Anda di halaman 1dari 9

Tafsir Ibnu katsir Surat Al Mukminun 1-11

ِ َ‫لز َك ِاة ف‬
َّ ِ‫ين ُه ْم ل‬ ِ َّ ُ ‫ين ُه ْم َع ِن اللَّ ْغ ِو ُم ْع ِر‬ ِ َّ ِ ِ ‫) الَّ ِذين ُهم فِي‬1( ‫قَ ْد َأ ْفلَح الْمْؤ ِمنُو َن‬
)4( ‫اعلُو َن‬ َ ‫) َوالذ‬3( ‫ضو َن‬ َ ‫) َوالذ‬2( ‫صاَل ت ِه ْم َخاشعُو َن‬ َ ْ َ ُ َ
َ ِ‫اء َذل‬
َ ‫ك فَُأولَِئ‬ ِ ِ ‫) ِإاَّل َعلَى َأ ْزو‬5( ‫وج ِهم حافِظُو َن‬ِ ِ ِ َّ
‫ك‬ َ ‫) فَ َم ِن ْابَتغَى َو َر‬6( ‫ين‬ َ ‫ت َأيْ َما ُن ُه ْم فَِإ َّن ُه ْم غَْي ُر َملُوم‬
ْ ‫اج ِه ْم َْأو َما َملَ َك‬ َ َ ْ ‫ين ُه ْم ل ُف ُر‬ َ ‫َوالذ‬
َ ‫) ُأولَِئ‬9( ‫صلَ َواتِِه ْم يُ َحافِظُو َن‬ ِ َّ ِِ ِ ِ َّ
)10( ‫ك ُه ُم ال َْوا ِرثُو َن‬ َ ‫ين ُه ْم َعلَى‬ َ ‫) َوالذ‬8( ‫َأِلمانَات ِه ْم َو َع ْهده ْم َراعُو َن‬َ ‫ين ُه ْم‬
َ ‫) َوالذ‬7( ‫ادو َن‬ ُ ‫ُه ُم ال َْع‬
)11( ‫س ُه ْم فِ َيها َخالِ ُدو َن‬ ِ
َ ‫ين يَ ِرثُو َن الْف ْر َد ْو‬
َ ‫الذ‬
ِ َّ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-
orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri
mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang
siapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang
yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara
salatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka
kekal di dalamnya.

ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن ِش َه‬،‫علي يُونُس بْ ُن يَ ِزي َد اَأْليْلِ ُّي‬ ِ ِ َّ ‫ ح َّد َثنَا َع ْب ُد‬:‫َأحم ُد‬ ُ ‫ال اِإْل َم‬
‫ َع ْن عُ ْر َوة‬،‫اب‬ ُ َّ ‫ َْأملَى‬:‫ال‬ َ َ‫س بْ ُن ُسلَْيم ق‬ُ ُ‫ َأ ْخَب َرني يُون‬،‫الرزَّاق‬ َ َ ْ ‫ام‬ َ َ‫ق‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ِ ‫ َكا َن ِإذَا َنز َل َعلَى رس‬:‫ول‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ ُ ‫اب َي ُق‬ ِ َّ‫ت عُ َمر بْ َن الْ َخط‬ ِ َ َ‫ي ق‬
َ ُ ‫ َسم ْع‬:‫ال‬ ِّ ‫الر ْح َم ِن بْ ِن َع ْب ٍد الْ َقا ِر‬
َّ ‫ َع ْن َع ْب ِد‬،‫الز َب ْي ِر‬
ُّ ‫بْ ِن‬
َ ‫ َف َق‬،‫اسَت ْقبَ َل ال ِْق ْبلَةَ َو َرفَ َع يَ َديْ ِه‬ ِ ِ
‫ َوَأ ْك ِر ْمنَا‬،‫صنا‬ ْ ‫ ِز ْدنَا َواَل َت ْن ُق‬،‫"اللَّ ُه َّم‬:‫ال‬ ْ َ‫ ف‬،ً‫اعة‬َ ‫َّح ِل فَ َمكثنا َس‬
ْ ‫ي الن‬ ّ ‫ يُ ْس َم ُع ع ْن َد َو ْج ِهه ك َد ِو‬،‫الوحي‬ ُ ‫وسلم‬
‫ َم ْن َأقَ َام ُه َّن‬،‫ات‬ ٍ ‫َت َعلِ َّي َع ْشر آي‬ ْ ‫ "لََق ْد ُأنْ ِزل‬:‫ال‬
َ َ‫ ثُ َّم ق‬،"‫وأرضنا‬ ِ ]‫ض َعنَّا‬ َ ‫ وآثِْرنا َواَل تُْؤ ثِْر‬،‫ َوَأ ْع ِطنَا َواَل تَ ْح ِر ْمنَا‬،‫َواَل تُِهنَّا‬
َ ‫ َو ْار‬،‫[علَْينَا‬
َ ُ
ِ
َ ‫ {قَ ْد َأ ْفلَ َح ال ُْمْؤ منُو َن} َحتَّى َختَ َم‬:‫ ثُ َّم َق َرَأ‬،"َ‫ْجنَّة‬
.‫الع ْشر‬ َ ‫َد َخ َل ال‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepadaku
Yunus ibnu Sulaim yang mengatakan bahwa ia telah mencatat apa yang dikatakan oleh Yunus ibnu Yazid Al-
Aili, dari Ibnu Syihab, dari Urwah ibnuzZubair, dari Abdur Rahman ibnu Abdul Qari yang mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Khalifah Umar ibnul Khattab mengatakan, "Rasulullah Saw. apabila diturunkan wahyu
kepadanya terdengar suara seperti suara lebah di dekat wajahnya. Maka kami diam sesaat, dan beliau Saw.
menghadap ke arah kiblat, lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa, 'Ya Allah, berilah kami tambahan
dan janganlah Engkau kurangi kami, berilah kami kemuliaan dan janganlah Engkau hinakan kami, berilah
kami dan janganlah Engkau menghalangi kami dari pemberian-Mu, pilihlah kami dan janganlah Engkau ke
sampingkan kami, dan ridailah kami dan jadikanlah kami puas (dengan keputusan-Mu)'." Kemudian
Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat; barang siapa yang
mengamalkannya, niscaya ia masuk surga. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Sesungguhnya
telah beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) hingga akhir ayat kesepuluh.
Imam Turmuzi meriwayatkannya di dalam kitab tafsir dan Imam Nasai di dalam kitab salat melalui hadis
Abdur Razzaq dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat munkar,
kami tidak mengenal ada seseorang yang meriwayatkannya dari Yunus ibnu Sulaim, sedangkan Yunus sendiri
orangnya tidak kami kenal.

‫ يَا ُِّأم‬:َ‫ ُقلْنَا لِ َعاِئ َشة‬:‫ال‬ ِ ٍِ ِ ِ ِ ‫ال الن ِئ‬


َ َ‫بابنُوس ق‬ َ ‫ َع ْن َأبِي ع ْم َرا َن َع ْن يَ ِزي َد بْ ِن‬،‫ َح َّد َثنَا َج ْع َف ٌر‬،‫ َأْنبََأنَا ُقَت ْيبَةَ بْ ُن َسعيد‬:‫َّسا ُّي في َت ْفسي ِره‬ َ َ َ‫ق‬
ْ ‫ َف َق َر‬،‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم الْ ُق ْرآ َن‬ ِ ِ ‫ َكا َن ُخلُ ِق رس‬:‫َت‬ ِ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه وسلَّم؟ قَال‬ ِ ُ ‫ف َكا َن ُخلُق رس‬ ِِ
:‫َأت‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ ََ َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ ‫ َك ْي‬،‫ين‬ َ ‫ال ُْمْؤ من‬
ِ ِ ‫ َه َك َذا َكا َن ُخلُق رس‬:‫َت‬ ْ ‫ قَال‬، }‫صلَ َواتِِه ْم يُ َحافِظُو َن‬ ِ َّ :‫ت ِإلَى‬ ِ
ُ‫صلَّى اللَّه‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ ‫ين ُه ْم َعلَى‬ َ ‫{والذ‬
َ َ ‫{قَ ْد َأ ْفلَ َح ال ُْمْؤ منُو َن} َحتَّى‬
ْ ‫انت َه‬
.‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬

Imam Nasai mengatakan di dalam kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Ja'far, dari Abu Imran, dari Yazid ibnu Babanus yang mengatakan, "Kami pernah
bertanya kepada Siti Aisyah Ummul Mu’minin, 'Bagaimanakah akhlak Rasulullah Saw.'?" SitAisyah r.a.
menjawab: Akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur'an. Kemudian Siti Aisyah r.a. membaca firman-Nya:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) sampai dengan firman-Nya: dan
orang-orang yang memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9) Kemudian Siti Aisyah r.a. berkata, "Demikianlah
akhlak Rasulullah Saw."
Telah diriwayatkan dari Ka'bul Ahbar, Mujahid, dan Abul Aliyah serta lain-lainnya, bahwa setelah Allah
menciptakan surga 'Adn dan memberinya tanaman dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, lalu Allah
memandangnya dan berfirman kepadanya, "Berbicaralah kamu !" Maka surga 'Adn mengucapkan:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Ka'bul Ahbar mengatakan, surga
'Adn berkata demikian karena mengingat semua kehormatan yang disediakan oleh Allah di dalamnya bagi
orang-orang mukmin. Abul Aliyah mengatakan, bahwa lalu Allah Swt. menyitirkan kalimat tersebut di dalam
Kitab (Al-Qur'an)-Nya.
Hal tersebut telah diriwayatkan melalui Abu Sa'id Al-Khudri secara marfu'. Untuk itu Abu Bakar Al-Bazzar
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami
Al-Mugirah ibnu Maslamah, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari
Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Allah menciptakan surga yang bangunannya terbuat dari batu bata emas
dan batu bata perak, serta Allah Swt. memberinya tanam-tanaman. Lalu Allah berfirman kepadanya,
"Berbicaralah kamu!" Lalu surga mengatakan: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al
Mu’minun: 1) Maka para malaikat memasukinya dan mereka berkata, "Beruntunglah engkau sebagai tempat
para raja."
Kemudian Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan:

‫ َع ْن َأبِي‬،َ‫ض َرة‬
ْ َ‫ َع ْن َأبِي ن‬،‫الج َريْ ِري‬ ْ ‫ َح َّد َثنَا َع ِدي بْ ُن الْ َف‬،‫س بْ ُن عَُب ْي ِد اللَّ ِه العُ َمري‬
ُ ‫ َح َّد َثنَا‬،‫ض ِل‬ َ ‫َح َّد َثنَا بِ ْشر بْ ُن‬
ُ ُ‫ َو َح َّد َثنَا يُون‬،‫آد َم‬
:‫ال َأبُو بَ ْك ٍر‬
َ َ‫ ق‬."‫ك‬ ُ ‫ َوِماَل طَُها ال ِْم ْس‬،‫َّة‬
ٍ ‫ب ولَبِنَ ٍة ِمن فِض‬
ْ
ِ ِ
َ ٍ ‫ لَبنَةً م ْن ذَ َه‬،َ‫ْجنَّة‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ " َخلَ َق اللَّهُ ال‬:‫ال‬
ٍِ
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،‫َسعيد‬
ْ ‫ َف َقال‬.‫ تَ َكلَّ ِمي‬:‫ال ل ََها‬ ُ ‫ومالطُها ال ِْم ْس‬ ِ ،ٌ‫ضة‬ َّ ِ‫ب َولَبِنَةٌ ف‬ ِ ‫ط ال‬ ‫ ِئ‬:‫يث‬ ِ ‫آخر فِي َه َذا الْح ِد‬ ِ ِ ُ ‫ورَأي‬
‫ {قَ ْد‬:‫َت‬ َ ‫ َف َق‬.‫ك‬ ٌ ‫ لَبِنَةٌ ذَ َه‬،‫ْجنَّة‬
َ ُ ‫"حا‬ َ َ َ َ ‫ت في َم ْوض ٍع‬ ْ ََ
ِ ُ‫ م ْن ِز َل الْمل‬،‫َك‬ِ ‫ِئ‬ ِ ِ
." !‫وك‬ ُ َ ‫ طُوبَى ل‬:ُ‫َأ ْفلَ َح ال ُْمْؤ منُو َن} َف َقالَت ال َْماَل َكة‬
telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam, telah menceritakan pula kepada kami Yunus ibnu
Ubaidillah Al-Umri, telah menceritakan kepada kami Addi ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Al-
Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. yang telah bersabda, "Allah menciptakan surga dari
batu bata emas dan batu bata perak, sedangkan plesterannya dari minyak kesturi." Al-Bazzar mengatakan, ia
melihat hadis ini di lain tempat yang bunyinya mengatakan, "Tembok surga terbuat dari batu bata emas dan
batu bata perak, sedangkan plesterannya terbuat dari minyak kesturi." Kemudian Allah berfirman
kepadanya, "Berbicaralah kamu!" Lalu surga mengatakan: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman. (Al Mu’minun: 1) Maka para malaikat berkata, "Beruntunglah engkau menjadi tempat raja-raja."
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui seorang pun yang me-rafa'-kan hadis ini selain
Addi ibnul Fadl, sedangkan dia orangnya tidak Hafiz, lagi pula seorang manula yang sudah dekat masa
ajalnya.

‫ َع ِن ابْ ِن‬،‫ َع ْن َعطَ ٍاء‬،‫ َع ِن ابْ ِن ُج َريْج‬،‫ َح َّد َثنَا بَِقيَّة‬،‫ام بْ ُن َخالِ ٍد‬ ِ ِ ِ
ْ ‫ َح َّد َثنَا‬:‫ظ َأبُو الْ َقاس ِم الطََّب َرانِ ُّي‬
ُ ‫ َح َّد َثنَا ه َش‬،‫َأح َم ُد بْ ُن َعل ٍّي‬ ُ ِ‫ْحاف‬
َ ‫ال ال‬
َ َ‫ق‬
‫ َواَل َخطََر‬،]‫ت‬ ْ ‫[واَل ُأذُ ٌن َس ِم َع‬ ْ ‫ َخلَ َق فِ َيها َما اَل َع ْي ٌن َر‬،‫ "ل ََّما َخلَ َق اللَّهُ َجنَّةَ َع ْدن‬:‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ،‫َأت‬ َ ‫ال النَّبِ ُّي‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ ٍ َّ‫َعب‬
َ َ‫اس ق‬
}‫ {قَ ْد َأ ْفلَ َح ال ُْمْؤ ِمنُو َن‬:‫َت‬
ْ ‫ َف َقال‬.‫ تَ َكلَّ ِمي‬:‫ال ل ََها‬ ِ ‫َعلَى َقل‬
َ َ‫ ثُ َّم ق‬.‫ْب بَ َش ٍر‬

Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Ibnu Juraij,
dari Ata, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Setelah Allah
menciptakan surga Adn, Allah menciptakan di dalamnya segala macam apa yang tidak pernah dilihat oleh
mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terdelik di dalam hati seorang manusia pun.
Sesudah itu Allah berfirman kepadanya, "Berbicaralah kamu!" Maka. surga berkata: Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1)
Baqiyyah menurut ulama Hijaz berpredikat daif (lemah dalam periwayatan hadis).
ِ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ ح َّد َثنَا ِم ْنجاب بْن ال‬،َ‫ ح َّد َثنَا مح َّم ُد بْن عُثْما َن بْ ِن َأبِي َش ْيبة‬:‫ال الطَّبرانِ ُّي‬
‫يل‬
َ ‫ َع ْن ْس َماع‬،‫يسى ال َْع ْبس ُّي‬ َ ‫ َح َّد َثنَا حماد ابن ع‬،‫ْحا ِرث‬ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ َُ َ َ َ َ َ‫ق‬
َ ،‫ "ل ََّما َخلَ َق اللَّهُ َجنَّةَ َع ْدن بِيَ ِد ِه‬:-ُ‫ي ْر َفعُه‬-
‫ ثُ َّم نَظََر‬،‫ َو َش َّق فِ َيها َأْن َه َار َها‬،‫ودلَّى فِ َيها ثِ َم َار َها‬ َ ‫اس‬ٍ َّ‫ َع ِن ابْ ِن َعب‬،‫صالِ ٍح‬َ ‫ َع ْن َأبِي‬،‫ِّي‬ّ ‫السد‬ُّ
"‫ َو ِع َّزتِي اَل يُ َجا ِو ُرنِي فيك بخيل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬. }‫ {قَ ْد َأ ْفلَ َح ال ُْمْؤ ِمنُو َن‬:‫ال‬
َ ‫ِإل َْي َها َف َق‬

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Isa Al-
Absi, dari Ismail As-Saddi, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas yang me-rafa '-kannya bahwa setelah Allah
menciptakan surga 'Adn dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, dan menjuntaikan buah-buahannya serta
membelah sungai-sungainya, lalu Allah memandang kepadanya. Maka surga 'Adn berkata: Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Dan Allah Swt. berfirman: Demi keagungan dan
kebesaran-Ku, tidak boleh ada seorang bakhilpun bertempat padamu berdampingan dengan-Ku.

ِ ‫ َعن س ِع‬،‫ ح َّد َثنَا ي ِعيش بن حسي ٍن‬،‫ ح َّد َثنَا مح َّم ُد بن ِزي ٍاد الْ َك ْلبِ ُّي‬،‫ ح َّد َثنَا محمد بن المثنى الب َّزار‬:‫الد ْنيا‬
‫يد بْ ِن‬ َ ْ َْ ُ ُ ْ ُ َ َ َ ُْ َ ُ َ َ َ َ ُّ ‫ال َأبُو بَ ْك ٍر بْ ُن َأبِي‬ َ َ‫ق‬
‫ لَبِنَةً ِم ْن‬،‫ " َخلَ َق اللَّهُ َجنَّةَ َع ْد ٍن بِيَ ِد ِه‬:‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫ض َي اللَّهُ َع ْنه‬ ِ ‫ ر‬،‫س‬
َ ٍ َ‫ َع ْن َأن‬،‫ َع ْن قَتادة‬،‫َأبي َع ُروبَة‬
ِ
‫ال‬
َ َ‫ ثُ َّم ق‬،‫الز ْع َف َرا ُن‬ َّ ‫وح ِشيشها‬ َ ، ‫صباؤها اللُّْؤ لُُؤ‬ ْ ‫وح‬َ ،‫ك‬ ُ ‫ مالطُها ال ِْم ْس‬،‫اء‬ ْ ‫ َولَبِنَةً ِم ْن َز َب ْر َج َدةَ َخ‬،‫اء‬
َ ‫ض َر‬
ٍ ِ ِ
َ ‫ َولَبنَةً م ْن يَاقُوتَة َح ْم َر‬،‫اء‬ َ‫ض‬
َ ‫ُد َّرة َب ْي‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫ ثُ َّم تَاَل رس‬."‫يك ب ِخيل‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ َ ‫ {قَ ْد َأ ْفلَح الْمْؤ ِمنو َن} َف َق‬:‫ قَالَت‬.‫انط ِقي‬ ِ :‫لَها‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ ٌ َ ‫ َو َجاَل لي اَل يُ َجا ِو ُرني ف‬،‫ َوع َّزتي‬:ُ‫ال الله‬ ُ ُ َ ْ َ
}‫ك ُه ُم ال ُْم ْفلِ ُحو َن‬ َ ‫{و َم ْن يُو َق ُش َّح َن ْف ِس ِه فَُأولَِئ‬
َ :‫َو َسلَّ َم‬
Abu Bakar ibnu Abud Dunya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna Al-
Bazzar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ziyad Al-Kalbi, telah menceritakan kepada kami
Ya'isy ibnu Husain, dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Allah menciptakan surga 'Adn dengan tangan (kekuasaan)Nya sendiri
memakai batu bata dari intan putih, batu bata yaqut merah, dan batu bata zabarjad hijau; plesterannya dari
minyak kesturi, batu bata kerikilnya dari mutiara, dan rerumputannya dari za'faran. Kemudian Allah
berfirman kepadanya, "Berbicaralah kamu!" Maka surga 'Adn mengucapkan, "Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman.” Maka Allah Swt. berfirman, "Demi keagungan dan kebesaran-Ku, tidak boleh
ada seorang bakhil pun bertempat padamu berdampingan dengan-Ku.” Kemudian Rasulullah Saw. membaca
firman-Nya: Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(Al-Hasyr: 9)

*****

}‫{قَ ْد َأ ْفلَ َح ال ُْمْؤ ِمنُو َن‬

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1)


Yakni sungguh telah beruntung, berbahagia, dan beroleh keberhasilan mereka yang beriman lagi mempunyai
ciri khas seperti berikut, yaitu:

ِ ‫{الَّ ِذين ُهم فِي صالتِِهم َخ‬


}‫اشعُو َن‬ ْ َ ْ َ
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. (Al Mu’minun: 2)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya,
"Khasyi'un," bahwa mereka adalah orang-orang yang takut kepada Allah lagi tenang. Hal yang sama telah
diriwayatkan dari Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Az-Zuhri. Telah diriwayatkan dari Ali ibnu Abu Talib r.a.
bahwa khusyuk artinya ketenangan hati. Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i. Al-Hasan Al-Basri
mengatakan, ketenangan hati mereka membuat mereka merundukkan pandangan matanya dan
merendahkan dirinya.
Muhammad ibnu Sirin mengatakan bahwa dahulu sahabat-sahabat Rasulullah Saw. selalu mengarahkan
pandangan mata mereka ke langit dalam salatnya. Tetapi setelah Allah menurunkan firman-Nya:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya.
(Al Mu’minun: 1-2) Maka mereka merundukkan pandangan matanya ke tempat sujud mereka. Muhammad
ibnu Sirin mengatakan bahwa sejak saat itu pandangan mata mereka tidak melampaui tempat sujudnya. Dan
apabila ada seseorang yang telah terbiasa memandang ke arah langit, hendaklah ia memejamkan matanya.
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Kemudian Ibnu Jarir
telah meriwayatkan melalui ibnu Abbas —juga Ata ibnu Abu Rabah— secara mursal, bahwa Rasulullah Saw.
pernah melakukan hal yang serupa (memandang ke arah langit) sebelum ayat ini diturunkan.
Khusyuk dalam salat itu tiada lain hanya dapat dilakukan oleh orang yang memusatkan hati kepada salatnya,
menyibukkan dirinya dengan salat, dan melupakan hal yang lainnya serta lebih baik mementingkan salat
daripada hal lainnya. Dalam keadaan seperti ini barulah seseorang dapat merasakan ketenangan dan
kenikmatan dalam salatnya, seperti yang dikatakan oleh Nabi Saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Imam Nasai melalui sahabat Anas dari Nabi Saw. yang telah bersabda:

"‫الصاَل ِة‬
َّ ‫ت ُق َّرةُ َع ْينِي فِي‬
ْ َ‫ َو ُج ِعل‬،ُ‫ِّساء‬ ِّ َّ ‫ب‬
َ ‫إلي الطيب َوالن‬ َ ِّ‫"حب‬
ُ
Aku dijadikan senang kepada wewangian, wanita, dan dijadikan kesenangan hatiku bila dalam salat.

‫ول اللَّ ِه‬ َّ ،‫ َع ْن َر ُج ٍل ِم ْن أسلَم‬،‫الج ْعد‬


َ ‫َأن َر ُس‬ ِ ِ ِ
َ ‫ َع ْن َسال ِم بْ ِن أبي‬،‫ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُم َّرة‬،‫ َح َّد َثنَا م ْس َعر‬،‫ َح َّد َثنَا َوكيع‬:‫َأح َم ُد‬ ْ ‫ام‬ ُ ‫ال اِإْل َم‬
َ َ‫ق‬
"‫الصاَل ِة‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ِ‫ َأ ِر ْحنَا ب‬،‫ "يَا بِاَل ُل‬:‫ال‬ َ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Mis'ar
dari Amr ibnu Murrah, dari Salim ibnu Abul Ja'd, dari seorang lelaki dari Bani Aslam, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Hai Bilal, hiburlah kami dengan salat.

َّ ،‫ْج ْع ِد‬
‫َأن‬ َ ‫ عن سالم ابن َأبِي ال‬،‫ َع ْن عثمان بن المغيرة‬،‫يل‬
‫ِإ ِئ‬ ِ
ُ ‫ َح َّد َثنَا ْس َرا‬،‫الر ْح َم ِن بْ ُن َم ْهدي‬
َّ ‫ضا؛ َح َّد َثنَا َع ْب ُد‬ ً ْ‫َأح َم ُد َأي‬ْ ‫ام‬ ُ ‫ال اِإْل َم‬
َ َ‫ق‬
ُ ‫ اْئتِنِي َبو‬،ُ‫ يَا َجا ِريَة‬:‫ال‬ ِ ِ َ َ‫ْحنَ ِفيَّ ِة ق‬
‫ُأصلِّي‬
َ ‫ضوء ل ََعلِّي‬ َ ‫ َف َق‬،ُ‫الصاَل ة‬
َّ ‫ضرت‬ َ ‫فح‬ َ ،‫صا ِر‬ َ ْ‫ْت َم َع َأبِي َعلَى ص ْه ٍر لَنَا م َن اَأْلن‬
ُ ‫ َد َخل‬:‫ال‬ َ ‫ُم َح َّم َد بْ َن ال‬
"‫الصاَل ِة‬ ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ُق‬
َّ ِ‫ فََأ ِر ْحنَا ب‬،‫ "قُ ْم يَا بِاَل ُل‬:‫ول‬ ِ َ ‫ت رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ِ َ ‫ َف َق‬،‫ك‬
ُ َ ُ ‫ َسم ْع‬:‫ال‬ َ ِ‫ َف َرآنَا َأنْ َك ْرنَا َعلَْي ِه َذل‬.‫يح‬
َ ‫َأستَ ِر‬ْ َ‫ف‬
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah
menceritakan kepada kami Israil, dari Usman ibnul Mugirah, dari Salim ibnu Abul Ja'd; Muhammad ibnul
Hanafiyah pernah mengatakan bahwa ia bersama ayahnya (Ali ibnu Abu Talib r.a.) pernah berkunjung ke
rumah salah seorang iparnya dari kalangan Ansar, lalu datanglah waktu salat, kemudian Ali r.a. berkata, "Hai
budak perempuan, ambilkanlah air wudu, aku akan mengerjakan salat agar hatiku terhibur." Ketika ia
memandang ke arah kami yang merasa heran dengan ucapannya, maka ia berkata bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Beriqamahlah, hai Bilal, dan hiburlah hati kami dengan salat.

*****

ُ ‫ين ُه ْم َع ِن اللَّغْ ِو ُم ْع ِر‬


}‫ضو َن‬ ِ َّ
َ ‫{والذ‬ َ
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. (Al Mu’minun:
3)
Yaitu dari hal-hal yang batil yang pengertiannya mencakup pula hal-hal yang musyrik, seperti yang dikatakan
oleh sebagian ulama. Juga hal-hal maksiat seperti yang dikatakan oleh sebagian lainnya. Mencakup pula
semua perkataan dan perbuatan yang tidak berguna, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

}‫{وِإ َذا َم ُّروا بِاللَّ ْغ ِو َم ُّروا كِ َر ًاما‬


َ
dan apabila mereka bersua dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berguna, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)
Qatadah mengatakan, "Demi Allah, mereka telah diberi kekuatan oleh Allah yang membuat mereka dapat
melakukan hal tersebut."

****

ِ َ‫لز َك ِاة ف‬
}‫اعلُو َن‬ َّ ِ‫ين ُه ْم ل‬ ِ َّ
َ ‫{والذ‬ َ
dan orang-orang yang menunaikan zakat. (Al Mu’minun: 4)
Menurut kebanyakan ulama, makna yang dimaksud dengan zakat dalam ayat ini ialah zakat harta benda,
padahal ayat ini adalah ayat Makkiyyah; dan sesungguhnya zakat itu baru difardukan setelah di Madinah,
yaitu pada tahun dua Hijriah. Menurut makna lahiriahnya, zakat yang di fardukan di Madinah itu hanyalah
mengenai zakat yang mempunyai nisab dan takaran khusus. Karena sesungguhnya menurut makna
lahiriahnya, prinsip zakat telah difardukan sejak di Mekah. Allah Swt. telah berfirman di dalam surat Al-
An'am yang Makkiyyah, yaitu:

}‫اد ِه‬
ِ ‫{وآتُوا ح َّقهُ يوم حص‬
َ َ َ َْ َ َ
dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin). (Al-An'am:
141)
Dapat pula diartikan bahwa makna yang dimaksud dengan zakat dalam ayat ini ialah zakatun nafs
(membersihkan diri) dari kemusyrikan dan kekotoran. Sama pengertiannya dengan apa yang terdapat dalam
firman-Nya:

}‫اها‬
َ ‫اب َم ْن َد َّس‬ َ ‫{قَ ْد َأ ْفلَ َح َم ْن َز َّك‬
َ ‫ َوقَ ْد َخ‬.‫اها‬
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. (Asy-Syams: 9-10)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

َّ ‫ين اَل ُيْؤ تُو َن‬


}َ‫الز َكاة‬ ِ َّ ِ‫{وويل لِلْم ْش ِرك‬
َ ‫ الذ‬.‫ين‬
َ ُ ٌََْ
dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang memper-sekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang
tidak menunaikan zakat. (Fushshilat: 6-7)
Hal ini menurut salah satu di antara dua pendapat yang mengatakan tentang tafsirnya. Dapat pula diartikan
bahwa makna yang dimaksud adalah kedua pengertian tersebut secara berbarengan, yaitu zakat jiwa dan
zakat harta. Karena sesungguhnya termasuk di antara zakat ialah zakat diri (jiwa), dan orang mukmin yang
sempurna ialah orang yang menunaikan zakat jiwa dan zakat harta bendanya. Hanya Allah-lah yang Maha
Mengetahui.

*****

َ ِ‫اء ذَل‬ ِ ِ ِ
ِ ‫ ِإال َعلَى َأ ْزو‬.‫وج ِهم حافِظُو َن‬ ِ َّ
‫ك‬ َ ‫ت َأيْ َمانُ ُه ْم فَِإ َّن ُه ْم غَْي ُر َملُوم‬
َ ‫ين * فَ َم ِن ْابَتغَى َو َر‬ ْ ‫اج ِه ْم ْأو َما َملَ َك‬ َ َ ْ ‫ين ُه ْم ل ُف ُر‬ َ ‫{والذ‬ َ
}‫ادو َن‬
ُ ‫ك ُه ُم ال َْع‬َ ‫فَُأولَِئ‬
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka
miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al Mu’minun: 5-7)
Artinya, orang-orang yang memelihara kemaluan mereka dari perbuatan yang diharamkan. Karena itu
mereka tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah, seperti zina dan liwat. Dan
mereka tidak mendekati selain dari istri-istri mereka yang dihalalkan oleh Allah bagi mereka, atau budak-
budak perempuan yang mereka miliki dari tawanan perangnya. Barang siapa yang melakukan hal-hal yang
dihalalkan oleh Allah, maka tiada tercela dan tiada dosa baginya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

َ ِ‫اء ذَل‬ ِ
}‫ك‬ َ ‫{فَِإ َّن ُه ْم غَْي ُر َملُوم‬
َ ‫ين فَ َم ِن ْابَتغَى َو َر‬
maka sesungguhnya mereka tidak tercela dalam hal ini. Barang siapa mencari yang di balik itu. (Al
Mu’minun: 6-7)
Yakni selain istri dan budak perempuannya.

}‫ادو َن‬ َ ‫{فَُأولَِئ‬


ُ ‫ك ُه ُم ال َْع‬
maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al Mu’minun: 7)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan
kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah, bahwa pernah ada seorang
wanita mengambil budak laki-lakinya (sebagai kekasihnya) dan mengatakan bahwa ia melakukan
perbuatannya itu karena bertakwilkan kepada firman Allah yang mengatakan: atau budak yang mereka
miliki. (Al Mu’minun: 6) Lalu ia ditangkap dan dihadapkan kepada Khalifah Umar ibnul Khattab r.a., dan
orang-orang dari kalangan sahabat Nabi Saw. mengatakan bahwa perempuan itu menakwilkan suatu ayat
dari Kitabullah dengan takwil yang menyimpang. Kemudian budak laki-laki itu dihukum pancung, dan
Khalifah Umar berkata kepada wanita itu,"Engkau sesudah dia, haram bagi setiap orang muslim."
Asar ini berpredikat garib lagi munqati', disebutkan oleh Ibnu Jarir di dalam tafsir permulaan surat Al-
Maidah, padahal kalau dikemukakan dalam tafsir ayat ini lebih cocok. Sesungguhnya Khalifah Umar men-
jatuhkan sangsi haram terhadap wanita tersebut bagi kaum laki-laki muslim, sebagai pembalasan terhadap
perbuatannya, yaitu dengan menimpakan hukuman yang bertentangan dengan niat yang ditujunya. Hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Syafii dan orang-orang yang mendukungnya telah mengambil ayat ini sebagai dalil dari pendapatnya
yang mengatakan bahwa mastrubasi itu haram, yaitu firman-Nya: dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri atau budak yang mereka miliki. (Al Mu’minun: 5-6)
Imam Syafii mengatakan bahwa perbuatan mastrubasi itu di luar kedua perkara tersebut. Karena itu,
mastrubasi haram hukumnya. Dan sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Barang siapa mencari yang di
balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al Mu’minun: 7)
Mereka berdalilkan pula dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hasan ibnu Arafah dalam
kitab Juz-nya yang terkenal.

‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ٍِ ِ َ‫ َع ْن َأن‬،‫سا َن بْ ِن ُح َم ْي ٍد‬ ٍ ِ ِ


َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،‫س بْ ِن َمالك‬ َّ ‫ َع ْن َح‬،‫ َع ْن َم ْسلَ َمةَ بْ ِن َج ْع َف ٍر‬،‫ري‬ َ ‫َح َّدثَني َعل ُّي بْ ُن ثَابِت‬
ّ ‫الج َز‬
ِِ ِ ِِ ِ ِ
،‫ين‬َ ‫َّار ََّأو َل الدَّاخل‬ َ ‫ َواَل يَ ْج َمعُ ُه ْم َم َع ال َْعامل‬،‫ َواَل ُي َز ِّكي ِه ْم‬،‫"س ْب َعةٌ اَل َي ْنظُُر اللَّهُ ِإل َْي ِه ْم َي ْو َم الْقيَ َامة‬
َ ‫ َويُ ْدخلُ ُه ُم الن‬،‫ين‬ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
َ :‫ال‬
‫ب َوالِ َديْ ِه َحتَّى‬ ِ ِ ُ ‫ والْم ْفع‬،‫اعل‬ ِ ِِ ِ ِ
ُ ‫ َوالضَّا ِر‬،‫ َو ُم ْدم ُن الْ َخ ْم ِر‬،‫ول بِه‬ ُ َ َ ُ ‫ َوالْ َف‬،‫ نَاك ُح يَده‬:‫اب اللَّهُ َعلَْيه‬ َ َ‫اب ت‬َ َ‫ فَ َم ْن ت‬،‫ِإاَّل َأ ْن َيتُوبُوا‬
"‫ َوالنَّاكِ ُح َحلِيلَةَ َجا ِر ِه‬،ُ‫ َوال ُْمْؤ ِذي ِج َيرانَهُ َحتَّى َيل َْعنُوه‬،‫يَ ْستَ ِغيثَا‬

Ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali ibnu Sabit Al-Jazari, dari Maslamah ibnu Ja'far, dari Hassan
ibnu Humaid, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Ada tujuh macam orang yang Allah
tidak mau memandang mereka kelak di hari kiamat dan tidak mau membersihkan mereka (dari dosa-
dosanya), dan tidak menghimpunkan mereka bersama orang-orang yang beramal (baik), dan memasukkan
mereka ke neraka bersama orang-orang yang mula-mula masuk neraka, terkecuali jika mereka bertobat;
dan barang siapa yang bertobat, Allah pasti menerima tobatnya. Yaitu orang yang kawin dengan tangannya
(mastrubasi), kedua orang yang terlibat dalam homoseks, pecandu minuman khamr, orang yang memukuli
kedua orang tuanya hingga keduanya meminta tolong, orang yang mengganggu tetangga-tetangganya
sehingga mereka melaknatinya, dan orang yang berzina dengan istri tetangganya.
Hadis berpredikat garib, di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak dikenal karena
kemisteriannya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

*****

}‫ألمانَاتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َراعُو َن‬


َ ‫ين ُه ْم‬
ِ َّ
َ ‫{والذ‬ َ
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Al Mu’minun: 8)
Yakni apabila mereka dipercaya, tidak berkhianat; bahkan menunaikan amanat itu kepada pemiliknya.
Apabila mereka berjanji atau mengadakan transaksi, maka mereka menunaikannya dengan benar, tidak
seperti sikap orang-orang munafik yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. mempunyai ciri khas berikut, melalui,
sabdanya:

َ َ‫ َوِإذَا َو َع َد َأ ْخل‬،‫ب‬
."‫ وإذا اؤتمن َخا َن‬،‫ف‬ ٌ ‫"آيَةُ ال ُْمنَافِ ِق ثَاَل‬
َ ‫ ِإذَا َحدَّث َك َذ‬:‫ث‬
Pertanda orang munafik ada tiga, yaitu: Apabila berbicara, dusta; apabila berjanji, ingkar; dan apabila
dipercaya, khianat.

****

}‫صلَ َواتِ ِه ْم يُ َحافِظُو َن‬


َ ‫ين ُه ْم َعلَى‬
ِ َّ
َ ‫{والذ‬ َ
dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9)
Maksudnya, mengerjakannya secara rutin tepat pada waktunya masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh
sahabat Ibnu Mas'ud r.a. ketika ia bertanya kepada Rasulullah Saw.:

ُ ‫ ُقل‬."‫"الصاَل ةُ َعلَى َوقْتِ َها‬


‫ ثُ َّم‬:‫ْت‬ َ َ‫ب ِإلَى اللَّ ِه؟ ق‬
َّ :‫ال‬ ُّ ،‫ول اللَّ ِه‬
َ ‫َأي ال َْع َم ِل‬
ُّ ‫َأح‬ ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َف ُقل‬
َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ْت‬ َ ‫ْت النَّبِ َّي‬
ُ ‫َسَأل‬
."‫يل اللَّ ِه‬
ِ ِ‫اد فِي َسب‬ ِ ‫ "ال‬:‫ال‬
ُ ‫ْج َه‬ َ َ‫َأي؟ ق‬
ٌّ ‫ ثُ َّم‬:‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬."‫ "بُِّر ال َْوالِ َديْ ِن‬:‫ال‬ َ َ‫َأي؟ ق‬
ٌّ

Aku pernah bertanya; "Wahai Rasulullah amal apakah yang paling disukai oleh Allah?" Rasulullah Saw.
menjawab, "Mengerjakan salat di dalam waktunya." Saya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?” Beliau
menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Saya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab,
"Berjihad pada jalan Allah.”
Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahihnya masing-masing. Di dalam
kitab Mustadrak-nya Imam Hakim disebutkan seperti berikut:

"‫"الصالة في أول وقتها‬

Mengerjakan salat pada permulaan waktunya.


Ibnu Mas'ud dan Masruq telah berkata sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan orang-orang yang
memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9) Yaitu memelihara waktu-waktu salat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh AbudDuha, Alqamah ibnu Qais, Sa'id ibnu Jubair, dan Ikrimah. Qatadah
mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menjaga waktu-waktunya, rukuk dan sujudnya.
Allah Swt. membuka penyebutan sifat-sifat yang terpuji itu dengan menyebutkan salat, kemudian diakhiri
pula dengan penyebutan salat. Hal ini menunjukkan keutamaan salat, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah
Saw. dalam sabdanya:

ِ ‫ض‬
"‫وء ِإاَّل ُمْؤ ِم ٌن‬ َّ ‫َأن َخ ْي َر َأ ْع َمالِ ُك ُم‬
ُ ِ‫ َواَل يُ َحاف‬،ُ‫الصاَل ة‬ َّ ‫ َوا ْعلَ ُموا‬،‫صوا‬ ِ
ُ ‫ظ َعلَى ال ُْو‬ ُ ‫َن تُ ْح‬
ْ ‫يموا َول‬
ُ ‫"استَق‬
ْ
Bersikap istiqamah (lurus)-lah, dan sekali-kali (pahala) kalian tidak akan dihitung-hitung, dan ketahuilah
bahwa sebaik-baik amal kalian adalah salat; dan tiada yang dapat memelihara wudu, melainkan hanya
orang mukmin.
Setelah Allah menyifati orang-orang mukmin, bahwa mereka memiliki sifat-sifat yang terpuji dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang terbaik, kemudian Allah Swt. berfirman:

}‫س ُه ْم فِ َيها َخالِ ُدو َن‬ ِ ِ َّ َ ‫{ُأولَِئ‬


َ ‫ك ُه ُم ال َْوا ِرثُو َن الذ‬
َ ‫ين يَ ِرثُو َن الْف ْر َد ْو‬
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya. (Al Mu’minun: 10-11)
Di dalam kitabSahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"‫الر ْح َم ِن‬
َّ ‫ش‬ ِ ‫ و ِم ْنهُ َت َف َّجر َأْنهار ال‬،‫ط الْجن َِّة‬ ِ ‫ فَِإ نَّهُ َأ ْعلَى ال‬،‫"ِإذَا سَألْتُم اللَّهَ الْجنَّةَ فَاسَألُوهُ ال ِْفر َدوس‬
ُ ‫ َو َف ْوقَهُ َع ْر‬،‫ْجنَّة‬
َ َُ ُ َ َ ُ ‫ْجنَّة َو َْأو َس‬
َ َ ْ ْ ْ َ ُ َ
Apabila kalian meminta surga kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya surga Firdaus, karena
sesungguhnya Firdaus itu adalah surga yang tertinggi dan paling pertengahan, darinya bersumberkan semua
sungai surga, dan di atasnya terdapat 'Arasy (singgasana) Tuhan Yang Maha Pemurah.
ِ ‫ ر‬،َ‫ َعن َأبِي ُهر ْيرة‬،‫ َعن َأبِي صالِ ٍح‬،‫ ح َّد َثنَا اَأْل ْعمش‬،َ‫ ح َّد َثنَا َأبو معا ِوية‬،‫َأحم ُد بْن ِسنَان‬
ُ‫ض َي اللَّه‬ ِ ِ
َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ َُ ُ َ ُ َ ْ ‫ َح َّد َثنَا‬:‫ال ابْ ُن َأبي َحات ٍم‬ َ َ‫ق‬
‫ فَِإ ْن‬،‫ْجن َِّة َو َم ْن ِز ٌل فِي النَّا ِر‬ ِ ِ ٍ ‫ "ما ِم ْن ُكم ِمن‬:‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّهُ َعلَي ِه وسلَّم‬
َ ‫ َم ْن ِز ٌل في ال‬:‫َأحد ِإاَّل َولَهُ َم ْن ِزاَل ن‬
َ ْ ْ َ َ ََ ْ َ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫َع ْنه‬
}‫ك ُه ُم ال َْوا ِرثُو َن‬ َ ِ‫ فَ َذل‬،ُ‫ْجن َِّة َم ْن ِزلَه‬
َ ‫ {ُأولَِئ‬:ُ‫ك َق ْولُه‬ َ ‫رث َْأه ُل ال‬
َ ‫َّار َو‬
َ ‫ات فَ َد َخ َل الن‬
َ ‫َم‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah
r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang pun di antara kalian
melainkan mempunyai dua tempat tinggal, yaitu tempat tinggal di surga dan tempat tinggal di neraka. Jika
ia mati dan ternyata masuk nereka, maka penduduk surga mewarisi tempat tinggalnya (yang ada di surga).
Yang demikian itu disebutkan dalam firman-Nya, "Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi" (Al
Mu’minun: 10)
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Al-Lais, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka
itulah orang-orang yang akan mewarisi. (Al Mu’minun: 10) Bahwa tiada seorang hamba (Allah) pun
melainkan mempunyai dua tempat tinggal, yaitu tempat tinggal di surga dan tempat tinggal di neraka.
Adapun orang mukmin, dia membangun rumahnya yang berada di dalam surga dan merobohkan rumahnya
yang ada di neraka. Sedangkan orang kafir merobohkan rumahnya yang ada di dalam surga dan membangun
rumahnya yang ada di neraka.
Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari.Sa'id ibnu Jubair. Orang-orang mukmin mewarisi tempat-
tempat tinggal orang-orang kafir, karena pada asalnya orang-orang kafir itu diciptakan agar beribadah
kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Mengingat orang-orang mukmin mengerjakan semua ibadah
yang diperintahkan kepada mereka, sedangkan orang-orang kafir meninggalkan apa yang mereka diciptakan
untuk mengerjakannya (yaitu beribadah kepada Allah), maka orang-orang mukmin merebut bagian orang-
orang kafir seandainya mereka taat kepada Tuhannya.
Bahkan dalam keterangan yang lebih jelas lagi disebutkan di dalam Sahih Muslim melalui Abu Burdah, dari
Abu Musa, dari ayahnya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:

"‫َّص َارى‬ ِ َ ‫ وي‬،‫ َفَيغْ ِف ُر َها اللَّهُ ل َُه ْم‬،‫ال‬ ِ ‫ال ال‬
ِ َ‫ْجب‬ ِ َ‫وب َْأمث‬
ٍ ُ‫ين بِ ُذن‬ ِِ ِ َ‫"ي ِجيء يوم ال ِْقيام ِة ن‬
َ ‫ضعُها َعلَى الَْي ُهود َوالن‬ َ ‫اس م َن ال ُْم ْسلم‬
ٌ َ َ َ َْ ُ َ
Segolongan orang dari kalangan kaum muslim didatangkan kelak pada hari kiamat dengan membawa dosa-
dosa yang sebesar-besar gunung, lalu Allah memberikan ampunan bagi mereka dan menimpakan dosa-dosa
itu kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Menurut lafaz yang lain dari Imam Muslim, Rasulullah Saw. pernah bersabda:

."‫ك ِم َن النَّا ِر‬ ُ ‫ َف ُي َق‬،‫ص َرانِيًّا‬


َ ‫ َه َذا فَ َكا ُك‬:‫ال‬ ِ ‫"ِإذَا َكا َن يوم ال ِْقيام ِة َدفَع اللَّهُ لِ ُك ِّل مسلِ ٍم يه‬
ْ َ‫وديًّا َْأو ن‬ َُ ْ ُ َ َ َ ُ َْ
Apabila hari kiamat telah terjadi, Allah menyerahkan kepada setiap orang muslim seorang Yahudi atau
seorang Nasrani, lalu Allah berfirman, "Inilah tebusanmu dari neraka.”
Kemudian Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz menyumpah Abu Burdah yang menceritakan hadis ini dengan nama
Allah yang tiada Tuhan selain Dia sebanyak tiga kali sumpah, yang isinya mengatakan bahwa ayahnya benar-
benar menceritakan hadis ini kepadanya dari Rasulullah Saw. maka Abu Burdah bersumpah kepadanya.
Menurut saya, makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ِ ‫ث ِمن ِعب‬
}‫ادنَا َم ْن َكا َن تَِقيًّا‬ ِ َ ‫{تِل‬
َ ْ ُ ‫ْجنَّةُ الَّتي نُو ِر‬
َ ‫ْك ال‬
Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. (Maryam: 63)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

َ ‫ْجنَّةُ الَّتِي ُأو ِر ْثتُ ُم‬


}‫وها بِ َما ُك ْنتُ ْم َت ْع َملُو َن‬ َ ‫{وتِل‬
َ ‫ْك ال‬ َ
Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan. (Az-
Zukhruf: 72)
Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa surga dengan memakai bahasa Romawi berarti Firdaus
(Paradis). Sebagian ulama Salaf mengatakan, taman tidak dinamakan Firdaus kecuali bila di dalamnya
terdapat pohon anggur. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Anda mungkin juga menyukai