Anda di halaman 1dari 31

SURAT AL-FALAQ, AL- IKHLAAS, AN-

NAAS
DAN MUNASABAHNYA

KELOMPOK 7
1. MIN AMRI MUBIN 18.13021.0035
2. MUHAMMAD AGUS RO'UF 18.13021.0087
3. MIFTACHUL PUTRI MARDANI 18.13021.0279

AGAMA ISLAM V – 7B KEUANGAN


DOSEN PENGAMPU : GILANG CAHYA IRAWAN , MPD. I
Pokok Pembahasan

SURAT AL- IKHLAAS SURAT AL- FALAQ SURAT AN- NAAS


1. MUNASABAH 1. MUNASABAH 1. MUNASABAH
2. ASBABUN NUZUL 2. ASBABUN NUZUL 2. ASBABUN NUZUL
3. PENAFSIRAN 3. PENAFSIRAN 3. PENAFSIRAN
4. ISI KANDUNGAN 4. ISI KANDUNGAN 4. ISI KANDUNGAN
5. HIKMAHNYA 5. HIKMAHNYA 5. HIKMAHNYA
SURAT AL – IKHLAAS
MUNASABAH
Latar belakang turunnya surat ini sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Lubab al-Nuqul Fi Asbab al-
Nuzul karya Jalal al-Din al-Suyuthi. Dasarnya adalah Riwayat At-Tirmizi, al-Hakim dan ibn Khuzaymah dari
jalur Abu al-‘Aliyah dari Ubayy ibn Ka’ab berkenaan dengan pertanyaan kaum musyrik kepada Nabi Saw.
mengenai asal usul Allah Swt. Surat al Ikhlas menggambarkan mengenai asas pokok ajaran Islam yakni
tauhid. Dalam kitab al-Tafsir al Wasith Li al-Qur`an al-Karim yang ditulis oleh Majma’ al-Buhuth al-
Islamiyyah al-Azhar dijelaskan bahwa Tujuan Allah Swt. menurunkan surah ini untuk menegaskan bahwa
Allah ada Dzat yang Maha Esa, suatu Dzat yang tiada berbilang.
Surah al-Ikhlas memiliki munasabah dengan surat beberapa surat sebelumnya seperti surat al-Kafirun yang
menjelaskan mengenai pemisahan secara tegas antara kelompok Muslim dengan kelompok kafir. Lalu surat
ini sebagai penegas mengenai pemahaman mengenai eksistensi Tuhan dalam pandangan Islam dengan
pemahaman Tuhan dalam pandangan kaum kafir Quraisy. Imam ‘Ali ibn Muhammad al-Mawardi dalam kitab
al-Nukat Wa al-‘Uyun menjelaskan tentang penggunaan kata Ahad dalam surat al-Ikhlas. Jika ditilik secara
bahasa kata Ahad memiliki akar kata yang sama dengan wahiid yang berarti satu. Namun, penggunaan kata
Ahad dalam surat tersebut memiliki alasan tersendiri. Kata wahiid merupakan kata berbilang, sedangkan Ahad
bukan merupakan kata berbilang. Sehingga Allah Swt. Adalah Dzat yang berdiri sendiri dan tidak ada yang
dapat menyamai-Nya maupun menyerupai.
SURAT AL – IKHLAAS
MUNASABAH

‫ َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬. ‫ لَ ْم يَ ِل ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬. ‫ص َم ُد‬


َّ ‫ هَّللا ُ ال‬. ‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬

(Qul huwalloohu ahad. Alloohush shomad. Lam yalid walam yuulad. Walam yakul lahuu kufuwan ahad)
Katakanlah: “Dialah Allah Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
SURAT AL – IKHLAAS
ASBABUN NUZUL
Surat yang terdiri dari empat ayat ini termasuk surat Makkiyah. Mengapa dinamakan Surat Al Ikhlas padahal
di dalamnya tidak ada kata al ikhlas? Karena al ikhlas adalah tauhid, beribadah hanya kepadaNya. Dan surat
ini berisi tentang pokok-pokok tauhid. Surat yang diturunkan di Makkah setelah Surat Al Falaq dan Annas ini
juga dinamakan Surat Qul huwallaahu ahad. Diambil dari ayat pertama dari surat ini.Menurut Syaikh Wahbah
Az Zuhaili, surat ini juga dinamakan pula dengan Surat at Tafrid, at Tajrid, at Tauhid, an Najah dan al
Wilaayah. Dinamakan pula dengan Surat al Ma’rifah dan al Asas. Ibnu Katsir mengutip riwayat Imam Ahmad
dari Ubay bin Ka’ab mengenai asbabun nuzul Surat Al Ikhlas. Bahwa ada orang-orang musyrik yang berkata
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Hai Muhammad, gambarkanlah kepada kami tentang Tuhanmu.”
Maka Allah menurunkan surat Al Ikhlas. Riwayat lain menyebutkan, ada orang yang Badui yang datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia bertanya, “Gambarkanlah kepada kami tentang Tuhanmu.”
Maka turunlah surat ini.
SURAT AL – IKHLAAS
PENAFSIRAN

Surat Al Ikhlas ayat 1

‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬


Katakanlah: “Dialah Allah Yang Mahaesa.”
Ketika orang-orang Yahudi mengatakan, “Kami menyembah Uzair anak Allah.” Orang Nasrani mengatakan,
“Kami menyembah Isa anak Allah.” Orang-orang musyrik mengatakan, “Kami menyembah berhala.” Maka
Allah menegaskan bahwa Dia Mahaesa.
Kata ahad (‫د‬f‫ )أح‬terambil dari akar kata wahdah (‫ )وحدة‬yang artinya kesatuan. Juga kata waahid (‫حد‬f‫ )وا‬yang
berarti satu. Menurut Sayyid Qutb, “qul huwallaahu ahad” merupakan lafal yang lebih halus dan lebih lembut
daripada kata “ahad.” Sebab ia menyandarkan kepada makna “wahid” bahwa tidak ada sesuatu pun selain Dia
bersama Dia dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang sama denganNya.
SURAT AL – IKHLAAS
PENAFSIRAN

Surat Al Ikhlas ayat 2

َّ ‫هَّللا ُ ال‬
‫ص َم ُد‬
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”
Ibnu Abbas menjelaskan tafsir ayat ini. Maksudnya adalah, seluruh makhluk bergantung kepada Allah dalam
kebutuhan dan sarana mereka. Dialah Tuhan yang mahasempurna dalam perilakuNya. Mahamulia yang
mahasempurna dalam kemulianNya. Mahabesar yang mahasempurna dalam kebesaranNya.
Menurut Tafsir Al Misbah, ash shamad (‫مد‬f‫لص‬ff‫ )ا‬terambil dari kata kerja shamada (‫مد‬ff‫ )ص‬yang artinya menuju.
Ash shamad merupakan kata jadian yang artinya “yang dituju.”
SURAT AL – IKHLAAS
PENAFSIRAN

Surat Al Ikhlas ayat 3

‫لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬


“Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna ayat ini adalah Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak
mempunyai istri.
Sayyid Qutb menjelaskan, hakikat Allah itu tetap, abadi, azali. Sifatnya adalah sempurna dan mutlak dalam
semua keadaan. Kelahiran adalah suatu kemunculan dan pengembangan, wujud tambahan setelah kekurangan
atau ketiadaan. Hal demikian mustahil bagi Allah. Kelahiran juga memerlukan perkawinan. Lagi-lagi, ini
mustahil bagi Allah.
SURAT AL – IKHLAAS
PENAFSIRAN

Surat Al Ikhlas ayat 4

‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬


“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
Kata kufuwan (‫فوا‬ff‫ )ك‬terambil dari kata kufu’ (‫فؤ‬ff‫ )ك‬yang artinya sama. Tidak ada seorang pun yang setara
apalagi sama dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dialah yang memiliki segala sesuatu dan yang menciptakannya, maka mana mungkin Dia memiliki tandingan
dari kalangan makhlukNya yang bisa mendekati atau menyamaiNya.
Menurut Sayyid Qutb, makna ayat ini adalah, tidak ada yang sebanding dan setara dengan Allah. Baik dalam
hakikat wujudnya maupun dalam sifat dzatiyahnya.
SURAT AL – IKHLAAS
ISI KANDUNGAN

1.Surat Al Ikhlas menegaskan keesaan Allah dengan sifatNya Ahad. Yakni tidak ada sesuatu pun selain Dia
bersama Dia dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang sama denganNya.
2.Allah adalah Tuhan yang kepadaNya segala makhluk bergantung. Seluruh makhluk butuh kepadaNya.
Dialah satu-satunya yang dituju untuk memenuhi segala hajat makhluk. Sedangkan Dia tidak butuh kepada
siapa pun.
3.Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak mempunyai istri. Karenanya keyakinan orang Yahudi
yang mengatakan Uzair anak Allah adalah keyakinan yang batil. Keyakinan orang Nasrani yang mengatakan
Isa anak Allah adalah keyakinan yang batil. Keyakinan orang-orang musyrik yang mengatakan malaikat
adalah putri-putri Allah adalah keyakinan yang batil.
4.Surat Al Ikhlas menjelaskan bahwa tidak ada yang sebanding dan setara dengan Allah. Baik dalam hakikat
wujudnya maupun dalam sifat dzatiyahnya.
5.Surat Al Ikhlas ini mengajarkan pokok-pokok tauhid dan pondasi keimanan. Ia juga membantah keyakinan
orang-orang kafir baik musyrik maupun ahli kitab yang menyekutukan Allah dengan berhala atau manusia.
SURAT AL – IKHLAAS
HIKMAH
1. Dicintai Allah
Rasulullah pernah mengangkat seorang laki-laki menjadi pemimpin pasukan khusus untuk menyelesaikan suatu tugas.
Ketika menjadi imam sholat bagi pasukannya, laki-laki itu selalu membaca Surat Al Ikhlas.
2. Wasilah masuk surga
Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan Imam Bukhari, pernah ada seorang laki-laki menjadi imam Masjid Quba.
Setiap kali telah membaca surat lain dari Al Quran, ia menutupnya dengan surat Al Ikhlas.
Sahabat yang lain pun mengingatkannya, “Engkau telah membaca surat ini, tetapi kelihatannya engkau merasa tidak
cukup dengannya. Lalu engkau membaca surat Al Ikhlas.”
3. Sepertiga Al Quran
Dalam Shahih Bukhari dikisahkan seorang laki-laki yang membaca Surat Al Ikhlas berulang-ulang dalam shalat
sunnah. Orang yang mendengarnya lantas menceritakan kepada Rasulullah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pun bersabda:
ِ ْ‫ث ْالقُر‬
‫آن‬ َ ُ‫َوالَّ ِذى نَ ْف ِسى بِيَ ِد ِه ِإنَّهَا لَتَ ْع ِد ُل ثُل‬
“Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman Tangan-Nya. Sesungguhnya ia benar-benar sebanding dengan
sepertiga Al Quran.” (HR. Tirmidzi)
SURAT AL – FALAQ
MUNASABAH

Surah Al-Falaq dan surah sesudahnya (surah An Naas) diturunkan secara bersamaan sebagaimana
dikatakan oleh Al Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah yang penulis sampaikan dalam tulisan
sebelumnya. Kedua surah ini kemudian dikenal dengan al-Muawwizatain (dua pelindung diri).
Surat al-Falaq diturunkan setelah diturunkannya surah al-Fiil. Jika dilihat dalam urutan mushaf, ia berada
pada surat yang ke-113 dalam Alquran. Sebagaimana surah an-Naas, surah al-Falaq juga termasuk
surah Makiyyah, diturunkan di Mekkah.
Al-Falaq berasal dari kata “falaqa” yang berarti membelah. Secara umum “al-Falaq” bermakna segala
sesuatu yang muncul atau keluar dari yang lainnya. Seperti mata air yang keluar dari gunung, hujan dari
awan, tumbuhan dari tanah, anak dari rahim ibunya. Ini semua dinamakan “Al Falaq”. Lebih khusus “al-
Falaq” dalam surah ini bermakna Al-Ishbah (pagi atau shubuh) karena Allah membelah malam menjadi
pagi.
SURAT AL – FALAQ
ASBABUN NUZUL
Asbabun nuzul surat Al Falaq ini, kafir Quraisy Makkah berupaya mencederai Rasulullah dengan ‘ain. Yakni
pandangan mata yang merusak atau membinasakan. Ada kepercayaan tertentu bahwa mata melalui
pandangannya bisa membinasakan. Dan memang ada orang-orang tertentu yang matanya demikian.
Maka Allah menurunkan dan mengajarkan Surat Al Falaq dan Surat An Nas kepada Rasulullah untuk
menangkalnya. Ini asbabun nuzul yang menjadi tumpuan pendapat bahwa Surat Al Falaq adalah makkiyah.
Asbabun nuzul yang menjadi dasar pendapat ayat ini Madaniyah, surat ini diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad saat seorang Yahudi Madinah bernama Lubaid bin A’sham menyihir beliau.
Lubaid bin A’sham menyihir Rasulullah dengan media pelepah kurma berisi rambut beliau yang rontoh ketika
bersisir, beberapa gigi sisir beliau serta benang yang terdapat 11 ikatan yang ditusuk jarum. Lalu Allah
menurunkan Surat Al Falaq dan An Nas.
Setiap satu ayat dibacakan, terlepaslah satu ikatan hingga Rasulullah merasa lebih ringan. Ketika seluruh ayat
telah dibacakan, terlepaslah seluruh ikatan tersebut. Namun riwayat ini ditolak oleh Ibnu Katsir. Beliau
menguatkan pendapat bahwa surat Al Falaq dan An Nas adalah surat makkiyah.
SURAT AL – FALAQ
PENAFSIRAN
Surat Al Falaq ayat 1
ِ َ‫قُلْ َأ ُعو ُذ بِ َربِّ ْالفَل‬
‫ق‬
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh”
Kata qul (‫ل‬ff‫ )ق‬artinya katakanlah. Yakni “katakanlah wahai Muhammad dan ajarkanlah juga kepada umatmu.”
A’uudzu (‫ )أعوذ‬terambil dari kata ‘audz (‫وذ‬f‫ )ع‬yakni menuju kepada sesuatu untuk menghindar dari sesuatu
yang ditakuti.
Rabb ‫)رب‬ ( mengandung makna kepemilikan dan kepemeliharaan serta pendidikan yang melahirkan pembelaan
serta kasih sayang. Dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran disebutkan, Ar Rabb adalah Tuhan yang memelihara, Yang
mengarahkan, Yang menjaga dan Yang melindungi.
Al Falaq (‫ق‬f‫لفل‬ff‫ )ا‬berasal dari kata falaqa (‫لق‬fff‫ )ف‬yang artinya membelah. Kata ini dapat berarti subjek sehingga
maknanya “pembelah” juga bisa berarti objek yang maknanya “yang dibelah.”
Sebagian ulama menafsirkan al falaq sebagai pagi atau subuh. Sebab malam itu tertutup dan kehadiran cahaya
pagi dari celah-celah kegelapan malam menjadikannya bagai terbelah.
SURAT AL – FALAQ
PENAFSIRAN
Surat Al Falaq ayat 2
َ َ‫ِم ْن َشرِّ َما َخل‬
‫ق‬
dari kejahatan makhluk-Nya
Kata syar (‫ر‬ff‫ )ش‬pada mulanya berarti buruk atau mudharat. Lawan dari khair (‫ )خير‬yang berarti baik. Ibnu
Qayyim Al Jauziyah menjelaskan, syar mencakup dua hal yaitu sakit (pedih) dan yang mengantar kepada
sakit (pedih). Penyakit, kebakaran, tenggelam adalah sakit. Sedangkan kekufuran, maksiat dan sebagainya
mengantar kepada sakit atau kepedihan siksa Ilahi.
Kata maa (‫ا‬f‫ )م‬berarti apa. Sedangkan khalaq (‫ )خلق‬adalah bentuk kerja masa lampau (madhi) dalam arti yang
telah diciptakan. Sehingga maa khalaq (‫ )ما خلق‬berarti makhluk ciptaanNya.
Ketika menafsirkan Surat Al Falaq ayat 2 ini, Ibnu Katsir mengatakan: “yakni dari kejahatan semua
makhluk.”
SURAT AL – FALAQ
PENAFSIRAN
Surat Al Falaq ayat 3
‫ب‬َ َ‫ق ِإ َذا َوق‬ ِ ‫َو ِم ْن َشرِّ َغ‬
ٍ ‫اس‬
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita
Kata ghaasiq (‫ق‬f‫اس‬f‫ )غ‬artinya adalah malam, berasal dari kata ghasaqa (‫ )غسق‬yang berarti penuh. Malam dinamai
ghaasiq karena kegelapannya memenuhi angkasa.
Kata waqaba ‫ب‬f ( ‫ )وق‬berasal dari kata al waqb ‫وقب‬
( ‫ل‬ff‫ )ا‬yaitu lubang yang terdapat pada batu sehingga air masuk ke
dalam lubang itu. Sehingga ayat ini bermakna malam yang telah masuk ke dalam kegelapan sehingga ia
menjadi sangat kelam.
Sering kali kejahatan direncanakan dan terjadi pada waktu malam. Mulai dari pencuri, perampok, pembunuh,
hingga binatang buas dan penjaja maksiat.
Namun malam tidak selalu identik dengan kejahatan karena waktu terbaik mendekat kepada Allah juga pada
malam hari. Maka ayat ini tidak mengajarkan berlindung dari malam tetapi berlindung dari kejahatan yang
terjadi di waktu malam.
Mujahid mengatakan bahwa maksud Surat Al Falaq ayat 3 ini adalah bila matahari telah tenggelam
SURAT AL – FALAQ
PENAFSIRAN
Surat Al Falaq ayat 4
‫ت فِي ْال ُعقَ ِد‬
ِ ‫َو ِم ْن َشرِّ النَّفَّاثَا‬
dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
Kata an naffaatsaat ‫نفاثات‬ ( ‫ل‬ff‫ )ا‬merupakan bentuk jamak dari an naffaatsah (‫لنفاثة‬ff‫)ا‬. Berasal dari kata nafatsa ‫فث‬f
( f‫)ن‬
yang artinya meniup sambil menggerakkan lidah namun tidak mengeluarkan ludah.
Sebagian ulama berpendapat ta’ marbuthah pada kata ini menunjukkan arti muannats (perempuan). Namun
sebagian ulama berpendapat ta’ marbuthah pada kata ini sebagai mubalaghah sehingga bisa laki-laki maupun
perempuan.
Kata al ‘uqad (‫لعقد‬ff‫ )ا‬merupakan bentuk jamak dari ‘uqdah (‫ )عقدة‬berasal dari kata ‘aqada (‫ )عقد‬yang artinya
mengikat. Kata ini bisa bermakna hakiki yang berarti tali yang mengikat. Bisa pula bermakna majazi yang
berarti kesungguhan dan tekad untuk mempertahankan isi kesepakatan.
Makna majazi terdapat pada Surat Al Baqarah ayat 235 dan Surat Al Baqarah ayat 237, yakni uqdatun nikah.
Serta pada surat Thaha ayat 27 yakni uqdatan min lisaanii.
Mayoritas ulama memilih makna hakiki, sehingga artinya adalah perempuan-perempuan tukang sihir yang
meniup-niup pada buhul-buhul dalam rangka menyihir.
SURAT AL – FALAQ
PENAFSIRAN

Surat Al Falaq ayat 5


‫اس ٍد ِإ َذا َح َس َد‬
ِ ‫َو ِم ْن َش ِّر َح‬
dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki
Kata hasad (‫ )حسد‬artinya iri hati atas nikmat yang dimiliki orang lain disertai harapan kiranya nikmat itu
hilang darinya, baik diperoleh yang iri atau tidak.
Permohonan perlindungan terhadap kejahatan orang-orang yang hasad dikaitkan dengan idzaa hasad (‫)إذا حسد‬.
Saat masih berada dalam hati, yang hasad disebut haasid, tapi kejahatannya belum menimpa orang lain
SURAT AL – FALAQ
ISI KANDUNGAN

1. Surat Al Falaq mengandung isti’aadzah (permintaan perlindungan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dari segala kejahatan makhluk. Makhluk ini bisa siapapun dan apa pun, termasuk dirinya sendiri yang
merupakan ciptaan Allah.
2. Dalam memohon perlindungan, dalam surat Al Falaq ini Allah disebut dengan sifatNya Rabbul falaq.
Yakni tuhannya pagi/subuh dan tuhan seluruh makhluk.
3. Surat Al Falaq juga mengandung isti’aadzah kepada Allah dari kejahatan (syarr) di waktu malam,
kejahatan sihir, dan kejahatan orang-orang yang hasad.
4. Dalam Surat Al Falaq ini terdapat dalil bahwa sihir itu ada dan karenaNya manusia harus berlindung
kepada Allah, bukan kepada selainNya.
5. Surat Al Falaq menjelaskan hasad itu membawa keburukan dan mengakibatkan kejahatan. Karenanya kita
perlu menghindarinya serta memohon perlindungan Allah darinya.
SURAT AL – FALAQ
HIKMAH

Beberapa keutamaan dalam membaca surat Al- Falaq dengan khusyuk ialah sebagai berikut:
1. Allah akan mengampuni dosa seseorang yang membaca surat Al Falaq dengan khusus, dosa yang terhapus
antara lain dosa yang telah lalu dan dosanya di masa kini.
2. Allah akan memberikan pahala yang besar sebanyak iman seseorang yang membaca surat Al Falaq.
3. Allah akan melindungi seorang pembaca surat Al Falaq dari kejahatan yang terlihat maupun tak terlihat.
SURAT AN-NAAS
MUNASABAH

Menurut pendapat para ulama di bidang tafsir , di antaranya Ibnu katsir, Asy Syafi’i dan Syaikh Abdurahman
As Sa’dy bahwa surat An-Naas termasuk golongan surat Makkiyah ( turun sebelum hijrah)
Surat An- Naas merupakan salah satu Al Mu’awwidzataini . Yaitu dua surat yang mengandung permohonan
perlindungan, yang satunya surat Al- Falaq. Kedua surat ini memiliki kedudukan yang tinggi di antara surat-
surat lainnya. Setela turunnya dua surat ini, Rasulullah SAW mencukupkan keduanya sebagai bacaan (wirid)
untuk membentengi diri dari pandangan jelek jin maupun manusia ( Hadis Tirmidzi , dari sahabat Abu Sa’id )
Namun bila disebut Al Mu’awwidzat, maka yang dimaksud adalah dua surat ini dan surat Al- Ikhlash. Al
Mu’awwidzat salah satu bacaan wirid/ dzikir yang disunnahkan untuk dibaca sehabis sholat.
Munasabah surat An-Naas dengan surat sebelummnya
1. Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan diri dari
segala kejahatan
2. Surat Al- Falaq memerintahkan untuk memohon perlindungan dari segala bentuk kejahatan, sedangkan
An-Naas memerintahan memohon perlindungan dari jin dan manusia
SURAT AN-NAAS
ASBABUN NUZUL

Surat An Nas terdiri dari enam ayat. Kata An Nas yang berarti “manusia” diambil dari ayat pertama. Ia
disebut pula surat Qul a’udzu birabbin naas. Bersama surat Al Falaq, keduanya disebut al mu’awwidzatain.
Yakni dua surat yang menuntun pembacanya menuju tempat perlindungan. Surat ini turun bersama surat Al
Falaq. Menurut pendapat Hasan, Atha’, Ikrimah dan Jabir, Surat An Nas adalah surat makkiyah.

Asbabun nuzul yang menjadi dasar pendapat ayat ini Madaniyah, surat ini diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad saat seorang Yahudi Madinah bernama Lubaid bin A’sham menyihir beliau. Lubaid bin A’sham
menyihir Rasulullah dengan media pelepah kurma berisi rambut beliau yang rontoh ketika bersisir, beberapa
gigi sisir beliau serta benang yang terdapat 11 ikatan yang ditusuk jarum. Lalu Allah menurunkan Surat Al
Falaq dan An Naas.
Setiap satu ayat dibacakan, terlepaslah satu ikatan hingga Rasulullah merasa lebih ringan. Ketika seluruh ayat
telah dibacakan, terlepaslah seluruh ikatan tersebut.
SURAT AN-NAAS
PENAFSIRAN

Surat An Nas ayat 1

ِ َّ‫قُلْ َأ ُعو ُذ بِ َربِّ الن‬


‫اس‬
(Qul a’uudzu birobbinnaas)
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia”
Kata qul (‫ل‬ff‫ )ق‬yang berarti “katakanlah” membuktikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al Quran yang disampaikan oleh malaikat
Jibril. Kata a’uudzu (‫ )أعوذ‬terambil dari kata ‘audz (‫وذ‬f‫ )ع‬yakni menuju kepada sesuatu untuk menghindar dari
sesuatu yang ditakuti. Rabb ‫)رب‬ ( mengandung makna kepemilikan dan kepemeliharaan serta pendidikan yang
melahirkan pembelaan serta kasih sayang. Sedangkan an nas (‫لناس‬ff‫ )ا‬berarti kelompok manusia
SURAT AN-NAAS
PENAFSIRAN

Surat An Nas ayat 2

ِ َّ‫َملِ ِك الن‬
‫اس‬
(Malikin Naas)

Raja manusia
Kata Malik (‫ )ملك‬artinya raja, biasanya digunakan untuk penguasa yang mengurus manusia. Berbeda dengan
Maalik (‫لك‬ff‫ )ما‬yang artinya pemilik, biasanya digunakan untuk menggambarkan kekuasaan si pemilik terhadap
sesuatu yang tidak bernyawa. Dipanjangkan membaca mim ataupun dibaca tidak dipanjangkan, pada kedua
bacaan itu terkandung kedua pengertian: Allah itu memang Raja dan Penguasa yang mutlak atas diri manusia.
Allah Mahakuasa mentakdirkan dan mentadbirkan sehingga mau tidak mau, kita manusia mesti menurut
peraturan yang telah ditentukanNya yang disebut sunnatullah,” kata Buya Hamka.
SURAT AN-NAAS
PENAFSIRAN

Surat An Nas ayat 3


ِ َّ‫ِإلَ ِه الن‬
‫اس‬
(Ilaahin Naas)

Sembahan manusia
Kata ilah (f‫ )إله‬berasal dari kata aliha – ya’lahu (f‫له‬ff‫أ‬ff‫ – ي‬f‫ )أله‬yang berarti menuju dan bermohon. Disebut ilah
karena seluruh makhluk menuju serta bermohon kepadaNya dalam memenuhi kebutuhan mereka. Sayyid
Qutb menjelaskan, al ilah adalah Tuhan yang Mahatinggi, Yang mengungguli, Yang mengurusi, Yang
berkuasa. Sifat-sifat ini mengandung perlindungan dari kejahatan yang masuk ke dalam dada, sedang yang
bersangkutan tidak mengetahui bagaimana cara menolaknya karena ia tersembunyi.
Ketika menafsirkan Surat An Nas ayat 1 sampai 3 ini, Ibnu Katsir menjelaskan:
Ketiga ayat yang pertama merupakan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu sifat rububiyah, sifat
mulkiyah dan sifat uluhiyah. Dia adalah Tuhan segala sesuatu, Yang memilikinya dan Yang disembah oleh
semuanya. Maka segala sesuatu adalah Makhluk yang diciptakanNya dan milikNya serta menjadi hambaNya.
SURAT AN-NAAS
PENAFSIRAN

Surat An Nas ayat 4

ِ َّ‫اس ْال َخن‬


‫اس‬ ِ ‫ِم ْن َش ِّر ْال َو ْس َو‬
(Min syarril waswaasil khonaas)

Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi


Kata syar (‫ر‬ff‫ )ش‬pada mulanya berarti buruk atau mudharat. Lawan dari khair (‫ )خير‬yang berarti baik.
Kata al waswas (‫س‬f‫لوسوا‬ff‫ )ا‬awalnya berarti suara yang sangat halus.
Sedangkan kata al khannas (‫لخناس‬ff‫ )ا‬berasal dari kata khanasa (‫ )خنس‬yang artinya kembali, mundur,
bersembunyi.
Saat menafsirkan Surat An Nas ayat 4 ini, Ibnu Abbas menjelaskan, “Setan bercokol dalam di atas hati anak
Adam. Apabila ia lupa dan lalai kepada Allah, setan menggodanya. Apabila ia ingat kepada Allah, maka setan
bersembunyi.”
SURAT AN-NAAS
PENAFSIRAN

Surat An Nas ayat 5

ِ َّ‫ور الن‬
‫اس‬ ُ ‫الَّ ِذي يُ َوس ِْوسُ فِي‬
ِ ‫ص ُد‬
(Alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas)

yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia


Kata Shudur (‫دور‬ff‫ )ص‬artinya adalah dada, yang dimaksudkan adalah tempat hati manusia. Maka ketika
menjelaskan ayat ini, Syaikh Wahbah menjelaskan: “Yang menebarkan pikiran-pikiran buruk dan jahat di
dalam hati.
SURAT AN-NAAS
PENAFSIRAN

Surat An Nas ayat 6

ِ َّ‫ِم َن ْال ِجنَّ ِة َوالن‬


‫اس‬
(Minal jinnati wan naas)
dari (golongan) jin dan manusia
Kata min (‫ )من‬dalam ayat ini bermakna sebagian. Karena memang sebagian manusia dan jin melakukan
bisikan-bisikan negatif, tidak semuanya. Kata al jinnah (‫ة‬f‫لجن‬ff‫ )ا‬adalah bentuk jamak dari jinny ‫ي‬
( ‫لجن‬ff‫ )ا‬yang
ditandai dengan ta’ marbuthah untuk menunjukkan bentuk jamak muannats. Kata jinn berasal dari akar kata
janana (‫ )جنن‬yang berarti tertutup atau tidak terlihat. Anak yang masih dalam kandungan disebut janin karena
ia tidak terlihat. Surga dan hutan yang lebat disebut jannah karena mata tidak dapat menembusnya. Dinamai
jin karena ia makhluk halus yang tidak terlihat.
SURAT AN-NAAS
ISI KANDUNGAN

1. Surat An Nas mengandung isti’aadzah (permintaan perlindungan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
segala kejahatan iblis dan bala tentaranya yang dapat melalaikan manusia dengan menebarkan was-was
pada diri mereka.
2. Tiga ayat pertama Surat An Nas menunjukkan tiga sifat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yakni rububiyah,
mulkiyah dan uluhiyah.
3. Tiga sifat ini sekaligus menunjukkan bahwa hanya Allah-lah Tuhan pemelihara dan pencipta, Dialah yang
merajai dan menguasai manusia, serta hanya Dialah yang berhak diibadahi oleh manusia.
4. Surat An Nas menjelaskan bahwa waswas, adakalanya dari jin dan adakalanya dari manusia.
5. Dalam Surat An Nas, kita menyebut tiga sifat Allah (Rabb, Malik dan Ilah) hanya untuk meminta
perlindungan dari satu hal yakni waswas. Demikian ini karena pentingnya keselamatan agama, jauh lebih
penting daripada keselamatan jiwa dan raga.
SURAT AN-NAAS
HIKMAH

1. Allah akan mencukupi segala sesuatu


2. Dapat digunakan untuk meruqyah
3. Melindungi diri dari godaan setan saat tidur
4. Melindungi diri dari berbagai bentuk sihir manusia
5. Untuk menyembuhkan rasa sakit
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai