Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan Tafsir Surat AL Falaq dan An Naas

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Jabir, dari Al-Qasim alias Abu Abdur Rahman, dari Uqbah ibnu Amir yang menceritakan
bahwa ketika ia sedang menuntun begal kendaraan Rasulullah Saw. di suatu jalan, tiba-tiba Rasulullah Saw.
bersabda, "Hai Uqbah, mengapa engkau tidak naik kendaraan?" Uqbah berkata dalam hatinya bahwa ia
tidak mau bergantian menaiki kendaraan karena takut hal itu merupakan perbuatan durhaka karena dengan
Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. turun dan Uqbah naik sebentar, lalu turun lagi dan Rasulullah Saw.
naik. Setelah itu beliau bersabda, "Hai Uqbah, maukah engkau kuajarkan dua surat yang terbaik untuk dibaca
oleh manusia?" Uqbah menjawab, "Tentu saja mau, wahai Rasulullah." Lalu Rasulullah Saw. membacakan
kepadaku: Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.” (Al-Falaq: 1), hingga akhir
surat. dan firman-Nya: Katakanlah.”Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan menguasai)
manusia. (An-Nas: 1). sampai akhir surat. Kemudian salat diiqamahkan dan Rasulullah Saw. maju. lalu
membaca kedua surat itu. kemudian beliau berlalu di hadapanku dan bersabda: Bagaimanakah
pendapatmu, hai uqbah, bacalah kedua surat itu bila engkau hendak tidur dan bila engkau berdiri (dalam
salatmu).

Semua jalur yang diriwayatkan dari Uqbah ini berkedudukan seperti hadis yang mutawatir, dan memberikan
pengertian yang pasti di kalangan sebagian besar ulama ahli tahqiq hadis.
Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan melalui riwayat Sada ibnu Ajlan dan Farwah Ibnu
Mujahid dari Uqbah:  Maukah aku tunjukkan kepadamu tiga buah surat yang belum pernah diturunkan di
dalam kitab Taurat, kitab Injil, kitab Zabur, dan juga di dalam kitab Furqan hal yang semisal dengannya,
yaitu Qul Huwallahu Ahad (surat Al-Ikhlas), Qul A Uzu Birabbil Falaq (surat Al-Falaq), dan Qul A uzu Birabbin
Nas (surat An-Nas).

Dalam hadis Aisyah yang terdahulu telah diceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca kedua surat
tersebut, lalu meniupkannya pada kedua tangannya dan mengusapkan kedua telapak tangannya ke
kepalanya, wajahnya, dan bagian depan tubuhnya.
Dalam hadis Aisyah diceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca kedua surat tersebut, lalu meniupkannya
pada kedua tangannya dan mengusapkan kedua telapak tangannya ke kepalanya, wajahnya, dan bagian
depan tubuhnya.
Imam Malik telah meriwayatkan dari Ibnu Syihab, dari Urwah, dari Aisyah, bahwa Rasulullah Saw.
apabila sakit membacakan kepada dirinya dua surat Mu'awwizatain, lalu meniupkan keduanya pada
dirinya. Dan setelah sakit beliau parah, maka akulah (Aisyah) yang membacanya, lalu menggunakan
tangan beliau Saw. untuk mengusap dirinya dengan mengharapkan keberkahannya.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah ibnu Yusuf dan Muslim, dari
Yahya ibnu Yahyadan Abu Daud, dari Al-Qa'nabi dan Imam Nasai, dari Qutaibah dan dari hadis Ibnul
Qasim serta Isa ibnu Yunus.

Dalam pembahasan yang lalu dalam surat Nun telah disebutkan sebuah hadis melalui Abu Nadrah,
dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah Saw. membaca penangkal dari penyakit 'ain yang ditimbulkan oleh
jin dan manusia. Tetapi setelah diturunkan kedua surat Mu'awwizatain, maka beliau memegangnya
dan meninggalkan selain keduanya. Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam ibnu Majah telah
meriwayatkannya pula, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. 

Tafsir Surat An-Nas, ayat 1-6

ِ ‫س ا ْل َخنَّا‬
(‫س‬ ْ ‫ ِّر ا ْل َو‬. ‫ش‬
ِ ‫ َوا‬. ‫س‬ َ ْ‫) ِمن‬3( ‫س‬ ِ ‫ ِه النَّا‬. َ‫) ِإل‬2( ‫س‬ ِ ‫) َملِ ِك النَّا‬1( ‫س‬ ُ ‫قُ ْل َأع‬
ِ ‫ُوذ بِ َر ِّب النَّا‬
)6( ‫س‬ِ ‫) ِم َن ا ْل ِجنَّ ِة َوالنَّا‬5( ‫س‬
ِ ‫صدُو ِر النَّا‬ ُ ‫س فِي‬
ُ ‫س ِو‬ ْ ‫) الَّ ِذي يُ َو‬4
Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja
manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
Ketiga ayat yang pertama merupakan sebagian dari sifat-sifat Allah Swt. yaitu sifat Rububiyah
(Tuhan), sifat Al-Mulk (Raja), dan sifat Uluhiyyah (Yang disembah). Dia adalah Tuhan segala
sesuatu, Yang memilikinya dan Yang disembah oleh semuanya. Maka segala sesuatu adalah
makhluk yang diciptakan-Nya dan milik-Nya serta menjadi hamba-Nya.
Orang yang memohon perlindungan diperintahkan agar dalam permohonannya itu menyebutkan
sifat-sifat tersebut agar dihindarkan dari kejahatan godaan yang bersembunyi, yaitu setan yang selalu
mendampingi manusia. Karena sesungguhnya tiada seorang manusia pun melainkan mempunyai
qarin (pendamping)nya dari kalangan setan yang menghiasi perbuatan-perbuatan fahisyah hingga
kelihatan bagus olehnya. Setan itu juga tidak segan-segan mencurahkan segala kemampuannya untuk
menyesatkannya melalui bisikan dan godaannya, dan orang yang terhindar dari bisikannya hanyalah
orang yang dipelihara oleh Allah Swt.
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
ٌ‫َأح ٍد ِإاَّل قَ ْد ُوكِ َل بِ ِه قَ ِرينَة‬ ِ ِ
َ ‫َما م ْن ُك ْم م ْن‬
Tiada seorang pun dari kamu melainkan telah ditugaskan terhadapnya qarin (teman setan) yang
mendampinginya.
Mereka bertanya, "Juga termasuk engkau, ya Rasulullah?" Beliau Saw. menjawab:
»‫َأسلَ َم فَاَل يَ ُْأم ُرنِي ِإاَّل بِ َخ ْي ٍر‬ ِ
ْ َ‫َأعانَنِي َعلَْيه ف‬
َ َ‫َأن اللَّه‬
َّ ‫« َن َع ْم ِإاَّل‬
Ya, hanya saja Allah membantuku dalam menghadapinya; akhirnya ia masuk Islam, maka ia tidak
memerintahkan kepadaku kecuali hanya kebaikan.
Dan di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Anas tentang kisah kunjungan Safiyyah kepada Nabi
Saw. yang saat itu sedang i'tikaf, lalu beliau keluar bersamanya di malam hari untuk
menghantarkannya pulang ke rumahnya. Kemudian Nabi Saw. bersua dengan dua orang laki-laki
dari kalangan Ansar. Di saat melihat Nabi Saw., bergegaslah keduanya pergi dengan cepat. Maka
Rasulullah Saw. bersabda:Perlahan-lahanlah kamu berdua, sesungguhnya ia adalah Safiyyah binti
Huyayyin.
Maka keduanya berkata.”Subhanallah, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda:
َ َ‫ َْأو ق‬-‫ف فِي ُقلُوبِ ُك َم ا َش ْيًئا‬
َ ‫يت َأ ْن َي ْق ِذ‬
ُ ‫آد َم َم ْج َرى ال َّدِم َوِإنِّي َخ ِش‬ ِ َّ ‫«ِإ َّن‬
‫ال‬ َ ‫الش ْيطَا َن يَ ْج ِري م َن ابْ ِن‬
»‫َش ًّرا‬
Sesungguhnya setan itu mengalir ke dalam tubuh anak Adam melalui aliran darahnya. Dan
sesungguhnya aku merasa khawatir bila dilemparkan sesuatu (prasangka buruk) ke dalam hati
kamu berdua.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Asim, bahwa ia pernah mendengar Abu Tamimah yang
menceritakan hadis berikut dari orang yang pernah dibonceng oleh Nabi Saw. Ia mengatakan bahwa
di suatu ketika keledai yang dikendarai oleh Nabi Saw. tersandung, maka aku berkata, "Celakalah
setan itu." Maka Nabi Saw. bersabda:
ِ ِ َ ‫ك ِإذَا ُقل‬ ِ
ْ ِ‫ ب‬:‫ْت‬
‫اس ِم‬ َ ‫ بِ ُق َّوتي‬:‫ال‬
َ ‫ص َر ْعتُهُ َوِإذَا ُقل‬ َّ ‫س‬
َ َ‫الش ْيطَا ُن َت َع اظَ َم َوق‬ َ ‫ تَع‬:‫ْت‬ َ َّ‫الش ْيطَا ُن فَِإ ن‬
َّ ‫س‬َ ‫«اَل َت ُق ْل تَع‬
ِ
‫صاغَ َر َحتَّى يصير مثل الذباب وغلب‬ َ َ‫اللَّه ت‬
Janganlah engkau katakan, "Celakalah setan.” Karena sesungguhnya jika engkau katakan, 
"Celakalah setan, "maka ia menjadi bertambah besar, lalu mengatakan, "Dengan kekuatanku, aku
kalahkan dia.” Tetapi jika engkau katakan, "Bismillah, "maka mengecillah ia hingga menjadi
sekecil lalat.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sanadnya jayyid lagi kuat. Dan di dalam hadis ini terkandung
makna yang menunjukkan bahwa hati itu manakala ingat kepada Allah, setan menjadi mengecil dan
terkalahkan. Tetapi jika ia tidak ingat kepada Allah, maka setan membesar dan dapat
mengalahkannya.
Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: setan
yang biasa bersembunyi. (An-Nas: 4) Bahwa setan bercokol di atas hati anak Adam. Maka apabila ia
lupa dan lalai kepada Allah setan menggodanya; dan apabila ia ingat kepada Allah maka setan itu
bersembunyi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.
Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa pernah diceritakan kepadanya,
sesungguhnya setan yang banyak menggoda itu selalu meniup hati anak Adam manakala ia sedang
bersedih hati dan juga manakala sedang senang hati. Tetapi apabila ia sedang ingat kepada Allah,
maka setan bersembunyi ketakutan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, Al-waswas,"
bahwa makna yang dimaksud ialah setan yang membisikkan godaannya; apabila yang digodanya taat
kepada Allah, maka setan bersembunyi.
Firman Allah Swt.:
ِ ‫صدُو ِر النَّا‬
}‫س‬ ُ ‫س فِي‬ ْ ‫{الَّ ِذي يُ َو‬
ُ ‫س ِو‬
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (An-Nas: 5)
Apakah makna ayat ini khusus menyangkut Bani Adam saja sebagaimana yang ditunjukkan oleh
makna lahiriah ayat, ataukah lebih menyeluruh dari itu menyangkut Bani Adam dan jin? Ada
pendapat mengenainya, yang berarti makhluk jin pun termasuk ke dalam pengertian lafaz an-nas
secara prioritas. Ibnu Jarir mengatakan bahwa adakalanya digunakan lafaz rijalun minal jin (laki-laki
dari kalangan jin) ditujukan terhadap mereka, maka tidaklah heran bila mereka (jin) dikatakan
dengan istilah an-nas.
Firman Allah Swt.:
ِ ‫{ ِم َن ا ْل ِجنَّ ِة َوالنَّا‬
}‫س‬
dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 6)
Apakah ayat ini merupakan rincian dari firman-Nya: yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia. (An-Nas: 5) Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya: dari (golongan)jin dan manusia.
(An-Nas: 6)
Hal ini menguatkan pendapat yang kedua. Dan menurut pendapat yang lainnya, firman-Nya berikut
ini: dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 6) merupakan tafsir dari yang selalu membisikkan
godaannya terhadap manusia, yaitu dari kalangan setan manusia dan setan jin. Sebagaimana
pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
ْ .َ‫ف ا ْلق‬
‫و ِل‬. َ ‫ ُر‬.‫ض ُز ْخ‬
ٍ ‫ ُه ْم ِإلى بَ ْع‬.‫ض‬ ِ .ُ‫س َوا ْل ِجنِّ ي‬
ُ ‫وحي بَ ْع‬. ِ ‫ين اِإْل ْن‬
َ ‫ياط‬ َ ‫ ُد ًّوا‬.‫َو َكذلِ َك َج َع ْلنا لِ ُك ِّل نَبِ ٍّي َع‬
ِ .‫ش‬
ً‫ُغ ُرورا‬
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan
(dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu(manusia). (Al-An'am: 112)
Dan semakna dengan apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad, bahwa:
‫ َع ْن َأبِي ذَ ٍّر‬،‫اش‬ ِ ‫ َح َّد َثنَا عَُب ْي ِد بْ ِن الْ َخ ْش َخ‬،‫ِّم ْش ِق ُّي‬
َ ‫ َح َّد َثنَا َأبُو عُ َم ر الد‬،‫ي‬
ِ ‫ ح َّد َثنَا الْمسع‬،‫ح َّد َثنَا وكِيع‬
ُّ ‫ود‬ ُْ َ َ َ َ
‫ َه ْل‬،‫ "يَ ا َأبَ ا ذَ ٍّر‬:‫ال‬ َ ‫ َف َق‬،‫ت‬ُ ‫ فَ َجلَ ْس‬،‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َو ُه َو فِي ال َْم ْس ِج ِد‬ ِ َ ‫ت رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ُ ‫ َأَت ْي‬:‫ال‬َ َ‫ق‬
‫ َت َع َّو ْذ‬،‫ "يَ ا َأبَ ا َذ ٍّر‬:‫ال‬
َ ‫ت َف َق‬ُ ‫ ثُ َّم َجلَ ْس‬،‫ت‬ ُ ‫ص لَّْي‬
َ َ‫ت ف‬ُ ‫ َف ُق ْم‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬."‫ص ِّل‬ َ َ‫ "قُ ْم ف‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬. ‫ اَل‬:‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬." ‫ت؟‬ َ ‫ص لَّْي‬
َ
ِ ِ ْ‫ ولِِإْل ن‬،‫ول اللَّ ِه‬ ِ ‫س وال‬ ِ ِِ ِ
:‫ال‬ َ َ‫ ق‬."‫ " َن َع ْم‬:‫ال‬ َ َ‫ين؟ ق‬
ُ ‫س َشيَاط‬ َ َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬."‫ْج ِّن‬ َ ِ ْ‫بالْلَّه م ْن َش ِّر َشيَاطي ِن اِإْل ن‬
‫ول‬َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬."‫اء َأ ْك َث َر‬
َ ‫ َو َم ْن َش‬،‫اء َأقَ َّل‬ َ ‫ َم ْن َش‬،‫وع‬ ٍ ‫ض‬ ُ ‫ " َخ ْي ُر َم ْو‬:‫ال‬ َّ ،‫ول اللَّ ِه‬
َ َ‫الصاَل ةُ؟ ق‬ َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ْت‬ُ ‫ُقل‬
:‫ال‬ َ َ‫الص َدقَةُ؟ ق‬ َّ َ‫ ف‬،‫ول اللَّ ِه‬َ ‫ يَ ا َر ُس‬:‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬."‫ َو ِع ْن َد اللَّ ِه َم ِزي ٌد‬، ‫ض يُ ْج ِزُئ‬ ٌ ‫ " َف ْر‬:‫ال‬ َّ ‫اللَّ ِه فَ َم ا‬
َ َ‫الص ْو ُم؟ ق‬
:‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬."‫ َْأو ِس ٌّر ِإلَى فَِق ي ٍر‬،‫"جهد ِم ْن ُمقل‬ ُ :‫ال‬ َ ْ‫ َُّأي َها َأف‬،‫ول اللَّ ِه‬
َ َ‫ض ُل؟ ق‬ َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ْت‬ُ ‫ ُقل‬."ٌ‫اع َفة‬َ‫ض‬ َ ‫اف ُم‬ٌ ‫ض َع‬ ْ ‫"َأ‬
َ َ‫ َونَبِ ٌّي َك ا َن؟ ق‬،‫ول اللَّ ِه‬
‫ نَبِ ٌّي‬،‫ "نَِع َم‬:‫ال‬ َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬."‫"آد ُم‬ َ :‫ال‬ َ َ‫َأي اَأْلنْبِيَ ِاء َك ا َن ََّأو َل؟ ق‬
ُّ ،‫ول اللَّ ِه‬
َ ‫يَا َر ُس‬
:‫ال َم َّر ًة‬
َ َ‫ َوق‬."‫فيرا‬ً َ‫ َج ًّما غ‬،‫ض َعةَ َع ْش َر‬ ْ ِ‫ " َثلَثُ ِماَئ ٍة َوب‬:‫ال‬َ َ‫ َك ِم ال ُْم ْر َس لُو َن؟ ق‬،‫ول اللَّ ِه‬ َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ْت‬ُ ‫ ُقل‬."‫ُم َكلَّم‬
‫ {اللَّهُ اَل ِإلَ هَ ِإال ُه َو‬:‫ "آيَةُ الْ ُك ْر ِس ِّي‬:‫ال‬
َ َ‫ك أعظم؟ ق‬ َ ‫ َأيُّ َما ُأنْ ِز َل َعلَْي‬،‫ول اللَّ ِه‬
َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ْت‬ُ ‫ ُقل‬."‫سةَ َع ْش َر‬
َ ‫"خ ْم‬
َ
}‫وم‬
ُ ُّ‫ْح ُّي الْ َقي‬
َ ‫ال‬
telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Mas’udi, telah
menceritakan kepada kami Abu Umar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Ubaid Al-
Khasykhasy, dari Abu Zaryang telah menceritakan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. yang
saat itu berada di dalam masjid. lalu ia duduk. maka Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Abu Zar, apakah
engkau telah salat?" Aku (Abu Zar) menjawab, "Belum." Rasulullah Saw. bersabda, "Berdirilah dan
salatlah kamu!" Maka aku berdiri dan salat, setelah itu aku duduk lagi dan beliau Saw. bersabda: Hai
Abu Zar, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan setan jin. Aku
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah setan manusia itu ada?" Beliau Saw. menjawab, "Ya ada." Aku
bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan salat?" Rasulullah Saw. menjawab: Salat
adalah sebaik-baik pekerjaan; barang siapa yang ingin mempersedikitnya atau memperbanyaknya
(hendaklah ia melakukan apa yang disukainya —dari salatnya itu—). Aku bertanya, "Wahai
Rasulullah, bagaimanakah dengan puasa?" Rasulullah Saw. menjawab: Amal fardu yang berpahala
dan di sisi Allah ada tambahannya. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan
sedekah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Pahalanya dilipatgandakan dengan kelipatan yang banyak."
Aku bertanya, "Manakah sedekah yang terbaik, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab:
Hasil jerih payah dari orang yang merasa sedikit atau yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi
kepada orang yang fakir. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, nabi manakah yang paling pertama?"
Beliau menjawab, "Adam." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dia seorang nabi?" Nabi Saw.
menjawab, "Ya, dia seorang nabi dan juga orang yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah
Swt." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, ada berapakah para rasul itu?" Rasulullah Saw. menjawab,
"Tiga ratus belasan orang, jumlah yang cukup banyak." Di lain kesempatan beliau Saw. bersabda,
"Tiga ratus lima belas orang rasul." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, wahyu apakah yang paling
besar yang pernah diturunkan kepada engkau?" Rasulullah Saw. menjawab: Ayat kursi, yaitu, "Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus
mengurus (makhluk-Nya).”(Al-Baqarah: 255)
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu Umar Ad-Dimasyqi dengan sanad yang sama.
Hadis ini telah diriwayatkan dengan sangat panjang lebar oleh Imam Abu Hatim ibnu Hibban di
dalam kitab sahihnya melalui jalur Lain dan lafaz Lain yang panjang sekali; hanya Allah-Iah Yang
Maha Mengetahui.
‫ َع ْن َع ْب ِد اللَّ ِه‬،‫اله ْم داني‬ ِ ِ
َ ‫ َع ْن ذَ ِّر بْ ِن َع ْب د اللَّه‬،‫صو ٍر‬
ِ
ُ ‫ َع ْن َم ْن‬،‫ َع ْن ُس ْفيَا َن‬،‫ َح َّد َثنَا َوكيع‬:‫َأح َم ُد‬ ْ ‫ام‬ُ ‫ال اِإْل َم‬
َ َ‫ق‬
‫ ِإنِّي‬،‫ول اللَّ ِه‬َ ‫ يَ ا َر ُس‬:‫ال‬ َ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َف َق‬
َ ‫اء َر ُج ٌل ِإلَى النَّبِ ِّي‬ َ ‫ َج‬:‫ال‬ َ َ‫اس ق‬ ٍ َّ‫ َع ِن ابْ ِن َعب‬،‫بْ ِن َش َّد ٍاد‬
َ َ‫ ق‬.‫ب ِإلَ َّي ِم ْن َأ ْن َأتَ َكلَّ َم بِ ِه‬ ِ َّ ‫َأخ َّر ِمن‬ ِ ‫الش ي ِء َأَل ْن‬ ِ ِ ُ ‫ُأح د‬
ُ‫ص لَّى اللَّه‬ َ ‫ال النَّبِ ُّي‬
َ ‫ َف َق‬:‫ال‬ ُّ ‫َأح‬
َ ‫الس َماء‬ َ ْ َّ ‫ِّث َن ْفس ي ب‬ َ
."‫ْح ْم ُد لِلَّ ِه الَّ ِذي َر َّد َك ْي َدهُ ِإلَى ال َْو ْس َو َس ِة‬ ِ
َ ‫ ال‬،‫ "اللَّهُ َأ ْكَب ُر اللَّهُ َأ ْكَب ُر‬:‫َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan, dari Mansur, dari Zar
ibnu Abdullah Al-Hamdani, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya dalam
hatiku timbul suatu pertanyaan yang tidak berani aku mengatakannya. Lebih aku sukai jikalau aku
dijatuhkan dari atas langit daripada mengutarakannya." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa
lalu Nabi Saw. bersabda: Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, segala puji bagi Allah yang telah
menolak tipu daya setan hingga hanya sampai batas bisikan (belaka).
Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Mansur, sedangkan menurut
riwayat Imam Nasai ditambahkan Al-A'masy, keduanya dari Zar dengan sanad yang sama.

Anda mungkin juga menyukai