Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.

Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer Adi Satrio didefinisikan sebagai

“Hasil yang telah dicapai.”1 Noehi Nasution menyimpulkan bahwa:

Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil
dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau
munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau
oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.2

Djamarah mengatakan bahwa: “Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok.”3

Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah bahwa: “Prestasi

adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan

hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.”4

Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan

pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang

dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil

______________
1
Adi Satrio, Kamus Ilmiah Populer. (Jakarta: Visi 7, 2005), hal. 467.

2
Noehi Nasution dkk, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1998), hal. 4.

3
Djamarah Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 19.

4
Djamarah Syaiful Bahri, Psikologi Belajar,...”, hal. 21.

11
12

dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati,

yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara

kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Sementara itu Muhibbin Syah mengutip pendapat beberapa pakar psikologi

tentang definisi belajar, di antaranya adalah:

1. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya educational


Psychology : The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar
adalah suau proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif (a process of progressive behavior
adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa
proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia
diberi penguat (reinforce).
2. Dalam Dictionary of Psychology, Chaplin memberikan batasan belajar
dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “Acquisition of any
relatively permanent change in behavior as a result of practice and
experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua: ..process
of acquiring responses as a result of special practice,” belajar adalah proses
memperoleh respon-respon ebagai akibat adanya latihan khusus.17
3. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory
berpendapat “Learning is change in organism due to experience which can
affect the organism’s behavior”. Artinya, belajar adalah suatu perubahan
yang terjadi dalam diri organism (manusia dan hewan) disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut.
Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkan oleh
pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi
organisme.
4. Wittig dalam bukunya, Psychology of Learning, Wittig mendefinisikan
belajar sebagai : any relatively permanent change in an organisme’s
behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah
perubahan yang relative menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
5. Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology, membatasi belajar
dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of
accuiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini
biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang
oleh sebagian ahli dipandang kuran representatif karena tidak
mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar
adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs
as a result of reinforced practise, yakni suatu perubahan kemampuan
bereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam
13

definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti
untuk memahami proses belajar, yakni: Relatively permanent, yang secara
umum menetap. Respons Potentiality, kemampuan bereaksi Reinforce,
penguatan. Practise, praktik atau latihan.
6. Biggs dalam pendahuluan Teaching of Learning, Biggs mendefinisikan
belajar dalam tiga rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif; rumusan
institusional; rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata
seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit
mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui
semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.5

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah) belajar berarti kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-

banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi

yang dikuasai siswa. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar

dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa

atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukan siswa

telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukurannya semakin

baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan pelaku belajar

yang kemudian dinyatakan dalam skor.

Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses

memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan

dunia disekeliling pelaku belajar. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada

tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-

masalah yang kini dan nanti dihadapi pelaku belajar.

______________

5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosdakarya 2008), hal. 90-91.
14

Berikut ini penulis telah mengutip pendapat beberapa pakar dalam

menjabarkan pengertian belajar, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. W.S. Winkel dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran.

Menurutnya, pengertian belajar adalah “Suatu aktivitas mental/psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan

nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”6

2. S. Nasution mendefinisikan belajar sebagai “ Perubahan kelakuan,

pengalaman dan latihan.”7 Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri

individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah

pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan,

kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi

segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.

3. Sedangkan Mahfud Shalahuddin dalam buku: Pengantar Psikologi

Pendidikan, mendefinisikan belajar sebagai “Suatu proses perubahan tingkah

laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui rosedur latihan.”8

Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dari sesuatu yang tidak dikenalnya,

untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada

suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.

______________

6
WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : Gramedia, 1991), hal. 36.

7
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 68.

8
Mahfudz Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Bina Ilmu, Surabaya, 1990),
hal. 29.
15

4. Supartinah Pakasi dalam buku: “Anak dan Perkembangannya,” mengatakan

pendapatnya antara lain:

a. Belajar merupakan suatu komunikasi antar anak dan lingkungannya; b.


Belajar berarti mengalami; c. Belajar berarti berbuat; d. Belajar berarti suatu
aktivitas yang bertujuan; e. Belajar memerlukan motivasi; f. Belajar
memerlukan kesiapan pada pihak anak; g. Belajar adalah berpikir dan
menggunakan daya pikir; dan h. Belajar bersifat integratif.9

Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan para pakar tersebut,

secara umum belajar dapat dipahami sebagai suatu tahapan perubahan seluruh

tingkah laku inividu yang relatif menetap (permanent) sebagai hasil pengalaman

Sehubungan dengan pengertian itu perlu ditegaskan sekali lagi bahwa perubahan

tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan (maturation ), keadaan gila,

mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai hasil proses belajar.

Berdasarkan hal tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap (permanent)

sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor.

Istilah menetap (permanent) dalam definisi ini mensyaratkan bahwa segala

perubahan yang bersifat sementara tidak dapat disebut sebagai hasil atau akibat dari

belajar. Demikian pula istilah pengalaman, ia menafikan keterkaitan antara belajar

dengan segala tingkah laku yang merupakan hasil dari proses kematangan

(maturation) fisik atau psikis. Sehingga kemampuan-kemampuan yang disebabkan

oleh kematangan fisik atau psikis tidak dapat disebut sebagai hasil dari belajar.

______________

9
Pakasi, Anak dan Perkembangannya. Pendekatan Psiko-Pedagogis terhadap Generasi
Muda, (PT Gramedia. Jakarta, 1981), hal. 41.
16

Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar atau hasil belajar menurut

Muhibbin Syah, adalah “taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.10

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan prestasi

belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru”.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang

dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes

tertentu. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat

keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi

perubahan sifat benda, yakni tingkat penguasaan, atau perubahan tingkah laku yang

dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam

memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar

maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang

diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi

dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.

______________

10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,...”, hal. 60.
17

Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah

mencari ilmu dan menuntut ilmu.

B. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

1. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Hamruni mengatakan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan “Suatu proses pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan

siswa untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi dunia nyata, sehingga mendorong siswa menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.”11 Dalam pembelajaran CTL, siswa tidak hanya sekedar mendengarkan

dan mencatat, tetapi siswa belajar dengan mengalami langsung.

Wina Sanjaya mengemukakan bahwa: “CTL merupakan strategi

pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi dunia nyata

sehingga mendorong siswa untuk mnerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.”12

Dari rumusan yang diungkapkan Ngainun Naim “CTL adalah model pembelajaran

yang menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan

pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus

memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru.”13 Trianto

menambahkan “CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

______________

11
Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hal. 133.

12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 255.

13
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 193.
18

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara penegtahuan yang dimilkinya dengan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran

kontekstual.”14 Tidak jauh berbeda dengan dengan pendapat Rusman menyebutkan

bahwa: “CTL adalah proses pendidikan yang membantu siswa melihat makna

dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata

pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari yaitu dengan konteks

kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.”15

Sejalan dengan pemikiran Rusman, Abdul Majid juga menjelaskan bahwa:

“CTL adalah suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa

untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan

materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari.”16 Dalam kelas kontekstual,

tugas guru lebih banyak pada strategi pembelajaran daripada memberi informasi.

Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk

menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh tersebut di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan sebuah model pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dan

berusaha mengaitkan materi yang dipelajari dengan kejadian dalam kehidupan

______________

14
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif : Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), hal. 207.

15
Rusman, Model-model Pembelajaran. Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 190.

16
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 228.
19

sehari-hari, sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan yang bermakna. CTL

mengarahkan pembelajaran kepada upaya untuk membangun kemampuan berpikir

dan kemampuan menguasai materi pelajaran. Dimana pengetahuan siswa tersebut

didapatkan dari proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman

yang dimiliki siswa. Dengan demikian, siswa akan lebih termotivasi dalam

pembelajaran dan pembelajaran yang dialami akan lebih bermakna bagi siswa.

2. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)

Hamruni menyebutkan ada lima karakteristik penting dalam model

pembelajaran CTL, yaitu bahwa pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan

untuk mencapai tujuan berikut, yaitu:

Pertama, mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).


Artinya, apa yang dipelajari siswa tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa adalah pengetahuan
yang utuh dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Pada pembelajaran IPA
activating knowledge dapat dilakukan dengan memberikan apersepsi dengqn
mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
Dengan apersepsi tersebut kemudian siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat mereka terkait dengan pertanyaan yang diberikan.
Kedua, memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Pengetahuan baru diperoleh siswa secara deduktif, yaitu siswa
mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
Acquiring knowledge pada pembelajaran IPA dapat dilihat pada kegiatan
inkuiri. Melalui kegiatan inkuiri, siswa akan dihadapkan pada suatu masalah
atau soal yang harus dipecahkan siswa sehingga siswa menemukan
pengetahuan baru. Ketiga, memahami pengetahuan (understanding
knowledge). Artinya pengetahuan yang diperoleh siswa bukan untuk dihafal,
tetapi untuk dipahami dan dikembangkan. Dalam kegiatan pembelajaran IPA,
understanding knowledge ini muncul ketika siswa memahami pengetahuan
melalui pengalaman yang dilalui siswa dalam pembelajaran. Siswa tidak
hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi siswa melakukan kegiatan
seperti percobaan atau diskusi untuk menemukan atau memahami materi
yang dipelajari. Keempat, mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
(applying knowledge). Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh siswa
harus dapat diterapkan dalam kehidupan siswa yang dapat menunjukkan
perubahan perilaku siswa. Pada pembelajaran IPA. applying knowledge ini
muncul ketika siswa dapat mempraktikan pengetahuan yang mereka dapatkan
20

di sekolah untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan


sehari-hari, misalnya siswa dapat menghemat air sesuai dengan cara yang
telah dipelajari. Kelima, melakukan refleksi (reflecting knowledge). Hal ini
dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan
strategi. Pada pembelajaran IPA, reflecting knowledge dilakukan di akhir
pembelajaran. Siswa dengan bimbingan guru mengingat kembali kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan serta materi yang telah dipelajari selama
pembelajaran. Guru dapat membimbing siswa untuk membuat catatan-
catatan penting mengenai materi yang dipelajari.17

3. Prinsip Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran CTL bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan

yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan

yang lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya. Oleh karena itu, ada beberapa

prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran CTL, yaitu:

a. Belajar tidak sekedar menghafal, tetapi siswa mengalami dan harus


mengkontruksi pengetahuan.
b. Anak belajar dari mengalami bukan begitu saja diberikan oleh guru.
c. Pengetahuan yang dimiliki siswa terorganisasi dan mencerminkan
d. pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan.
e. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan.
f. Siswa memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi situasi baru.
g. Siswa dibiasakan untuk menemukan sesuatu yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah dalam kehidupannya
h. Belajar secara kontinu dapat membangun struktur otak sejalan dengan
perkembangan pengetahuan dan keterampilan yang diterima.18

Johnson mengemukakan bahwa: “Dalam proses pembelajaran CTL

menggunakan beberapa prinsip yaitu prinsip kesalingbergantungan (intependensi),

perbedaan (diferensiasi), dan pengaturan diri.”19 Dalam hal senada Nanang

______________

17
Hamruni, Strategi Pembelajaran,...”, hal. 137-138.

18
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,...”, hal. 194.

19
B. Johnson Elaine, Contextual Teaching dan Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: MLC, 2008), hal. 72-79.
21

menambahkan “Prinsip kesalingbergantungan (intedependensi) merupakan prinsip

yang membuat hubungan yang bermakna antara proses pembelajaran dan konteks

kehidupan nyata sehingga siswa berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek

yang esensial bagi kehidupan di masa datang.”20Prinsip ini mendukung kerja sama

sehingga para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana dan

mencari pemecahan masalah.

Pada pembelajaran IPA, prinsip ini muncul ketika ada kesadaran pada diri

siswa bahwa pembelajaran yang dilakukannya akan sangat bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Materi yang dipelajarinya akan digunakan untuk

memecahkan masalah yang muncul di sekitarnya. Siswa membutuhkan bantuan

orang lain dalam memecahkan masalahnya, sehingga dalam penyelesaian

permasalahan baik di sekolah maupun di rumah siswa cenderung melakukan kerja

sama dengan orang disekitarnya. Pada dasarnya prinsip ini dilakukan dalam

pembelajaran IPA dengan kegiatan kerja sama, saling berpendapat dan saling

mendengarkan sesama temannya sehingga mereka dapat menyatukan pengalaman

mereka dalam menyelesaikan suatu masalah.

Prinsip perbedaan (diferensisasi) merupakan prinsip yang menyatakan

bahwa dalam pembelajaran guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

menggali bakat dan memunculkan cara belajar mereka sendiri. Nanang

menambahkan Para siswa berpikir “Kreatif dan kritis dalam rangka pengumpulan,

______________

20
Nanang Hanafia, dkk, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama,
2012), hal. 69.
22

analisis dan sintesis data dalam pemecahan masalah.”21 Siswa mempunyai gaya

belajar yang berbeda-beda, seperti gaya belajar audio, visual maupun audio visual.

Dalam pembelajaran IPA yang dilakukan guru juga memfasilitasi siswa untuk

belajar sesuai dengan gaya belajarnya seperti dengan menayangkan video dan

memberikan kesempatan siswa untuk membaca modul terlebih dulu. Disini siswa

diajak untuk selalu kreatif dan berpikir kritis agar dapat menghasilkan sesuatu yang

bermanfaat.

Contohnya siswa diajak untuk menemukan solusi dari masalah yang

diberikan untuk diterapkan dalam kehidupannya di kemudian hari. Selanjutnya,

prinsip pengaturan diri merupakan prinsip yang menyatakan bahwa proses

pembelajaran diatur, dipertahankan dan disadari oleh siswa untuk merealisasikan

seluruh potensinya. Sesuai prinsip ini, Jamil sepakat bahwa: “Sasaran utama CTL

adalah menolong siswa mencapai keunggulan akademik, memperoleh keterampilan

karier dan mengembangkan karakter dengan menghubungkan tugas sekolah dengan

pengalaman serta pengetahuan pribadinya.”22

Pada pembelajaran IPA prinsip pengaturan diri ini berarti pada belajar

mandiri. Dimana siswa mempunyai kesempatan untuk melakukan aktivitas belajar

sesuai kemampuannya, dan bertanggung jawab atas keputusan dan perilaku siswa.

Meskipun siswa melakukan belajar mandiri akan tetapi guru tetap membimbing

siswa dalam membangun pengetahuannya. Dalam pembelajaran siswa juga

______________

21
Nanang Hanafia, dkk, Konsep Strategi,...”, hal. 70.

22
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), hal. 181.
23

berinteraksi dengan temannya melalui kegiatan kerja sama akan tetapi siswa tidak

boleh mendominasi dalam kegiatan tersebut. Siswa yang pandai harus tetap

memberikan kesempatan kepada temannya untuk berpendapat dan berperan dalam

menyelesaikan masalah.

C. Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)


terhadap Prestasi Belajar

Pada penelitian ini mengkaji tentang pembelajaran IPA pada materi

perubahan sifat benda menggunakan model Contextual Teaching and Learning

pada kelas V MIN labui. Pembelajaran IPA kelas V MIN labui menggunakan

metode ceramah, di mana siswa hanya menerima penjelasan dari guru. Guru

mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga peran siswa dalam kegiatan

pembelajaran belum maksimal. Siswa berkurang minatnya dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran IPA, hal itu mengakibatkan proses dan hasil belajar IPA

belum maksimal. Pembelajaran IPA menggunakan model Contextual Teaching and

Learning akan membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Siswa

ikut serta dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Siswa mengalami

secara langsung pengalaman belajarnya sehingga pembelajaran yang dilaksanakan

menjadi lebih bermakna.

Dalam penelitian ini, guru harus memahami perbedaan antara pembelajaran

CTL dan ceramah. Hal itu bertujuan agar dalam pelaksanaan pembelajaran IPA

dengan model CTL yang akan dilakukan haruslah berbeda dengan pembelajaran

metode ceramah yang telah dilakukan. Setelah mengkaji hal mendasar yang

membedakan antara pembelajaran CTL dan ceramah di atas, diharapkan guru dapat
24

melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan model CTL dengan baik

dan benar.

Akan tetapi secara umum untuk melihat pengaruh model pembelajaran

Contextual Teaching And Learning (CTL), tentunya kita akan berpijak pada

prestasi atau hasil belajar setelah proses belajar itu berlangsung. Dalam hal ini Anni

mengatakan bahwa: “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.”23 Oleh karena itu apabila peserta

didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang

diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Hasil belajar adalah suatu penilaian

akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulangulang. Serta akan

tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya

karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin

mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Hasil belajar menimbulkan perubahan perilaku yang diperoleh setelah

pembelajar melakukan aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku

tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam suatu

kegiatan belajar diharapkan siswa dapat menguasai tiga ranah, yaitu ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotorik. Anni menjabarkan tiga ranah tersebut sebagai

berikut:

1. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan,


kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah ini mencakup mengingat,

______________

23
Anni Catharina Tri, Psikologi Belajar, (Semarang:UPT MKK UNNES, 2010), hal. 85
25

memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan


menciptakan.
2. Ranah afektif, berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Ranah ini
terdiri dari menerima, menanggapi, menilai, mengorganisasikan, dan
membentuk pola hidup.
3. Ranah psikomotorik, berkaitan dengan kemampuan fisik seperti
keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan kondisi syaraf.24

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah

mengalami aktifitas belajar yang tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan

dapat diukur yang berupa penguasaan konsep yang dideskripsikan dalam tujuan

pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk

melihat keberhasilan hasil belajar siswa dalam penerapan metode picture and

picture, peneliti menetapkan suatu indikator keberhasilan. Adapun Indikator hasil

belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Siswa dapat memahami materi puisi dengan baik;

b. Keterampilan siswa dalam menulis puisi;

c. Ketepatan siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi;

d. Nilai hasil tes meningkat di atas KKM.

D. Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning

Menurut Anisah ada 3 kelebihan model pembelajaran kontekstual, yaitu :

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut


untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.

______________

24
Anni Catharina Tri, Psikologi Belajar,...”, hal. 5.
26

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan


konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan”menghafal”.
3. Pembelajaran lebih diminati siswa karena memakai instrumen yang
beragam dan bersifat rekreatif. Siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran melalui kegiatan yang dilakukan. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran CTL adalah siswa
tertarik dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan pengetahuan siswa berkembang sesuai dengan
pengalaman yang dialaminya.25

Menurut penulis kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) antara lain:

1. Kelebihan

a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil

Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara

pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,

sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan

nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi

materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak

akan mudah dilupakan.

b. Pembelajaran lebih produktif

Pembelajaran CTL, mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa

karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, yang

mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan

______________

25
Anisah, Kelebihan Contextual Teaching And Learning. http://www.duniapelajar, diakses
pada tanggal 9 April 2017.
27

filosofis konstruktivisme siswa diharapkan dapat belajar melalu i mengalami bukan

menghafal.

2. Kekurangan

Kekurangan pembelajaran kontekstual diantaranya adalah orientasi yang

melibatkan siswa sehingga guru harus memahami secara mendasar tentang

perbedaan potensi individu tiap -tiap siswa. Pembelajaran ini pada dasarnya

membutuhkan berbagai sarana dan media yang variatif. Untuk mengatasi

kelemahan tersebut maka baik guru maupun siswa perlu melakukan upaya berikut:

a. Bagi Guru

Guru harus memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam

tentang konsep pembelajaran itu sendiri, potensi perbedaan individu siswa dikelas,

beberapa pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa dan

sarana, media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas

siswa dalam belajar.

b. Bagi Siswa

Diperlukan inisiatif dan kreativitas dalam belajar, diantaranya: memiliki

wawasan pengetahuan yang memadai dari setiap mata pelajaran, adanya perubahan

sikap dalam menghadapi persoalan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam

meyelesaikan tugas-tugas.

E. Materi Perubahan Sifat Benda

1. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


28

Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA, adalah sebuah mata pelajaran

yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar(SD/MI), dan sekolah

menengah pertama (SMP/SLTP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat di

sekolah menengah tingkas atas (SMA/SMU) dan perguruan tinggi, kata IPA lebih

dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas yang secara khusus lebih memfokuskan

untuk membahas ilmu-ilmu eksakta. Dalam ilmu pengetahuan, istilah ilmu

pengetahuan alam merujuk kepada pendekatan logis untuk mempelajari alam

semesta.

Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-

metode sains. Ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan ilmu pengetahuan sosial

yang menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan

masyarakat; ataupun ilmu pengetahuan formal seperti matematika.26

IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso

merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis

tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,

sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.27

Menurut Abdullah, IPA merupakan “Pengetahuan teoritis yang diperoleh

atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan

observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,

observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara

______________
26
Andi, Pengertian Ipa, http://lukenququ.blogspot.com, diakses pada tanggal 6 April 2017.

27
Suyoso Abdulah, Pengembangan Pendidikan IPA SD, (Jakarta : Dirjendikti Depdiknas,
1998), hal. 23.
29

yang lain”.28 Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan

langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil

eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di

sempurnakan.

b. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

Setidaknya ada tiga cakupan yang harus dipelajari dalam pelajaran IPA di

sekolah dasar. Keempat cakupan tersebut adalah:

1) Konsep IPA terpadu

2) Biologi

3) Fisika

Sampai saat ini, konten sains bagi kebanyakan guru diberikan melalui

metode ceramah dan kegiatan pembuktian di laboratorium, dengan sedikit fokus

terhadap pemberian pengalaman dalam melakukan penelitian atau aplikasi IPA

dalam konteks teknologi. Guru-guru ini juga harus melibatkan siswa dalam

memanipulasi kegiatan yang mengarahkan pada pengembangan konsep melalui

kegiatan investigasi dan analisis terhadap pengalaman.

Guru-guru yang memiliki latar belakang pendidikan dalam IPA harus

memiliki pemahaman yang lebih dalam dibandingkan guru yang tidak memiliki

latar belakang pendidikan IPA, namun mereka harus memiliki tama-tema dan

______________

28
Abdullah, Pembelajaran IPA di SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 1998), hal. 18.
30

perspektif yang sama terhadap IPA. Hurd yang menyatakan bahwa orang yang

dinyatakan peka atau aktif sains memiliki 3 ciri sebagai berikut:

1) Dapat membedakan teori dari dogma, data dari hal-hal yang bersifat
mistis, sains dari pseudo sains, bukti dari propaganda dan pengetahuan
dari pendapat.
2) Mengenal dan memahami hakikat IPA, keterbatasan dari saintifik
inkuiri, kebutuhan untuk pengumpulan bukti.
3) Memahami bagaimana cara untuk menganalisis dan memproses data.29

Diperlukan cara pengajaran yang bersifat konstruktif untuk menjadi orang

yang melek sains. Ciri pembelajaran yang bersifat konstruktif ini dapat dibedakan

dengan pembelajaran yang bersifat tradisional dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Lebih memahami dan merespon minat, kekuatan, pengalaman dan


keperluan siswa secara individual.
2) Senantiasa menyeleksi dan mengadaptasi kurikulum.
3) Berfokus pada pemahaman siswa dan menggunakan pengetahuan sains,
ide serta proses inkuiri.
4) Membimbing siswa dalam mengembangan saintifik inkuiri.
5) Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi dan berdebat
dengan siswa lain.
6) Secara berkesinambungan melakukan asesmen terhadap pemahaman
siswa.
7) Memberikan bimbingan pada siswa untuk berbagai tanggung jawab
dengan siswa lain.
8) mensuport pembelajaran kooperatif (cooperative learning), mendorong
siswa untuk bekerjasama dengan guru sains lain dalam mengembangkan
proses.30

Perhatikan tabel berikut:

Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator


Menyimpulkan hasil Perubahan Sifat Kognitif
penyelidikan tentang Benda Produk
perubahan sifat benda, (Pemanasan Mengindentifikasi tentang sifat

______________

29
Hurd, Scientific Literacy: New Minds for Changing World, (USA: John Willey and Sons,
1998), hal. 55.

30
Sucipto, Pembelajaran IPA yang Bersifat Konstruktif di SD,
http://pembelajaranguru.wordpress.com, diakses pada tanggal 6 April 2017
31

baik sementara maupun dan benda, seperti bentuk, warna,


tetap. Pembakaran) kelenturan, kekerasan, dan bau,
sebelum dan sesudah mengalami
proses perubahan.
Proses
Melaksanakan percobaan
perubahan sifat benda akibat
pemanasan dan pembakaran.

Psikomotorik
Melakukan kegiatan percobaan
perubahan sifat benda dengan
pemanasan dan pembakaran.

Afektif
Mengembangkan perilaku
berkarakter, meliputi: kreatif,
rasa
ingin tahu, mandiri, dan
komunikatif.
Mengembangkan keterampilan
sosial, meliputi: bertanya,
menjadi pendengar yang baik,
komunikasi.
Perubahan Kognitif
Sifat Benda Produk
(Pencampuran Mengindentifikasi tentang sifat
dengan air dan benda, seperti bentuk, warna,
Pembusukan) kelenturan, kekerasan, dan bau,
sebelum dan sesudah mengalami
proses perubahan.
Proses
Melaksanakan percobaan
perubahan sifat benda akibat
pencampuran dengan air dan
pembusukan.

Psikomotorik
Melakukan kegiatan percobaan
perubahan sifat benda dengan
pencampuran dengan air dan
pembusukan.

Afektif
Mengembangkan perilaku
berkarakter, meliputi: kreatif,
rasa
ingin tahu, mandiri, dan
komunikatif.
Mengembangkan keterampilan
32

sosial, meliputi: bertanya,


menjadi pendengar yang baik,
komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai