Anda di halaman 1dari 14

MODUL SATUAN PERTEMUAN VII

PENDAMPINGAN KATOLISITAS
SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH
Pendamping: Agustinus Rudi Winarto dan Yosef Hendrikus Bintang Nusantara

“Janji Allah Kepada Abraham”


(Belajar Dari Tokoh Perjanjian Lama, Abraham)

Disusun Oleh:
V. Averian Bachtiar Setyawan (191124024)
Hendrikus Reyan Rihasdi (191124052)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
I. SATUAN PERSIAPAN PENDAMPINGAN

1. Tema : Janji Allah Kepada Abraham


2. Tujuan :
 Peserta didik dapat menemukan watak-watak dasar dan sikap-sikap yang diperjuangkan
oleh Abraham Bapa bangsa – bangsa dalam Kitab Suci Perjanjian Lama

 Dengan mempelajari sosok Abraham diharapkan peserta didik dapat meneladani sosok
Bapa Abraham yang dapat diterapkan dalam diri peserta didik dikehidupan sehari hari.

3. Pemikiran Dasar :

Peserta didik dengan usia remaja kerap kali dihadapkan pada situasi yang bimbang, dimana
usia remaja adalah saatnya untuk mencari sebuah jati diri. Maka dengan mempelajari sosok
Bapa Abraham diharapkan peserta didik dapat menemukan role model hidup pada tokoh
tersebut.

4. Materi Pendampingan :

 Video pendek yang berjudul “ #FaktaAlkitab - ABRAHAM, BAPA ORANG ISRAEL”


(https://www.youtube.com/watch?v=gZ2gemKIF_4&feature=youtu.be).
 PPT Katolisitas "Janji Allah Kepada Abraham" dari pendamping.
5. Peserta : Siswa/i Kelas X SMA Van Lith
6. Waktu : 60 menit (Pukul 13.30-14.30)
7. Tempat : Ruang Virtual Google Meet (Online)
8. Metode : Katekese Eksperensial (Pengalaman), Melihat Film/Video
Bersama, Diskusi Bersama
9. Sarana : Link Google meet, seperangkat laptop dan koneksi internet(Wifi)
II. Satuan Pelaksanaan Pertemuan
10. Langkah-langkah :
I. Pembukaan
a. Salam pembuka dan pengantar materi singkat dari pendamping.
b. Doa Pembuka (disesuaikan dengan kelas masing-masing).
c. Menayangkan dan Menyanyikan Mars Van Lith. (Ditayangkan melalui PPT)
d. Apersepsi dengan pengenalan umum tentang tema Bapa Abraham oleh pendamping.
II. Proses Kegiatan
a. Membahas kelebihan dan kekurangan yang sudah diungkapkan.
Langkah-langkah:
b. Mengenalkan tokoh Abraham pada peserta didik (Secara general/umum)
A. Sifat dan Karakter Abraham:
Abraham merupakan salah satu dari tokoh-tokoh alkitab yang memiliki peran penting
dalam kehidupan manusia. Abraham dikenal sebagai bapa segala bangsa, dan dijadikan
teladan atas kepercayaan dan kepatuhannya yang luar biasa terhadap Tuhan Allah.
Abraham rela memberikan anaknya Ishak, sebagai korban bakaran bagi Allah. Namun
Allah mengasihinya, sehingga memberikan domba jantan untuk menggantikan Ishak
sebagai korban bakaran.

Allah berjanji kepada Abraham untuk membuat keturunannya sebanyak bintang di langit
atau debu tanah. Begitu sangat banyaknya, hingga tak mungkin dapat dihitung oleh
manusia. Banyak hal yang dapat kita teladani dari sosok Abraham, dan pada artikel kali
ini kami akan memaparkan karakter Abraham dalam Alkitab sebagai referensi bacaan
bagi anda.

1. Memiliki visi

Dalam kejadian (12: 1-4) dituliskan bahwa Allah memerintahkan Abraham untuk pergi
dari tanah kelahirannnya, meninggalkan sanak saudaranya untuk pergi ke ‘tanah
perjanjian’, dimana ia dan keturunannya akan diberkati oleh Allah Tritunggal. Abraham
menaati perintah Tuhan, ia pergi keluar dari tanah kelahirannya menuju tanah perjanjian.
Tanah perjanjian tersebut menjadi visi hidupnya. Abraham jugga mewariskan visi
tersebut kepada keturunannya, dari Abraham ke Ishak anakanya, dari Ishak ke Yakub,
kemudian kepada anak-anak Yakub dan seterusnnya. Hal tersebutlah membuat Israel
bertahan melewati perbudakan di negri asing selama beberapa dekade lamanya.

2. Berani dan Yakin

Keberanian Abraham diceritakan dalam Kejadian 14, dimana ia menggerakkan sukunya


untuk berperang melawan raja-raja yang kuat untuk menyelamatkan Lot, anak
saudaranya. Ia hanya mebawa 318 orang bersamanya, untuk melawan musuhnya yang
notabene sangat kuat. Namun Abraham berani, dan yakin akan kekuatan Allah yang
bersama-Nya akan mujizat Tuhan. Dan terbukti ia diberkati Tuhan dan berhasil
menyelamatkan anak saudaranya tersebut beserta harta bendanya, dan juga orang-
orangnya.

3. Peduli

Kepedulian Abraham diperlihatkan ketika ia bersyafaat bagi Sodom dan Gomora,


sebagaimana diceritakan dalam Kejadian (18:23-33). Ia berkali-kali memohon kepada
Allah untuk tidak meluluh lantakkan Sodom dan Gomora (baca: manfaat berdoa bagi
orang kristen). Meskipun mereka orang asing dan ia tidak tinggal disana atau terkait
dengan mereka, ia memiliki kasih, kepedulian terhadap mereka.

Meskipun pada akhirnya Allah tetap menghancurkan Sodom dan Gomora, karena tidak
menemukan 10 orang benar disana. Kepedulian Abraham juga diperlihatkan ketika ia
mengundang orang asing yang lewat rumahnya, untuk datang ke rumahnya. Ia
menghidangkan bagi mereka makanan terbaik yang ia punya, dan berlaku selayaknya
tuan rumah yang baik.

4. Adil

Keadilan Abraham diceritakan dalam kejadian (14:20), dimana dikatakan bahwa


Abraham memberikan persepuluhan dari semua hartanya. Kemudian saat istrinya Sara
meninggal, ia meminta kepada orang-orang Het untuk memberikan sebidang tanah
sebagai tempat pemakaman khusus milik keluarganya. Saat orang Het tersebut bersedia
menyerahkan tanah yang dimintanya, ia memaksa membayar dengan harga yang sesuai,
yaitu 400 syikal perak, meskipun orang Het tersebut hendak memberikan kepadanya
secara cuma-cuma.

5. Rendah hati

Dalam Kejadian (18:27), Abraham menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan dan
mengatakan bahwa ia adalah debu dan abu. Ia memiliki kerendahan hati, meskipun ia
tahu bahwa Allah mengasihinya, dan mengganggapnya lebih dari sekedar debu dan abu
(baca: hukum kasih dalam Alkitab). Dalam Kejadian (23: 4-9) diceritakan saat ia
meminta kuburan milik baginya untuk menguburkan istrinya kepada bani Het, Abraham
meminta dengan sopan, bahkan bersujud kepada bani Het. Padahal orang bani Het
mengganggap Abraham sebagai seorang raja agung.

6. Berkharisma

Kharisma yang dimiliki Abraham tidak perlu dipertanyakan lagi, karna bahkan hingga
saat ini, ribuan tahun setelah kematiannya, ia masih dijadikan sebagai teladan dan aspirasi
bagi banyak orang (baca: jenis-jenis dosa dalam Alkitab.). Dengan kepemimpinannya, ia
berhasil menjaga orang-orangnya saat keluar dari negrinya untuk menuju tanah yang
dijanjikan Tuhan. Ia dipercaya dan hormati oleh hamba-hambanya, serta diberkati Allah
sepanjang hidupnya.

7. Setia dan patuh kepada Allah

Abraham memiliki kesetiaan dan kepatuhan yang luar biasa terhadap perintah Allah.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, dalam kejadian 12: 1-4, Allah memerintahkan
Abraham untuk pergi dari negrinya dan sanak saudaranya untuk menuju tanah yang
dijanjikan Tuhan (baca: tujuan hidup orang kristen). Abraham patuh melaksanakan
perintah Allah. Kesetiaan dan kepatuhan lain diperlihatkan Abraham dalam Kejadian 22.
Allah mengujinya, dengan meminta Abraham untuk mengorbankan anaknya Ishak,
anaknya satu-satunya dari Sara istrinya dan yang sangat dikasihinya. Sampai detik
terakhir, abraham tetap setia dan patuh pada perintah Allah. Ia rela memberikan anaknya
sebagai korban bakaran bagi Allah. Allah melihat kesetiaan Abraham dan memberikan
domba jantan sebagai korban bakaran menggantikan Ishak. Kemudian Allah memberkati
Abraham karna kesetiaanya tersebut.

8. Berani berbeda

Ketika keluar dari negrinya, Abraham beserta orang-orang yng mengikutinya secara
otomatis menjadi orang asing. Ia menjadi berbeda, misalnya menjadi satu-satunya yang
menyembah Allahdi tengah bangsa yang menyembah berhala. Namun ia tidak
menyembunyikan kepercayaannya tersebut, ia berani tampil berbeda. Contoh lain adalah
keramahannya terhadap orang asing. Pada zaman Abraham, orang-orang asing tidak
diperlakukan dengan baik. Bahkan dalam Kejadian 19:4-5 bahkan dikatakan di Sodom
dan Gomora, orang asing di perlakukan sangat buruk. Namun Abraham dan juga
saudaranya Lot berani berlaku berbeda, ia sangat ramah terhadap orang asing, bahkan
melindungi mereka.

9. Percaya sepenuhnya kepada Allah

Kepercayaan Abraham yang sepenuhnya kepada Allah dapat dilihat dalam setiap langkah
hidupnya. Ia percaya pada perkataan Allah mengenai tanah perjanjian yang belum pernah
dilihatnya, sehingga ia patuh untuk keluar dari negrinya. Ia percaya bahwa Allah akan
menyertainya sepanjang perjalanannya (baca: contoh wahyu dan iman). Dalam Kejadian
15: 5-7 dikatakan bahwa Abraham percaya bahwa Allah akan memberikan keturunan
baginya dari Sara istrinya, meski telah lanjut umurnya, dan itu mustahil dalam pemikiran
manusia. Sehingga Allah memperhitungkan hal tersebut sebagai kebenaran. Kepercayaan
Abraham yang paling besar terhadap janji Allah, diperlihatkan ketika ia bersedia
menyerahkan anaknya sebagai korban bakaran bagi Allah.

B. Janji-Janji Allah kepada Abraham:

Abraham menerima Injil dan ditahbiskan menjadi imam besar (lihat A&P 84:14;
Abraham 1:2). Selanjutnya dia masuk dalam pernikahan selestial, yaitu perjanjian
permuliaan (lihat A&P 131:1–4). Dalam kaitan dengan perjanjian-perjanjian yang dia
buat, dia menerima janji-janji besar dari Tuhan mengenai keluarganya. Di antara janji-
janji tersebut adalah sebagai berikut:

-Keturunannya akan banyak sekali (lihat Kejadian 17:5–6; Abraham 2:9; 3:14).

-Keturunan atau anak cucunya, akan menerima Injil dan memiliki imamat (lihat Abraham
2:9).

-Melalui pelayanan dari keturunannya, “seluruh keluarga di bumi akan diberkati, yaitu
dengan berkat-berkat Injil, yaitu berkat-berkat keselamatan, yaitu daripada hidup yang
kekal” (Abraham 2:11).

Secara keseluruhan, semua perjanjian dan janji yang diterima Abraham dari Tuhan
disebut perjanjian Abraham. Itu merupakan perjanjian kekal yang menjangkau seluruh
keturunan Abraham (lihat Kejadian 17:7). Untuk dapat dianggap sebagai keturunan
Abraham, seseorang harus mematuhi hukum-hukum dan tata cara-tata cara Injil. Barulah
orang itu dapat menerima semua berkat perjanjian Abraham, bahkan seandainya dia
bukan keturunan langsung dari Abraham (lihat Galatia 3:26–29; 4:1–7; A&P 84:33–40).
Sebagai anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, Anda adalah
anak perjanjian (lihat 3 Nefi 20:25–26). Anda telah menerima Injil yang kekal dan
mewarisi janji-janji yang sama dengan yang diberikan kepada Abraham, Ishak, dan
Yakub. Anda memiliki hak atas berkat-berkat keimamatan dan kehidupan kekal, sesuai
dengan kesetiaan Anda dalam menerima tata cara-tata cara penyelamatan dan mematuhi
perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan hal itu. Bangsa-bangsa di bumi akan
diberkati melalui upaya-upaya Anda dan melalui pekerjaan keturunan anda.

3 Janji Allah Kepada Abraham:

a. Janji tentang keturunan

Janji Tuhan mengenai Abraham adalah dengan memberikan banyak sekali anak-anak atau
keturunan. Janji Tuhan di dalam memberikan keturnan dapat dilihat di dalam Kejadian
15:5 yang berbunyi: Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat
ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-
Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.

b. Janji tentang tanah perjanjian

Janji Tuhan juga memberikan tanah perjanjian kepada Abraham. Janji Allah di dalam
memberikan tanah perjanjian tercantum di dalam Kejadian 26:3-5 yang berbunyi
"Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan
memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan
seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada
Abraham, ayahmu. Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit;
Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu
semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena Abraham telah mendengarkan
firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan
dan hukum-Ku."
c. Janji bahwa melalui keturunan Abraham semua bangsa akan mendapat berkat

Janji Allah di dalam memberikan berkat juga menjadi bagian yang penting di dalam janji
Allah kepada Abraham. Ini tercantum di dalam Kejadian 12:1-3 yang berbunyi:
"Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak
saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku
akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta
membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk
engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."

C. Inspirasi dari Abraham:

Selain Musa, tidak ada sosok Perjanjian Lama yang lebih sering dibahas dalam
Perjanjian Baru selain Abraham. Yakobus menyebut Abraham sebagai "Sahabat Allah"
(Yakobus 2:23), sebuah julukan yang tidak pernah digunakan bagi sosok lain dalam
Alkitab. Orang percaya lintas generasi dijuluki sebagai "anak-anak Abraham" (Galatia
3:7). Pentingnya serta dampak Abraham dalam sejarah keselamatan begitu jelas dalam
Alkitab. Kehidupan Abraham meliputi bagian yang cukup besar dalam naratif Kejadian
dari sebutannya yang pertama dalam Kejadian 11:26 hingga kematiannya dalam Kejadian
25:8. Meskipun banyak informasi yang tersedia tentang kehidupan Abraham, tidak
banyak yang diketahui tentang kelahiran dan masa mudanya. Ketika kita pertama
menjumpai Abraham, ia sudah berusia 75 tahun. Kejadian 11:28 merekam bahwa Terah,
ayah Abraham, hidup di Ur-Kasdim, sebuah kota maju yang duduk di tepi Sungai Efrat di
antara Teluk Persia dan kota Bagdad di daerah Mesopotamia selatan. Kita juga membaca
bahwa Terah membawa keluarganya berkelana ke tanah Kanaan tetapi berdiam di kota
Haran di daerah utara Mesopotamia (di rute perdagangan antara Babel dan Niniwe serta
Damsyik).

Kisah Abraham mulai menarik di awal pasal 12 kitab Kejadian. Dalam ketiga ayat
pertama, kita melihat bahwa Allah memanggil Abraham: "Berfirmanlah TUHAN kepada
Abram: 'Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke
negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa
yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan
menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan
mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi
akan mendapat berkat'" (Kejadian 12:1-3). Allah memanggil Abraham keluar dari
rumahnya di Haran dan memerintahkannya pergi ke tanah yang akan Ia ungkapkan. Allah
juga membuat tiga janji pada Abraham: 1) Janji diberikannya tanah miliknya sendiri; 2)
janji bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar; dan 3) janji berkat. Janji-janji ini adalah
dasar dari yang kita sebut sebagai Perjanjian Abraham (yang ditetapkan dalam Kejadian
pasal 15 dan diteguhkan dalam Kejadian 17). Yang membuat Abraham istimewa ialah
bahwa ia menaati Allah. Kejadian 12:4 merekam bahwa, setelah Allah memanggil
Abraham, ia pergi "seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya." Penulis kitab Ibrani
menggunakan Abraham sebagai teladan iman berulang kali, dan secara khusus membahas
tindakan yang mengagumkan ini: "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk
berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat
dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui" (Ibrani 11:8). Siapa di antara kita yang
berani meninggalkan segala yang kita kenal dan pergi tanpa kejelasan tujuan akhir kita?
Konsep keluarga sangat berarti bagi mereka yang tinggal di zaman Abraham. Pada waktu
itu, keluarga sangat akrab; keadaan tinggal terpisah oleh ratusan kilometer dari anggota
keluarga merupakan konsep yang asing bagi mereka. Selebihnya, kita tidak diberitahu
tentang kehidupan rohani Abraham dan keluarganya sebelum ia dipanggil. Penduduk Ur-
Kasdim dan Haran menyembah sederet dewa Babel, terutama dewa bulan, Sin, sehingga
Allah memanggil Abraham keluar dari kebudayaan berhala itu. Abraham menyadari dan
mengenali panggilan Yahweh, TUHAN, dan menaati dengan sukarela, bukan secara
terpaksa. Adapun keteladanan iman lainnya di dalam kehidupan Abraham yang kita amati
dalam kelahiran putranya, Ishak. Abraham dan Sara mandul (yang merupakan sebuah
hinaan dalam kebudayaan pada masa itu), namun Allah berjanji bahwa Abraham akan
dikaruniai putra (Kejadian 15:4). Putra ini kelak akan menjadi ahli waris harta Abraham
yang dikaruniakan oleh Allah, dan, secara lebih penting lagi, ia bakal menjadi ahli waris
perjanjian Allah dengan Abraham, dan penerus keturunan Set. Abraham mempercayai
janji Allah, dan imannya diperhitungkan sebagai kebenaran (Kejadian 15:6). Allah
mengulangi janji-Nya kepada Abraham dalam Kejadian 17, dan imannya menuai imbalan
di dalam Kejadian pasal 21 ketika Ishak dilahirkan. Iman Abraham diuji dalam kaitannya
dengan Ishak, putranya. Di dalam Kejadian 22, Allah memerintah Abraham untuk
mengurbankan Ishak di atas Gunung Moria. Kita tidak mengetahui reaksi dalam hati
Abraham terhadap perintah ini. Yang kita ketahui hanyalah bahwa Abraham menaati
Allah dengan setia (Kejadian 15:1) dan sampai di kala itu Allah telah menunjukkan
kebaikan pada Abraham. Sama-halnya dengan perintah sebelumnya untuk meninggalkan
rumah dan keluarganya, Abraham taat (Kejadian 22:3). Kita sudah mengetahui bahwa
kisah ini berakhir dengan Allah mengintervensi supaya Ishak tidak dikurbankan, namun
bayangkan perasaan Abraham. Ia telah menanti kelahiran seorang putra selama berpuluh-
puluh tahun, dan Allah yang sudah menjanjikan anak ini sekarang akan mencabut
nyawanya. Iman Abraham pada Allah lebih besar daripada kasihnya pada putranya, dan
ia percaya bahwa jika sekalipun ia mengurbankan Ishak, Allah mampu menghidupkannya
kembali dari kematian (Ibrani 11:17-19). Ada kalanya Abraham gagal dan dirinya
berdosa (sama seperti kita), dan Alkitab tidak menutupi kekurangannya. Kita tahu
setidaknya dua kali ketika Abraham berbohong tentang hubungannya dengan Sara demi
melindungi dirinya sendiri ketika berada di daerah yang berbahaya (Kejadian 12:10-20;
20:1-18). Dalam kedua peristiwa ini, Allah melindungi dan memberkati Abraham
meskipun imannya sedang surut. Kita juga memahami frustrasi Abraham dan Sara karena
tidak dapat menghasilkan keturunan. Sara mengusulkan supaya Abraham berhubungan
intim dengan hambanya, Hagar, agar anak mereka dianggap milik Sara; Abraham
menyetujui permintaan itu (Kejadian 16:1-15). Kelahiran Ismael menunjukkan kekeliruan
Abraham dan defisit imannya tetapi juga kemurahan Allah (dalam memperbolehkan
kelahiran anak itu dan memberkatinya kelak). Adalah menarik bahwa pada waktu itu,
Abraham dan Sara masih menyandang nama lama mereka, Abram dan Sarai. Namun
ketika Ismael berusia tiga belas tahun, Allah memberi nama baru pada Abram beserta
perjanjian sunat dan pengulangan janji bahwa Ia akan mengaruniakan seorang anak
melalui Sarai, yang juga diberi nama baru (Kejadian 17). Abram, berarti "bapa yang
masyur," menjadi Abraham "bapa kaum yang banyak." Abraham memang memiliki
keturunan yang banyak, dan setiap orang yang beriman pada Allah melalui Yesus Kristus
juga diperhitungkan sebagai ahli waris rohani Abraham (Galatia 3:29). "Bapa kaum yang
setia" sendiri mengalami keraguan dan kemunduran iman, namun di antara manusia ia
tetap dipuji sebagai sosok yang hidup dengan setia.

Salah satu pelajaran yang mutlak yang kita peroleh dari kehidupan Abraham adalah
bahwa kita harus hidup beriman. Abraham membawa Ishak, putranya, ke atas Gunung
Moria karena ia tahu bahwa Allah selalu setia pada janji-Nya. Iman Abraham bukan iman
yang membabi-buta; imannya adalah keyakinan yang teguh dan kepercayaan pada Sosok
yang telah membuktikan kesetiaan dan kebenaran-Nya. Jika kita mengamati jejak
kehidupan pribadi kita, kita dapat melihat campur tangan Allah yang berdaulat di
dalamnya. Keterlibatan Allah di dalam kehidupan kita, tidak perlu diiringi malaikat atau
berbicara kepada kita melalui semak yang berapi-api atau membelah lautan. Allah sedang
mengawasi dan menyusun peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Kadang tidak
terasa demikian, namun kehidupan Abraham adalah bukti bahwa keberadaan Allah dalam
kehidupan kita sangat nyata. Bahkan kegagalan-kegagalan Abraham membuktikan bahwa
meskipun Allah tidak melindungi kita dari akibat dosa kita, tetap menggenapi kehendak-
Nya di dalam kita dan melalui kita; kita tidak dapat menggagalkan rancangan-Nya.
Kehidupan Abraham juga menunjukkan bahwa ketaatan yang sederhana itu ada
berkatnya. Ketika ia diminta untuk meninggalkan keluarganya, Abraham pergi. Ketika
diminta mengurbankan Ishak, "keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham" dan
melakukannya. Dari apa yang kita pahami dari naratif Alkitab, ketaatan Abraham tidak
diwarnai keraguan. Abraham, seperti halnya dengan kita, bergumul dengan keputusan-
keputusan ini, namun, ketika sudah waktunya betindak, ia bertindak. Ketika kita
menyadari panggilan Allah yang sejati atau kita membaca perintah di dalam Firman-Nya,
kita harus bertindak. Ketaatan bukanlah alternatif kesekian ketika Allah memerintahkan
sesuatu.

Kisah Abraham juga memberi kita gambaran akan hubungan yang dinamis dengan
Allah. Meskipun Abraham tidak ragu dalam menaati perintah dan panggilan Allah, ia
juga berani mengajukan pertanyaan kepada Allah. Abraham percaya bahwa Allah akan
memberi dirinya dan Sara seorang putra, namun ia menanyakan bagaimana hal itu dapat
terjadi (Kejadian 17:17-23). Di dalam Kejadian 18 kita membaca kisah dimana Abraham
menjadi perantara bagi Sodom dan Gomora. Abraham menegaskan bahwa Allah itu
kudus dan adil dan dirinya tidak dapat membayangkan jika Allah membinasakan baik
orang benar maupun orang berdosa. Ia meminta supaya Allah tidak membinasakan kota-
kota berdosa itu demi lima puluh nyawa yang saleh dan terus menawar hingga
perbandingan jumlah jiwa yang benar itu hanya sepuluh orang. Pada akhirnya sepuluh
orang yang saleh tidak ditemukan dalam Sodom, namun Allah menyelamatkan Lot,
keponakan Abraham, serta keluarga Lot (Kejadian 19). Adalah menarik bahwa Allah
mengungkapkan rencana-Nya pada Abraham sebelum membinasakan kota-kota itu dan
pertanyaan-pertanyaan itu dijawab. Teladan Abraham disini mengungkapkan gambaran
orang yang berdialog dengan Allah tentang rencana-Nya, memohon bagi orang lain,
mempercayai keadilan Allah, dan tunduk pada kehendak-Nya. Ketika iman Abraham
tersandung, khususnya berkaitan dengan Hagar dan Ismael, kita memperoleh contoh
bahwa mengandalkan kekuatan dan kemampuan pribadi kita malah memperumit situasi.
Allah telah menjanjikan seorang putra bahgi Abraham dan Sara, namun, dalam
ketidaksabaran mereka, upaya mereka menghadirkan seorang ahli waris malah membawa
kesukaran. Pertama, terjadi konflik antara Sara dan Hagar, dan beberapa waktu kemudian
antara Ismael dan Ishak. Keturunan Ismael kelak menjadi musuh bebuyutan umat Allah,
sebagaimana terungkap dalam naratif Perjanjian Lama, dan tak kunjung usai sampai
zaman ini di antara Israel dengan tetangga Arab mereka. Kita tidak mungkin menggenapi
kehendak Allah melalui kekuatan pribadi kita; upaya kita malah menciptakan jauh lebih
banyak masalah dibanding solusi. Dampak pelajaran ini cukup luas dalam kehidupan kita.
Jika Allah telah menjanjikan sesuatu, kita harus berlaku setia dan sabar sambil menanti
penggenapan-Nya menurut waktu-Nya.

Secara teologis, kehidupan Abraham meneladani doktrin sola fide, pembenaran


melalui iman saja. Paulus menggunakan Abraham sebagai contoh doktrin ini sebanyak
dua kali. Di dalam kitab Roma, pasal ke-empat secara khusus menggambarkan
pembenaran melalui iman dalam kehidupan Abraham. Argumen yang serupa ditemukan
dalam kitab Galatia, dimana Paulus menunjukkan bahwa baik orang non-Yahudi maupun
orang Yahudi merupakan ahli waris berkat-berkat Abraham melalui iman (Galatia 3:6-9,
14, 16, 18, 29). Acuannya ditemukan dalam Kejadian 15:6, "Lalu percayalah Abram
kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran." Iman Abraham dalam janji Allah sedemikian rupa sehingga Allah
menyatakan dirinya orang benar, sehingga prinsip Roma 3:28 terbukti. Abraham tidak
berusaha membenarkan diri. Iman atau kepercayaannya dalam Allah sudah cukup. Kita
dapat mengamati kasih karunia Allah bahkan dalam bagian awal Perjanjian Lama. Injil
tidak dimulai dengan kelahiran dan kematian Yesus, melainkan di kitab Kejadian. Di
dalam Kejadian 3:15, Allah berjanji bahwa 'keturunan perempuan' akan meremukkan
kepala ular. Para teolog meyakni bahwa ini adalah pertama kali injil diperkenalkan dalam
Alkitab. Sisa Perjanjian Lama mencatat aplikasi injil kasih karunia Allah melalui garis
keturunan Set (Kejadian 4:26). Panggilan Abraham merupakan salah satu langkah dalam
kisah keselamatan. Paulus mengajar bahwa sebelumnya injil telah dikabarkan kepada
Abraham ketika Allah berfirman pada-Nya, "olehmu segala bangsa akan diberkati"
(Galatia 3:8).

Pelajaran lain yang kita peroleh dari kehidupan Abraham ialah bahwa iman tidak
dapat diwariskan. Di dalam Matius 3:9, Lukas 3:8, dan Yohanes 8:39, kita belajar bahwa
bernenek-moyangkan Abraham tidak cukup dalam memperoleh keselamatan. Bagi kita,
tidaklah cukup jika kita dibesarkan dalam rumah tangga Kristen; kita tidak bersekutu
dengan Allah atau diperbolehkan masuk ke surga berdasarkan iman orang lain. Allah
tidak diharuskan menyelamatkan kita hanya karena latar belakang kita dari umat Kristen.
Paulus menggunakan Abraham sebagai ilustrasi dalam Roma 9, ketika ia mengajar bahwa
tidak semua keturunan Abraham diselamatkan (Roma 9:7). Dalam kedaulatan-Nya, Allah
memilih siapa yang akan selamat, namun keselamatan itu datangnya melalui iman yang
sama dengan iman Abraham. Pada akhirnya, kita melihat bahwa Yakobus menggunakan
kehidupan Abraham sebagai ilustrasi bahwa iman yang tak terbukti melalui perbuatan
adalah iman yang mati (Yakobus 2:21). Dalam ilustrasinya, Yakobus menggunakan kisah
Abraham dan Ishak di atas Gunung Moria. Pengakuan kebenaran injil tidak dapat
menyelamatkan. Iman yang hidup harus menghasilkan tindakan dan perbuatan yang taat.
Iman yang membenarkan Abraham di hadapan Allah (Kejadian 15) adalah iman yang
menggerakkan dirinya untuk mengurbankan Ishak, dalam ketaatan kepada peirntah Allah.
Abraham dibenarkan oleh imannya, dan iman itu terbukti dalam perbuatannya. Kita
melihat bahwa Abraham adalah teladan yang luar biasa, bukan karena ketakwaannya atau
kehidupannya yang sempurna (karena ada kalanya ia gagal), melainkan karena
kehidupannya mengungkapkan begitu banyak kenyataan tentang kehidupan Kristen.
Allah memanggil Abraham di antara jutaan orang di bumi untuk menjadi sasaran berkat-
Nya. Allah menempatkan Abraham dalam peran kritis dalam kisah keselamatan, yang
mencapai puncaknya pada kelahiran Yesus. Abraham adalah teladan iman dan harapan
dalam janji-janji Allah (Ibrani 11:8-10). Kita harus hidup sedemikian rupa sehingga, pada
akhir hayat, iman kita, seperti iman Abraham, menjadi contoh yang patut diteladani oleh
generasi selanjutnya.

III. Penutup
a. Pendamping memberi peneguhan materi serta memberikan juga kesimpulan
(Kesimpulan bisa dikaitkan dengan hasil temuan pembelajaran yang sudah
dilaksanakan dalam proses pertemuan katolisitas).
b. Penutup dan dokumentasi bersama
c. Doa Penutup (Fakultatif bisa dari peserta didik atau pendamping)
Sumber referensi yang dirujuk:

 Alkitab (LAI)
 https://tuhanyesus.org
 https://rubrikkristen.org
 www.katolisitas.org
 https://alkitabsabda.org
 Youtube

Anda mungkin juga menyukai