Anda di halaman 1dari 11

IMAN ISLAM

IHSAN INSAN
KAMIL
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Karimullah, M.Pd.I
KELOMPOK 3
 AHZA REFKYAN DHAFA (12422011)
 AKRAM NURDIANSYAH (12422004)
 MAMLU’ATUL NIHAYAH (12422016)
 ZUMROTUL HAMIDAH (12422013)
SUB BAB :
A. Hakikat Islam, Iman, Ihsan Dan Insan Kamil
B. Karakteristik Insan Kamil
C. Metode Mencapai Insan Kamil
D. Urgensi Islam Iman Ihsan dalam membentuk Insan Kamil
‫‪A. HAKIKAT ISLAM IMAN IHSAN DAN INSAN KAMIL‬‬
‫‪Hadis No. 2 Kitab Matan Arba’in An-nawawi :‬‬
‫َع ْن َمُع َر َر َيِض اُهّٰلل َع ْن ُه َأْيًض ا َق اَل ‪َ :‬بْيَنَم ا ْحَن ُن ُج ُل ْو ٌس ِع ْن َد َر ُس ْو ِل اِهّٰلل ﷺ َذ اَت َي ْو ٍم ْذ َط َل َع َعَلْي َن ا‬
‫َر ُج ٌل َش ِد ْيُد َبَي اِض الِّثَي اِب َش ِد ْيُد َس َو اِد الَش ْع ِر ‪ ،‬اَل ُيَر ى َعَلْي ِه َأَثُر الَّس َفِر ‪َ ،‬و اَل َيْع ِرُف ُه ِم َّنا َأَح ٌد ‪َ ،‬ح ِإىَّت َج َلَس ىَل‬
‫ِإ‬ ‫الَّنِّيِب َفَأْس َنَد ُر ْكَبَتْيهِ ىَل ُر ْكَبَتْيِه َو َو َض َكَّفْيِه َعىَل َفِخ َذ ْيِه‬
‫‪َ ‬و َق اَل ‪ :‬اَي ُم َح َّم د َأْخ ْرِب يِن َع ِن ا ْس اَل ِم‪َ ،‬فَق اَل َر ُس ْو ُل اِهّٰلل ﷺ ‪ :‬ا ْس اَل ُم َأْن َتْش َهَد َأْن اَل َهَل اَّل اُهّٰلل‬
‫ِإ‬
‫اًل‬ ‫ِإ‬ ‫ِه‬ ‫ِإ‬
‫َل‬ ‫َط‬ ‫ْل‬ ‫ِإْل‬ ‫اَك‬ ‫اَل‬ ‫ِإْل‬
‫َو َأَّن ُم َح َّم ًد ا َر ُس ْو ُل اِهّٰلل ‪َ ،‬و ُتِقَمْي الَّص َة‪َ ،‬و ُتْؤ َيِت الَّز َة‪َ ،‬و َتُص ْو َم َر َم َض اَن ‪َ ،‬و ُحَت َّج ا َبْيَت ِن اْس َت ْع ُت ْي َس ِب ْي ‪.‬‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫َقاَل ‪َ :‬ص َد ْقَت ‪َ ،‬فَع ِج ْب َنا ُهَل َيْس َأُهُل َو ُيَص ِّد ُقُه‪،‬‬
‫‪َ ‬ق اَل ‪َ :‬فَأْخ ْرِب ْيِن َع ِن ا ْيَم اِن َق اَل ‪َ :‬أْن ُتْؤ ِم َن اِب ِهّٰلل َو َم اَل ِئَكِت ِه َو ُكُتِب ِه َو ُر ُس ِهِل َو اْلَي ْوِم اآْلِخ ِر ‪َ ،‬و ُتْؤ ِم َن اِب ْلَق َد ِر َخ ِرْيِه‬
‫ِّرَش ِه ‪َ .‬قاَل َد ْقَت ‪ِ ،‬إْل‬
‫َص‬ ‫َو‬
‫‪َ ‬قاَل َفَأْخ ْرِب ْيِن َع ِن ا ْح َس اِن ‪َ ،‬قاَل ‪َ :‬أْن َتْع ُب َد اَهّٰلل َأَكَّنَك َتَر اُه ‪َ ،‬ف ْن َلْم َتُكْن َتَر اُه ‪َ ،‬ف َّنُه َيَر اَك "‪[ ....‬رواه مسمل]‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإْل‬
 “Dari Umar ra. berkata : ‘Saat kami sedang duduk bersama Rasulullah saw. pada suatu hari, tiba-tiba datang
seorang lelaki berpakaian sangat putih, berambut hitam legam, tidak tampak padanya kelelahan bekas
perjalanan, dan di antara kami tidak ada yang mengenalnya. Kemudian laki-laki itu duduk di hadapan Nabi
saw., lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi saw. serta meletakkan tangannya di atas paha Nabi saw.

 Kemudian ia berkata : ‘Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam!’ Maka Rasulullah berkata :
‘Islam adalah engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada illah kecuali Allah dan sesungguhnya
Muhammad utusan Allah, engkau mendirikan shalat, engkau menunaikan zakat, engkau berpuasa di bulan
Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah jika engkau mampu melaksanakannya.’ Laki-laki itu berkata : ‘Engkau
benar,’ Kami pun menjadi heran, laki-laki itu bertanya dan dia sendiri membenarkannya.

 Laki-laki itu berkata lagi : ‘Beritahukan aku tentang Iman!’ Nabi menjawab : ‘Engkau beriman kepada Allah
dan Malaikat-Nya dan kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya, dan hari akhir dan engkau beriman pada qadar
baik dan buruk.’ Laki-laki itu kembali membenarkan.

 Dan ia berkata lagi : ‘Beritahukan kepadaku tentang Ihsan!’ Nabi berkata : ‘Beribadahlah engkau kepada Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya, jika tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.’…
(HR. Muslim)
Islam

Islam menurut istilah adalah sikap penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya
dengan senantiasa bertakwa demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup, di dunia maupun di akhirat.

Iman

Imam Al-Ghazali memaknakannya dengan kata tashdiq ( ‫ )الَّتْص ِد ْيُق‬yang berarti “pembenaran”. Pengertian Iman adalah
membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Ihsan

Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah SWT seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu.

Insan Kamil

Insan Kamil adalah manusia sempurna yang merujuk pada diri Nabi Muhammad SAW sebagai contoh manusia ideal.
B. KARAKTERISTIK INSAN KAMIL
Manifestasi Insan Kamil menurut Ibnu ‘Arabi tampak dalam diri seorang wali sufi. Dalam kitab al-
Futuhat al-Makkiyah Ibnu ‘Arabi menelusuri kriteria seorang wali sufi sebagai berikut :
 Orang yang hanya menjadikan Allah sebagai pelindung
 Orang yeng mencintai Allah dan berusaha meniru sifat-sifat-Nya, misal menjadi lebih sabar, lebih
panyayang, pemaaf dsb.
 Orang yang senantiasa kembali kepada Allah, bertaubat. Dalam pengertian setiap kali terpeleset dalam
maksiat, dengan segera ia bertaubat.
 Orang yang selalu menyucikan diri lahir dan batin.
 Orang yang selalu bersyukur atas nikmat dan kehendak Allah. Bagi para wali, musibah dan karunia
adalah sama-sama nikmat, karena keduanya datang dan berasal dari Allah.
 Orang yang selalu berbuat baik dan memperbaiki, yang disebut muhsin.
 Orang yang selalu menghadirkan Allah dalam hatinya, pada setiap detak jantung dan hembusan
nafasnya.
C. METODE MENCAPAI INSAN KAMIL
Menurut Ibnu Arabi, ada beberapa maqam yang harus dilalui :
 Level 1 : Fana’ ‘an al-mukhalafat (sirna dari segala dosa). Tidak melakukan
dosa paling tidak secara sengaja.
 Level 2 : Fana ‘an af’al al-’ibad (sirna dari tindakan-tindakan hamba).
Menyadari bahwa segala tindakan manusia pada hakikatnya dikendalikan oleh
Tuhan. Maksudnya, kita tidak lagi mengandalkan amal. Satu-satunya yang kita
andalkan hanya Allah. Contoh : Kalau saya minum, pasti hausnya hilang. Ini
namanya mengandalkan amal (tidak boleh). Seharusnya, iya saya minum,
urusan hausku hilang atau tidak itu Allah yang mengatur.
 Level 3 : Fana’ ‘an sifat al-makhluqin (sirna dari sifat-sifat makhluk).
Membebaskan diri dari jeratan karakter manusia yang sifatnya duniawi.
Contohnya, kita sudah tidak lagi butuh pujian, kejayaan, kesuksesan, yang ada
di pikiran hanya Allah saja.
 Level 4 : Fana’ ‘an kull az-zat (sirna dari personalitas diri). Pada tahap ini sufi
menyadari non-eksistensi dirinya. Level ini sudah mencapai level kesadaran.
Misal, kamu ngomong, “Apa sih mbak saya itu, saya itu nggak penting sama
sekali”. Ini masih belum paling rendah, karena masih ada ‘aku’nya meskipun
kamu anggap dirimu nggak penting. Jadi, lebih rendah dari itu adalah, “Saya
itu sebenarnya nggak ada (non-eksistensi), yang ada kan cuma Allah”.
 Level 5 : Fana’ ‘an kull al-’alam (sirna dari segenap alam). Menyadari bahwa
segenap aspek alam fenomenal ini pada hakikatnya hanya khayal. Kata Imam
al-Ghazali, ‘Semua ini hanya ilusi. Siapa tahu besok ketika kita sudah
meninggal, lalu masuk ke alam barzah. Kita baru sadar, ealah ternyata dunia
kemarin itu nggak penting sama sekali’.
 Level 6 : Fana’ ‘an kull ma siwa -llah (sirna dari segala sesuatu yang selain
Allah)
D. URGENSI ISLAM, IMAN, IHSAN
DALAM MEMBENTUK INSAN KAMIL
Dengan mengintegrasikan ketiga aspek fundamental dalam beragama
di atas merupakan upaya yang dapat kita lakukan untuk mengejar predikat
insan kamil dari Allah Swt. Alasan Islam, Iman dan Ihsan dijadikan penentu
seseorang menjadi insan kamil adalah karena Islam, Iman, dan Ihsan
merupakan aspek fundamental dalam beragama yang juga merupakan
tingkatan seorang hamba dalam mengabdikan diri kepada Allah, mulai dari
seorang hamba yang berstatus muslim menjadi mukmin dan sampai pada
tingkatan muhsin.
‫?‪Any Question‬‬
‫الَّس َالُم َع َلْيُك ْم َو َر ْح َم ُة ِهللا َو َبَر َك اُتُه‬

Anda mungkin juga menyukai