya ji’ta (kamu telah datang).
َ ْ
Bagaimana menulisnya? Ditulis di atas ya’  ‫جئت‬. Atau “kalian telah
ْ ْ
menghendaki”  ‫شئتم‬. Ditulisnya alif di atas kursi seperti itu.

Contoh lain misalnya kuat-kuatan fathah dengan sukun. Contohnya


َ َْ
yas’alu  ‫يسأل‬. Kenapa begitu? Kenapa ditulis di atas alif? Karena menang
H a l . 9 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

fathah. Yas (sukun), a (fathah). Menang fathah maka ditulis di atas alif. Ingat
ََ ْ َ
fathah identik dengan alif. Contoh lain: mas’alah  ‫مسألة‬.
َ ِّ َ
Atau contoh lain: fathah lawan kasrah. Misalnya: sayyiah  ‫سيئة‬. Kalau di
َّ َ َ َ
al Qur’an kasrah ditulisnya di bawah (‫)سيئة‬. Atau qaariatun  ‫قارئة‬. Kenapa
ditulis di atas ya’? karena fathah (no.3) lawan kasrah (no.1) menang kasrah.
Hamzahnya ditulis di atas ya’, bukan di atas alif.
Misalnya contoh lagi: dhammah (no.2) lawan fathah (no.3). Ingat jangan
lupa dhammah ini maksudnya harakat si hamzah, dan fathah harakat sebelum
hamzah. Misalnya: yaqrauun (mereka sedang membaca). Berarti menang
siapa? Menang dhammah. Jangan lupa urutan kekuatannya: kasrah – dhammah
َ َْ
– fathah – sukun. Maka ditulis di atas wawu  ‫يق َرؤ ْون‬. Begitu. Misalnya: yamla-
ََْ ْ َ ْ َ
uhu  ‫يملؤه‬. Yakla-ukum  ‫يكلؤكم‬. A – U, maka menang dhammah, ditulis di
atas wawu.
Atau misalnya lagi: kasrah (no.1) melawan sukun (no.4). Lebih-lebih lagi,
َ َْ
menang kasrah pasti. Seperti: as-ilatun  ‫أسئلة‬.

Kasrah (no.1) lawan fathah (no.3), menang kasrah pasti. Taqraiina, maka
َْ َْ
ditulisnya  ‫تق َرئي‬, menang kasrah. Begitu.

Dan penting diingat bahwa pada akhirnya, kaidah yang disebutkan ini
kaidah default (standar). Semakin advance, ada memang beberapa kasus
pengecualian, atau orang Arab memberi dua opsi. Tapi karena Ta’aruf ini
program awal untuk bekal para peserta pembelajar sharaf, kemudian nanti
nahwu, dan seterusnya untuk menulis kata-kata dalam bahasa Arab dengan
pensil, dengan pulpen, atau bahkan dengan ketikan, tapi mungkin kalau imla
bagusnya dengan tulisan tangan agar benar-benar terlatih serius kaidahnya.
Karena kalau mengetik bisa saja sudah otomatis tersambung. Karena ini
tingkat dasar maka yang pengecualian dan dua opsi-dua opsi tersebut
sengaja tidak diberikan. Jadi ingat ini pelajaran imla’ dasar, yang insya Allah
ini sudah sangat mencukupi untuk pembelajaran. Dan diingat sekali lagi,
jangan dibandingkan dengan al Qur’an. Karena mushaf al Qur’an kaidahnya
tidak hanya kaidah imla’ di sana, ada ilmu rasm, ada ilmu dhabt di sana.

‫واهلل أعلم بالصواب‬

H a l . 10 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

Itu tentang hamzah qatha’ di depan, di belakang, dan di akhir.


Sekarang kita masuk ke,

 Penulisan Hamzah Washal


Hamzah washal sederhananya ada di isim, fi’il, dan ada di harf.
1. Di Haruf

Di harf ada di al (‫)ال‬. Dan yang lebih akurat penyebutannya dengan ‫ال‬,
َ َْ
walaupun ada yang menyebutnya ‫اْللف َوالالم‬. Tapi ingat secara konsep
yang lebih detail yang sudah modern ini bukan alif, ini namanya hamzah
washal. Buktinya bisa di baca, kalau alif tidak bisa dibaca. Kenapa disebut
alif? Jangan lupa sejarahnya bahwa hamzahpun dahulu sekali namanya
alif, barengan dengan alif, satu huruf. Seperti dijelaskan Imam al Azhari,
Imam Ibnu Khallikan, Ibnu Manzhur dalam Lisanul ‘Arab. Tapi lebih
akurat sekarang kita sebut al. Apalagi mengingat kaidah bahwa semua
huruf yang terdiri dari lebih dari satu huruf maka dibaca dan disebut
ْ َ ْ َْ
ُّ ‫العي َو‬, ‫ من‬kita tidak ْ
dengan bacaannya. Kita tidak sebut ‫ عن‬dengan ‫انلون‬
ْ ْ ْ ْ
ُّ ‫ الميم َو‬tapi ‫من‬. Tapi kalau dia satu huruf baru kita sebut dengan
sebut ‫انلون‬
ْ
َ , ‫لـ‬, huruf jar, kita sebut ‫الالم‬, kaf: ‫لي َس‬ َ َْ
namanya, misalnya: ‫ بـ‬disebut ‫اْلاء‬
ْ َ ‫ َكمثْله‬misalnya, kita sebut ‫الْ ََكف‬. Tapi kalau dia harf terdiri dari lebih
‫َشء‬
dari satu huruf: dua, tiga, empat, atau lebih, maka dia disebut dengan
ْ ْ َ ََ َ ََ َ ََ
tulisannya ‫من‬, ‫ف‬, ‫إىل‬, ‫ىلع‬, ‫لعل‬, ‫كأن‬.

‫واهلل أعلم بالصواب‬


2. Di Isim
Hamzah washal juga ada di isim. Ada di 10 isim. Kalau di al Jazariyah kita
kenal ada bait seperti ini:
ََْْ َ َ ْ َ َْ ْ َ َْْ ْ َ
‫وامرأة واسم مع اثنتي‬ ‫ابْن َم َع ْابنة امرئ َواثني‬
ْ
‫( ابْن‬anak laki-laki), (anak perempuan), ‫( امرئ‬ini kalau majrur, kalau marfu’:
ْ َْْ َْ
‫“ امرؤ‬seseorang”), ‫( اثني‬ini kalau majrur atau manshub, kalau marfu’ ‫)اثنان‬
ْ ْ ْ ََْْ
... ‫( ام َرأة‬perempuan), ‫( اسم‬nama), ‫( اثنتي‬dua).

H a l . 11 | 12
Transkrip Bisa Regular Pekan 2

Itu di antaranya. Ada yang lain tapi bukan pembahasan dasar.


3. Di Fi’il
ََْْ
Misalnya pada sebagian fi’il madhi. Misalnya: ‫استغف َر‬, pada sebagian
َْ ْ َ َ ْ
mashdar seperti ‫استغفار‬, ‫استقامة‬. Pada awal mayoritas fi’il amr, misalnya:
ْ ْ ْ
‫استَق ْم‬, ‫ْب‬ ‫( اص‬sabarlah!).
Dan hamzah washal dalam standar penulisan biasa tidak perlu diberi apa-
apa, cukup seperti alif, tapi bukan alif. Kalau mau diperdetail betul sejarahnya
dia alif juga, tapi kemarin sudah kita terangkan bagaimana akhirnya sudah
pembahasan zaman sekarang istilah-istilahnya sudah baku, dan ini istilahnya
hamzah washal, bentuknya seperti alif. Dan saya sudah singgung juga bahwa
di sebagian mushaf itu diberi ra’sush shad di atasnya.

‫واهلل أعلم بالصواب‬


Demikian. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih.
Terima kasih banyak, mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan.
Semangat terus dan banyak berlatih, dan silahkan berdiskusi, tapi ingat
Ta’aruf adalah level tingkat dasar pemula. Tujuan untuk memudahkan kita
untuk belajar bahasa Arab selanjutnya. Dan welcome kalau seandainya ada
yang didiskusikan.

‫ أستغفرك وأتوب إْلك‬،‫ أشهد أن ال هلإ إال أنت‬،‫سبحانك امهلل وحبمدك‬

‫والسالم عليكم ورمحة اهلل وبراكته‬

•┈┈┈┈┈┈┈┈•❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈•

H a l . 12 | 12

Anda mungkin juga menyukai