Disusun Oleh:
NURHADIANA : 5032022051
IRMAWATI : 5032022028
Alquran adalah kitab suci dan bagian penting dalam hidup umat Islam.
Bagi kaum muslimin, Alquran adalah hukum dan perintah, pedoman untuk
berperilaku dan moral, serta berisi filosofi agama. Ini adalah kompilasi wahyu
yang diberikan kepada Nabi Muhammad dari Allah SWT melalui malaikat Jibril.
Alquran berisi petunjuk lengkap bagi umat manusia. Sebagian besar kandungan
Alquran adalah tentang keesaan Tuhan (ketauhidan), sifat-sifat-Nya dan
hubungan manusia dengan-Nya. Selain itu, Alquran juga berisi petunjuk bagi
pengikutnya, catatan sejarah dari nabi dan orang terdahulu, serta pembawa kabar
baik bagi orang-orang beriman dan peringatan bagi orang-orang kafir.
Tauhid adalah sikap dasar orang Islam yang menjadikan Allah sebagai
satu-satu Nya Dzat yang berhak untuk disembah dan dipatuhi semua perintahNya
dan dijauhi semua laranganNya. Dengan Tauhid juga maka seorang muslim akan
menjadikan Alloh swt sebagai satu-satunya tujuan.
Menurut bahasa, kata “Tauhid” artinya satu, yang artinya Tuhan Yang
satu/ tiada Tuhan selain Dia ( Allah). Tauhid menjadi inti ajaran para nabi dan
rosul sejak zaman nabi Adam hingga nabi nabi Muhammad saw. Tauhid adalah
sebagai penopang utama yang bisa memberikan semangat bagi seorang muslim
dalam melaksanakan ketaatan kepada Alloh swt. Oleh karena itu orang yang
bertauhid akan beramal hanya untuk Allah swt semata.
1
Fazlurrahman, tema pokok Al-qur’an. Terj. Anas Mahyuddin. Cet. I. (Bandung : Pustaka, 1983),
h. 1.
1
Oleh karena itu, maka makalah sederhana ini berusaha untuk memaparkan
wawasan al-Qur’an tentang ketauhidan (keesaan) Allah khususnya yang
terungkap dalam Al-qur’an pada surat Al Ikhlas ayat 1-4.
.
2
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an (Jakarta: Lentera
Hati,2005), 605.
3
Widya Cahaya, al- Qur’an Dan Tafsirnya : Edisi yang Disempurnakan (Jakarta: Ikrar
Mandiriabadi,2011), 816.
2
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
3. Asbabun Nuzul
Kemudian Nabi SAW. menjawab, “Aku tidak miskin, tidak gila dan
tidak mencintai wanita. Aku adalah Rasulullah. Aku mengajak kalian
dari penyembahan berhala kepada menyembah Allah”. Kemudian
mereka mengutusAmir sekali lagi. Mereka berpesan kepadanya,
“Katakanlah kepada Muhammad: ‘jelaskanlah Tuhan yang
disembahnya! Apakah terbuat dari emas atau perak?” kemudian Allah
menurunkan surat ini.5
5
HR. Bukhari
6
Tafsir Pase Paradigma Baru. Jakarta: Bale Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase, 2001
7
Halimatus Sa’diyah, Skripsi:” Analisis Pemahaman Tafsīr Surat Al - Ikhlāṣ (Studi Kasus
emahaman
4
Lafadz (katakanlah) membukttikan bahwa Nabi Muhammad
Saw.menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat al-Qur’an
yang disampaikan oleh Malaikat Jibril as.8
Lafadz biasa diterjemahkan Dia. Lafadz ini bila digunakan dalam redaksi
semacam bunyi ayat pertama ini, maka ia berfungsi untuk menunjukkan
betapa penting kandungan redaksi berikutnya, yakni . Lafadz
disini, dinamakan dhamir asy- sya’n atau al-qishash atau hal-hal.
Menurut Mutawali asy-Sya’rawi, Allah adalah ghaib, tetapi keghaiban-Nya
itu mencapai tingkat syahadat /nyata melalui ciptaan-Nya. Asy-Sya’rawi
menyatakan bahwa menunjuk sesuatu yang tidak hadir di depan mata
dengan kata lain ghaib tetapi keghaiban-Nya itu mencapai tingkat
syahadat/nyata melalui ciptaan- Nya.9
Pakar tafsir al-Qasimi memahami kata sebagai fungsi
menekankankebenaran dan kepentingan berita itu yakni apa yang
disampaikan itumerupakan berita yang benar yang haq dan didukung oleh
bukti-bukti yangtidak diragukan. Sedang Abu as-Su’ud, salah seorang pakar
tafsīr dan tasawuf menulis dalam tafsīrnya: menempatkan kata untuk
menunjuk kepada Allah, padahal sebelumnya tidak pernah disebut dalam
susunan redaksi ayat ini katayang menunjuk kepada-Nya, adalah untuk
memberikan kesan bahwa Dia YangMaha Kuasa itu, sedemikian terkenal dan
nyata, sehingga hadir dalam benaksemua orang dan bahwa kepada-Nya selalu
tertuju segala isyarat.10
Lafadz adalah namabagi suatu Wujud mutlak, yang berhakdisembah,
Pencipta, Pemelihara, Pengatur seluruh jagat raya. Dialah Tuhan yang Maha
Esa, yang disembah dan diikuti segala perintah-Nya. Para pakar bahasa
berbeda pendapat tentag kata ini. Ada yang menyatakan bahwa adalahnama
yang tidak terambil dari satu akar kata tertentu, dan juga yang menyatakan
Tafsīr Surat Al- Ikhlāṣ Jamā„Ah Jam„Iyyah At -Taqo Di Desa Bunder Kecamatan Susukan
abupatenCirebon)”(Semarang:UIN Walisongo, 2015), 34-35.
8
Ibid ,. 37.
9
M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah.......,714
10
Halimatus Sa’diyah, Skripsi:” Analisis Pemahaman Tafsīr Surat Al Ikhlā s....., 37-38.
5
bahwa ia terambil dari kata aliha yang berarti mengherankan,
menakjubkankarena setiap perbuatan-Nya menakjubkan, sedang Dzat-Nya
sendiri, bila akandibahas hakikat-Nya akan mengherankan pembahasnya.
Lafadz terambil dari kata wahidah (kesatuan), yang berarti satu.
Lafadz bisa berfungsi sebagai nama dan bisa juga berfungsi sebagai
sifat bagi sesuatu. Apabila ia berkedudukan sebagai sifat, maka ia hanya
digunakanuntuk Allah Swt. semata.
Dalam ayat ini, lafadz berfungsi sebagai sifatAllah Swt. dalam arti
bahwa Allah memiliki sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh selain-
Nya.Dari segi bahasa, walaupun kata berakar sama dengan wahid,
tetapi masing-masing memiliki makna dan penggunaan tersendiri. Kata
hanyadigunakan untuk sesuatu yang tidak dapat menerima penambahan baik
dalam benak apalagi dalam kenyataan, karena itu kata ini ketika berfungsi
sebagai sifattidak termasuk dalam rentetan bilangan, bebeda halnya dengan
wahid.11
adalah lafal yang lebih halus dan lebih lembut dari pada
kata karena ia menyadarkan kepada makna wahid bahwa tidak ada
sesuatu pun selain Dia, bersama Dia dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang
samadengan-Nya.Ini adalah ahadiyyatul wujud,keesaan wujud. Karena itu,
tidak ada hakikat kecuali hakikat-Nya dan tidak ada wujud yang hakiki
kecuali wujud- Nya. Segala maujud yang lain hanyalah berkembang atau
muncul dari wujudyang hakiki dan berkembang dari wujud dzatiyah.
Oleh karena itu, ia adalah keesaan pelaku. Tidak ada selain Dia sebagai
pelaku yang hakiki terhadap sesuatu, di alam wujud ini.12
Maha Esa pada zat-Nya berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa zat atau
bagian. Maha Esa pada sifat-Nya berarti tidak ada satu sifat makhluk pun
yangmenyamai-Nya dan maha Esa pada perbuatan-Nya.
AYAT 2
11
M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an…,607
12
Sayyid Quthb,Tafsir fi Zhilalil-Qur’an,Terj. As’ad Yasin (Beirut: Darusy Syuruq, 2005), 375.
6
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada- Nya segala sesuatu.”
Allah yang Maha Esa adalah tumpuan harapan yang dituju oleh
semuamakhluk guna memenuhi segala kebutuhan, permintaan mereka, serta
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Lafadz terambil dari kata
kerja shamada yang berarti menuju. adalah kata jadian yang
berarti yang dituju.13 Menurut bahasa berarti tuan yang dituju, yang suatu
perkara tidak akan terlaksana kecualidengan izinnya. 14 Bahasa menggunakan
kata ini dalam berbagai arti, namun adadua di antaranya yang sangat populer
yaitu:
13
M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an…,613-614.
14
Sayyid Quthb,Tafsir fi Zhilalil-Qur’an..,377.
7
dengan kata ash-shomad yang digunakan terhadap Allah, manusia
atauapapun.15
Allah Swt adalah Tuan (majikan) yang tidak ada tuan yang
sebenarnyakecuali Dia. Allah adalah maha Esa di dalam uluhiyyah-
Nya dan segala sesuatuadalah hamba bagi-Nya. Hanya Dia satu-
satunya yang dapat mengabulkankebutuhan orang-orang yang
berkebutuhan. Dialah yang memutuskan segalasesuatu dengan izin-
Nya, dan tidak ada seorang pun yang memutuskan bersamaDia. Sifat
ini aktualisasi dari keberadaan-Nya yang Maha Tunggal dan
MahaEsa.16
Memang, makhluk dapat menjadi tumpuan harapan, tetapi
harusdisadari bahwa makhluk tersebut juga membutuhkan tumpuan
harapan yangdapat menanggulangi kesulitannya. Ini berarti substansi
dari ash-shomadiyah (tumpuan harapan) tidak dimiliki makhluk
secara penuh, berbeda dengan AllahSwt. yang menjadi harapan semua
mahluk secara penuh, sedang Dia sendiritidak membutuhkan siapa
dan apapun. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa alif dan
Lam pada kata ini untuk menunjukkan kesempurnaan
danketergantungan pada makhluk terhadap-Nya.Dalam ayat kedua ini,
kata Allah diulang sekali lagi, setelah sebelumnya pada ayat pertama
telah disebut. Ini untuk memberi isyarat bahwa siapa yangtidak
memiliki sifat ash-shomadiyah atau dengan kata lain tidak
menjaditumpuan harapan secara penuh, maka ia tidak wajar
dipertuhankan.17
AYAT 3
AYAT 4
“ Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya.”
18
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an , Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:PT.
BumiRestu, 1997), 722
19
Ibid., 723.
9
Setelah menjelaskan bahwa Allah tidak beranak dan tidak
diperanakkan,ayat ini menafikan sekali lagi segala sesuatu yang
menyamai-Nya baik sebagaianak atau bapak, dengan menyatakan:
Tidak ada satu pun baik dalam imajinasiapalagi dalam kenyataan yang
setara dengan-Nya dan tidak juga ada sesuatu pun yang menyerupai-
Nya.20
Tidak ada yang sebanding dan setara dengan Dia, baik dalam
hakikatevektivitas Nya, dan tidak ada juga dalam sifat dzatiyah
manapun, ini merupakan Aktualisasi bahwa Allah adalah “Ahad Maha
Esa”, akan tetapi, inimerupakan penegasan dan penjabaran. Sifat ini
meniadakan akidah dualismeyang mengatakan bahwa Allah Tuhan
kebaikan, sedang bagi kejahatan terdapatTuhan yang lain lagi sebagai
lawan Allah. Dengan tindakan-tindakanya menentang perbuatan-
perbuatan yang baik dan menyebarkan kerusakan dimuka bumi.21
Tidak ada yang menyamai Allah. Ayat ini merupakan jawaban
terhadapkeyakinan orang-orang yang beranggapan bahwa Allah itu
ada yang menyamai- Nya dalam seluruh perbuatan-Nya. Keyakinan
seperti ini juga dianut oleh kaummusyrik Arab yang mengatakan
bahwa para malaikat itu adalah sekutu Allah.22
Demikian surat al-ikhlas menetapkan keesaan Allah secara murni
danmenafikan segala macam kemusyrikan terhadap-Nya.
b. Bila lebih dalam lagi, ayat ini mengaskan bahwa tidak ada
sesuatu yang lain, selain diriNya yang mampu untuk menjadi
tempat bergantung atas segala sesuatu. Karena tidak ada wujud
yang hakiki selain wujudnya, serta tidak ada suatu yang hahiki
selainn hakikatnya. Ketiha hati telah mampu untuk
membersihkan diri dari prasangka adanya hakikat lain selain
hakikatNya maka hati tersebut akan menyatu denganNya, dan
jiwanya akan terlepas dari kebutuhan serta belenggu dari
ambisi maupun ikatan-ikatan lainnya yang membelenggu
jiwanya.
c. Sedangkan menurut Quraisy Shihab dalam tafsirnya,
menyatakan bahwa ayat ini merupakan perkenalan diri Allah
sendiri dengan orang-orang kafir, yang pada waktu itu
menanyakan siapa Tuhan yang disembah oleh Nabi
Muhammad. Kata Huwa / Dia, merupakan penegasan bahwa
Allah itu Esa lafal ini di tegaskan kembali dengan lafal
selanjutnya yaitu Ahad/ Esa. Menurut HAMKA, ayat ini
merupakan pangkal akidah dan puncak dari kepercayaan.
11
Mengakui akan hanya ada satu Tuhan yang pantas untuk
disembah dan hanya Allah-lah nama satu-satunya Tuhan yang
tiada sekutu maupun semisal diriNya. Makna bahwa Allah
Maha Esa adalah Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan
Dia. Akan tetapi, al-Qur‟an menyebutkan rincian ini adalah
untuk menambah kemantapan maupun kejelasan.
d. Allah tempat meminta segala sesuatu.
Makna al-Samad menurut bahasa berarti tuan yang dituju suatu
perkara yang tidak akn terlaksana kecuali karena izinnya. Allah
SWT adalah tuan yang tidak ada tuan yang sebenarnya selain
diriNya. Kata al-Samad berasal dari kata kerja samada yang
berarti menuju. Sedangkan kata al-Samad merupakan kata
kejadian yang bermakna yang dituju. Terdapat pendapat yang
berbeda dalam memaknai kata al-Samad. Terdapat golongan
ulama yang maknainya dengan “tidak memiliki rongga,”
kemudian mereka mengembangkan makna tersebut agar sesuai
dengan keagungan yang dimiliki oleh dzat Allah. Mereka
perbendapat bahwa, “sesuatu yang tidak memiliki rongga
mengandung arti bahwa ia sedemikian padat dan tidak
membutuhkan sesuatu untuk dimasukkan kedalam dirinya.”
Maksud dari ayat ini adalah segala sesuatu yang terdapat di
dunia ini merupakan ciptaan Allah dan hanya kepadaNya
sebaik-baiknya tempat bersandar/bergantung.
e. tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
Makna hakikat Allah itu tetap, abadi dan azali. Ia tidak akan
berubah-ubah untuk menyesuaikan diri dengan situasi maupun
kondisi. Sifatnya yang mutlak dan sempurna dalam segala
keadaan. Kelahiran merupakan suatu kemunculan dan
pengembangan, wujud tambahan setelah kekurangan atau
12
ketiadaan. Hal tersebut mustahil bagi Allah yang membutuhkan
kelahiran serta perkawinan yang sejenis dengannya untuk
kemunculannya.
Sejalan dengan apa yang diutarakan oleh Sayyid Qutb, Quraisy Shihab
juga menyatakan bahwa Allah tidak membutuhkan Dzat lain yang
semisal Dia untuk mewujudkan dirinya, karena ini akan bertentangan
dengan sifat ahad yang dimiliki oleh Allah. Serta Allah juga tidak
membutuhkan dzat lain selain diriNya guna meneruskan eksistensiNya.
13
baik orang tua, anak dan sejenis denganNya. Keberandaan Allah yang
tidak beranak maupun diperanakan merupakan perwujudan dari
kekuasaaNya, bahwa waktu tidak mempunyai pengaruh apapun terhada
diriNya. Begitu pula, bila Tuhan mempunyai bilangan atau sesuatu yang
setara denganNya, seperti adanya bapaNya ataupun saudaraNya
bukankah itu akan menunjukkan bahwa dia bukanlah Tuhan karena ada
sesuatu yang setara taraf kemampuannya dengan diriNya dan juga
mempunyai kehendak yang sama kuasanya dengan Tuhan. Hal ini justru
akan menunjukkan bahwa kekuasaan Allah tidaklah Mutlak, karena ada
kekuatan lain yang semisal dirinya dengan taraf kemampuan yang sama.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Surat al-Ikhlas merupakan surat yang ke-112. Jumlah ayatnya
sebanyak 4 ayat. Surat al-Ikhlas merupakan pilar terpenting yang berisikan
dakwah Nabi, yakni penjelasan tentang prinsip tauhid dan mensucikan
Allah. Surah ini merupakan puncak dari dasar akidah, karena di dalamnya
menjelaskan hakikat wujud dan sifat Allah. Penjelasan tersebut sebagai
berikut:
a. Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Esa, Yang Tunggal satu-
satunya, tanpa pembantu, tanpa sekutu, Yang Maha Suci dari bilangan
dan susunan, karena hal tersebut merupakan sifat yang mutlak bagi
Allah. Dan Allah memiliki sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh
selain-Nya.
b. Allah adalah tempat yang dituju untuk bernaung dari segala sesuatu.
Tuan bagi hamba-hambanya yang dapat mengabulkan segala
permintaan hamba-hamba-Nya tanpa perantara.
c. Allah Maha Suci dari apa yang disangkakan oleh makhluk terhadap-
Nya. Allah bukanlah makhluk yang dapat melahirkan (mempunyai
14
anak) atau dilahirkan oleh ibu atau ayah. Allah adalah Dzat Yang
Maha Esa, Pencipta seluruh alam semesta.
d. Tiada sesuatu pun yang dapat menyerupai atau menyamai Allah dalam
hakikat wujud. Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menandingi-Nya
dalam perbuatan dan kemampuan.
2. Saran
a. Setiap pribadi muslim hendaknya memahami sifat yang mutlak bagi
Allah SWT yaitu Tuhan yang Maha Esa.Tidak sekali-kali
mempersekutukan Allah dengan apapun.
b. Selalu meminta pertolongan hanya kepada Allah karena Allah lah
satu-satunya yang maha menolong.
Referensi
15
H.M.D. Dahlan, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat al-
Qur’an, 625.
Quthb, Sayyid. "Fi Zhilalil Qur’an, terj, As‟ ad Yasin dkk." Tafsir Fi Zilalil
Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 9 (2003).
Siti, Mutiah. Perbandingan antara muslim dengan kafir dalam beribadah: Kajian
tafsir al-Qur'an surat al-Kafirun 1-6 dan relevansinya dengan materi Qur'an
hadis kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs). Diss. IAIN Ponorogo, 2015.
16