Anda di halaman 1dari 4

Analisa Konteks Teks

1. Konteks Jauh
Setelah mengetahui gambaran mengenai teks “Allah menguji kepercayaan Abraham”, kita
dihantar untuk melihat perikop ini dengan teks-teks yang terdapat dalam kitab-kitab lain. Maka
dari itu, konteks jauh memperlihatkan kaitan antara perikop Kej. 22:1-19 dengan peristiwa-
peristiwa yang tertulis dalam ayat-ayat maupun kitab lainnya. Dalam peristiwa Allah menguji
kepercayaan Abraham, penulis menceritakan bahwa hendaknya Abraham mempersembahkan
anak-nya Ishak bagi Allah di gunung Moria. Allah mencoba Abraham (ayat 1) merupakan
sebuah judul yang merujuk pada peristiwa selanjutnya. Seluruh perintah yang amat ganas dan
bengis  itu adalah merupakan suatu pencobaan, satu pengujian yang diadakan Allah sendiri
terhadap Abraham, supaya ternyata apakah murni dan sejati kepercayaannya atau tidak.
Abraham telah lebih dahulu diuji Allah: Ia disuruh meninggalkan kelaparan (Kej:10) dan
ditunda-tunda kelahiran anaknya (Kej. 15:2: 17:18. Semua itu juga merupakan sebuah
pencobaan.1
Perintah Allah ini juga bukan hanya menuntut dari Abraham Korban yang tidak dapat
dipersembahkan oleh seorang yang merasa dirinya bapa (Mat 7:9-10), tetapi juga perintah Allah
tersebut menentang dan membatalkan perjanjian Allah sendiri: Ishak merupakan anak perjanjian,
ahli waris dan pengantara-berkat Allah kepada keturunan Abraham dan kepada segala bangsa
(Kej. 12:3). Bagaimanakah Allah boleh memerintahkan sesuatu yang (pada pemandangan
manusia saja) sama sekali bertentangan dan berlawanan dengan kemauannya sendiri? Dalam
perintah ini Allah merusakkan dan menghancurkan rencana-Nya dan keselamatan yang dari
pada-Nya sendiri. Jikalau Ishak mati dibunuh, bagaimanakah nanti dibangun keturunan Abraham
kelak? Keturunan yang dijanjikan Allah (Kej. 12:2; 13:16; 15:4-5).2
Allah mengharapkan pengorbanan yang benar-benar total dari Abraham. Untuk itu, Allah
meminta Abraham untuk membawa anaknya ke tempat yang cukup jauh, sehingga
membutuhkan perjalanan selama tiga hari. Untuk itu, dalam ayat 3 dikatakan bahwa Abraham
berangkat pada pagi hari menuju ke tempat pengorbanan yang dikatakan Allah kepadanya.
Tempat pengorbanan itu namanya Moria. Moria digambarkan sebagai sebuah tempat atau
daerah. Dalam terjemahan Siria memuat “ke tanah orang Amori”, teks Ibrani orang-orang
Samaria memuat, “ke tanah penglihatan”. Dengan mempertimbangkan kelainan-kelainan dari
1
Dr. Waiter Lempp, Tafsir Alkitab: Kitab Kejadian (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1997), 268.
2
Lempp, 269.
beberapa saksi teks tersebut, maka timbul sangkaan bahwa nama “Moria” dalam ayat 2 itu
barulah kemudian hari diselipkan, dengan maksud “menyita” cerita itu untuk tempat-suci
Yerusalem (gunung bait Allah yang menurut 2 Tawarik 3:1 bernama Moria).3
Dalam kaitan dengan beberapa beberapa ayat di atas, peristiwa Allah mencobai Abraham
memiiki kemiripan dengan peristiwa yang sudah pernah terjadi sebelumnya dalam hal makna.
Untuk itu, iman atau kepercayaan Abraham kepada Allah semakin nampak jelas. Abraham
semakin utuh percaya kepada Allah meskipun mempersembahkan anaknya sebagai korban
bakaran, seperti apa yang dikatakan dalam ayat 2; Persembahkanlah dia disana sebagai korban
bakaran”. Imamat 1:1-17 menggambarkan bagaimana seseorang seharusnya memberikan sebuah
korban. Pada waktu mempersembahkan korban bakaran, para peserta tidak boleh menerima
beberapa bagian daging korban itu sebagai makanan, melainkan binatang-korban itu seluruhnya
harus dibakar diatas mezbah Allah. Kemudian mengenai korban syukur, Imamat 3
menggambarkan bahwa hanya sebagian dari korban itu dibakar di atas mezbah Allah, sisanya
dipergunakan sebagai makanan imam dan para peserta. Maka dari itu, korban bakaran
merupakan suatu korban keseluruhan, korban sempurna. Sama halnya yang dituntut oleh Allah
kepada Abraham.
Dengan ini, Allah mengaharapkan pengorbanan yang utuh dari Abraham sebagai ungkapan
iman atau kepercayaannya kepada Allah. Pengorbanan Ishak bukan hanya pengorbanan yang
dilakukan oleh seorang bapa sebagai korban tertinggi atau orang yang dikasihinya, melainkan
sebuah penyerahan bahwa apa yang diterima dari Allah hendak mampu untuk direlakan kembali
kepada Allah, seperti apa yang telah dikatakan di atas bahwa Ishak merupakan anak perjanjian.
Abraham harus berlajar, bahwa Allah sekali-kali tidak membutuhkan Abraham dan anaknya
sebagai pemegang berkat. Maksudnya adalah Ishak merupakan hadiah dari Allah dalam
perjanjian antara Allah dan Abraham, sehingga Ishak merupakan jaminan dalam sebuah
perjanjian. Abraham tidak boleh menuntuk suatu keturunan atau pun berkat yang besar
melainkan ia hanya boleh menerima semuanya itu sebagai anugerah yang tidak dapat ia kerjakan
sendiri.4
2. Konteks Dekat
Di awal perikop, penulis berkata, “setelah semuanya itu”. Hal ini hendak menunjukan
bahwa kalimat tersebut merupakan penghubung dengan cerita yang mendahuluinya,
3
Lempp, 267.
4
Bdk. Lempp, 275.
walaupun pada aslinya cerita ini berdiri sendiri. Maka dari itu, Di dalam konteks dekat ini
kita akan melihat kaitan antara perikop ini dengan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.
Dalam konteks jauh di atas, kita telah melihat bahwa terdapat beberapa ayat yang berkaitan
dengan peristiwa Allah menguji kepercayaan Abraham. Pengorbanan Ishak menjadi inti dari
teks tersebut. Korban dan sumpah menjadi elemen penting dalam peristiwa ini, walaupun
tidak ada disebut mengenai perjanjian. Kedua elemen tersebut menegaskan realitas dari
perjanjian antara Allah dan Abraham. Maka dari itu, arah dari pengorbanan tersebut adalah
perjanjian seperti apa yang digambarkan dalam Kej. 15 dan 17.
 Kejadian 15:1-21
Kejadian 15 mengisahkan peristiwa dimana Abraham mengawatirkan dirinya yang
tidak memiliki keturunan, “Aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak” (Kej.
15:2). Allah pun mendengar keluh kesah Abraham dan menguatkannya dengan berkata
bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit. Kemudian Allah menyuruh
Abraham untuk melakukan suatu kurban.
Dalam tradisi orang Israel, mereka tidak mempunyai undang-undang umum untuk
mengatur hukum-warisan. Sebenarnya seorang hamba tidak berhak mewarisi milik
pusaka dari tuannya (Eliezer). Tetapi ada tanda-tanda bahwa seorang tuan-besar, yang
tidak punya anak, dapat mengangkat seorang budak yang setia selaku anak dan
mengaruniakan segala warisan kepadanya.5 Abaraham sendiri mengingat akan
keturunannya, yang mana dalam hal ini apa yang dijanjikan Allah kepadanya ketika
dipanggil dari Ur-Kasdim ke tempat yang dijanjikan. Jawaban Yahwe kepada Abraham
bukan semata-mata pengulangan janji mengenai keturunan yang tak terhitung
banyaknya, melainkan terutama merupakan jaminan bagi abraham bahwa anaknya
sendiri akan menjadi Ahli waris. Abraham menjawab janji itu dengan iman pada Yahwe.
Ia percaya penuh pada Yahwen dan disingkirkanyalah keraguan serta kecemasannya.
Kepercayaanya yang total kepada Yahwe menyebabkan Abraham mempunya hubungan
yang benar dengan Yahwe.6 Untuk itu dalam perikop Kej. 22:1-19 Abraham digambarkan
sebagai orang yang percaya kepada Allah secara total, sehingga ia rela untuk
mengorbankan anaknya sendiri.

5
Bdk. Lempp, 117.
6
Dianne & Robert J. Bergant CSA, Karris OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 54.
 Kejadian 17:1-27
Kejadian 17 mengisahkan tentang peristiwa dimana Allah kembali menjanjikan
banyaknya keturunan Abraham. Inti dari perikop ini adalah Allah mengharapkan sunat
dari setiap anak laki-laki Abraham. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang,
perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki diantara kamu
harus disunat (Kej. 17:10).
Perjanjian sendiri dilukiskan bukan sebagai sumpah yang diucapkan oleh Allah,
seperti pada versi Yahwia, melainkan berbentuk suatu kontrak. Allah akan memberi
Abraham banyak keturunan. Karena itu, Abram dituntut hidup sesuai dengan kehendak
Allah, tak bercela dan melaksanakan sunat sebagai tanda perjanjian di antara mereka.
Sunat menandakan perjanjian antara Allah dan Abraham merangkum semua keturunan
Abraham.7 Hal ini jelas menunjukan bahwa Ishak merupakan benang penerus perjanjian
antara Allah dan Abraham. Abraham meyakini bahwa Allah akan memberikan
kepadanya apa yang ia butuhkan, sehingga ia rela untuk mengikuti segalah yang
diperintahkan Allah kepadanya, meskipun anaknya sendiri. Maka dari itu, di akhir
perikop tentang Allah mencobai Abraham Kej. 22:17-18 menegaskan bahwa Abraham
dan keturunannya akan dipergunakan Allah sebagai alat dan berkat bagi segala bangsa.
Hanya orang yang sudi mengembalikan berkat Allah , boleh tinggal danboleh terus
dipergunakan sebgai pemegang berkat. Orang yang setiap hari menerima baru berkat
Allah itu sebgai hadiah bebas dan sebagai kewajiban mutlak, dapat menjadi berkat bagi
dunia.8

7
Bdk. Bergant CSA, Karris OFM, 55.
8
Lempp, Tafsir Alkitab: Kitab Kejadian, 279.

Anda mungkin juga menyukai