Anda di halaman 1dari 1

"

!"#$% ! %&'()*+%,-./0+'1% ! %203%45

&'()*+%,-./0+'1 203%45

Tafsir Surat Al-Qari’ah

Tafsir Surat Al-Qari’ah


Para ulama sepakat bahwasanya surat Al-Qari’ah
adalah surat Makiyyah yang diturunkan kepada
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sebelum
berhijrah ke kota Madinah, sebagaimana topik
utama pembicaraan dalam surat ini yang
berkaitan tentang hari yang sangat dahsyat yaitu
hari kiamat. Yang ingin ditujukan untuk kaum
musyrikan Arab yang mengingkari adanya hari
kebangkitan dan hari kiamat. Surat Al-Qari’ah
berkaitan dengan surat Al-‘Adiyat karena sama-
sama berbicara tentang kejadian yang akan
berjalan pada hari kiamat dimana Allah akan
mengeluarkan seluruh apa yang tersembunyi di
dalam dada-dada manusia.

Al-Qari’ah merupakan salah satu nama dari


nama-nama hari kiamat, karena nama-nama
hari kiamat sangat banyak. Diantaranya yang
paling masyhur adalah Yaumul Qiyamah yang
diambil dari kata ‫ٮَﺎ ٌم‬%ِ‫ (ڡ‬yang artinya berdiri. Karena
pada hari kiamat di padang mahsyar semua
manusia akan berdiri. Mereka berdiri dalam
waktu yang lama menantikan kedatangan Allah
untuk memulai persidangan.

Diantara nama hari kiamat yang lain yaitu ‫ﺎﺣ ُﺔ‬


,- ‫ﺼ‬
, ‫اﻟ‬
(suara yang sangat keras dan memekikkan
telinga dan membuat orang binasa ketika itu).
Sebagaimana Allah berfirman:

‫ﺎﺣ ُﺔ‬
,- ‫ﺼ‬
, ‫َت اﻟ‬ َ 5 ‫ َڡﺈ َذا‬9
ِ ‫ﺣﺎ ء‬ ِ

“Maka apabila datang suara yang memekakkan


(tiupan sangkakala yang kedua).” (QS ‘Abasa :
33)

Diantara namanya yang lain adalah ‫ﺎﻣ ُﺔ‬ ,


, ‫اﻟﻄ‬
(bencana besar). Yaitu sebuah bencana yang
meliputi segala sesuatu sehingga tidak ada yang
selamat dari bencana tersebut.

Diantara namanya yang lain adalah ‫ٮَ ٌﺔ‬%‫ﺎﺷ‬ َ9


ِ ‫اﻟﻌ‬
(menutupi). Karena bencana tersebut menutupi
dan meliputi segala sesuatu sehingga tidak ada
yang terkecualikan.

Diantara namanya yang lain adalah Yaumul


Hisab (hari perhitungan) karena manusia
seluruhnya akan disidang pada hari tersebut
dengan persidangan yang sangat ketat. Tidak
ada yang bisa berlari dari persidangan Allah.

Diantara namanya yang lain adalah Yaumud Din


(hari pembalasan) karena semua amalan
manusia kelak akan dibalaskan. Di dunia yang
ada hanyalah amal, namun di akhirat yang ada
hanyalah pembalasan dan tidak ada lagi amal.

Diantara namanya yang lain adalah Yaumul


Mizan (hari pertimbangan) karena di akhirat
kelak amalan-amalan manusia akan ditimbang.
Manakah yang lebih berat, apakah kebaikannya
atau keburukannya. Sebagaimana yang akan
disinggung di akhir-akhir surat Al-Qari’ah.

Diantara namanya yang lain adalah ‫اﻟ ) َڡﺎر ِ َﻋ ُﺔ‬


(ketukan keras) yaitu dahsyatnya hari kiamat
yang mengetuk dan menakutkan hati manusia
(lihat Tafsir At-Thobari 24/592). Karena orang
yang menghadiri hari kiamat semuanya pasti
ketakutan dengan ketakutan yang sangat
dahsyat. Sebagaimana yang Allah gambarkan di
dalam Al-Quran tentang kengeriannya. Allah
berfirman:

‫َ ْﻮ َم‬%‫( ٮ‬1) ‫ﻢ‬% ٌ ‫ﻄٮ‬ِ - ‫ﳾ ْ ٌء َﻋ‬ َ ‫اﻟﺴﺎ َﻋ ِﺔ‬ , ‫ن َز ْل َﺰﻟَ َﺔ‬, ‫ﻜُ ْﻢ ۚ إ‬,‫ٮ‬5 ‫( ُڡوا َر‬,‫ﺎسُ اﺗ‬,‫ َﻬﺎ اﻟﻨ‬V%‫َﺎ أَٮ‬%‫ٮ‬
ِ
َ ‫ات‬ َ V ُ ‫ﻀ ُﻊ ﻛ‬ َ َ ‫ﺖ َوﺗ‬ْ ‫ﺿ َﻌ‬ َ
َ ‫ﻤﺎ أ ْر‬, ‫ْﺿ َﻌ ٍﺔ َﻋ‬ V ُ‫ﻞ ﻛ‬ َ ‫ﺗ َ َر ْوﻧ َ َﻬﺎ ﺗ َ ْﺬ‬
ٍ ‫ﺣ ْﻤﻞ‬ ِ ‫ﻞذ‬ ِ ‫ﻞ ُﻣﺮ‬ ُ ‫ﻫ‬
‫ ِﻪ‬,‫اب اﻟل‬ َ ‫ﻦ َﻋ َﺬ‬ , ‫ى َو ٰﻟَ ِﻜ‬ٰ ‫ﲀ َر‬َ ‫ﺴ‬ُ ِ ‫ٮ‬5 ‫ﻫﻢ‬ُ ‫ى َو َﻣﺎ‬ ٰ ‫ﲀ َر‬َ ‫ﺳ‬ُ َ‫ﺎس‬,‫ﺣ ْﻤﻠَ َﻬﺎ َوﺗَﺮَى اﻟﻨ‬ َ
2) ‫ﺪ‬% ٌ ‫ﺪٮ‬ َ
ِ ‫)ﺷ‬

“(1) Wahai manusia! Bertakwalah kepada


Tuhanmu. Sungguh guncangan (hari) kiamat itu
adalah suatu (kejadian) yang sangat besar; (2)
(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya
(guncangan itu), semua perempuan yang
menyusui anaknya akan lalai terhadap anak
yang disusuinya, dan setiap perempuan yang
hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu
melihat manusia dalm keadaan mabuk, padahal
sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi adzab
Allah itu sangat keras.” (QS Al-Hajj : 1-2)

Semua itu disebabkan karena kedahsyatan


neraka jahannam. Allah juga menggambarkan
tentang ketakutan orang-orang kafir dan para
pelaku kemaksiatan. Allah berfirman:

‫ﺬ ُز ْر ( ًڡﺎ‬
ٍ ِ‫َ ْﻮ َﻣﺌ‬%‫ﻦ ٮ‬%
َ ‫ﺤﺮ ِﻣٮ‬ْ ُ ْ ُ ْ ََ ُ ‫ﻨڡ‬
V ‫ى اﻟ‬v ِ ‫ڡ‬9 ‫ﺦ‬
ِ 5 ‫ﺼور ِ ۚ وﻧﺤﺸ ُﺮ الﻤ‬
َ 9 ُ%‫َ ْﻮ َم ٮ‬%‫ٮ‬

“Pada hari (kiamat) sangkakala ditiup (yang


kedua kali) dan pada hari itu Kami kumpulkan
orang-orang yang berdosa dengan (wajah) biru
muram.” (QS Al-Muzzammil : 102)

Karena ketakutan yang amat sangat, membuat


mereka pucat berlebihan, sampai-sampai tubuh
mereka menjadi berwarna biru. Demikianlah
Allah gambarkan juga kejadian pada hari kiamat
dalam firman-Nya:

‫ﻣ ِﻪ‬zُ ‫( َوأ‬34) ‫ﻪ‬% َ ْ ‫ال َﻤ ْﺮ ُء ﻣ‬


ْ ‫ﺮ‬V‫ڡ‬9 َ%‫َ ْﻮ َم ٮ‬%‫( ٮ‬33) ‫ﺎﺣ ُﺔ‬ ,- ‫ﺼ‬ َ 5 ‫ َڡﺈ َذا‬9
ِ ‫ ِﺣٮ‬- ‫ﻦ أ‬ ِ ِ , ‫َت اﻟ‬
ِ ‫ﺣﺎ ء‬ ِ
ٌ ْ ‫ﺷأ‬
َ ‫ﺬ‬ z ُ‫( ﻟِﻜ‬36) ‫ﻪ‬% َ
‫ن‬ ٍ ِ‫َ ْﻮ َﻣﺌ‬%‫ﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ٮ‬z ٍ ‫اﻣرِئ‬
ْ ‫ﻞ‬ ِ ‫ٮَﻨِٮ‬5 ‫ٮَﺘِ ِﻪ َو‬5 ‫َﺎﺣ‬
ِ ‫( َوﺻ‬35) ‫ﻪ‬% ِ ‫ٮِٮ‬5 ‫َوأ‬
ِ ‫ ْﻌﻨِٮ‬9 ُ%‫)ٮ‬
37) ‫ﻪ‬%

“(33) Maka apabila datang suara yang


memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua);
(34) Pada hari itu manusia lari dari saudaranya;
(35) Dan dari ibu dan bapaknya; (36) Dan dari
istri dan anak-anaknya; (37) Setiap orang dari
mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
menyibukkannya.” (QS ‘Abasa : 33-37)

Pada ayat di atas, Allah menyebutkan orang-


orang terdekat dari seseorang seperti
saudaranya, ibunya, ayahnya, istri dan anak-
anaknya karena pada hari tersebut semua orang
tidak akan peduli bahkan keluarganya sendiri
akan meninggalkannya semuanya. Karena
semua orang pada hari tersebut masing-masing
akan sibuk dengan urusannya. Sehingga Allah
menamakannya dengan hari yang menakutkan
hati.

Allah berfirman pada permulaan surat:

1. ‫ال ) َڡﺎر ِ َﻋ ُﺔ‬


ْ

“Hari kiamat”

Pada ayat ini Allah hanya menyebutkan ‫ال ( َڡﺎر ِ َﻋ ُﺔ‬


ْ
sebagai mubtada tetapi tidak menyebutkan
khabar–nya yang akan melengkapinya. Ini
adalah salah satu uslub untuk menunjukkan
akan dahsyatnya sesuatu. Seakan-akan Allah
ingin mengatakan bahwa hari kiamat itu sudah
dekat dan sungguh akan terjadi hari kiamat itu.

Kemudian Allah berfirman:

2. ‫ال ) َڡﺎر ِ َﻋ ُﺔ‬


ْ ‫َﻣﺎ‬

“Apakah hari kiamat itu?”

Allah kembali menyebutkan kata yang sama


sebagai bentuk penguatan. Ini adalah
pertanyaan dengan tujuan pengagungan
terhadap perkara hari kiamat. Allah ingin
menekankan dan menjelaskan bahwasanya hari
itu adalah hari yang sangat dahsyat.

Kemudian Allah berfirman:

3. ‫ال ) َڡﺎر ِ َﻋ ُﺔ‬ َ ‫َو َﻣﺎ أ َ ْد َر‬


ْ ‫اك َﻣﺎ‬

“Dan tahukah kamu apakah hari kiamat


itu?”

Allah kembali mengulanginya dan kembali


menekankan bahwasanya hari itu benar-benar
dahsyat. Metode pengulangan seperti ini dapat
dijumpai dalam ayat yang lain. Contohnya firman
Allah:

َ ‫ﻢ َﻣﺎ أ َ ْد َر‬, ُ ‫( ﺛ‬17) ‫ﻦ‬%‫اﻟﺪٮ‬ َ َ


z ‫َ ْﻮ ُم‬%‫اك َﻣﺎ ٮ‬
18) ِ ‫ﻦ‬%‫اﻟﺪٮ‬ ِ z ‫َ ْﻮ ُم‬%‫) َو َﻣﺎ أ ْد َراك َﻣﺎ ٮ‬

“(17) Dan tahukah kamu apakah hari


pembalasan itu?; (18) Sekali lagi, tahukah kamu
apakah hari pembalasan itu.” (QS Al-Infithar :
17-18)

Setelah Allah mengulang-ngulang


penyebutannya, Allah pun menjelaskan tentang
hari tersebut. Allah berfirman:

ُ َ ‫ال‬ ْ ‫ﰷ ْل > َڡ َراش‬


َ ُ‫ﺎس‬B‫ون اﻟﻨ‬
ُ ُ‫َﻜ‬G‫َ ْﻮ َم ٮ‬G‫ٮ‬
ِ ‫ ْٮﺜ‬9 ‫ﻤ‬
4. ‫ﻮث‬ ِ

“Pada hari itu manusia seperti laron yang


beterbangan”

Manusia pada hari itu keluar dari kuburan


mereka dalam keadaan bingung ketakutan
menyaksikan dahsyatnya hari kiamat. Mereka
bingung sebagaimana saat kita melihat laron di
malam hari yang bertebaran bertumpuk-tumpuk
tidak tentu arahnya. Bahkan ketika ada apa api
maka laron-laron tersebut segera berebutan
untuk berjatuhan menuju api yang membakar
mereka, ini semua karena kebingungan dan
tidak paham (lihat Tafsir As-Sa’di hal 933). Maka
kira-kira demikian kondisi manusia tatkala
dibangkitkan. Allah juga memisalkannya dengan
bentuk yang lain, Allah berfirman:

َ 5 ‫ ُﻬ ْﻢ‬,‫اث ﻛَأَﻧ‬ َ ْ َ ‫ون ﻣ‬ ُ ‫ٮْﺼَﺎ ُر‬5َ ‫ﺸ ًﻌﺎ أ‬


ْ - َ%‫ﻫ ْﻢ ٮ‬ ,‫ﺣ‬ُ-
ِ َ‫ﻣﻨﺘ‬V ‫ﺣرَا ٌد‬
‫ﺸ ٌﺮ‬ ِ ‫ ْﺣ َﺪ‬5 ‫ﻦ اﻷ‬ ِ َ ‫ُﺣ‬
ُ 5 ‫ﺤﺮ‬

“Pandangan mereka tertunduk, ketika mereka


keluar dari kuburan, seakan-akan mereka
belalang yang beterbangan.” (QS Al-Qamar : 7)

Kemudian Allah berfirman:

ُ ْ َ ‫ال‬ َ ‫ل‬
ْ ‫ﰷ ْلﻌ ْﻬﻦ‬ ْ ُ ُ ََ
ِ ‫ﻤﻨ >ڡ‬
5. ‫ﻮش‬ ِ ِ ُ ‫ٮَﺎ‬9 ‫ﺤ‬
ِ 9 ‫وﺗﻜون ال‬

“Dan gunung-gunung seperti bulu yang


dihambur-hamburkan”

ُ ‫ ا َ ْل ِﻌ ْﻬ‬dalam bahasa Arab adalah bulu-bulu yang


‫ﻦ‬
diambil dari hewan yang biasa diambil untuk
ditenun seperti kain wol. Apabila kita mengambil
bulu-bulu tersebut kemudian kita buang atau
kita pukulkan pada sesuatu maka dia akan
bertebaran, mudah tertiup oleh angin.
Demikianlah kondisi gunung-gunung pada hari
kiamat.

Gunung-gunung yang ada di dunia ini akan


mengalami beberapa kejadian. Ada beberapa
tahapan, pertama Allah akan mencabut gunung-
gunung tersebut kemudian menerbangkannya.
Allah berfirman:

‫ ِﻪ‬,‫ﺻ ْﻨ َﻊ اﻟل‬ ُ ۚ ‫ﺎب‬ ِ ‫ﺤ‬ َ ‫اﻟﺴ‬ ِ ‫ﺎﻣ َﺪ ًة َو‬


, ‫ﺮ‬,‫ﺮ َﻣ‬V‫ى َ ﺗ َ ُﻤ‬v ‫ه‬ َ 5 ‫ٮُ َﻬﺎ‬5 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺣ‬ ْ َ‫ل ﺗ‬
َ ‫ﺤ‬ ْ ‫َوﺗَﺮَى‬
َ ‫ٮَﺎ‬5 ‫ ِﺤ‬5 ‫ال‬
‫ون‬َ ُ‫ ْڡ َﻌل‬9 َ ‫ٮ َﻤﺎ ﺗ‬5 ‫ٮ ٌﺮ‬%‫ٮ‬5 ‫ﺣ‬
َ ُ,
ِ ِ - ‫ﻞ ﳾ ْ ٍء ۚ إِﻧﻪ‬
َ , ُ‫ﻦ ﻛ‬ َ ‫ﺬي أَﺗ ْ ( َڡ‬ ,
ِ ‫ال‬

“Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang


engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan
Allah yang mencipta dengan sempurna segala
sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS An-Naml : 88)

Allah juga berfirman dalam ayat yang lain:

‫َاٮًﺎ‬5 ‫ﺳر‬
َ ‫ﺖ‬ َ ‫ َڡ‬9 ‫ل‬
ْ َ ‫ﲀﻧ‬ ْ ‫ﺮَت‬z‫ٮ‬%‫ﺳ‬
ُ ‫ٮَﺎ‬5 ‫ ِﺤ‬5 ‫ال‬ ِ ُ ‫َو‬

“Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga


menjadi fatamorgana.” (QS An-Naba’ : 20)

Kemudian Allah akan menghancurkan gunung-


gunung tersebut dan membenturkannya dengan
bumi. Allah berfirman:

َ َ ً َ ُ ‫الﺤٮَﺎ‬ َ ْ ‫ﺣﻤﻠَﺖ‬
ٍ ِ‫ٮَ ْﻮ َﻣﺌ‬%‫ڡ‬9 (14) ‫اﺣ َﺪ ًة‬
ِ ‫ﺬ َو (ڡ َﻌ‬
‫ﺖ‬ ِ ‫ﺔ َو‬,‫ﺘَﺎ َدﻛ‬,‫ڡ ُﺪﻛ‬9 ‫ل‬ 5 ِ 5 ْ ‫ض َو‬
ُ ‫اﻷ ْر‬ ِ ِ ُ ‫َو‬
15) ‫)ال َوا (ڡِ َﻌ ُﺔ‬
ْ

“(14) Dan diangkatlah bumi dan gunung-


gunung, lalu dibenturkan keduanya dengan
sekali benturan; (15) Maka pada hari itu
terjadilah hari kiamat.” (QS Al-Haqqah : 14-15)

Allah berfirman dalam ayat yang lain:

6) ‫ﺎ‬ç‫ﻨٮَﺜ‬ َ ‫ﺖ‬
5 ‫ﻣ‬V ‫ٮَﺎ ًء‬5 ‫ﻫ‬ َ ‫ َڡ‬9 (5) ‫ﺴﺎ‬
ْ َ ‫ﲀﻧ‬ ç َ ‫ٮ‬5 ‫ل‬ ْ ‫ﺴﺖ‬
ُ ‫ٮَﺎ‬5 ‫ ِﺤ‬5 ‫ال‬ ِ , ُ ‫ٮ‬5 ‫) َو‬

“(5) Dan gunung-gunung dihancurkan dengan


sehancur-hancurnya; (6) Maka jadilah ia debu
yang beterbangan.” (QS Al-Waqi’ah : 5-6)

Demikianlah keadaan gunung pada hari kiamat,


yang tadinya kokoh, kemudian dihancurkan oleh
Allah menjadi seperti debu yang beterbangan.
Maka Allah berfirman:

‫ﻫﺎ ( َڡﺎ ًﻋﺎ‬


َ ‫ٮَ َﺬ ُر‬%‫ َڡ‬9 (105) ‫ ًڡﺎ‬9 ‫ﺴ‬ ْ َ ‫ى ﻧ‬v z‫ٮ‬5 ‫ ُڡ َﻬﺎ َر‬9 ‫ﻨﺴ‬ ُ َ ْ َ ُ َ ْ ‫َو َي‬
ِ َ%‫ڡ (ڡﻞْ ٮ‬9 ِ ‫ٮَﺎل‬5 ‫ ِﺤ‬5 ‫ﺴألﻮﻧَﻚ َﻋﻦ ِ ال‬
107) ‫ﺣﺎ َو َﻻ أ َ ْﻣﺘًﺎ‬ ً 5 ‫ڡِي َﻬﺎ ِﻋ َﻮ‬9 ‫ى‬ ,
ٰ ‫( ﻻ ﺗ َ َﺮ‬106) ‫ ًَڡﺎ‬9 ‫ َْڡﺼ‬9 ‫)ﺻ‬

“(105) Dan mereka bertanya kepadamu


(Muhammad) tentang gunung-gunung, maka
katakanlah, ‘Tuhanku akan menghancurkannya
(pada hari Kiamat) sehancur-hancurnya; (106)
Kemudian Dia akan menjadikan (bekas gunung-
gunung) itu rata sama sekali; (107) (Sehingga)
kamu tidak akan melihat lagi ada tempat yang
rendah dan yang tinggi disana’.” (QS Thaha :
105-107)

Bumi yang kita tempati sekarang ini adalah bumi


yang bulat. Namun pada hari kiamat kelak
semua akan dirubah oleh Allah menjadi datar
untuk dijadikan padang masyhar sebagai tempat
berkumpulnya manusia dari awal sampai akhir
dunia.

Di padang mahsyar semua manusia akan melalui


hari yang namanya Yaumul Hisab yaitu hari
persidangan. Setelah itu baru kemudian manusia
akan menjumpai Yaumul Mizan yaitu hari
pertimbangan. Allah berfirman:

ْ َ‫ﻣﺎ َﻣﻦ ﺛ َ ) ُڡﻠ‬Bَ ‫> َڡأ‬


6. ‫ﺖ َﻣ َوازِيﻨُ ُﻪ‬

“Maka adapun orang yang berat


timbangannya”

Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani akan


adanya mizan (timbangan) yang Allah akan
hadirkan pada hari kiamat. Hanya saja terdapat
khilaf diantara para ulama apakah mizan
tersebut hanya satu atau banyak. Dzhahir ayat
menunjukan bahwasanya mizan itu ada banyak
karena datang dalam bentuk jamak (banyak).
Hal ini dapat dijumpai dalam firman Allah yang
lain:

َ ‫ﺲ‬
‫ْٮﺌًﺎ ۖ َوإ ِ ْن‬%‫ﺷ‬ ٌ ‫ ْڡ‬9 َ ‫ ْﻄﻠَ ُﻢ ﻧ‬- ُ ‫ َڡ َﻼ ﺗ‬9 ‫ﺎﻣ ِﺔ‬ ْ ‫ٮَ ْﻮ ِم‬%‫ﻂ ﻟ‬
َ َ‫ٮ‬%‫ال ( ِڡ‬ ِ َ ‫ﺴ‬
ْ ‫يﻦ‬
ْ ‫ال ( ِڡ‬ ْ ‫ﻀ ُﻊ‬
َ ‫ال َﻤ َواز‬
ِ َ َ ‫َوﻧ‬
َ َ ‫ن ِﻣ ْﺜ ( َڡﺎ‬
َ ‫ٮِٮ‬5 ‫ﺎﺳ‬
‫ﻦ‬% ِ ‫ﺣ‬ ٰ ‫ َڡ‬9 َ ‫ٮ ِ َﻬﺎ ۗ َوﻛ‬5 ‫ْٮﻨَﺎ‬%َ ‫ﺣ ْﺮ َدل ٍ أﺗ‬
َ ‫ٮِﻨَﺎ‬5 ‫ﻰ‬ َ- ‫ﻦ‬
ْ ‫ﺔ ِﻣ‬, َ ‫ل‬
ٍ ‫ٮ‬5 ‫ﺣ‬ َ ‫َﰷ‬

“Dan Kami akan memasang timbangan yang


tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun
yang dirugikan walaupun sedikit, sekalipun
hanya seberat biji sawi, pasti Kami
mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami
yang membuat perhitungan.” (QS Al-Anbiya :
47)

Namun terkadang pula mizan datang dalam


bentuk mufrad (tunggal). Seperti hadits Nabi:

َ ‫ْٮ َز‬%‫ـﻤ‬
‫ان‬ ْ ُ َ ْ َ ‫ـﺤ ْﻤ ُﺪ ﻟﻠﻪ ﺗ‬ ْ ‫َو‬
َ ‫ال‬
ِ ‫ـﻤﻸ ال‬ ِ

“Kalimat alhamdulillah (segala puji bagi Allah)


memenuhi timbangan.” (HR Muslim no. 223)

Pada hari kiamat kelak akan ada tiga perkara


yang ditimbang yaitu (1) amalan shalih, atau (2)
pemilik amalan shalih itu sendiri, atau (3) buku
catatan amalannya.

Tentang amalan shalih maka ada banyak dalil


yang menunjukkan akan ditimbangnya hal
tersebut, seperti hadits Nabi:

َ ‫ْٮ َز‬%‫ـﻤ‬
‫ان‬ ْ ُ َ ْ َ ‫ـﺤ ْﻤ ُﺪ ﻟﻠﻪ ﺗ‬ ْ ‫ َو‬، ‫ـﻤـﺎن‬
َ ‫ال‬ َ %ْ ‫ﺷ ْﻄ ُﺮ اﻹٮ‬ V َ‫ا‬
َ ‫ﻟﻄ ُﻬ ْو ُر‬
ِ ‫ـﻤﻸ ال‬ ِ ِ ِ

“Bersuci adalah sebagian dari iman, kalimat


alhamdulillah (segala puji bagi Allah) memenuhi
timbangan.” (HR Muslim no. 223)

Nabi juga bersabda:

ُ ُ ْ ْ ‫ڡِى‬9 ‫ﻞ‬
ْ ‫ٮ َزان ِ ِﻣ‬%‫ال ِﻤ‬
ُ ‫ﻦ‬ َ َْ َ ْ ‫َﻣﺎ ِﻣ‬
ِ ‫ﺤلﻖ‬- ‫ﺴﻦ ِ ال‬
ْ ‫ﺣ‬ v ُ ‫ﻦ ﳽ ْ ٍء أﺛ (ڡ‬

“Tidak ada suatu yang lebih berat di timbangan


daripada akhlak mulia.” (HR Abu Daud no. 4799)

Berdasarkan hadits di atas, sebagian ahli bid’ah


mengingkari adanya timbangan yang hakiki.
Mereka menyangkal dan menganggap tidak
mungkin amalan itu bisa ditimbang karena
amalan adalah sesuatu yang abstrak. Sehingga
mereka mengatakan bahwa timbangan itu
hanyalah majas/kiasan. Padahal Allah Maha
Kuasa untuk mengubah segala sesuatu menjadi
mudah, apakah mengubahnya menjadi sesuatu
yang konkret atau terserah Allah bagaimana.
Demikian pula dengan kematian, kematian
adalah sesuatu yang abstrak. Tetapi di akhirat
kelak Allah akan mendatangkannya dalam
bentuk kambing yang disembelih di antara surga
dan neraka yang menunjukkan tidak adanya lagi
kematian setelah itu. Begitu pula dengan amalan
keburukan yang akan mendatangi pelakunya di
alam barzakh dalam bentuk yang sangat
mengerikan.

Yang kedua yang akan ditimbang adalah pemilik


amalan shalih itu. Sebagaimana yang terdapat
dalam sebuah hadits tentang sahabat yang
memiliki betis yang kurus.

Suatu ketika Nabi hendak bersiwak, Nabi


menyampaikan kepada Abdullah Ibnu Mas’ud
atas keinginan Nabi tersebut, Abdullah Ibnu
Mas’ud naik di atas sebuah pohon yang
rantingnya digunakan untuk bersiwak, tiba-tiba
tertiup angin dan menyingkap pakaian Abdullah
Ibnu Mas’ud dan terlihat betis beliau yang sangat
kecil, spontan para sahabat yang bersama
dengan Nabi pada waktu itu mereka tidak
sengaja melihat 2 betisnya Abdullah Ibnu Mas’ud
mereka kemudian tertawa, menertawai betisnya
Abdullah Ibnu Mas’ud yang sangat kecil, adapun
Nabi beliau marah dengan sikap sebagian
sahabat menertawai betis Abdullah Ibnu Mas’ud
beliau menengok kepada sahabat yang tertawa
dan mengatakan: “Kenapa kalian tertawa?”,
mereka berkata, “Wahai Nabi Allah, karena
kedua betisnya yang kurus (sehingga ia
tergoyang karena tertiup angin-pen)”. Nabi
berkata: “Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangannya sungguh kedua betis itu lebih berat di
timbangan daripada gunung Uhud.” (HR Ahmad
no. 3991)

Dalam hadits yang lain Nabi bersabda:

‫ ِﻪ‬,‫ن ِﻋ ْﻨ َﺪ اﻟل‬ ُ ‫َز‬%‫ﺎﻣ ِﺔ َﻻ ٮ‬ ْ ‫َ ْﻮ َم‬%‫ﻦ ٮ‬%


َ َ‫ٮ‬%‫ال ( ِڡ‬ ُ ‫اﻟﺴ ِﻤٮ‬
, ‫ﻢ‬% ْ ُ ‫ﺣ‬
ِ - ‫ﻞ ال َﻌ‬
ُ ‫ﻄٮ‬ ُ 5 ‫ﺮ‬,‫ى اﻟ‬v ِ ‫ٮَأْﺗ‬%َ‫ ُﻪ ﻟ‬,‫إﻧ‬
ِ ِ
‫ﺿ ٍﺔ‬َ ‫ٮ َ ُﻌﻮ‬5 ‫ﺎح‬َ َ ‫ﺣﻨ‬َ5

“Sungguh pada hari kiamat akan datang seorang


yang gemuk namun timbangannya di sisi Allah
tidak melebihi berat sayap seekor nyamuk.” (HR
Bukhari no. 4729 dan Muslim no. 2785)

Kemudian Nabi membacakan firman Allah:

‫ﺎﻣ ِﺔ َو ْزﻧًﺎ‬ ْ ‫َ ْﻮ َم‬%‫ﻢ ﻟَ ُﻬ ْﻢ ٮ‬%


َ َ‫ٮ‬%‫ال ( ِڡ‬ ُ ‫ َڡ َﻼ ﻧ ُ ( ِڡٮ‬9

“Dan Kami tidak menilai timbangan mereka


sama sekali pada hari kiamat.” (QS Al-Kahfi :
105)

Ini dalil bahwasanya manusia sebagai pelaku


amalan shalih itu juga akan ditimbang pada hari
kiamat.

Yang ketiga yang akan ditimbang adalah catatan


amalnya. Sebagaimana dalam sebuah hadits
yang masyhur yang dikenal dengan nama hadits
bithaqah tentang kisah pelaku maksiat yang
meninggal dalam keadaan bertauhid kemudian
dimaafkan dosa-dosanya. Rasulullah bersabda:

‫َ ْﻮ َم‬%‫ﺤ َﻼﺋِﻖ ِ ٮ‬ ْ ‫ﻣﱵ َﻋ َﲆ ُرءُوس‬,ُ ‫ﻦ أ‬


َ - ‫ال‬ ْ ‫ﺣ ًﻼ ِﻣ‬ ُ 5 ‫ﺤﻠِﺺُ َر‬ ْ - َ ‫ﺴﺘ‬ ْ َ%‫ﻞ ٮ‬,‫ﺣ‬ َ 5 ‫ﺰ َو‬,‫ َﻪ َﻋ‬,‫ن اﻟل‬ ,‫إ‬
ِ ِ ِ
،ِ‫ٮَﺼَﺮ‬5 ‫ال‬ ْ ‫ﺪ‬, ‫ﻞ َﻣ‬ ® ‫ ِﺤ‬5 ‫ﺳ‬ ç
V ُ ‫ ﻛ‬،‫ ِﺤﻼ‬5 ‫ﺳ‬ َ ‫ﺴ ِﻌٮ‬ ْ ِ ‫ﺴ َﻌﺔ َوﺗ‬ ً َ
ْ ِ ‫ْٮ ِﻪ ﺗ‬%‫ﺸ ُﺮ َﻋﻠ‬ َ
ُ ‫ٮَ ْﻨ‬%‫ڡ‬9 ،‫ﺎﻣ ِﺔ‬ ْ
َ َ‫ٮ‬%‫ال ( ِڡ‬
ِ ‫ﻞ‬ ِ ‫ﻦ‬%
‫ون؟‬ َ ‫ﻄ‬ ُ - ِ‫ﺎڡ‬
9 ‫ﺤ‬ َ ‫ال‬ ْ ‫ٮَﱵ‬5 َ‫ َﻃﻠَ َﻤ ْﺘ َﻚ ﻛَﺘ‬- َ ‫ْٮﺌًﺎ؟ أ‬%‫ﺷ‬ َ ‫ﻫ َﺬا‬ َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ أَﺗ ُ ْﻨ ِﻜ ُﺮ ِﻣ‬:‫ل ﻟَ ُﻪ‬ ُ ‫َ ( ُڡو‬%‫ﻢ ٮ‬, ُ ‫ﺛ‬
ِ
،ُ‫ﺣﻞ‬ ُ 5 ‫ﺮ‬,‫ﺖ اﻟ‬ ُ ‫ ْٮ َﻬ‬5 ُ‫ٮ‬%‫ َڡ‬9 ‫ﺴﻨَ ٌﺔ؟‬ َ ‫ﺣ‬ َ ‫ أ َ ْو‬،ٌ‫ أَﻟَ َﻚ ُﻋ ْﺬر‬:ُ‫ٮَ ( ُڡول‬%‫ َڡ‬9 ،‫ب‬ z ‫َﺎ َر‬%‫ ٮ‬،‫ َﻻ‬:َ‫( َڡﺎل‬
‫ َﻻ‬،‫اﺣ َﺪ ًة‬ ِ ‫ﺴﻨَﺔ َو‬
ً َ ‫ﺣ‬ َ ‫ن ﻟَ َﻚ ِﻋ ْﻨ َﺪﻧَﺎ‬ , ‫ إ‬،‫ٮ َ َﲆ‬5 :ُ‫ٮَ ( ُڡول‬%‫ َڡ‬9 ،‫ب‬
ِ z ‫َﺎ َر‬%‫ ٮ‬،‫ َﻻ‬:ُ‫ٮَ ( ُڡول‬%‫ َڡ‬9
،‫ ُﻪ‬,‫ﻻ اﻟل‬,ِ ‫ڡِي َﻬﺎ أ َ ْﺷ َﻬ ُﺪ أ َ ْن َﻻ إِﻟَ َﻪ إ‬9 ،‫ﻄﺎ ( َڡ ٌﺔ‬ َ ِ ‫ٮ‬5 ‫َج ﻟَ ُﻪ‬ ُ ‫ﺤر‬ ْ - ُ‫ َڡﺘ‬9 ،‫ْٮ َﻚ‬%َ‫ٮَ ْﻮ َم َﻋﻠ‬%‫ال‬ ْ ‫ ُﻃ ْل َﻢ‬-
z ‫َﺎ َر‬%‫ ٮ‬:ُ‫ٮَ ( ُڡول‬%‫ َڡ‬9 ،‫ﻀرُو ُه‬ َ ُ َ ُ ُ ‫ﻤ ًﺪا َﻋ ْٮ ُﺪ ُه َو َر‬, ‫ﺤ‬ , َ ‫َوأ‬
‫ َﻣﺎ‬،‫ب‬ ِ ‫ أ ْﺣ‬:ُ‫ٮَ (ڡول‬%‫ڡ‬9 ،‫ﺳﻮل ُﻪ‬ 5 َ ‫ن ُﻣ‬
:َ‫ ( َڡﺎل‬،‫ ْﻄﻠَ ُﻢ‬- ُ ‫ َﻚ َﻻ ﺗ‬,‫ إِﻧ‬:ُ‫ٮُ ( َڡﺎل‬%‫ َڡ‬9 ! ‫ت؟‬ , z ‫ﻫﺬه‬
ِ ‫ ِﺤﻼ‬5 ‫اﻟﺴ‬ ِ ِ َ ‫ﻄﺎ (ڡﺔ َﻣ َﻊ‬
ُ َ َ ‫الٮ‬ ْ
ِ 5 ‫ﺬ ِه‬ ِ ‫ﻫ‬ َ
‫ﺖ‬ ْ َ‫ َوﺛ َ ( ُڡﻠ‬،‫ت‬ ُ ‫ﻼ‬,‫ﺤ‬5 ‫اﻟﺴ‬ ْ َ َ ‫ َڡ‬9 :َ‫ ( َڡﺎل‬،‫ڡ ٍﺔ‬,9َ ‫ڡِى ﻛ‬9 ‫ت‬ ُ ‫ﻼ‬,‫ﺤ‬5 ‫اﻟﺴ‬ ُ َ ‫ َڡﺘُﻮ‬9
ِ z ‫ﻄﺎﺷﺖ‬ v ِ z ‫ﺿﻊ‬
‫ﻢ‬%ِ ‫ﺮ ِﺣٮ‬,‫ﺮ ْﺣ َﻤﻦ ِ اﻟ‬,‫ﺴ ِﻢ اﻟل ِﻪ اﻟ‬
, ْ ِ ‫ٮ‬5 ‫ﳾ ْ ٌء‬ َ ‫ﻞ‬ ُ ‫َ ْﺜ ( ُڡ‬%‫ َو َﻻ ٮ‬،‫ﻄﺎ ( َڡ ُﺔ‬ ْ
َ ِ‫ٮ‬5 ‫ال‬

“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla akan memilih


seseorang dari umatku di hadapan seluruh
makhluk pada hari kiamat. Lalu dibukakan
kepadanya sembilanpuluh sembilan catatan
amal. Setiap catatan sejauh mata memandang.
Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau
ingkari dari semua hal ini ?. Apakah pencatatan-
Ku (malaikat) itu telah mendzalimimu?’ Orang
itu berkata: ‘Tidak, wahai Tuhanku’. Allah
berfirman: ‘Apakah engkau mempunyai
‘udzur/alasan atau mempunyai kebaikan?’.
Orang itu pun tercengang dan berkata: ‘Tidak
wahai Rabb’. Allah berfirman: ‘Bahkan engkau di
sisi kami mempunyai satu kebaikan’. Tidak ada
kedzaliman terhadapmu pada hari ini’. Lalu
dikeluarkanlah padanya sebuah kartu (bithaqah)
yang tertulis: Asyhadu an Laa ilaaha illallaah wa
anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluh (aku
bersaksi bahwasannya tidak ada tuhan yang
berhak diibadahi selain Allah, dan aku bersaksi
bahwasannya Muhammad adalah hamba-Nya
dan utusan-Nya). Allah berfirman: ‘Perlihatkan
kepadanya’. Orang itu berkata: ‘Wahai Rabb,
apalah artinya kartu ini dengan seluruh catatan
amal kejelekan ini?’ Dikatakan: ‘Sesungguhnya
engkau tidak akan didhalimi”. Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Lalu diletakkanlah
catatan-catatan amal kejelekan itu di satu daun
timbangan. Ternyata catatan-catatan itu ringan
dan kartu itulah yang jauh lebih berat. Tidak ada
sesuatu pun yang lebih berat daripada nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
(HR Ahmad 6994, Turmudzi 2850 dan
dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Ini adalah dalil bahwasanya catatan amalan


seseorang juga akan ditimbang di hari kiamat
kelak. Imam Ibnul Qayyim mengomentari hadits
ini dan mengatakan, “Setiap orang yang
bertauhid memiliki kartu ini yaitu Laa ilaha
illallah.” Akan tetapi kualitas tauhid masing-
masing orang bisa berbeda-beda. Bisa saja
orang yang melaksanakan shalat tetap diadzab
di neraka Jahannam, atau orang yang bertauhid
juga diadzab karena tauhidnya kurang kuat.

Adapun shahibul bithaqah ini, asalnya dia


melakukan banyak kemaksiatan akan tapi di
penghujung hayatnya dia benar-benar bertauhid
kepada Allah, dia meninggalkan segala bentuk
kesyirikan lalu meninggal di atas tauhidnya
sehingga tauhidnya tersebut membakar semua
kemaksiatan yang pernah dia lakukan. Allah
berfirman dalam sebuah hadits Qudsi:

‫ﺸﺮ ِ ُك‬ ْ ُ ‫ٮﺘَ ِﲎ ﻻ َ ﺗ‬%‫ﻢ ﻟَ ( ِڡ‬, ُ ‫َﺎ ﺛ‬%‫ﻄﺎٮ‬ َ- ‫ض‬ َ ُ َ َ َ َ َ , َ َ َ ْ ‫اٮ‬5 ‫َﺎ‬%‫ٮ‬
َ ‫ﺣ‬ ِ ‫ٮ ِ(ڡر‬5 ‫ْٮﺘ ِﲎ‬%‫ﻦ آدم إِﻧﻚ ﻟ ْﻮ أﺗ‬
ِ ‫َاب اﻷ ْر‬
‫ ِڡﺮ ًَة‬9 ‫ ْﻌ‬9 ‫َاٮ ِ َﻬﺎ َﻣ‬5 ‫ٮ ِ( ُڡر‬5 ‫ْٮﺘُ َﻚ‬%َ ‫ْٮﺌًﺎ ﻷَﺗ‬%‫ﺷ‬َ ‫ٮﻰ‬5
ِ

“Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku


dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau
tidak berbuat syirik pada-Ku dengan sesuatu apa
pun, maka Aku akan mendatangimu dengan
ampunan sepenuh bumi itu pula.” (HR Tirmidzi
no. 3540)

Inilah keutamaan yang akan didapatkan oleh


orang yang benar-benar mewujudkan tauhid
yang benar di dalam dirinya beserta
konsekuensi-konsekuensinya seperti shahibul
bithaqah ini. Namun hendaknya seorang muslim
tidak terperdaya dengan kartu Laa ilaha illallah
yang dimilikinya, karena setiap orang memiliki
tetapi kualitasnya berbeda-beda.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa diantara


perkara yang ditimbang adalah amalan shalih,
pemilik amalan shalih tersebut ataupun catatan
amalannya. Namun para ulama mengatakan
meskipun yang ditimbang itu berbeda-beda akan
tetapi semuanya kembali kepada amalan shalih.
Bithaqah tersebut menjadi berat karena amalan
shalihnya. Ibnu Mas’ud menjadi berat karena
amalan shalihnya.

Mizan (timbangan) yang dimiliki oleh Allah


memiliki dua sifat yaitu adil dan detail.
Sebagaimana dalam firman Allah:

َ ‫ﺲ‬
‫ْٮﺌًﺎ ۖ َوإ ِ ْن‬%‫ﺷ‬ ٌ ‫ ْڡ‬9 َ ‫ ْﻄﻠَ ُﻢ ﻧ‬- ُ ‫ َڡ َﻼ ﺗ‬9 ‫ﺎﻣ ِﺔ‬ ْ ‫ٮَ ْﻮ ِم‬%‫ﻂ ﻟ‬
َ َ‫ٮ‬%‫ال ( ِڡ‬ ِ َ ‫ﺴ‬
ْ ‫يﻦ‬
ْ ‫ال ( ِڡ‬ ْ ‫ﻀ ُﻊ‬
َ ‫ال َﻤ َواز‬
ِ َ َ ‫َوﻧ‬
َ َ ‫ن ِﻣ ْﺜ ( َڡﺎ‬
َ ‫ٮِٮ‬5 ‫ﺎﺳ‬
‫ﻦ‬% ِ ‫ﺣ‬ ٰ ‫ َڡ‬9 َ ‫ٮ ِ َﻬﺎ ۗ َوﻛ‬5 ‫ْٮﻨَﺎ‬%َ ‫ﺣ ْﺮ َدل ٍ أﺗ‬
َ ‫ٮِﻨَﺎ‬5 ‫ﻰ‬ َ- ‫ﻦ‬
ْ ‫ﺔ ِﻣ‬, َ ‫ل‬
ٍ ‫ٮ‬5 ‫ﺣ‬ َ ‫َﰷ‬

Anda mungkin juga menyukai