Posted by MTaufikNT
Definisi ‘Ashabiyyah
Secara literal, ‘ashabiyyah berasal dari kata ‘ashabah yang bermakna al-‘aqaarib min
jihat al-ab (kerabat dari arah bapak). Disebut demikian dikarenakan orang-orang Arab
biasa menasabkan diri mereka kepada bapak (ayah), dan ayahlah yang memimpin
mereka, sekaligus melindungi mereka. Adapun kata “al-‘ashabiyyah dan at-ta’ashshub”
bermakna al-muhaamat wa al-mudaafa’at” (saling menjaga dan melindungi). Jika
dinyatakan, “ta’ashshabnaa lahu wa ma’ahu” : nasharnaahu (kami menolongnya)”.
[Imam Ibnu Mandzur, Lisaan al-‘Arab, juz 1/602]
ليس منا من دعا إلى عصبية) أي من يدعو الناس إلى االجتماع على عصبية
وهي معاونة الظالم (وليس منا من قاتل على عصبية وليس منا من مات على
العصبي الذي يغضب لعصبيته ويحامي عليهم: عصبية) قال ابن األثير
بين بهذا الحديث أن تعصب: والتعصيب المدافعة والمحاماة وقال ابن تيمية
الرجل لطائفة مطلقا فعل أهل الجاهلية محذور مذموم بخالف منع الظالم وإعانة
المظلوم من غير عدوان فإنه حسن بل واجب فال منافاة بين هذا وبين خبر
إلخHانصر أخاك.
“(Bukanlah golongan kami, siapa saja yang menyerukan kepada ‘ashabiyyah), yakni
orang yang menyeru manusia untuk berkumpul di atas ‘ashabiyyah, yaitu: menolong
orang yang dzalim. (Bukanlah golongan kami, siapa saja yang berperang di atas
‘ashabiyyah, dan bukan golongan kami, barangsiapa mati di atas ‘ashabiyyah). Imam
Ibnu al-Atsir berkata, “Al-‘Ashabiy (orang yang ashabiyyah) adalah orang yang marah
karena keashabiyyahannya (kaumnya), dan melindungi mereka (karena
keashabiyyahannya). At-Ta’shiib : al-Mudaafa’ah wa al-Muhaamaat (saling melindungi
dan menjaga). Imam Ibnu Taimiyyah berkata, “Jelaslah berdasarkan hadits ini,
bahwasanya ta’ashshubnya seorang laki-laki kepada suatu kelompok, secara mutlak,
adalah perbuatan kaum jahiliyyah yang harus dijauhi dan dicela; dan berbeda dengan
mencegah orang yang dzalim dan membantu orang yang didzalimiy bukan karena
permusuhan, maka perbuatan ini adalah terpuji bahkan wajib. Tidak ada saling
menafikan antara hadits ini dengan hadits, “Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun
yang didzalimi”…[Faidl al-Qadiir, juz 5/492]
Penjelasan senada juga disampaikan oleh Imam Mubarakfuriy dalam Kitab ‘Aun al-
Ma’buud:
: اونَة َ أَيْ َم ْن يَ ْد ُعو النَّاس إِلَى ااِل جْ تِ َماع َعلَى َع: ُّاوي
َ صبِيَّة َو ِه َي ُم َع ِ َال ْال َمن َ َق
" َوفِي ْال َح ِديث. ظالِم َ أَيْ إِلَى اِجْ تِ َماع َع: اري
َ صبِيَّة فِي ُم َعا َونَة ِ َال ْالق َ َ َوق. الظَّالِم
َ هُ َو قَ ْوله ْم يَا آ ُل فُاَل ن َكانُوا يَ ْد ُع: النِّهَايَةHصا ِحب
ون َ ََما بَال َد ْع َوى ْال َجا ِهلِيَّة " ق
َ ال
، اطل ِ َ أَيْ َعلَى ب: ) صبِيَّة َ ( َم ْن قَاتَ َل َعلَى َعHبَعْضه ْم بَ ْعضًا َع ْن اأْل َ ْمر ْال َحا ِدث
أَيْ َعلَى طَ ِريقَته ْم: ) صبِيَّة َ ات َعلَى َع َ ْس فِي بَعْض النُّ َسخ لَ ْفظ َعلَى ( َم ْن َم َ َولَي
ِم ْن َح ِميَّة ْال َجا ِهلِيَّة.
“Al-Manawiy berkata, “Yaitu, orang yang menyeru manusia untuk berkumpul di atas
‘ashabiyyah, yaitu menolong orang yang dzalim. Imam Al-Qaariy menyatakan, “Yakni,
perkumpulan ‘ashabiyyah dalam menolong orang-orang yang dzalim. Di dalam hadits
disebutkan “maa baala da’wa al-jaahiliyyah”, berkata pengarang Kitab An Nihayah,
“Yakni seruan mereka, wahai kaum fulaan, yang mana mereka menyeru satu dengan
yang lain terhadap suatu urusan yang terjadi. (Siapa saja yang berperang di atas
‘ashabiyyah): yakni berperang di atas kebathilan. Di sebagian naskah tidak ada lafadz
(man maata ‘alaa ‘ashabiyyah): yakni (mati) di atas jalan menjaga kejahiliyahan”. [‘Aun
al-Ma’buud, juz 11/161]
Makna syar’iy ‘ashabiyyah seperti di atas disarikan dari beberapa hadits Nabi saw
berikut ini. Imam Abu Dawud menuturkan sebuah riwayat dari Watsilah bin al-Asqa’ ra,
bahwasanya ia mendengar bapaknya berkata:
الظ ْل ِم
ُّ ك َعلَى َ صبِيَّةُ قَا َل أَ ْن تُ ِع
َ ين قَ ْو َم َ ُول هَّللا ِ َما ْال َع ُ قُ ْل
َ تيَا َرس
“Saya (bapak Watsilah bin al-Asqa’ ra) bertanya, “Yaa Rasulullah, apa ‘ashabiyyah itu?
Beliau menjawab, “Kamu menolong kaummu atas kedzaliman”.[HR. Imam Abu Dawud]
Imam An Nasaa’iy meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Abbad bin Katsir al-Syamiy dari
seorang perempuan yang bernama Qusailah, bahwasanya ia berkata, “Aku pernah
mendengar ayahku berkata, “
صبِيَّ ِة أَ ْن يُ ِحبَّ ال َّر ُج ُل َ ُول هَّللا ِ أَ ِم َن ْال َع Hُ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقُ ْل
َ تيَا َرس َ ي ُ َسأ َ ْل
َّ ِت النَّب
الظ ْل ِم
ُّ ين ال َّر ُج ُل قَ ْو َمهُ َعلَىَ صبِيَّ ِة أَ ْن ي ُِع َ ال اَل َولَ ِك ْن ِم ْن ْال َعَ َقَ ْو َمهُ ق
“Saya bertanya kepada Nabi saw, seraya berkata, “Yaa Rasulullah apakah termasuk
‘ashabiyyah, seorang laki-laki yang mencintai kaumnya? Nabi saw menjawab, “Tidak.
Tetapi, termasuk ‘ashabiyyah adalah seorang laki-laki menolong kaumnya dalam
kedzaliman”.[HR. Imam An Nasaaiy]
Hukum ‘Ashabiyyah
Imam Muslim menuturkan sebuah riwayat dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah
saw bersabda:
Imam An Nasaaiy menuturkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwasanya
Rasulullah saw bersabda:
ات ِميتَةً َجا ِهلِيَّةً َو َم ْن َخ َر َج َعلَى َ ات َم َ ق ْال َج َما َعةَ فَ َم َ َم ْن َخ َر َج ِم ْن الطَّا َع ِة َوفَا َر
َ اَل يَتَ َحا َشى ِم ْن ُم ْؤ ِمنِهَا َواَل يَفِي لِ ِذي َع ْه ِدهَا فَلَيHاج َرهَا
ْس ِ َأُ َّمتِي يَضْ ِربُ بَ َّرهَا َوف
ٌصبِيَّ ٍة فَقُتِ َل فَقِ ْتلَة َ صبِيَّ ٍة أَ ْو يَ ْغ
َ ضبُ لِ َع َ ت َرايَ ٍة ُع ِّميَّ ٍة يَ ْد ُعو إِلَى َع َ ِْمنِّي َو َم ْن قَاتَ َل تَح
ٌَجا ِهلِيَّة
“Barangsiapa keluar dari ketaatan dan memisahkan diri dari Jama’ah, lalu ia mati, maka
matinya seperti mati jahil;iyyah. Siapa saja memerangi umatku, membunuh orang
baiknya maupun fajirnya, tidak memperhatikan orang Mukminnya, dan tidak
memperhatikan orang yang memiliki perjanjian, maka aku bukan golongannya, dan
barangsiapa berperang di bawah panji ‘ashabiyyah, atau menyeru kepada ‘ashabiyyah,
atau marah karena ‘ashabiyyah, lantas ia terbunuh, maka matinya seperti mati
jahiliyyah”.[HR. Imam An Nasaaiy]
Hadits-hadits di atas, dan masih banyak hadits yang lain, menjelaskan dengan sharih
(jelas), bahwasanya ‘ashabiyyah adalah perbuatan haram. Pasalnya, larangan
‘ashabiyyah disertai dengan adanya celaan dan ancaman dari Rasulullah saw; yakni mati
seperti jahiliyyah dan bukan termasuk golongan Nabi saw. Ini merupakan indikasi
(qarinah) yang menunjukkan bahwasanya larangan meninggalkan ‘ashabiyyah bersifat
pasti (haram).
Diantara perbuatan yang terkategori tindakan ‘ashabiyyah adalah membela bangsa dan
negara, hanya karena alasan kebangsaan, tanpa memandang lagi apakah bangsanya
benar atau tidak. Membela keluarga dan kerabat meskipun mereka melakukan
kedzaliman dan kefajiran. Termasuk ‘ashabiyyah pula, membela kelompok atau partai
yang jelas-jelas telah menyimpang dari ajaran Islam. Wallahu a’lam bish shawab. [Copas
dari Note : Ust. Syamsuddin Ramadhan]
Ashabiyah dan Cinta Tanah Air
Ustad Maruf Khozin
Sementara mereka bersama kelompoknya yang terus melakukan liqa’, daurah, ikut
fatwa syekh mereka, semua itu bukan ashabiyah, tapi menjalankan Sunnah. Kata
mereka.
Makhluk apa sih ashabiyah ini? Ashabiyah memang dijelaskan dalam hadis sebagai
‘makhluk tercela’, menurut anggapan mereka. Berikut beberapa hadis yang menjelaskan
tentang Ashabiyah:
Meski hadis di atas dhaif namun sering disampaikan oleh mereka. Kalau ingin yang sahih
mestinya pakai hadis berikut, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
)388 ص/ 9 (ج- صحيح مسلم
َ ْات ِميتَةً َجا ِهلِيَّةً َو َم ْن قَاتَ َل تَح
ت َ ات َم َ ق ْال َج َما َعةَ فَ َم
َ َم ْن َخ َر َج ِم ْن الطَّا َع ِة َوفَا َر
ٌصبَةً فَقُتِ َل فَقِ ْتلَة
َ ص ُر َعُ صبَ ٍة أَ ْو يَ ْن
َ صبَ ٍة أَ ْو يَ ْد ُعو إِلَى َع
َ ضبُ لِ َع َ َرايَ ٍة ِع ِّميَّ ٍة يَ ْغ
ٌَجا ِهلِيَّة
“Barang siapa mati di bawah bendera kebutaan, marah karena ashabiyah, berperang
karena ashabiyah atau mengajak kepada ashabiyah, maka seperti kematian masa
jahiliah” (HR Ahmad, dan Muslim dengan redaksi hadis yang berbeda)
Makna Ashabiyah
ﻣﺎ، ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﻪﻠﻟا: ﻗﻠﺖ: ﻳﻘﻮﻝ، ﺃﻧﻬﺎ ﺳﻤﻌﺖ ﺃﺑﺎﻫﺎ،ﻋﻦ ﺑﻨﺖ ﻭاﺛﻠﺔ ﺑﻦ اﻷﺳﻘﻊ
» «ﺃﻥ ﺗﻌﻴﻦ ﻗﻮﻣﻚ ﻋﻠﻰ اﻟﻈﻠﻢ:اﻟﻌﺼﺒﻴﺔ؟ ﻗﺎﻝ
Dari putri Watsilah bin Asqa’ bahwa ayahnya bertanya kepada Nabi tentang Ashabiyah?
Nabi bersabda: “Yaitu engkau menolong kaum-mu berbuat dzalim” (HR Abu Dawud.
Dinilai dhaif oleh Syekh Albani)
ﺳﺄﻟﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﻪﻠﻟا ﺻﻠﻰ: ﻳﻘﻮﻝ، ﺳﻤﻌﺖ ﺃﺑﻲ: ﻗﺎﻟﺖ،ﻋﻦ اﻣﺮﺃﺓ ﻣﻨﻬﻢ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ ﻓﺴﻴﻠﺔ
” : ﺃﻣﻦ اﻟﻌﺼﺒﻴﺔ ﺃﻥ ﻳﺤﺐ اﻟﺮﺟﻞ ﻗﻮﻣﻪ؟ ﻗﺎﻝ، ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﻪﻠﻟا:ﻪﻠﻟا ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﻠﺖ
ﻭﻟﻜﻦ ﻣﻦ اﻟﻌﺼﺒﻴﺔ ﺃﻥ ﻳﻌﻴﻦ اﻟﺮﺟﻞ ﻗﻮﻣﻪ ﻋﻠﻰ اﻟﻈﻠﻢ،“ ﻻ
Seorang wanita dari penduduk Palestina yang disebut Fasilah, mendengar ayahnya
bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, apakah
termasuk Ashabiyah jika ada seseorang yang cinta kepada kaumnya?” Nabi bersabda:
“Bukan. Ashabiyah adalah seseorang membantu kaumnya untuk berbuat kedzaliman”
(HR Ahmad. Menurut Al-Hafidz Al-Haitsami di dalamnya terdapat perawi bernama
Abbad bin Katsir. Ia dinilai terpercaya oleh Ibnu Ma’in. Dan dinilai dhaif oleh An-Nasai.
Sedangkan menurut Syekh Syuaib Al-Arnauth hadis ini dinilai Hasan karena ada hadis
lain yang menguatkannya / mutaba’ah)
Jadi, cinta pada kaum, kabilah, bangsa, organisasi, bukanlah ashabiyah yang dilarang.
Nabi tidak melarang ashabiyah seperti ini. Yang dilarang adalah membantu berbuat
dzalim oleh kaumnya, bangsanya, organisasinya dan seterusnya. Membela orang yang
salah ini adalah ashabiyah.
Justru kelompok yang ingin merebut kekuasaan secara tidak sah, makar, ingin kudeta,
merubah negara adalah perbuatan Bughat, yang dilarang dalam Islam. Ikut terlibat
bersama mereka adalah ashabiyah.