Anda di halaman 1dari 8

7/9/22, 12:52 PM Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim | NU Online

KHUTBAH

Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga


Nabi Ibrahim
Nur Rohmad 
Kamis, 7 Juli 2022 | 19:00 WIB

Naskah khutbah Idul Adha ini mengingatkan kepada kita semua tentang sejumlah praktik
kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Mereka adalah pribadi yang teguh iman, taat,
berilmu, dan penuh kepasrahan kepada Allah.

 
Baca juga: Kumpulan Khutbah Idul Adha Terfavorit
 
Teks khutbah berikut ini berjudul "Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim".
Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas
atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)

Khutbah I
 
٣( ‫اللُه َأ ْك َبُر‬x) ٣( ‫اللُه َأ ْك َبُر‬x) ٣( ‫اللُه َأ ْك َبُر‬x) ‫ َوُسْبَحاَن اللِه َوِبَحْمِدِه‬،‫ َواْل َحْمُد ِلّٰلِه َكِثيًرا‬،‫ اللُه َأ ْك َبُر َكِبيًرا‬،‫َوِلّٰلِه اْل َحْمُد‬

،‫ َوَرْح َمُتُه اْلُمْهَداُة‬،‫ َوَنْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا َوَنِبَّي َنا ُم َّمَح ًدا َرُسوُل الّٰلِه‬،‫ َوَلا َنْعُبُد ِإ َّل ا ِإ َّي اُه‬،‫ َوَنْشَهُد َأ ْن َلا ِإ َلَه ِإ َّل ا اللُه‬،‫ُبْكَرًة َوَأ ِصيًلا‬

‫ َوَعَلى ٰاِلِه َوَأ ْص َحاِبِه الَّط ِّيِبْيَن الَّط اِهِر ْيَن‬،‫َص َّلى اللُه َوَس َّل َم َوَباَرَك َعَلى َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد الَأ ِمْيِن‬ 

‫ِاَّن‬  ‫َفَص ِّل ِلَرِّبَك َواْن َحْۗر‬  ‫ ِاَّن ٓا َاْعَطْيٰنَك اْلَكْوَثَۗر‬:‫ الَقاِئِل ِفي ِك اَتِبِه الَكِرْيِم‬،‫ َفُأ وِصْيُكْم َوَنْفِسي ِبَتْقَوى الّٰلِه الَعِلِّي الَعِظْيِم‬،‫َأ َّم ا َبْعُد‬

‫(الكوثر‬  ‫)َشاِنَئَك ُهَو اْلَاْبَتُࣖر‬


 
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-6-keteladanan-keluarga-nabi-ibrahim-59V8Z 1/8
7/9/22, 12:52 PM Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim | NU Online

Mengawali khutbhah id pada pagi hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada
kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kapan pun dan di mana pun
kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun,
dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah ta’ala.
 
Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu,
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Keluarga Nabi Ibrahim adalah keluarga yang saleh. Sang ayah, yaitu Ibrahim, serta istri dan
kedua putranya, semuanya adalah hamba-hamba yang saleh. Saleh (shalih) artinya memenuhi
hak Allah dan hak sesama hamba. Kesalehan tidak akan dicapai kecuali dengan ilmu dan amal.
Tanpa ilmu, seseorang tidak akan mampu beramal dengan benar sesuai tuntunan syariat. Dan
ilmu tanpa amal tidak akan mendekatkan diri kepada Allah dan tidak akan mengantarkan
seseorang menjadi pribadi yang saleh.
 
Ada banyak sekali sisi kesalehan keluarga Nabi Ibrahim yang dapat kita teladani. Di antaranya
adalah hal-hal sebagai berikut.
 
Pertama, Nabi Ibrahim sangat kuat memegangteguh akidah dan syariat.
 
Allah ta’ala berfirman:
 
‫)َماَكاَن ِاْبٰرِهْيُم َيُهْوِدًّي ا َّو َلا َن ًّي‬
٦٧ :‫ْصَراِنا َّو ٰلِكْن َكاَن َحِنْيًفا ُّم ْس ِلًمۗا َوَما َكاَن ِمَن اْلُمْشِرِكْيَن (آل عمران‬
 
Maknanya: “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan
dia adalah seorang yang memegang teguh Islam. Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-
orang musyrik.” (QS Ali ‘Imran: 68)
 
Nabi Ibrahim sebagaimana nabi-nabi yang lain adalah ma’shum (selalu dijaga oleh Allah) dari
kufur atau syirik, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang menunjukkan kehinaan jiwa, baik
sebelum maupun setelah diangkat menjadi nabi.
 
Nabi Ibrahim tidak pernah sedikit pun meragukan ketuhanan Allah. Beliau tidak pernah
menyembuh selain Allah, tidak pernah menyembah bulan, bintang dan matahari. Nabi
Ibrahim tidak pernah menjual berhala bersama ayahnya. Nabi Ibrahim tidak pernah

https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-6-keteladanan-keluarga-nabi-ibrahim-59V8Z 2/8
7/9/22, 12:52 PM Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim | NU Online

memintakan ampunan dosa kepada Allah untuk ayahnya yang musyrik. Dan Nabi Ibrahim
tidak pernah meragukan sifat qudrah (Mahakuasa) Allah ta’ala. Beliau juga tidak pernah
berdusta dalam setiap ucapannya.
 
Kedua, berdakwah dengan penuh hikmah.
 
Hal itu tercermin tatkala Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk masuk ke dalam agama Islam
sebagaimana diceritakan dalam QS al-An’am ayat 41-44. Nabi Ibrahim dengan menjaga adab
seorang anak kepada orang tuanya menjelaskan dengan santun kepada ayahnya yang
menyembah berhala bahwa berhala tidaklah dapat mendengar doa penyembahnya dan tidak
dapat melihat penyembahnya. Yang demikian itu, bagaimana mungkin ia dapat memberi
manfaat kepada penyembahnya, memberi rezeki kepadanya atau menolongnya. Ibrahim
mengajak ayahnya untuk menyembah kepada Allah semata, satu-satunya Tuhan yang berhak
dan wajib disembah.
 
Ketiga, berilmu, memiliki hujjah yang kuat dan beramar ma’ruf nahi mungkar dengan penuh
keberanian.
 
Nabi Ibrahim telah diberi hujjah yang kuat oleh Allah ta’ala sehingga selalu dapat
mematahkan berbagai dalih yang dilontarkan oleh musuh-musuh Islam ketika berdebat. Allah
ta’ala berfirman:
 
٨٣ :‫)َوِتْلَك ُح َّج ُتَنٓا ٰاَتْيٰنَهٓا ِاْبٰرِهْيَم َعٰلى َقْوِمٖۗه (الأنعام‬
 
Maknanya: “Itulah hujjah yang Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya” (QS al-An’am: 83).
 
Karena memiliki hujjah yang kuat inilah, Nabi Ibrahim berhasil membungkam para penduduk
daerah Harraan yang menganggap bulan, bintang dan matahari sebagai tuhan. Ibrahim
menjelaskan kepada mereka bahwa bulan, bintang, dan matahari tidak layak disembah karena
mereka adalah makhluk yang mengalami perubahan, terbit lalu tenggelam. Sesuatu yang
berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lain pasti bukan tuhan. Karena sesuatu yang
berubah pasti membutuhkan kepada yang mengubahnya. Sesuatu yang membutuhkan kepada
yang lain, berarti ia lemah. Dan sesuatu yang lemah tidak mungkin disebut tuhan yang layak
disembah. Perkataan Nabi Ibrahim kepada kaumnya: ‫ هذا ربي‬seperti dikisahkan dalam QS al-
An’am ayat 76-78 adalah dalam konteks mendebat kaumnya dan menjelaskan bahwa bulan,
https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-6-keteladanan-keluarga-nabi-ibrahim-59V8Z 3/8
7/9/22, 12:52 PM Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim | NU Online

bintang, dan matahari tidak layak disembah. Perkataan tersebut tidak berarti Ibrahim
menetapkan bulan, bintang, dan matahari sebagai tuhan. Karena Nabi Ibrahim tidak pernah
mengalami fase kebingungan mencari-cari Tuhan. Sebelum perdebatan itu, bahkan sebelum
diangkat menjadi nabi, beliau telah mengetahui dan meyakini bahwa satu-satunya Tuhan yang
berhak disembah hanyalah Allah. Dialah satu-satunya pencipta segala sesuatu, Tuhan yang
menghendaki terjadinya segala sesuatu dan yang berbeda dengan segala sesuatu. Allah ta’ala
berfirman:
 
٥١ :‫)َوَلَقْد ٰاَتْيَنٓا ِاْبٰرِهْيَم ُرْش َدٗه ِمْن َقْبُل َوُكَّنا ِبٖه ٰعِلِمْيَن (الأنبياء‬
 
Maknanya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk
sebelum masa kenabiannya dan Kami telah mengetahui dirinya” (QS al-Anbiya’: 51).
 
Perkataan Nabi Ibrahim: ‫ هذا ربي‬ketika melihat bulan, bintang dan matahari adalah bermakna
istifham inkari, yakni beliau bertanya kepada kaumnya dengan maksud mengingkari bukan
dengan tujuan menetapkan: “Inikah Tuhanku?”. Seakan-akan beliau ingin mengatakan: “Wahai
kaumku, inikah tuhanku seperti yang kalian sangka?. Ini jelas bukan tuhanku karena ia
berubah, terbit lalu terbenam.” Demikianlah yang dikatakan oleh para ulama tafsir. Ibrahim
adalah seorang nabi yang ma’shum dari kemusyrikan sebelum maupun setelah menjadi nabi.
 
Keempat, dalam berjuang menegakkan agama Allah, tidak ada yang perlu ditakuti dan
dikhawatirkan. Rezeki telah diatur. Ajal sudah termaktub.
 
Hal itu dibuktikan ketika Raja Namrud hendak melemparkannya ke dalam api yang berkobar-
kobar, Nabi Ibrahim tidak gentar sedikit pun. Ia yakin sepenuhnya bahwa Allah akan
menolong hamba-Nya yang memperjuangkan agama-Nya.
 
Kelima, tawakal sepenuhnya kepada Allah tanpa meninggalkan ikhtiar.
 
Hal itu tercermin pada peristiwa di mana Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail yang masih
bayi di Makkah yang tandus dan tiada sumber air. Karena takwa dan tawakal yang tertanam
kuat di hati Ibrahim dan Hajar, akhirnya Ibrahim meninggalkan keduanya karena
menjalankan perintah Allah, dan Hajar rela ditinggal di tempat itu.
 
Keenam, bersegera menjalankan perintah Allah, seberat dan sebesar apapun r‫ه‬sikonya.
 
https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-6-keteladanan-keluarga-nabi-ibrahim-59V8Z 4/8
7/9/22, 12:52 PM Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim | NU Online

Setelah penantian yang begitu panjang, akhirnya Allah mengaruniakan kepada Ibrahim
seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail. Putra yang sangat dicintainya itu setelah
tumbuh menjadi seorang remaja, Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelihnya.
 
Dengan ketundukan yang total kepada Allah, Ibrahim bersegera menjalankan perintah itu
tanpa ada keraguan sedikit pun. Sang putra juga menyambut perintah itu dengan kepasrahan
yang total tanpa ada protes sepatah kata pun. Sayyidah Hajar, sang ibu juga dengan
kelapangan jiwa menyilakan Nabi Ibrahim bersegera menjalankan perintah itu. Ma sya Allah!.
Sebuah potret keluarga saleh yang lebih mengutamakan perintah Allah dibandingkan dengan
apa pun selainnya. Ayah dan anak saling menolong dan menyemangati untuk melaksanakan
perintah Allah. Dialog indah antara keduanya terekam dalam al-Qur’an sebagaimana
dikisahkan oleh Allah:
 
‫َقاَل ٰيُبَنَّي ِاِّنْٓي َاٰرى ِفى اْلَمَناِم َاِّنْٓي َاْذَبُحَك َفاْنُظْر َماَذا َتٰرۗى َقاَل ٰٓي َاَبِت اْفَعْل َما ُتْؤَمُۖر َس َتِجُدِنْٓي ِاْن َشۤا َء الّٰلُه ِمَن الّٰص ِبِر ْيَن‬

١٠٢ :‫)(الصافات‬
 
Maknanya: “..... Ibrahim berkata: “Duhai putraku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?”  (QS ash-Shaffat: 102).
 
Sebagaimana kita tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Sedangkan perkataan Nabi
Ibrahim kepada putranya, “Maka pikirkanlah apa pendapatmu?,” bukanlah permintaan
pendapat kepada putranya apakah perintah Allah itu akan dijalankan ataukah tidak, juga
bukanlah sebuah keragu-raguan. Nabi Ibrahim hanya ingin mengetahui kemantapan hati
putranya dalam menerima perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
 
Lalu dengan kemantapan dan keteguhan hati, Nabi Ismail menjawab dengan jawaban yang
menunjukkan bahwa kecintaannya kepada Allah jauh melebihi kecintaannya kepada jiwa dan
dirinya sendiri:
 
١٠٢ :‫)َقاَل ٰٓي َاَبِت اْفَعْل َما ُتْؤَمُۖر َس َتِجُدِنْٓي ِاْن َشۤا َء الّٰلُه ِمَن الّٰص ِبِر ْيَن (الصافات‬
 
Maknanya: “Ismail menjawab: “Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu, in sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS
ash-Shaffat: 102).
 

https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-6-keteladanan-keluarga-nabi-ibrahim-59V8Z 5/8
7/9/22, 12:52 PM Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim | NU Online

Jawaban Ismail yang disertai “In sya Allah” menunjukkan keyakinan sepenuh hati dalam
dirinya bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah
pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak akan terjadi.
 
Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu,
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Baca Juga:

Khutbah Idul Adha: Pesan Kemanusiaan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad
Demi mendengar jawaban dari sang putra tercinta, Nabi Ibrahim lantas menciumnya dengan
penuh kasih sayang sembari menangis terharu dan mengatakan kepada Ismail:
 
‫ِنْعَم اْلَعْوُن َأ ْنَت َيا ُبَنَّي َعَلى َأ ْمِر الّٰلِه‬
 
“Engkaulah sebaik-baik penolong bagiku untuk menjalankan perintah Allah, duhai putraku.”
 
Nabi Ibrahim kemudian mulai menggerakkan pisau di atas leher Ismail. Akan tetapi pisau itu
sedikit pun tidak dapat melukai leher Ismail. Hal ini dikarenakan pencipta segala sesuatu
adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Pisau hanyalah sebab terpotongnya sesuatu. Sedangkan
pencipta terpotongnya sesuatu dan pencipta segala sesuatu tiada lain adalah Allah ta’ala. Sebab
tidak dapat menciptakan akibat. Baik sebab maupun akibat, keduanya adalah ciptaan Allah
subhanahu wa ta’ala.
 
Hadirin yang berbahagia,
Berkat takwa, sabar dan tawakal serta ketundukan total yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim
dan Ismail serta Hajar, Allah kemudian memberikan jalan keluar dan mengganti Ismail
dengan seekor domba jantan yang besar dan berwarna putih yang dibawa malaikat Jibril dari
surga. Hal itu dikisahkan dalam QS ash-Shaffat: 106-107.
 
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Akhirnya kita berdoa, semoga Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan untuk
meneladani kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Amin Ya Rabbal ‘alamin. 
 
‫ ِإ َّن ُه ُهَو اْلَغُفْوُر الَّر ِحْيُم‬،‫ َفاْس َتْغِفُرْوُه‬،‫َأ ُقْوُل َقْوِلْي ٰهَذا َوَأ ْس َتْغِفُر اللَه ِلْي َوَلُكْم‬.
 
Khutbah II

https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-6-keteladanan-keluarga-nabi-ibrahim-59V8Z 6/8
‫‪7/9/22, 12:52 PM‬‬ ‫‪Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim | NU Online‬‬

‫‪ ‬‬
‫‪ ‬اللُه َأ ْك َبُر َوِلّٰلِه اْل َحْمُد )‪x‬اللُه َأ ْك َبُر (‪x) ٣‬اللُه َأ ْك َبُر (‪٣‬‬

‫الَحْمُد ِلّٰلِه اْلَمِلِك الَّد َّي اِن‪َ ،‬والَّص َلاُة َوالَّس َلاُم َعَلى ُم َّمَح ٍد َس ِّيِد َوَلِد َعْدَناَن‪َ ،‬وَعَلى ٰاِلِه َوَص ْحِبِه َوَتاِبِعْيِه َعَلى َمِّر الَّز َماِن‪َ ،‬وَأ ْشَهُد َأ ْن‬

‫َّل ا ِإ ٰلَه ِإ َّل ا اللُه َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه اْلُم ـَنَّز ُه َعِن اْلِجْس ِمَّي ِة َواْل ِجَهِة َوالَّز َماِن َواْلَمَكاِن‪َ ،‬وَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه‬

‫‪ ‬اَّلِذْي َكاَن ُخُلَقُه اْلُقْرآُن‬

‫َأ َّم ا َبْعُد‪َ ،‬فُأ ْوِصْيُكْم َوَنْفِسي ِبَتْقَوى الّٰلِه َعَّز َوَجَّل َواَّت ُقوا اللَه َتَعاَلى ِفي َهَذا اْلَيْوِم اْلَعِظيِم‪َ ،‬واْعَلُمْوا َأ َّن اللَه َأ َمَرُكْم ِبَأ ْمٍر َعِظْيٍم‪،‬‬

‫َأ َمَرُكْم ِبالَّص َلاِة َوالَّس َلاِم َعَلى َنِبِّيِه اْل َكِرْيِم َفَقاَل‪ِ :‬إ َّن الَّل َه َوَمَلاِئَكَتُه ُيَص ُّل وَن َعَلى الَّن ِبِّي ‪َ ،‬يا َأ ُّي َها اَّلِذيَن آَمُنْوا َص ُّل ْوا َعَلْيِه َوَس ِّلُموا‬

‫َتْس ِليًما‪ ،‬الّٰلُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َوَباِرْك َعَلى َس ِّيِدَنا َوَنِبِّيَنا ُم َّمَح ٍد َوَعَلى آِلِه َوَص ْحِبِه الَّط ِّيِبْيَن‪َ ،‬واْرَض الّٰلُهَّم َعِن اْل ُخَلَفاِء الَّر اِشِديَن‪َ ،‬أ ِبي‬

‫‪َ ‬بْكٍر َوُعَمَر َوُعْثَماَن َوَعِلٍّي ‪َ ،‬وَعْن َساِئِر الَّص َحاَبِة الَّص الحيَن‬

‫الّٰلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْس ِلِميَن َواْلُمْس ِلَماِت ‪َ ،‬واْلُمْؤِمِنيَن َواْلُمْؤِمَناِت ‪ ،‬اْلَأ ْح َياِء ِمْنُهْم َواْلَأ ْمَواِت ‪ِ ،‬إ َّن َك َسِميٌع َقِريٌب ُمِجيُب الَّد َعَواِت ‪،‬‬
‫َّب‬
‫َوَمَح ًة‪َ ،‬وَأ ِعْدُه َعَلْيَنا ِباْل َخْيِر‬ ‫ُأ‬ ‫َّر‬ ‫ّٰل َّم‬
‫ال ُه اْج َعْل ِعيَدَنا َهَذا َسَعاَدًة َوَتلَاُحًما‪َ ،‬وَمَس ًة َوَتَراُحًما‪َ ،‬وِزْدَنا ِفيِه ُط َمْأ ِنيَنًة َو ْلَفًة‪َ ،‬وَهَناًء‬
‫َوالَّر َحَماِت ‪َ ،‬واْلُيْمِن َواْلَبَرَكاِت ‪ ،‬الّٰلُهَّم اْج َعِل اْلَمَوَّد َة ِشيَمَتَنا‪َ ،‬وَبْذَل اْل َخْيِر ِللَّن اِس َدْأ َبَنا‪ ،‬الّٰلُهَّم َأ ِدِم الَّس َعاَدَة َعَلى َوَط ِنَنا‪َ ،‬واْنُشِر‬

‫اْلَبْهَجَة ِفي ُبُيوِتَنا‪َ ،‬واْح َفْظ َنا ِفي َأ ْهِليَنا َوَأ ْرَحاِمَنا‪َ ،‬وَأ ْكِرْمَنا ِبَكَرِمَك ِفي الُّد ْنَيا َواْلآِخَرِة‪َ ،‬رَّب َنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَسَنًة‪َ ،‬وِفي اْلآِخَرِة‬
‫اْلَجَة َمَع اْلَأ ْبَراِر‪َ ،‬يا َعِزيُز َيا َغَّف اُر‬
‫َحَسَنًة‪َ ،‬وِقَنا َعَذاَب الَّن اِر‪َ ،‬وَأ ْدِخ ْلَنا َّن‬

‫ِعَباَد اللِه‪ ،‬إَّن اللَه َيْأ ُمُر ِباْلَعْدِل َواْلإْح َساِن‪ِ ،‬إَو ْيَتاِء ِذي اْلُقْرَبى و َيْنَه ى َعِن الَفْح َشاِء َواْلُمْنَكِر َوالَبْغِي ‪َ ،‬يِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم‬

‫َتَذَّك ُرْوَن‪َ ،‬فاذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم َوَلِذْكُر اللِه َأ ْك َبُر‪ِ ،‬عْيٌد َس ِعْيٌد َوُكُّل َعاٍم َوَأ ْنُتْم ِب َخْيٍر‬
‫‪ ‬‬
‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Aswaja NU‬‬
‫‪Center PCNU Kab. Mojokerto‬‬

‫‪TAGS:
khutbah idul adha‬‬ ‫
‬ ‫‪khutbah‬‬

‫‪https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-6-keteladanan-keluarga-nabi-ibrahim-59V8Z‬‬ ‫‪7/8‬‬
7/9/22, 12:52 PM Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim | NU Online

https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-6-keteladanan-keluarga-nabi-ibrahim-59V8Z 8/8

Anda mungkin juga menyukai